Anda di halaman 1dari 27

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

“Hipertensi”

Oleh :

A.A. ISTRI MARANSIKA NIKE PUTRI

P07120214025
D-IV KEPERAWATAN

TINGKAT III SEMESTER V

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
HIPERTENSI

A. LATAR BELAKANG
Hipertensi atau lebih dikenal dengan darah tinggi adalah suatu keadaan
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang
mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian
(mortalitas). Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh
kita sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan
mengukur tekanan darah secara teratur. Diketahui 9 dari 10 penderita hipertensi
tidak dapat diidentifikasi penyebab penyakitnya.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi dapat menyebabkan serangan jantung,
stroke dan gagal ginjal. Pada tahun 2014, sebanyak 45% hipertensi menjadi
penyebab kematian akibat serangan jantung dan 51% kematian akibat stroke di
seluruh dunia. Penelitian tentang Kesehatan Orang Dewasa dan Lansia yang
dilakukan oleh WHO mengumpulkan informasi tentang tekanan darah pada
lebih dari 35 ribu orang di enam negara berpendapatan rendah dan menengah,
yaitu di Afrika Selatan, China, Ghana, India, Meksiko dan Rusia. Afrika
Selatan memiliki tingkat hipertensi tertinggi di dunia yaitu 78% pada orang
dewasa berusia 50 tahun ke atas. Hanya 1 dari 10 penderita yang memperoleh
perawatan yang layak atas kondisinya itu. Tim peneliti dari Kelompok
Penasehat Ahli Strategis WHO, Strategic Advisory Group of Experts atau
SAGE menemukan prevalensi tekanan darah tinggi pada hampir 72% orang
dewasa yang mereka survei di Federasi Rusia. Prevalensi hipertensi yang lebih
rendah, tetapi masih tetap tinggi, terdapat di beberapa negara lain, yaitu 58% di
Meksiko, 57% di Ghana, 53% di China dan 32% di India. Menurut survei
tersebut, lebih banyak perempuan yang mengidap tekanan darah tinggi
dibanding laki-laki.
Dalam wawancara melalui Skype, Shah Ebrahim dari London School of
Hygiene and Tropical Medicine mengatakan, seperti halnya di negara-negara
Barat, tekanan darah tinggi telah menjadi hal biasa di negara-negara
berkembang. Setiap tahun, tekanan darah tinggi menyumbang kepada kematian
hampir 9,4 juta orang akibat penyakit jantung dan stroke, dan jika
digabungkan, kedua penyakit ini merupakan penyebab kematian nomor satu di
dunia. Hipertensi juga meningkatkan risiko gagal ginjal, kebutaan, dan
beberapa kondisi lain. Hipertensi kerap terjadi bersamaan dengan faktor-faktor
risiko lain seperti obesitas, diabetes, dan kolesterol tinggi yang meningkatkan
risiko kesehatan. Secara keseluruhan, WHO melaporkan negara-negara
berpendapatan tinggi punya jumlah penderita hipertensi yang lebih rendah
dibandingkan negara-negara berpendapatan rendah dan menengah. Organisasi
itu mengatakan jumlah penderita penyakit ini paling banyak terdapat di Afrika,
di mana hampir separuh orang dewasa mengalami hipertensi. Yang terendah
terdapat di benua Amerika.
Di Indonesia sendiri, prevalensi hipertensi atau tekanan darah di Indonesia
cukup tinggi. Selain itu, akibat yang ditimbulkannya menjadi masalah
kesehatan masyarakat. Hipertensi, merupakan salah satu faktor risiko yang
paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah.
Hipertensi sering tidak menunjukkan gejala, sehingga baru disadari bila telah
menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung atau stroke.
Tidak jarang hipertensi ditemukan secara tidak sengaja pada waktu
pemeriksaan kesehatan rutin atau datang dengan keluhan lain. Hipertensi
masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Obat-obatan efektif banyak
tersedia, namun angka penderita tetap meningkat. Padahal hipertensi
merupakan faktor utama kerusakan otak, ginjal dan jantung jika tak terdeteksi
sejak dini. Data dari Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (InaSH)
menyebutkan, angka kematian di Indonesia menyentuh angka 56 juta jiwa
terhitung dari tahun 2000-2013. Diketahui bahwa faktor kematian paling tinggi
adalah hipertensi, menyebabkan kematian pada sekitar 7 juta penduduk
Indonesia.
Tahun 2014, sebanyak 76% kasus hipertensi tidak terdiagnosis sejak awal,
sehingga keterlambatan itu berujung pada kerusakan target organ. Diantaranya
stroke yang menyerang otak, kebutaan, penyakit jantung, ginjal dan gangguan
fungsi pembuluh darah. Tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg. Pakar
hipertensi lainnya, Arieska Ann Soenarta mengatakan, seseorang di bawah
garis keturunan hipertensi dianjurkan lebih sering memeriksa tekanan darahnya
sekitar 6 bulan sekali.
Data Dinas Kesehatan Provinsi Bali tahun 2014 menunjukkan, penyakit
tidak menular penyebab kematian terbesar di Bali disebabkan oleh penyakit
hipertensi. Jumlah penderita hipertensi di tahun 2014 mencapai 8.886 kasus.
Data ini dihimpun dari 9 rumah sakit pemerintah yang ada di Bali, penyakit
hipertensi menjadi penyakit yang paling banyak diderita masyarakat menurut
keterangan Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
(P2PL) Dinas Kesehatan Provinsi Bali. Selanjutnya, penyakit Diabetes Melitus
menjadi jumlah penderita terbanyak kedua dengan jumlah 5.365 kasus. Disusul
penyakit paru abtruksi menahun 4.088 kasus. Penyakit jantung dan pembuluh
darah hingga 2.032 kasus. Penyakit kanker payudara serta kanker servik
dengan 568 kasus. Sedangkan di Kabupaten Gianyar itu sendiri rata-rata
penduduknya mengalami hipertensi karena selain faktor tempat tinggal yang
dekat dengan pantai sehingga warga mengkonsumsi garam kadar tinggi,
diakibatkan juga karena faktor pola hidup dan pola makannya. Sesuai dengan
data yang didapat dari Puskesmas Pembantu Desa Ketewel, dari awal tahun
2016 sampai bulan Mei 2016 sudah terdapat 69 kasus hipertensi yang rata-rata
lebih banyak diderita oleh pria.
Penatalaksanaan hipertensi seperti kepatuhan diet, modifikasi lingkungan,
dan sebagainya merupakan hal penting yang dapat mengontrol hipertensi pada
lansia. Dalam melaksanakan pengobatan hipertensi ini, dukungan dan motivasi
kepada lansia penting dilakukan oleh keluarga, karena keluarga memberikan
pengaruh yang penting dalam mempercepat kesembuhan lansia. Dengan
pemberian edukasi yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga mengenai
hipertensi dan cara penanggulangannya diharapkan tekanan darah lansia berada
dalam kisaran normal serta mencegah terjadinya kekambuhan stroke pada
anggota keluarga yang menderita stroke sebelumnya akibat hipertensi.

