Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Perencanaan Asuhan Keperawatan


1. Pengertian
a. Menurut Harold Koontz Dan Cyril O’Donnell
Planing is the function of manager which invopes the selection from
alternatives of objectives, policies, procedures and program, yang berarti
perencanaan adalah fungsi dari seorang manajer yang meliputi pemilihan
berbagai alternative tujuan-tujuan, kebijaksanaan, prosedur-prosedur dan
program-program.
b. Menurut Levery Dan Loomba
Perencanaan adalah suatu proses penganalisaan dan pemahaman dari
suatu system, merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus,
memperkirakan kemampuan yang dimiliki, menguraikan segala
kemungkinan rencana kerja yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan
umum dan tujuan khusus.
c. Menurut Bintaro Tjokro Amidjojo
Perencanaan adalah suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-
baiknya dengan sumber-sumber yang ada supaya efisien dan efektif.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwaa perencanaan merupakan


langkah pertama dalam proses manajeman yang sangat mempengaruhi
langkah selanjutnya.
2. Tujuan Perencanaan

Tujuan dari perencanaan adalah

a. Struktur organisasi yang dibutuhkan


b. Jenis, jumlah dan kualifikasi starf yang dibutuhkan.
c. Metode yang tepat mencapai tujuan.
d. Kemampuan pemimpin dalam menggerakkan organisasi.
e. Bentuk dan standar, pengawasan serta hasil evaluasi.

3. Fungsi Perencanaan
Terdapat 3 fungsi dalam perencanaan, yaitu perencanaang yang
berfungsi sebagai arahan, perencanaan meminimalkan dampak dari
perubahan, perencanaan menetapkan standar dalam pengawasan kualitas.
a. Perencanaan sebagai pengarahan
Perencanaan akan menghasilkan upaya untuk meraih sesuatu dengan cara
yang lebih terkoordinasi. Institusi layanan keperawatan yang menjalankan
perencanaan sangat mungkin untuk mengalami konflik kepentingan,
pemborosan sumber daya, dan ketidakberhasilan dalam pencapaian tujuan
karena bagian-bagian dari organisasi bekerja sendiri-sendiri tanpa adanya
koordinasi yang jelas dan terarah. Perencanaan mencakup fungsi
pengarahan dari apa yang harus dicapai oleh organisasi.
b. Perencanaan sebagai minimalisasi pemborosan sumber daya
Perencanaan juga berfungsi sebagai minimalisasi pemborosan sumber
daya keperawatan yang digunakan. Jika perencanaan dilakukan dengan
baik, jumlah sumber daya yang diperlukan, dengan cara bagaimana
penggunaannya dan untuk penggunaan apa asaja dengan lebuh baik
dipersiapkan sebelum kegiatan dijalankan. Dengan demikian pemborosan
terkait dengan penggunan sumber daya yang dimiliki layanan keperawatan
dapat diminimalkan sehingga tingkat efisiensi dari layanan keperawatan
menjadi meningkat
c. Perencanaan sebagai penetapan standar dalaam pengawasan kualitas
Perencanaan berfungsi sebagai penetapan standar kualitas yang harus
dicapai oleh instusi layanan keperawatan dan diawasi pelaksanaannya
dalam fungsi pengawasan manajemen. Dalam perencanaan, institusi
layanan keperawatan menentukan tujuan dan rencana untuk mencapai
tujuan tersebut. Dalam pengawasan, keperawatan membandingkan antara
tujuan yang ingin dicapai dan realisasi di lapangan, membandingkan
antara standar yang ingin dicapai dan realisasi di lapangan, mengevalusi
penyimpangan yang mungkin terjadi, hingga mengambil tindakan yang
dianggap perlu untuk memberbaiki kinerja keperawatan. Dengan
pengertian tersebut, perencanaan berfungsi sebagai penetapan standar
kualitas yang ingin dicapai oleh keperawatan.

4. Ciri-ciri Perencanaan Yang Baik


a. Memiliki tujuan yang jelas, rasional, terukur dan fisibel, rencana terdari
dari rencana umum dan rencana khusus.
b. Perencanaan memuat kegiatan yang lengkap meliputi kegiatan pokok dan
kegiatan tambahan.
c. Perencanaan harus jelas jangka waktunya (1 tahun, 5 tahun, 25 tahun dan
sebagainya).
d. Perencanaan harus jelas tahapan-tahapannya (tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, dan tahap penilaian).
e. Perencanaan harus jelas organisasi pelaksaannya, siapa yang
melaksanakan, pembagian tugas dan wewenang yang jelas serta apa hak
dan kewajibannya.
f. Memuat perkiraan hal-hal yang dapat menunjang dan menghambat
pelaksanaan, dan pendekatan apa saja yang harus dilakukan dalam
mengurangi/meniadakan hambatan tersebut atau meningkatkan faktor
yang menunjang.
g. Perencanaan harus membuat standar yang dipakai untuk mengukur
keberhasilan.
h. Perencanaan harus memuat mekanisme pengawasan dan pengendalian.
i. Rencana harus luas (fleksibel) dapat disesuaikan dengan situasi dan
kondisi.
j. Perencanaan tersebut dapat menjawab pertanyaan what, why, when,
where, how, dan who.

