Anda di halaman 1dari 11

Sifat: essay dan take home

Waktu: 2 minggu

1. Buatlah contoh transaksi keuangan dlm suatu organisasi kesehatan sebanyak 30


transaksi yg dilengkapi dg nominal n semua variasi account (aset, biaya, hutang, modal
n pendapatan) !
2. Sajikan jurnal, buku besar n neraca pd soal no 1 tsb !
3. Buatlah laporan rugi laba pada soal no 1 diatas n jelaskan kondisi rugi laba tsb !
4. Buatlah contoh arus kas n jelaskan kondisi arus kas tsb !
5. Sebut n jelaskan prinsip dalam akuntansi !

Fania membuka usaha kantor Akuntan dengan nama “ Fania Akuntan” transaksi-
transaksi selama bulan Juli 2017 adalah sebagai berikut :

Juli 2 Karyanto menginvestasikan sebagai modal pertama :


Uang tunai Rp. 1.750.000
Peralatan kantor Rp. 1.500.000
Gedung kantor Rp. 4.250.000
Juli 5 Dibeli tunai suplai kantor seharga Rp. 200.000
Juli 8 Diterima Pendapatan jasa Rp. 1.450.000
Juli 10 Bibayar upah buruh Rp. 30.000
Juli 15 Diterima pendapatan Jasa Rp. 600.000
Juli 20 Dibeli dengan kredit dari Toko “Liberties” peralatan kantor Rp. 750.000
Juli 25 Dibeli dengan kredit dari Toko “Nauli” suplai kantor Rp. 300.000
Juli 27 Dibayar beban kebersihan kepada petugas pemerintah daerah Rp. 15.000
Juli 28 Diterima pendapatan jasa Rp. 500.000
Juli 30 Dibayar Beban Gaji yang akan dibayarkan bulan depan Rp. 300.000

Penyelesaian :
a. Jurnal Umum
Tanggal Keterangan / Perkiraan reff Debit Kredit
Juli 2 Kas 101 1.750.000 -
Peralatan Kantor 103 1.500.000 -
Gedung Kantor 104 4.250.000 -
Modal Agus 301 - 7.500.000
5 Suplai Kantor 102 200.000 -
Kas 101 - 200.000
8 Kas 101 1.450.000
Pendapatan Jasa 401 1.450.000
10 Beban Gaji 501 30.000
Kas 101 30.000
15 Kas 101 600.000
Pendapatan Jasa 401 600.000
20 Peralatan Kantor 103 750.000
Hutang Usaha 201 750.000
25 Suplai Kantor 102 300.000
Hutang Usaha 201 300.000
27 Beban Kebersihan (Retribusi Sampah) 502 15.000
Kas 101 15.000
28 Kas 101 500.000
Pendapatan Jasa 401 500.000
30 Beban Gaji 501 300.000
Hutang Gaji 402 300.000
11.645.000 11.645.000

b. Buku Besar
Kas No.
101
Tgl Keterangan Ref Debit Kredit Saldo
Rp Rp D/K Rp
Juli 2 modal Hal 1.750.000 - D 1.750.000
5 Pemb. Suplai kantor 1 - 200.000 D 1.550.000
8 Pendapatan Jasa Hal 1.450.000 - D 3.000.000
10 Beban Gaji 1 - 30.000 D 2.970.000
15 Pendapatan Jasa Hal 600.000 - D 3.570.000
27 Beban Kebersihan 1 - 15.000 D 3.555.000
28 Pendapatan Jasa Hal 500.000 - D 4.055.000
1
Hal
1
Hal
1
Hal
1
Suplai Kantor No.
102
Tgl Keterangan Ref Debit Kredit Saldo
Rp Rp D/K Rp
Juli 5 Dibeli Suplai Kantor Hal 200.000 - D 200.000
25 tunai 1 300.000 - D 500.000
Dibeli Suplai Kantor Hal
kredit 1

Peralatan Kantor No. 103


Tgl Keterangan Ref Debit Kredit Saldo
Rp Rp D/K Rp
Juli 2 Investasi awal Hal 1.500.000 - D 1.500.000
20 Peralatan Kantor 1 750.000 - D 2.250.000
Pembelian Peralatan Hal
Kantor 1

Gedung
Kantor No. 104
Tgl Keterangan Ref Debit Kredit Saldo
Rp Rp D/K Rp
Juli 2 Investasi awal Gedung Hal 4.250.000 - D 4.250.000
kantor 1

