R
Disusun Oleh :
Tubagus Irfan Ramazen
111.160.116
PLUG 9
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Geologi minyak bumi adalah salah satu cabang geologi yang mempelajari
minyak bumi dikaitkan dengan sudut pandang geologi. Di dalamnya termasuk
mempelajari proses terbentuk, unsur-unsur pembentuk hingga keterdapatannya di
alam. Pengertian minyak dan gas bumi atau biasa disebut petroleum menurut J.P.
Lesley (1865) berdasarkan dari teori organik (biogenesis) merupakan senyawa
hidrokarbon yang terdiri dari unsur C (karbon) dan H (hidrogen). Hidrokarbon
berasal dari bahan organik dalam batuan induk yang telah mengalami proses
pematangan. Minyak dan gas bumi biasanya terdiri dari campuran senyawa
hidrokarbon (80-85% unsur C dan 15–20 % unsur H) dan senyawa lain yang terdiri
dari nitrogen, sulfur, oksigen, serta unsur lainnya (<5%).
Dalam sistem petroleum, selain reservoir, unsur yang juga penting adalah
batuan sumber hidrokarbon atau batuan induk. Sedangkan dalam eksplorasi
konvensional ada kecenderungan kegiatan eksplorasi lebih banyak dilakukan untuk
menentukan jenis perangkap hidrokarbon, dan sedikit dilakukan studi terperinci
mengenai batuan sumber asal hidrokarbon tersebut. Secara umum, source rock di
defenisikan sebagai batuan karbonat yang berasal dari zat-zat organic yang
terendapkan oleh batuan sedimen. Sehingga tidak terjadi siklus carbon seperti
selayaknya. Justru karbonat terendapkan dan menjadi batu. Contoh batuan induk
adalah batulempung, batuserpih, batubara, batugamping. Material organik yang
terdapat didalam batuan induk meliputi atau mengandung 90% kerogen dan 10%
bitumen (Hunt, 1979).
BAB II
METODE PENELITIAN
5. Setelah itu, masukkan data-data di atas ke dalam tabel dan plot presentase
dari komponen kerogen ke dalam Diagram Generasi Tipe Hidrokarbon dan
Kerogen (Dow & O’Connor, 1982)
BAB III
PEMBAHASAN
III.1. Analisa Kualitas Material Organik Batuan Induk
Berdasarkan diagram persentase nilai TOC menurut Peter and Cassa 1994,
diketahui bahwa batulempung dan napal pada Formasi Kimmeridge memiliki
kualitas TOC dari cukup hingga bagus, sedangkan batulempung dan napal pada
Formasi Heather memiliki kualitas TOC yang bagus. Lalu berdasarkan nilai
Potential Yieldnya, Formasi Kimmeridge dan Formasi Heather memiliki kualitas
batulempung dan napal yang baik .
Dari hasil analisa data grafik TOC terhadap kedalaman dapat dilihat
jika nilai dari TOC berbanding lurus dengan kedalaman. Terlihat nilai TOC
tertinggi ada pada sampel nomor 8. Dapat diketahui bahwa nilai TOC yang
tinggi berada pada kedalaman yang tidak terlalu dalam.
Grafik diatas menggambarkan kualitas batuan induk dilihat dari nilai Total
Organic Carbon (TOC) dengan Potential Yield (PY). Pada sampel 1 - 3 ( Formasi
Kimmeridge) memiliki kualitas TOC fair, sedangkan sampel nomor 4 -10 (Formasi
Heather) memiliki kualitas TOC Good (Peter & Cassa, 1994)
Sedangkan jika dilihat dari nilai PY yang berkisar, maka Formasi
Kimmeridge dan Heather mempunyai kualitas PY yang baik.
Grafik diatas menunjukkan hasil analisa tipe kerogen batuan induk dari
Formasi Kimmeridge dan Formasi Heather dilihat dari indikator nilai Hydrogen
Index (HI) dan Oxygen Index (OI). Dengan menggunakan metode langsung ini
didapat tipe kerogen termasuk kedalam Tipe II dan Tipe II/III. Menurut
Klasifikasi Pranyoto 1990 menggunakan Diagram Van Krevelen.
Gambar 4. Parameter yang dihasilkanoleh Rock Eval Pyrolisis (After Merrill, 1991)
Gambar diatas menjelaskan tentang parameter indicator seperti TR, PI, HI,
OI, PY dan Tmax untuk membantu dalam menganalisa batuan induk.
Tabel diatas menjelaskan hasil dari analisa tipe material organik dengan
metode langsung pada Formasi Kimmeridge dan Formasi Heather. Dari hasil
analisa didapat tipe kerogen menurut Van Krevelen yaitu Tipe II pada sampel 1 – 3
dan 10 , Tipe II/III pada sampel 4 – 8, serta Tipe III pada sampel 9. Kemudian Tipe
kerogen menurut Meriil diperoleh hasil berupa kerogen tipe Gas Prone pada sampel
2, 3, 7 dan 9 serta Mixed pada sampel 1, 4, 5, 6, 8 dan 10. Dan menurut menurut
Waples, 1985 pada sampel 6 berupa gas. Sampel 1, 2, 3, dan 5 berupa minyak .
Pada sampel 4, 7-10 berupa minyak dan gas.