B. TUJUAN
1. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan selama 40 menit, lansia dan keluarga
mengetahui tentang penyakit hipertensi dan penatalaksanaannya.
2. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
Setelah dilakukan penyuluhan selama 1 x 40 menit, sasaran diharapkan
mampu :
a. Menjelaskan pengertian hipertensi dengan tepat.
b. Menyebutkan penyebab hipertensi dengan benar.
c. Menyebutkan tanda dan gejala hipertensi dengan benar.
d. Menyebutkan komplikasi hipertensi dengan benar.
e. Menjelaskan pencegahan hipertensi dengan tepat.
f. Menyebutkan obat tradisional untuk menangani hipertensi dengan
benar.

C. MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian Hipertensi
2. Penyebab Hipertensi
3. Tanda dan gejala Hipertensi
4. Komplikasi Hipertensi
5. Pencegahan Hipertensi
6. Obat tradisional untuk menangani hipertensi

D. METODE
Ceramah, diskusi, demonstrasi

E. MEDIA
Leaflet

F. SASARAN
Pasien Tn. C

G. WAKTU DAN TEMPAT


Hari, tanggal : Jumat, 21 Desember 2018
Jam : Pukul 13.00 – 13.40 WITA
Tempat : Rumah pasien di Br. Palak Desa Sukawati, Kabupaten
Gianyar

Peserta

(Penyuluh)

H. KEGIATAN

NO. LANGKAH- WAKTU KEGIATAN KEGIATAN


LANGKAH PENYULUH SASARAN
1. Pendahuluan 3 menit  Salam Pembukaan  Sasaran antusias
 Perkenalan Diri
atas kedatangan
 Penyampaian Tujuan
 Kontrak Waktu penyuluh
 Sasaran menjawab
salam penyuluh
2. Penyajian 15 menit Penyampaian materi :  Sasaran menyimak
a. Apersepsi
dengan cermat apa
b. Menjelaskan
yang disajikan oleh
pengertian hipertensi
c. Menjelaskan penyebab penyuluh
hipertensi  Bertanya apabila
d. Menjelaskan tanda dan terdapat hal-hal
gejala hipertensi yang belum jelas
e. Menjelaskan  Mencatat hal-hal
komplikasi hipertensi penting yang
f. Menjelaskan
dijelaskan oleh
pencegahan hipertensi
g. Menyebutkan obat penyuluh.

tradisional yang bisa


digunakan untuk
menurunkan hipertensi
3. Demonstrasi 10 menit  Mendemonstrasikan  Sasaran
cara membuat jus memperhatikan
mentimun dengan seksama
4. Re-Demonstrasi 5 menit  Sasaran mempraktikan  Sasaran dapat
kembali apa yang mengulang
sudah diperagakan demonstrasi
5. Tanya Jawab dan 5 menit  Sasaran memberikan  Memberi respon
Evaluasi pertanyaan mengenai dengan menjawab
hal-hal yang belum pertanyaan
dimengerti penyuluh dengan
 Penyuluh memberi
antusias.
pertanyaan terkait
materi yang telah
disajikan.
6. Penutup 2 menit  Menyimpulkan Sasaran berterima kasih
penyampaian materi dan menjawab salam
 Menyampaikan terima
penutup dari penyuluh.
kasih
 Mengucapkan salam
penutup

I. RENCANA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
Tahap persiapan-awal pelaksanaan :
 Media sudah dipersiapkan, yaitu leaflet mengenai hipertensi 2 hari
sebelum pemberian penyuluhan
 Pemateri sudah siap dalam melakukan penyuluhan
 Kewajiban Pengorganisasian
 Penyaji
o Mampu menyampaikan tujuan penyuluhan secara jelas
o Mampu menjelasakan materi secara sistematis
o Mampu menggunakan bahasa yang sesuai dengan
audien
o Mampu menjawab pertanyaan dari peserta
 Fasilitator
o Mampu memfasilitasi sasaran
 Observer
o Mampu mengukur ketepatan waktu
2. Evaluasi Proses
 Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan peserta
penyuluhan memahami materi penyuluhan yang diberikan.
 Peserta penyuluhan memperhatikan materi yang diberikan.
 Selama proses penyuluhan terjadi interaksi antara penyuluh dengan
sasaran.
3. Evaluasi Hasil
Tercapai atau tidaknya TIU dan TIK Penyuluhan
Misalnya:
a. Peserta penyuluhan mampu menjelaskan
kembali pengertian, penyebab, dan tanda gejala hipertensi
mencapai 80%.
b. Peserta penyuluhan mampu menjelaskan
kembali perawatan hipertensi mencapai 75%.
c. Peserta penyuluhan mampu menjelaskan
kembali tentang pencegahan dan komplikasi hipertensi mencapai
75%