Hutang
Usaha No. 201
Tgl Keterangan Ref Debit Kredit Saldo
Rp Rp D/K Rp
Juli 20 Pembelian peralatan Hal - 750.000 K 750.000
kantor kredit. 1
25 Pembelian Supali kantor - 300.000 K 1.050.000
kredit Hal
1
Hutang
Gaji No. 202
Tgl Keterangan Ref Debit Kredit Saldo
Rp Rp D/K Rp
Juli 30 Gaji yang belum dibayar Hal - 300.000 K 300.000
1

Modal
Karyanto No. 301
Tgl Keterangan Ref Debit Kredit Saldo
Rp Rp D/K Rp
Juli 2 Modal Awal Hal - 7.500.000 K 7.500.000
1

Pendapatan
Jasa No. 401
Tgl Keterangan Ref Debit Kredit Saldo
Rp Rp D/K Rp
Juli 8 Pendapatan Jasa Hal - 1.450.000 K 1.450.000
15 Pendapatan Jasa 1 - 600.000 K 2.050.000
28 Pendapatan Jasa Hal - 500.000 K 2.550.000
1
Hal
1

Beban
Gaji No. 501
Tgl Keterangan Ref Debit Kredit Saldo
Rp Rp D/K Rp
Juli 10 Beban Gaji Hal 30.000 - D 30.000
30 Beban Gaji 1 300.000 - D 330.000
Hal
1

Beban
Kebersihan No. 502
Tgl Keterangan Ref Debit Kredit Saldo
Rp Rp D/K Rp
Juli 30 Beban Kebersihan Hal 15.000 - D 15.000
1

c. Neraca Saldo
“Fania Akuntan”
Neraca saldo
31 Juli 2017
No. Nama Perkiraan Debit Kredit
Perkiraan
101 Kas 4.055.000 -
102 Suplai Kantor 500.000 -
103 Peralatan Kantor 2.250.000 -
104 Gedung Kantor 4.250.000 -
201 Hutang Usaha - 1.050.000
202 Hutang Gaji - 300.000
301 Modal Karyanto - 7.500.000
401 Pendapatan Jasa - 2.550.000
501 Beban Gaji 330.000 -
502 Beban Kebersihan 15.000 -
Rp. Rp. 11.400.000
11.400.000

d. Neraca
“Fania Akuntan”
Neraca
31 Juli 2017

AKTIVA PASSIVA

Aktiva Lancar Kewajiban Lancar


Kas Rp1.850.000 : Rp
Suplai 500.000 Utang Usaha 1.050.000
Kantor 2.250.000 Utang Gaji 300.000
Peralatan Kantor 4.600.000 Jumlah Kewajiban 1.350.000
Jumlah Aktiva Lancar Lancar

Aktiva Tak Lancar 7.500.000


4.250.000 MODAL :
Gedung Kantor
8.850.000
Jumlah Aktiva 8.850.000
Jumlah Passiva

e. Laporan Laba Rugi


“Fania Akuntan”
Laporan Laba Rugi
31 Juli 2017

Pendapatan
Jasa 2.550.000
Beban-Beban :
Beban Gaji 330.000
Beban Kebersihan 15.000
Total
Beban 345.000
Laba
2.205.000

Prinsip-prinsip dalam Akutansi !


Prinsip akuntansi merupakan dasar atau acuan dalam melaksanakan proses akuntansi.
Pemakaian prinsip akuntansi memunculkan penilaian secara obyektif terhadap produk
akuntansi sehingga tidak menyebabkan terjadinya perbedaan atau permasalahan. Selain itu,
laporan keuangan sebagai produk akuntansi haruslah bisa dibaca dan dipahami oleh semua
pihak.

Karena itu perlu adanya penyeragaman pada prosedur akuntansi. Dan terciptalah
prinsip akuntansi yang dikenal dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU). Adapun
prinsip-prinsip akuntansi berterima umum tersebut adalah sebagai berikut :

1. Prinsip Entitas Ekonomi (Economic Entity Principle)

Prinsip entitas ekonomi disebut juga dengan prinsip kesatuan entitas. Prinsip ini
mengakui konsep kesatuan usaha sebuah perusahaan. Maksudny, bahwa suatu perusahaan
adalah sebuah kesatuan usaha atau ekonomi yang berdiri sendiri dan terpisah dengan pribadi
pemilik ataupun entitas ekonomi lainnya. Arti berdiri sendiri dan terpisah adalah dalam hal aset
atau kekayaan perusahaan. Jadi akuntansi menuntut adanya pemisahan aset perusahaan dengan
kekayaan pribadi pemilik perusahaan yang bersangkutan. Seluruh pencatatan atas
semua transaksi keuangan yang terjadi tidak boleh dicampur antara pencatatan
perusahaan dengan pencatatan pribadi pemilik.