Ali, Zaidin H. 2010. Dasar-Dasar Perencanaan Keperawatan. Jakarta: Trans Info


Medika.

Simamora, Roymond H. 2009. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Jakarta: EGC.

1. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Masih Rendahnya Peran Perawat Dalam


Manajemen Keperawatan
Menurut Azrul Azwar permasalahan pokok yang dihadapi perawat Indonesia
dalam system pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Peran perawat professional yang tidak optimal
Peran perawatan professional dalam system kesehatan nasional adalah
berupaya mewujudkan system kesehatan yang baik, sedemikian rupa
sehingga disatu pihak penyelenggaraan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan dan tuntutan kesehatan sesuai dengan kemampuan
ekonomi masyarakat, dipihak lain biaya pelayanan kesehatan sesuai
dengan kemampuan ekonomi masyarakat. Akan tetapi perawat belum
melaksanakan peram perawat secara optimal. Disinilah letak masalahnya,
karena dalam praktik sehari-hari penyelenggaraan pelayanan kesehatan,
termasuk pelayanan kesehatan, yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
tidaklah mudah. Tidak mengherankan jika pada saat iini banyak
ditemukan keluhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan/keperawatan
di Indonesia.
b. Terlambatnya pengakuan body of knowledge profesi keperawatan
Di Indonesia pengakuan tersebut baru terjadi pada tahun 1985 yakni
ketika PSIK untuk pertama kalinya dibuka di Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Padahal di Negara-negara maju, banyak pengakuan
body of knowledge tersebut telah lama ditemukan. Setidaknya sejak tahun
1869, yakni ketika Florence Nightingale untuk pertama kalinya
memperkenalkan teori keperawatan yang menekankan pentingnya faktor
lingkungan. Dalam keadaan ini tidak mengherankan jika peran perawat
dalam system kesehatan tampak belum menonjol.
c. Terlambatnya pengembangan pendidikan keperawatan professional
Sekolah Perawat Kesehatan dan Akademi Keperawatan di Indonesia
telah banyak dikenal. Tetapi pendidikan keperawatan yang dilakukan
selama ini belum atau bahkan tidak didasarkan pada body of knowledge
profesi keperawatan. Pendidikan yang dilaksanakan pada saat itu, karena
desakan kebutuhan akan tenaga medis dan ternyata lebih diarahkan pada
pendidikan asisten dokter. Dalam keadaan ini tidak mengherankan jika
peran perawat dalam system kesehatan tampak belum optimal.
d. Terlambatnya pengembangan system pelayanan/asuhan keperawatan
professional
Jika ditinjau dari berbagai masalah profesi keperawatan yang
ditemukan pada saat ini, terlambatnya pengembangan system pelayanan
keperawatan yang dipandang merupakan masalah yang amat pokok.
Karena sampai saat ini harus diakui, kejelasan pelayanan keperawatan
belum dimiliki. Tidak hanya yang menyangkut bentuk praktek
keperawatan, tetapi juga kewenangan para penyelenggaraannya.
Akibatnya sampai saat ini peran perawat professional dalam system
pelayanan kesehatan belum tampak begitu berarti.
2. Faktor-Faktor Lainnya Yang Memperlambat Perkembangan Peran Perawat
Secara Profesional
a. Antithetical terhadap perkembangan ilmu keperawatan
Karena rendahnya dasar pendidikaan profesi dan belum dilakukannya
pendidikan keperawatan secara professional, perawat lebih cenderung
untuk melaksanakan perannya secara rutin dan menunggu perintah dari
dokter. Mereka cenderung untuk menolak terhadap perubaahan ataupun
sesuatu yang baru dalam melaksanakan perannya secara professional.
b. Rendahnya rasa percaya diri
Banyak perawat yang tidak melihat dirinya sebagai sumber informasi
dari klien. Perasaan kurang percaya diri tersebut timbul karena rendahnya
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kurang memadai serta
system pelayanan kesehatan Indonesia yang menempatkan perawat
sebagai second class citizen. Dimana perawat dipandang tidak cukup
memiliki kemampuan yang memadai dan kewenangan dalam pengambilan
keputusan di bidang pelayanan kesehatan.
c. Kurangnya pemahaman dan sikap untuk melaksanakan riset keperawatan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, lebih dari 90% perawat
tidak melaksanakan perannya dalam melakukan riset. Hal ini disebabkan
oleh pengetahuan atau keterampilan yang sangat kurang.
d. Pendidikan keperawatan hanya difokuskan pada pelayanan kesehatan yang
sempit
Pembinaan keperawatan dirasakan kurang memenuhi sasaran dalam
memenuhi tuntutan perkembangan zaman. Pendidikan keperawatan
dianggap sebagai suatu objek untuk kepentingan tertentu dan tidak
dikelola secara professional.
e. Rendahnya standar gaji bagi perawat
Khususnya yang bekerja di instansi pemerintah dirasakan sangat
rendah dibandingkan dengan Negara lain, baik di Asia ataupun Amerika.
Keadaan ini berdampak terhadap kinerja perawat dalam melaksanakan
asuhan keperawatan yang professional.

Anda mungkin juga menyukai