J. SUMBER
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Vol I . Jakarta:EGC

Mansjoer, et al. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius

Prince A. Silvia. 1995. pathofisiologi. Edisi 4. jakarta:EGC


Tim Editor. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Pusat
Penerbitan
Lampiran 1
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
HIPERTENSI

A. PENGERTIAN
Hipertensi adalah tekanan darah yang lebih besar dibandingkan dengan
tekanan darah pada keadaan normal. Tekanan darah normal yaitu :
1. Sistolik (100 – 140 mmHg) adalah tekanan jantung saat memompa darah
keseluruh tubuh.
2. Diastolik (60 – 90 mmHg) adalah tekanan jantung saat tidak memompa
darah keseluruh tubuh.
Hipertensi yang biasa terjadi pada lansia yaitu hipertensi sistolik terisolasi
dimana tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan
diastolik kurang dari 90 mmHg.
Menurut WHO yang dikutip oleh Slamet Suyono (2001:253) batas tekanan
darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah
sama dengan atau lebih dari 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
Secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah
sistolik/diastolik 140/90 mmHg (normalnya 120/80 mmHg).
Hipertensi secara umum adalah tekanan darah persisten dimana tekanan
darah sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan darah diastoliknya diatas 90
mmHg tetapi pada populsi lansia didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmHg dan diastoliknya 90 mmHg (Brunner and Suddarth, 2002).

B. PENYEBAB
1. Faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol
a. Umur
Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang
semakin besar risiko terserang hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun
mempunyai risiko terkena hipertensi. Dengan bertambahnya umur, risiko
terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi dikalangan usia
lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 % diatas
umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitasnya atau kelenturannya dan
tekanan darah seiring bertambahnya usia, kebanyakan orang hipertensinya
meningkat ketika berumur lima puluhan dan enam puluhan. Dengan
bertambahnya umur, risiko terjadinya hipertensi meningkat. Meskipun
hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun paling sering dijumpai pada
orang berusia 35 tahun atau lebih. Sebenarnya wajar bila tekanan darah
sedikit meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini disebabkan oleh
perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan hormon. Tetapi bila
perubahan tersebut disertai faktor-faktor lain maka bisa memicu terjadinya
hipertensi.
b. Jenis Kelamin
Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata terdapat
angka yang cukup bervariasi. Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah
didapatkan angka prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk wanita.
Prevalensi di Sumatera Barat 18,6% pria dan 17,4% perempuan, sedangkan
daerah perkotaan di Jakarta (Petukangan) didapatkan 14,6% pria dan 13,7%
wanita. Ahli lain mengatakan pria lebih banyak menderita hipertensi
dibandingkan wanita dengan rasio sekitar 2,29 mmHg untuk peningkatan
darah sistolik. Sedangkan menurut Arif Mansjoer, dkk, pria dan wanita
menapouse mempunyai pengaruh yang sama untuk terjadinya hipertensi.
Menurut MN. Bustan bahwa wanita lebih banyak yang menderita hipertensi
dibanding pria, hal ini disebabkan karena terdapatnya hormon estrogen pada
wanita.
c. Riwayat Keluarga
Menurut Nurkhalida, orang-orang dengan sejarah keluarga yang
mempunyai hipertensi lebih sering menderita hipertensi. Riwayat keluarga
dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga mempertinggi
risiko terkena hipertensi terutama pada hipertensi primer. Keluarga yang
memiliki hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan risiko hipertensi 2-5
kali lipat. Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya
menderita hipertensi. Menurut Sheps, hipertensi cenderung merupakan
penyakit keturunan. Jika seorang dari orang tua kita mempunyai hipertensi
maka sepanjang hidup kita mempunyai 25% kemungkinan mendapatkannya
pula. Jika kedua orang tua kita mempunyai hipertensi, kemungkunan kita
mendapatkan penyakit tersebut 60%.
d. Genetik
Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan
ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar
monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang
penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) apabila
dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya
akan menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-
50 tahun akan timbul tanda dan gejala.