Prinsip ini juga berlaku untuk utang atau kewajiban. Antara utang perusahaan dengan
utang pribadi pemilik harus terpisah dengan jelas. Prinsip ini menciptakan adanya tanggung
jawab yang jelas terhadap keuangan perusahaan

2. Prinsip Periode Akuntansi (Period Principle)

Prinsip periode akuntansi disebut juga prinsip kurun waktu. Arti prinsip ini adalah
penilaian dan pelaporan keuangan entitas usaha dibatasi oleh periode waktu tertentu. Prinsip
ini bertujuan untuk menghasilkan informasi keuangan yang terukur. Periode akuntansi yang
umum dipakai dalam menjalankan usaha adalah 1 tahun, yaitu mulai tanggal 1 Januari
sampai 31 Desember.

3. Prinsip Satuan Moneter (Unit Monetary Principle)

Prinsip satuan moneter adalah pencatatan transaksi keuangan harus dinyatakan dalam
bentuk mata uang tanpa melibatkan faktor-faktor non kuantitatif. Contoh faktor non
kuantitatif ini seperti prestasi, mutu, kinerja, strategi usaha, dan sebagainya. Faktor-faktor ini
tidak termasuk dalam satuan moneter karena tidak bisa dinilai maupun dilaporkan dalam
bentuk uang.

Jadi prinsip moneter menekankan pada pencatatan yang terbatas pada segala sesuatu
yang bisa diukur dan dinilai dengan satuan uang.

4. Prinsip Biaya Historis (Historical Cost Principle)

Prinsip biaya historis mengharuskan penilaian atau pencatatan transaksi keuangan atas
suatu barang atau jasa berdasarkan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang
atau jasa tersebut. Jika terdapat proses tawar-menawar saat transaksi terjadi, maka yang dinilai
dan dicatat adalah harga jadi yang disepakati bersama.

Untuk menilai sebuah barang misalkan saja aset, terdapat berbagai cara yang bisa
digunakan seperti nilai buku, nilai pasar, nilai ganti dan nilai tunai. Dalam Generally Accepted
Accounting Principles (GAAP), prinsip biaya historis ini menggunakan harga perolehan atau
harga akuisisi dalam mencatat perolehan aset, utang, modal dan biaya.

Harga perolehan yang dimaksud adalah harga pertukaran yang disepakati oleh kedua
belah pihak yang terlibat dalam sebuah transaksi keuangan. Sebagai contoh, sebidang tanah
memiliki harga pasaran berdasarkan lokasinya senilai Rp 100.000.000,- Namun sebuah
perusahaan mampu membeli tanah tersebut dengan harga Rp 90.000.000,- Maka yang diakui
dan dicatat adalah Rp 90.000.000 sebagai harga kesepakatan antara penjual dengan perusahaan
tersebut.

5. Prinsip Kesinambungan Usaha (Going Concern Principle)

Prinsip kesinambungan usaha menganggap bahwa sebuah entitas usaha akan beroperasi
terus-menerus dan berkesinambungan. Karena memang tidak ada perusahaan yang
menginginkan usahanya akan berhenti di tengah jalan, kecuali terjadi peristiwa tertentu misal
bencana alam.

6. Prinsip Pengungkapan Penuh (Full Disclosure Principle)

Prinsip pengungkapan penuh adalah prinsip akuntansi yang menyajikan informasi


keuangan secara lengkap dan informatif. Karena mengingat banyaknya pengguna informasi
akuntansi.
Namun informasi keuangan tersebut hanya berupa ringkasan dari seluruh transaksi
yang terjadi pada 1 periode. Karena tidak mungkin memuat semua informasi dalam 1 laporan.
Maka pada laporan keuangan diberi keterangan atau informasi tambahan yang diperlukan yang
tidak terdapat dalam laporan keuangan. Informasi tambahan tersebut berupa catatan kaki atau
lampiran yang berisi :

 Metode akuntansi yang digunakan


 Perubahan-perubahan yang terjadi dalam penerapan metode akuntansi, koreksi, taksiran, dan
lain-lain. Catatan tentang perubahan ini sekaligus menunjukkan bagaimana perlakuan
perusahaanterhadap perubahan yang terjadi tersebut
 Kontrak pembelian atau kontrak penting lain
 Kemungkinan adanya laba atau rugi yang bersyarat
 Catatan tentang modal, misal jumlah saham dan lainnya
 Catatan tambahan untuk menunjukkan perhitungan yang lebih detail tentang akun tertentu
yang dianggap penting dan material.