Material Organik
Interval ( m ) Formasi
Amorphus Eksinit Liptinit Total Eksinit Vitrinit Inertinit Tipe Kerogen
3000 - 3010 19% 20% 9% 48% 37% 15% Tipe II
3010 - 3020 15% 6% 29% 50% 33% 17% Tipe II
3020 - 3030 KIMMERIDGE 15% 14% 19% 48% 35% 17% Tipe II
3030 - 3040 15% 8% 12% 35% 40% 25% Tipe II
3040 - 3050 27% 9% 19% 55% 30% 15% Tipe II
3050 - 3060 29% 0% 17% 46% 30% 24% Tipe II
3060 - 3070 6% 16% 4% 26% 65% 9% Tipe III
3070 - 3080 HEATHER 7% 11% 0% 18% 69% 13% Tipe III
3080 - 3090 1% 22% 24% 47% 46% 7% Tipe II
3090 - 3100 5% 26% 12% 43% 49% 8% Tipe II
Tabel 6. Analisa Kematangan Batuan Induk Metode Tidak Langsung
formasi di atas, dominan berasal dari material polen/spora, tanaman lilin, resin
tanaman, ataupun alga laut
Tabel 7. Hubungan antara Tmaks dengan tingkat kematangan (Peter and Cassa 1994)
Tabel 8 Gambar 5
Interval ( m ) Formasi
Tmax Kematangan HI Kematangan
3000 - 3010 427 Immature 484,9 Immature
3010 - 3020 435 Mature 436,4 Mature
3020 - 3030 KIMMERIDGE 431 Immature 413,8 Mature
3030 - 3040 432 Immature 215,7 Mature
3040 - 3050 440 Mature 316,7 Mature
3050 - 3060 441 Mature 145,5 Mature
3060 - 3070 445 Mature 160,7 Mature
3070 - 3080 HEATHER 449 Mature 181,9 Mature
3080 - 3090 450 Mature 182,5 Mature
3090 - 3100 453 Mature 239,5 Mature
Tabel 10.
Hubungan antara
Palynomorph Colour
dan Maturity Degree.
Tabel 11. Analisa Kematangan Batuan Induk Dengan %Ro dan Nilai SCI
Tabel 9 & Gambar 6 Tabel 10
Interval ( m ) Formasi
%Ro Kematangan SCI Kematangan
3000 - 3010 0,73 Early Mature 5,4 Mature
3010 - 3020 0,88 Mature 5,6 Optimum Oil Generation
3020 - 3030 KIMMERIDGE 0,8 Mature 6,0 Optimum Oil Generation
3030 - 3040 1,4 Mature 6,2 Optimum Oil Generation
3040 - 3050 1,26 Late Mature 6,3 Optimum Oil Generation
3050 - 3060 1,67 Late Mature 6,7 Optimum Oil Generation
3060 - 3070 1,73 Late Mature 6,8 Optimum Oil Generation
3070 - 3080 HEATHER 1,82 Late Mature 6,9 Optimum Oil Generation
3080 - 3090 1,66 Over Mature 7,1 Optimum Oil Generation
3090 - 3100 1,47 Over Mature 7,4 Optimum Oil Generation
BAB IV
PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
mg g/grm rock Tipe Material Organik Maturity
Interval Formasi TOC Tmax Ro% HI OI PY PI Van Krevelen
S1 S2 S3 Meriil (S2/S3) Waples (nilai HI) SCI Kematangan %Ro Kematangan
(Diagram)
3000 - 3010 0,73 1,06 3,54 0,81 427 0,62 484,9 111,0 4,6 0,23 4,37 Mixed 484,9 5,41 Mature 0,73 Early Mature
3010 - 3020 0,88 1,08 3,84 1,61 435 0,75 436,4 183,0 4,92 0,22 II 2,39 436,4 Oil 5,63 0,88
Gas
3020 - 3030 KIMMERIDGE 0,8 0,94 3,31 1,19 431 0,79 413,8 148,8 4,25 0,22 2,78 413,8 6 0,8 Mature
3030 - 3040 1,4 1,23 3,02 0,79 432 0,84 215,7 56,4 4,25 0,29 3,82 215,7 Mixed 6,2 1,4
3040 - 3050 1,26 1,3 3,99 0,94 440 0,96 316,7 74,6 5,29 0,25 4,24 Mixed 316,7 Oil 6,31 1,26
3050 - 3060 1,67 0,71 2,43 0,51 441 1,05 145,5 30,5 3,14 0,23 II/III 4,76 145,5 Gas 6,67 Optimum Oil Generation 1,67
Late Mature
3060 - 3070 1,73 0,88 2,78 1,21 445 1,19 160,7 69,9 3,66 0,24 2,30 Gas 160,7 6,79 1,73
3070 - 3080 HEATHER 1,82 1,31 3,31 1,08 449 1,33 181,9 59,3 4,62 0,28 3,06 Mixed 181,9 6,88 1,82
Mixed
3080 - 3090 1,66 1,03 3,03 1,42 450 1,37 182,5 85,5 4,06 0,25 III 2,13 Gas 182,5 7,11 1,66
Over Mature
3090 - 3100 1,47 1,18 3,52 1,09 453 1,4 239,5 74,1 4,7 0,25 II 3,23 Mixed 239,5 7,35 1,47
Berdasarkan hasil dari analisa batuan induk. Terdapat sepuluh sampel yang
berasal dari kedalaman 3000m sampai 3100m pada Formasi Kimmeridge dan
Formasi Heather. Berdasarkan analisa diketahui bahwa sampel merupakan Kerogen
tipe II , tipe III , dan tipe II/III dengan tingkat kematangan Immature, Mature , Late
Mature ,dan Over Mature.
Dari data eksinit, inertinit, dan vitrinit, diplot pada diagram segitiga
hidrokarbon (Dow & O Connor). Diketahui bahwa sampel batuan induk termasuk
pada ’wet gas condensate’ dan beberapa sampel pada ‘dry gas’
DAFTAR PUSTAKA