2. Faktor yang dapat diubah/dikontrol


a. Kebiasaan Merokok
Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi. Hubungan antara rokok
dengan peningkatan risiko kardiovaskuler telah banyak dibuktikan. Selain
dari lamanya, risiko merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang
dihisap perhari. Seseorang lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali
lebih rentan hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok. Zat-zat kimia
beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap melalui rokok,
yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh
darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi. Nikotin
dalam tembakau merupakan penyebab meningkatnya tekanan darah segara
setelah isapan pertama. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap rokok, nikotin
diserap oleh pembuluh-pembuluh darah amat kecil didalam paru-paru dan
diedarkan ke aliran darah. Hanya dalam beberapa detik nikotin sudah
mencapai otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada
kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat ini
akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja
lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Setelah merokok dua batang
saja maka baik tekanan sistolik maupun diastolik akan meningkat 10
mmHg. Tekanan darah akan tetap pada ketinggian ini sampai 30 menit
setelah berhenti mengisap rokok. Sementara efek nikotin perlahan-lahan
menghilang, tekanan darah juga akan menurun dengan perlahan. Namun
pada perokok berat tekanan darah akan berada pada level tinggi sepanjang
hari.
b. Konsumsi Asin/Garam
Secara umum masyarakat sering menghubungkan antara konsumsi
garam dengan hipertensi. Garam merupakan hal yang sangat penting pada
mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap
hipertensi melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan
darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam
sehingga kembali pada keadaan hemodinamik (sistem pendarahan) yang
normal. Pada hipertensi esensial mekanisme ini terganggu, di samping ada
faktor lain yang berpengaruh. Reaksi orang terhadap natrium berbeda-beda.
Pada beberapa orang, baik yang sehat maupun yang mempunyai hipertensi,
walaupun mereka mengkonsumsi natrium tanpa batas, pengaruhnya
terhadap tekanan darah sedikit sekali atau bahkan tidak ada. Pada kelompok
lain, terlalu banyak natrium menyebabkan kenaikan darah yang juga
memicu terjadinya hipertensi. Garam merupakan faktor yang sangat penting
dalam patogenesis hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan
pada suku bangsa dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam
kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang
rendah, sedangkan jika asupan garam antara 5-15 gram perhari prevalensi
hipertensi meningkat menjadi 15-20 %. Pengaruh asupan terhadap
timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah
jantung dan tekanan darah. Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam
tubuh, karena menarik cairan diluar sel agar tidak keluar, sehingga akan
meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada manusia yang
mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang ditemukan tekanan darah rata-rata
rendah, sedangkan asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan darahnya rata-
rata lebih tinggi. Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6
gram/hari setara dengan 110 mmol natrium atau 2400 mg/hari.
c. Konsumsi Lemak Jenuh
Kebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan
berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga
meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan
darah. Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan
yang bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh
secukupnya yang berasal dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain
yang bersumber dari tanaman dapat menurunkan tekanan darah.
d. Penggunaan Jelantah
Jelantah adalah minyak goreng yang sudah lebih dari satu kali dipakai
untuk menggoreng, dan minyak goreng ini merupakan minyak yang telah
rusak. Bahan dasar minyak goreng bisa bermacam-macam seperti kelapa,
sawit, kedelai, jagung dan lain-lain. Meskipun beragam, secara kimia isi
kendungannya sebetulnya tidak jauh berbeda, yakni terdiri dari beraneka
asam lemak jenuh (ALJ) dan asam lemak tidak jenuh (ALTJ). Dalam jumlah
kecil terdapat lesitin, cephalin, fosfatida, sterol, asam lemak bebas, lilin,
pigmen larut lemak, karbohidrat dan protein. Hal yang menyebabkan
berbeda adalah komposisinya, minyak sawit mengandung sekitar 45,5%
ALJ yang didominasi oleh lemak palmitat dan 54,1% ALTJ yang didominasi
asam lemak oleat sering juga disebut omega-9. minyak kelapa mengadung
80% ALJ dan 20% ALTJ, sementara minyak zaitun dan minyak biji bunga
matahari hampir 90% komposisinya adalah ALTJ. Penggunaan minyak
goreng sebagai media penggorengan bisa menjadi rusak karena minyak
goreng tidak tahan terhadap panas. Minyak goreng yang tinggi kandungan
ALTJ-nya pun memiliki nilai tambah hanya pada gorengan pertama saja,
selebihnya minyak tersebut menjadi rusak. Bahan makanan kaya omega-3
yang diketahui dapat menurunkan kadar kolesterol darah, akan tidak
berkasiat bila dipanaskan dan diberi kesempatan untuk dingin kemudian
dipakai untuk menggoreng kembali, karena komposisi ikatan rangkapnya
telah rusak.
Minyak goreng terutama yang dipakai oleh pedagang goreng-
gorengan pinggir jalan, dipakai berulang kali, tidak peduli apakah warnanya
sudah berubah menjadi coklat tua sampai kehitaman. Alasan yang
dikemukakan cukup sederhana yaitu demi mengirit biaya produksi.
Dianjurkan oleh Ali Komsan, bagi mereka yang tidak menginginkan
menderita hiperkolesterolemi dianjurkan untuk membatasi penggunaan
minyak goreng terutama jelantah karena akan meningkatkan pembentukan
kolesterol yang berlebihan yang dapat menyebabkan aterosklerosis dan hal
ini dapat memicu terjadinya penyakit tertentu, seperti penyakit jantung,
darah tinggi dan lain-lain.
e. Kebiasaan Konsumsi Minum Minuman Beralkohol
Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi. Peminum alkohol berat
cenderung hipertensi meskipun mekanisme timbulnya hipertensi belum
diketahui secara pasti. Orang-orang yang minum alkohol terlalu sering atau
yang terlalu banyak memiliki tekanan yang lebih tinggi dari pada individu
yang tidak minum atau minum sedikit. Mekanisme peningkatan tekanan
darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun diduga, peningkatan kadar
kortisol dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah
merah berperan dalam menaikkan tekanan darah. Diperkirakan konsumsi
alkohol berlebihan menjadi penyebab sekitar 5-20% dari semua kasus
hipertensi. Mengkonsumsi tiga gelas atau lebih minuman berakohol per hari
meningkatkan risiko mendapat hipertensi sebesar dua kali. Bagaimana dan
mengapa alkohol meningkatkan tekanan darah belum diketahui dengan
jelas. Namun sudah menjadi kenyataan bahwa dalam jangka panjang,
minum-minuman beralkohol berlebihan akan merusak jantung dan organ-
organ lain.
f. Obesitas
Obesitas atau kegemukan dimana berat badan mencapai indeks massa
tubuh > 25 (berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m)) juga
merupakan salah satu faktor risiko terhadap timbulnya hipertensi. Obesitas
merupakan ciri dari populasi penderita hipertensi. Curah jantung dan
sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari
penderita hipertensi yang tidak obesitas. Pada obesitas tahanan perifer
berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf simpatis meninggi dengan
aktivitas renin plasma yang rendah. Olah raga ternyata juga dihubungkan
dengan pengobatan terhadap hipertensi. Melalui olah raga yang isotonik dan
teratur (aktivitas fisik aerobik selama 30-45 menit/hari) dapat menurunkan
tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Selain itu dengan
kurangnya olah raga maka risiko timbulnya obesitas akan bertambah, dan
apabila asupan garam bertambah maka risiko timbulnya hipertensi juga akan
bertambah. Obesitas erat kaitannya dengan kegemaran mengkonsumsi
makanan yang mengandung tinggi lemak. Obesitas meningkatkan risiko
terjadinya hipertensi karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh,
makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan
ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh
darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada
dinding arteri. Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut
jantung dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin menyebabkan
tubuh menahan natrium dan air. Menurut Alison Hull dalam penelitiannya
menunjukkan adanya hubungan antara berat badan dan hipertensi, bila berat
badan meningkat diatas berat badan ideal maka risiko hipertensi juga
meningkat. Pada penelitian lain dibuktikan bahwa curah jantung dan volume
darah sirkulasi lansia obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan
dengan penderita yang mempunyai berat badan normal dengan tekanan
darah yang setara. Obesitas mempunyai korelasi positif dengan hipertensi.
Anak-anak remaja yang mengalami kegemukan cenderung mengalami
tekanan darah tinggi (hipertensi). Ada dugaan bahwa meningkatnya berat
badan normal relatif sebesar 10 % mengakibatkan kenaikan tekanan darah 7
mmHg. Oleh karena itu, penurunan berat badan dengan membatasi kalori
bagi orang-orang yang obes bisa dijadikan langkah positif untuk mencegah
terjadinya hipertensi. Berat badan dan indeks Massa Tubuh (IMT)
berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik.
Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita
hipertensi ditemukan sekitar 20-30 % memiliki berat badan lebih.

g. Olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi, karena
olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan
menurunkan tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas
pada hipertensi. Kurang melakukan olahraga akan meningkatkan
kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah
akan memudahkan timbulnya hipertensi. Kurangnya aktifitas fisik
meningkatkan risiko menderita hipertensi karena meningkatkan risiko
kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai
frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus
bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot
jantung harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri.
h. Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila
stress menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap
tinggi. Hal ini secara pasti belum terbukti, akan tetapi pada binatang
percobaan yang diberikan pemaparan tehadap stress ternyata membuat
binatang tersebut menjadi hipertensi. Stres adalah suatu kondisi disebabkan
oleh transaksi antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan
persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi dengan
sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang. Stres
adalah yang kita rasakan saat tuntutan emosi, fisik atau lingkungan tak
mudah diatasi atau melebihi daya dan kemampuan kita untuk mengatasinya
dengan efektif. Namun harus dipahami bahwa stres bukanlah pengaruh-
pengaruh yang datang dari luar itu. Stres adalah respon kita terhadap
pengaruh-pengaruh dari luar itu. Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan,
murung, bingung, cemas, berdebar-debar, rasa marah, dendam, rasa takut,
rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon
adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat,
sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stres berlangsung cukup lama,
tubuh berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis
atau perubahan patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau
penyakit maag. Menurut Slamet Suyono stres juga memiliki hubungan
dengan hipertensi. Hal ini diduga melalui saraf simpatis yang dapat
meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila stress berlangsung
lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap. Stres
dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu dan bila stres
sudah hilang tekanan darah bisa normal kembali. Peristiwa mendadak
menyebabkan stres dapat meningkatkan tekanan darah, namun akibat stress
berkelanjutan yang dapat menimbulkan hipertensi belum dapat dipastikan.

C. TANDA DAN GEJALA


Hipertensi adalah penyakit yang biasanya tanpa gejala. Namun demikian,
secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Gejala yang dimaksud adalah sakit
kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan, dan kelelahan, yang
bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi maupun pada seseorang dengan
tekanan darah yang normal.
Retina merupakan bagian tubuh yang secara langsung bisa menunjukkan
adanya efek dari hipertensi terhadap arteriola (pembuluh darah kecil). Dengan
anggapan bahwa perubahan yang terjadi di dalam retina mirip dengan
perubahan yang terjadi di dalam pembuluh darah lainnya di dalam tubuh,
seperti ginjal. Untuk memeriksa retina, digunakan suatu oftalmoskop. Dengan
menentukan derajat kerusakan retina (retinopati), maka bisa ditentukan
beratnya hipertensi. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati,
maka dapat menunjukkan gejala sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak
nafas, gelisah, dan pandangan menjadi kabur. Adapun tanda dan gejala dari
hipertensi seperti yang tertera di bawah ini
1. Gelisah,
2. Nadi cepat,
3. Sukar tidur,
4. Sesak nafas,
5. Sakit kepala,
6. Lemah dan lelah,
7. Rasa pegal di bahu,
8. Jantung berdebar – debar,
9. Pandangan menjadi kabur,
10. Mata berkunang – kunang.