7. Prinsip Pengakuan Pendapatan (Revenue Recognition Principle)

Pendapatan adalah penambahan kekayaan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan
usaha seperti penjualan, persewaan, penerimaan bagi hasil, dan sebagainya. Dasar yang
digunakan untuk mengukur pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diperoleh atas
transaksi keuangan tersebut.

Pada prinsip ini, pendapatan diakui ketika terjadi transaksi keuangan dan ada kepastian
nilai nominal atas pendapatan tersebut, meski penambahan kas atau setara kas belum diterima
perusahaan. Namun prinsip ini tidak selalu bisa diterapkan oleh pelaku usaha sehingga
memunculkan ketentuan lain untuk bisa mengakui pendapatan. Contoh ketentuan lain tersebut
di antaranya :

 pengakuan pendapatan ketika produksi barang telah selesai


 pengakuan pendapatan saat diterima pemesanan oleh konsumen meski barang masih dalam
proses produksi
 pengakuan pendapatan ketika kas atau setara kas telah diterima perusahaan.

8. Prinsip Mempertemukan (Matching Principle)


Prinsip Mempertemukan ini artinya biaya yang dikeluarkan perusaan dipertemukan
atau di-matching-kan dengan pendapatan yang diterima. Maksudnya adalah untuk menentukan
nilai penghasilan bersih tiap periode. Prinsip ini sangat bergantung pada prinsip pengakuan
pendapatan. Karena jika pengakuan pendapatan ditunda, maka pembebanan biaya tidak bisa
dilakukan. (Baca juga : Manfaat Jurnal Khusus )

Ada beberapa kekurangan pada prinsip ini, misal biaya yang dikeluarkan tidak
berhubungan langsung dengan pendapatan yang diterima. Contoh : Biaya administrasi. Biaya
administrasi adalah biaya yang tidak berhubungan langsung dengan pendapatan meski
mendukung terjadinya pendapatan itu sendiri. Biaya ini bisa dibebankan pada periode
terjadinya pendapatan tersebut. Biaya semacam itu sering disebut dengan Period Cost.

Contoh period cost lain adalah biaya yang dikeluarkan dan memiliki hubungan dengan
produksi tetapi nilai manfaatnya tidak habis dalam satu periode. Biaya seperti ini akan ditunda
pembebanannya. Dalam arti, pembebanan biaya akan dialokasi atau dibagi ke dalam periode-
periode di mana biaya tersebut dimanfaatkan. Pengalokasian biaya tersebut dihitung
berdasarkan jumlah bulan yang ditaksir yang menggunakan manfaat dari biaya tersebut.

Sebagai efek dari prinsip ini dan kondisi di atas, pembebanan biaya disarankan
menggunakan Accrual Basis dalam pencatatan akuntansinya. Sehingga memunculkan adanya
jurnal penyesuaian pada akhir periode untuk mempertemukan antara biaya dan pendapatan

9. Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)

Prinsip konsistensi adalah prinsip akuntansi yang harus digunakan pada pelaporan
keuangan secara konsisten atau tidak berubah-ubah dalam hal metode, prosedur dan kebijakan
yang digunakan. Gunanya agar laporan keuangan yang dihasilkan pada suatu periode bisa
diperbandingkan dengan laporan keuangan periode-periode sebelumnya, sehingga bisa
memberikan manfaat bagi para penggunanya. Dengan penggunaan metode dan prosedur secara
konsisten, maka jika ada perbedaan yang terjadi bisa diketahui dengan cepat.

Namun prinsip ini bukan berarti melarang adanya perubahan metode atau prosedur
akuntansi. Sebuah perusahaan boleh mengganti metode yang dipakai dengan memberikan
penjelasan alasan penggantian tersebut pada laporan keuangan perusahaannya.

10. Prinsip Materialitas


Prinsip materialitas adalah prinsip yang mengakui adanya pengukuran dan pencatatan
akuntansi secara material atau bernilai. Bernilai dalam arti bernilai nominal dan bisa dijual.
Jika tidak material, maka tidak perlu dinilai dan diakui.

Anda mungkin juga menyukai