D. KOMPLIKASI
Tekanan darah tinggi apabila tidak diobati dan ditanggulangi, maka dalam
jangka panjang akan terjadi komplikasi serius pada organ-organ sebagai
berikut, yaitu :
1. Jantung
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung dan
penyakit jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung
akan meningkat, otot jantung akan menyesuaikan sehingga terjadi
pembesaran jantung dan semakin lama otot jantung akan mengendor dan
berkurang elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akibatnya, jantung
tidak mampu lagi memompa dan menampung darah dari paru sehingga
banyak cairan tertahan di paru maupun jaringan tubuh lain yang dapat
menyebabkan sesak nafas atau oedema. Kondisi ini disebut gagal jantung.
2. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan risiko stroke. Tekanan
darah tinggi dapat menyebabkan dua jenis stroke, yaitu stroke iskemik dan
stroke hemoragik. Jenis stroke yang paling sering (sekitar 80% kasus)
adalah stroke iskemik. Stroke ini terjadi karena aliran darah di arteri otak
terganggu. Otak menjadi kekurangan oksigen dan nutrisi. Stroke hemoragik
(sekitar 20% kasus) timbul saat pembuluh darah di otak atau di dekat otak
pecah. Penyebab utamanya adalah tekanan darah tinggi yang persisten. Hal
ini menyebabkan darah meresap ke ruang di antara sel-sel otak. Walaupun
stroke hemoragik tidak sesering stroke iskemik, namun komplikasinya
dapat menjadi lebih serius.
3. Ginjal
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan
sistem penyaringan di dalam ginjal, akibatnya lambat laun ginjal tidak
mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk
melalui aliran darah dan terjadi penumpukan di dalam tubuh
4. Mata
Tekanan darah tinggi dapat mempersempit atau menyumbat arteri di
mata, sehingga menyebabkan kerusakan pada retina (area pada mata yang
sensitif terhadap cahaya). Keadaan ini disebut penyakit vaskular retina.
Penyakit ini dapat menyebabkan kebutaan dan merupakan indikator awal
penyakit jantung

E. PENCEGAHAN
1. Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial yaitu usaha pencegahan predisposisi terhadap
hipertensi, belum terlihat adanya faktor yang menjadi risiko hipertensi,
contoh adanya peraturan pemerintah membuat peringatan pada rokok,
dengan melakukan senam kesegaran jasmani untuk menghindari terjadinya
hipertensi.
2. Pencegahan Primer
Pencegahan primer yaitu upaya awal pencegahan sebelum seseorang
menderita hipertensi, dimana dilakukan penyuluhan faktor-faktor risiko
hipertensi terutama pada kelompok risiko tinggi. Tujuan pencegahan primer
adalah untuk mengurangi insidensi penyakit dengan cara mengendalikan
penyebab-penyebab penyakit dan faktor-faktor risikonya Upaya-upaya
yang dilakukan dalam pencegahan primer terhadap hipertensi antara lain :
a. Pola Makan yang Baik
1) Mengurangi asupan garam dan lemak tinggi
Terlalu banyak mengonsumsi garam dapat meningkatkan tekanan
darah hingga ke tingkat yang membahayakan. Panduan terkini dari
British Hypertension Society menganjurkan asupan natrium dibatasi
sampai kurang dari 2,4 gram sehari. Jumlah tersebut setara dengan 6
gram garam, yaitu sekitar 1 sendok teh per hari. Penting untuk diingat
bahwa banyak natrium (sodium) tersembunyi dalam makanan, terutama
makanan yang diproses.
2) Meningkatkan konsumsi sayur dan buah
Jenis makanan ini sangat baik untuk melawan penyakit hipertensi.
Dengan mengonsumsi sayur dan buah secara teratur dapat menurunkan
risiko kematian akibat hipertensi, stroke, dan penyakit jantung koroner,
menurunkan tekanan darah, dan mencegah kanker. Sayur dan buah
mengandung zat kimia tanaman (phytochemical) yang penting seperti
flavonoids, sterol, dan phenol.
b. Perubahan Gaya Hidup
1) Olahraga teratur
Olahraga sebaiknya dilakukan teratur dan bersifat aerobik, karena
kedua sifat inilah yang dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga
aerobik maksudnya olahraga yang dilakukan secara terus-menerus
dimana kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi tubuh, misalnya
jogging, senam, renang, dan bersepeda. Aktivitas fisik adalah setiap
gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi
(pembakaran kalori). Aktivitas fisik sebaiknya dilakukan sekurang-
kurangnya 30 menit perhari dengan baik dan benar. Salah satu manfaat
dari aktivitas fisik yaitu menjaga tekanan darah tetap stabil dalam batas
normal. Contoh dari aktivitas fisik yang dapat menjaga kestabilan
tekanan darah misalnya turun bus lebih awal menuju tempat kerja yang
kira-kira menghabiskan 20 menit berjalan kaki dan saat pulang berhenti
di halte yang menghabiskan kira-kira 10 menit berjalan kaki menuju
rumah, atau membersihkan rumah selama 10 menit, dua kali dalam
sehari ditambah 10 menit bersepeda, dan lain-lain.39 Melakukan
olahraga secara teratur dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4-8
mmHg. Latihan fisik isometrik seperti angkat besi dapat meningkatkan
tekanan darah dan harus dihindari pada penderita hipertensi. Di usia tua,
fungsi jantung dan pembuluh darah akan menurun, demikian juga
elastisitas dan kekuatannya. Tetapi jika berolahraga secara teratur, maka
sistem kardiovaskular akan berfungsi maksimal dan tetap terpelihara.
2) Menghentikan rokok
Tembakau mengandung nikotin yang memperkuat kerja jantung
dan menciutkan arteri kecil hingga sirkulasi darah berkurang dan
tekanan darah meningkat. Berhenti merokok merupakan perubahan
gaya hidup yang paling kuat untuk mencegah penyakit kardiovaskular
pada penderita hipertensi.
3) Membatasi konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol dalam jumlah sedang sebagai bagian dari pola
makan yang sehat dan bervariasi tidak merusak kesehatan. Namun
demikian, minum alkohol secara berlebihan telah dikaitkan dengan
peningkatan tekanan darah. Pesta minuman keras (binge drinking)
sangat berbahaya bagi kesehatan karena alkohol berkaitan dengan
stroke. Wanita sebaiknya membatasi konsumsi alkohol tidak lebih dari
14 unit per minggu dan laki-laki tidak melebihi 21 unit perminggu.
Menghindari konsumsi alkohol bisa menurunkan TDS 2-4 mmHg
c. Mengurangi Kelebihan Berat Badan
Di antara semua faktor risiko yang dapat dikendalikan, berat badan
adalah salah satu yang paling erat kaitannya dengan hipertensi.
Dibandingkan dengan yang kurus, orang yang gemuk lebih besar
peluangnya mengalami hipertensi. Penurunan berat badan pada
penderita hipertensi dapat dilakukan melalui perubahan pola makan dan
olahraga secara teratur. Menurunkan berat badan bisa menurunkan TDS
5-20 mmHg per 10 kg penurunan BB
3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder yaitu upaya pencegahan hipertensi yang sudah
pernah terjadi untuk berulang atau menjadi berat. Pencegahan ini ditujukan
untuk mengobati para penderita dan mengurangi akibat-akibat yang lebih
serius dari penyakit, yaitu melalui diagnosis dini dan pemberian
pengobatan. Dalam pencegahan ini dilakukan pemeriksaan tekanan darah
secara teratur dan juga kepatuhan berobat bagi orang yang sudah pernah
menderita hipertensi.
a. Penatalaksanaan Nonfarmakologis
Pendekatan nonfarmakologis merupakan penanganan awal sebelum
penambahan obat-obatan hipertensi, disamping perlu diperhatikan oleh
seorang yang sedang dalam terapi obat. Pada pasien hipertensi yang
terkontrol, pendekatan nonfarmakologis ini dapat membantu
pengurangan dosis obat pada sebagian penderita. Oleh karena itu,
modifikasi gaya hidup merupakan hal yang penting diperhatikan,
karena berperan dalam keberhasilan penanganan hipertensi. Pendekatan
nonfarmakologis yang termasuk adalah :
1) Menurunkan faktor risiko yang menyebabkan atherosklerosis
2) Olahraga dan aktivitas fisik
3) Perubahan pola makan
a) Mengurangi asupan garam
b) Diet rendah lemak jenuh
c) Memperbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan, dan susu
rendah lemak
4) Menghilangkan stres.
b. Penatalaksanaan Farmakologis
Selain cara pengobatan nonfarmakologis, penatalaksanaan utama
hipertensi primer adalah dengan obat. Keputusan untuk mulai
memberikan obat antihipertensi berdasarkan beberapa faktor seperti
derajat peninggian tekanan darah, terdapatnya kerusakan organ target,
dan terdapatnya manifestasi klinis penyakit kardiovaskuler atau faktor
risiko lain. Terapi dengan pemberian obat antihipertensi terbukti dapat
menurunkan sistol dan mencegah terjadinya stroke pada pasien usia 70
tahun atau lebih.
4. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier yaitu upaya mencegah terjadinya komplikasi yang
lebih berat atau kematian. Upaya yang dilakukan pada pencegahan tersier
ini yaitu menurunkan tekanan darah sampai batas yang aman dan
mengobati penyakit yang dapat memperberat hipertensi. Pencegahan tersier
dapat dilakukan dengan follow up penderita hipertensi yang mendapat
terapi dan rehabilitasi. Follow up ditujukan untuk menentukan
kemungkinan dilakukannya pengurangan atau penambahan dosis obat.

F. OBAT TRADISIONAL UNTUK HIPERTENSI


1. Makanan yang boleh dimakan
a. Seledri
Seledri sejak zaman dahulu sudah menjadi obat tradisional di negara China
karena bisa mengobati tekanan darah tinggi. Sesuai penelitian baru-baru ini
seledri bisa diolah menjadi jus dan dapat menurunkan tekanan darah tinggi
dengan cara mengkonsumsi setiap hari. Karena kandungan kalium,
antioksidan dan mineral pada seledri dapat meregangkan otot-otot yang ada
pada dinding arteri sehingga darah bisa mengalir lancar. Berguna untuk
mengurangi hormon yang menimbulkan stres karena pembuluh darah yang
semakin lama semakin mengerut.
b. Bawang putih
Bawang putih berguna untuk menurunkan tekanan darah tinggi karena
kandungan alisin yang ada di dalamnya mampu melebarkan pembekuan
darah dan menghindarkan terjadinya hipertensi. Selain itu bawang putih
menghasilkan kolesterol HDL yang baik untuk menurunkan tekanan darah
tinggi dalam tubuh.
c. Tomat
Tomat merupakan makanan hipertensi yang tepat untuk dikomsumsi orang-
orang yang mengalami tekanan darah tinggi. Sebaiknya jika anda
mempunyai tekanan darah tinggi atau hipertensi anda mengkomsumsi tomat
setiap harinya karena tomat sangat baik untuk penderita hipertensi.

d. Gandum
Salah satu makanan hipertensi yang bisa anda komsumsi adalah gandum,
selain bisa menurunkan lemak ditubuh gandum juga bisa menurunkan
takanan darah ditubuh secara efektif jadi sangat cocok untuk dikomsumsi
bagi anda yang mempunyai masalah dalam tekanan darah.
e. Kentang
Kentang merupakan makanan yang banyak dikomsumsi orang dan bisa
dijadikan sebagai menu makanan yang sehat dan baik untuk kesehatan.
Untuk menurunkan tekanan darah tinggi sebaiknya anda mengkomsumsi
kentang dengan rutin.
f. Pisang
Tentunya anda semua sudah tidak asing lagi dengan buah pisang, ternyata
buah pisang adalah salah satu makanan hipertensi yang tepat untuk
dikomsumsi bagi penderita darah tinggi. Pisang mempunyai banyak
kandungan vitamin yang baik untuk menurunkan tekanan darah tinggi yang
anda alami.
g. Kedelai
Kedelai juga termasuk kedalam makanan hipertensi yang tepat yang bisa
anda komsumsi, keledai mempunyai kandungan magnesium dan juga
kalium yang sangat baik untuk menurunkan tekanan darah tinggi, anda bisa
mengkomsumsi susu kedelai secara rutin jika ingin mendapatkan tekanan
darah yang normal.
h. Sayuran Hijau
Makanan hipertensi yang terakhir yang bisa anda komsumsi adalah sayuran
hijau seperti bayam. Bayam merupakan sayuran yang banyak mengandung
serat, potasium, magnesium, dan nutrisi yang ampuh untuk menurunkan
tekanan darah didalam tubuh jadi anda komsumsi bayam secara rutin
dengan memasukan bayam kedalam menu makanan anda.
i. Mentimun
Jus mentimun mengandung hormon yang dibutuhkan oleh sel-sel pankreas
untuk memproduksi insulin dan sangat bermanfaat bagi penderita diabetes.
Para peneliti menemukan bahwa senyawa yang disebut sterol di dalam
mentimun dapat membantu mengurangi kadar kolesterol. Mentimun juga
mengandung banyak potasium, magnesium dan serat yang bekerja efektif
mengatur tekanan darah. Hal ini membuat mentimun baik untuk merawat
tekanan darah rendah dan tekanan darah tinggi.
j. Melon
Melon merupakan salah satu buah yang sangat menyegarkan dan enak untuk
disantap. Selain itu, melon juga memiliki kandungan level potasium yang
tinggi. Kandungan ini berguna untuk mencegah terjadinya darah tinggi atau
hipertensi.

2. Cara membuat obat tradisional penurun hipertensi menggunakan


mentimun
a. Bahan
1) Melon
2) Gula Secukupnya
3) Air secukupnya
b. Alat
1) Blender
2) Pisau
3) Gelas
4) Sendok
c. Cara membuat
1) Cuci melon sampai bersih, kupas dan potong menjadi beberapa bagian
2) Masukkan bahan yang sudah disiapkan ke dalam blender dan
tambahkan sedikit air
3) Blender melon hingga halus kemudian saring jus mentimun ke dalam
gelas yang sudah disiapkan
4) Jus melon siap diminum.

Lampiran 2
EVALUASI

1. Apa yang dimaksud dengan hipertensi?


2. Bagaimana tanda dan gejala seseorang terkena hipertensi?
3. Apa sajakah komplikasi dari hipertensi?

Kunci jawaban
1. Hipertensi adalah tekanan darah yang lebih besar dibandingkan dengan
tekanan darah pada keadaan normal. Menurut WHO yang dikutip oleh
Slamet Suyono (2001:253) batas tekanan darah yang masih dianggap
normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan atau lebih
dari 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Secara umum seseorang
dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah sistolik/diastolik 140/90
mmHg (normalnya 120/80 mmHg).
2. Tanda dan gejala
Adapun tanda dan gejala dari hipertensi seperti yang tertera di bawah ini
a. Gelisah,
b. Nadi cepat,
c. Sukar tidur,
d. Sesak nafas,
e. Sakit kepala,
f. Lemah dan lelah,
g. Rasa pegal di bahu,
h. Jantung berdebar – debar,
i. Pandangan menjadi kabur,
j. Mata berkunang – kunang.
3. Komplikasi dari hipertensi
Tekanan darah tinggi apabila tidak diobati dan ditanggulangi, maka dalam
jangka panjang akan terjadi komplikasi serius pada organ-organ sebagai
berikut, yaitu :
a. Jantung
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung dan
penyakit jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja
jantung akan meningkat, otot jantung akan menyesuaikan sehingga
terjadi pembesaran jantung dan semakin lama otot jantung akan
mengendor dan berkurang elastisitasnya, yang disebut dekompensasi.
Akibatnya, jantung tidak mampu lagi memompa dan menampung darah
dari paru sehingga banyak cairan tertahan di paru maupun jaringan
tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak nafas atau oedema. Kondisi
ini disebut gagal jantung.
b. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan risiko stroke. Tekanan
darah tinggi dapat menyebabkan dua jenis stroke, yaitu stroke iskemik
dan stroke hemoragik. Jenis stroke yang paling sering (sekitar 80%
kasus) adalah stroke iskemik. Stroke ini terjadi karena aliran darah di
arteri otak terganggu. Otak menjadi kekurangan oksigen dan nutrisi.
Stroke hemoragik (sekitar 20% kasus) timbul saat pembuluh darah di
otak atau di dekat otak pecah. Penyebab utamanya adalah tekanan darah
tinggi yang persisten. Hal ini menyebabkan darah meresap ke ruang di
antara sel-sel otak. Walaupun stroke hemoragik tidak sesering stroke
iskemik, namun komplikasinya dapat menjadi lebih serius.
c. Ginjal
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan sistem
penyaringan di dalam ginjal, akibatnya lambat laun ginjal tidak mampu
membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui
aliran darah dan terjadi penumpukan di dalam tubuh
d. Mata
Tekanan darah tinggi dapat mempersempit atau menyumbat arteri di
mata, sehingga menyebabkan kerusakan pada retina (area pada mata
yang sensitif terhadap cahaya). Keadaan ini disebut penyakit vaskular
retina. Penyakit ini dapat menyebabkan kebutaan dan merupakan
indikator awal penyakit jantung.
Gianyar, Desember
2018

Mengetahui

Nama Pembimbing Praktik/CI Mahasiswa

Ni Wayan Pusparini, A.Md.Keb A.A. Istri Maransika


Nike Putri

NRPTT. 22.4.048.15075 NIM. P07120216025

Nama Pembimbing Akademik/CT


I Ketut Gama, SKM., M.Kes.

NIP. 19620222198309001

Anda mungkin juga menyukai