Anda di halaman 1dari 2

billysendhi.blogspot.co.id/2014/12/teknologi-bioflok.

html

Beberapa minggu yang lalu penulis mengulas tentang teknologi RWS (Red Water System)
yang merupakan teknik dalam membudidayakan ikan tampa harus mengganti air. Nah,
saat ini penulis akan mengulas sedikit tentang budidaya bioflok. Bioflok ini merupakan
teknologi yang sangat efisien dan dapat digunakan dalam banyak budidaya ikan air tawar.
Pengertian
Bioflok berasal dari dua kata yaitu Bio “kehidupan” dan Flok “gumpalan”. Sehingga biofloc
dapat diartikan sebagai bahan organik hidup yang menyatu menjadi gumpalan-gumpalan.
Gumpalan tersebut terdiri dari berbagai mikroorganisme air termasuk bakteri, algae, fungi,
protozoa, metazoa, rotifera, nematoda, gastrotricha dan organisme lain yang tersuspensi
dengan detritus. Bioflok merupakan flok atau gumpalan-gumpalan kecil yang tersusun dari
sekumpulan mikroorganisme hidup yang melayang-layang di air. Teknologi bioflok adalah
teknologi yang memanfaatkan aktivitas mikroorganisme yang membentuk flok. Aplikasi
BFT (Bio Floc Technology) banyak diaplikasikan disistem pengolahan air limbah industri
dan mulai diterapkan di sistem pengolahan air media aquakultur.
Setelah kita mengetahui apa itu bioflok, tentunya penulis juga akan menjelaskan apa saja
yang dibutuhkan dalam budidaya menggunakan teknologi bioflok ini serta pembuatannya.
Berikut adalah penjelasannya.
Alat dan Bahan dalam Pembuatan Bioflok
·Bak Fiber / Kolam Terpal 3x4x5m untuk padat penebaran 500-800 ekor
·Aerasi / water pump
·Air kolam budidaya yang tidak menimbulkan penyakit pada ikan yang dipelihara
·5-10 ml / m3 probiotik EM4
·50-100 ml/m3 Molase / tetes tebu
·0.5-1 kg/m3 garam krosok
·20-25 gr/m3 tepung terigu
Mengapa dalam penjelasan tersebut aerasi dibutuhkan? Itu karena dalam teknlogi bioflok
ini gumpalan yang ada pada dasar kolam harus terus diaduk, selain itu juga kolam
membutuhkan oksigen yang tinggi dengan kisaran 4 ppm-6 ppm. Penambahan seperti
molase, tepung tapioka, tepung terigu, bekatul atau gula merupakan bahan baku stater
yang mengandung karbon yang sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan mikroorganisme.
Pembuatan Media Bioflok
·Isi fiber dengan air kolam budidaya yang tidak menimbulkan penyakit pada ikan yang
dipelihara, kemudian tambahkan aerasi.
·Larutkan garam dengan air, masukkan kedalam media.
·Larutkan molase dan probiotik yang telah tercampur rata, kemudian masukkan kedalam
media bioflok yang telah diaerasi.
·Yang terakhir tambahkan tepung terigu untuk memacu pertumbuhan flok.
·Biarkan media selama 3 hari baru dimasukkan ikan budidaya (kepadatan ikan 500
ekor/m3)
Ciri-ciri Bioflok sudah terbentuk
1.Warna air kolam coklat kekuningan semakin lama akan coklat kemerahan
2. Air kolam tidak berbau
1/2
3.Air kolam lebih encer dan tidak kental
4.Jika diambil sampel airnya didiamkan beberapa menit, terdapat endapan coklat kehijauan
yang melayang-layang didalam air
5.Ikan lele sehat dan gesit.
Hal-hal yang perlu Diperhatikan dalam Sistem Bioflok
1.Bahan organik harus cukup (TOC > 100 mgC/L) dan selalu teraduk
2.Nitrogen disintesis menjadi mikrobial protein dan dapat dimakan langsung oleh udang
dan ikan
3.Perlu disuplay C organik (molase, tepung terigu, tepung tapioka) secara kontinue atau
sesuai dgn amonia dalam air
4.Oksigen harus cukup serta alkalinitas dan pH harus terus dijaga

Keuntungan Sistem Bioflok


1.pH relatif stabil
2.pH nya cenderung rendah (asam), sehingga kandungan amoniak (NH3) relatif kecil
3.Tidak tergantung pada sinar matahari dan aktivitasnya akan menurun bila suhu rendah.
4.Tidak perlu ganti air (sedikit ganti air) sehingga biosecurity (keamanan) terjaga
5.Limbah tambak (kotoran, algae, sisa pakan, amonia) didaur ulang dan dijadikan makanan
alami berprotein tinggi
6.Lebih ramah lingkungan.

Kekurangan Sistem Bioflok


1.Tidak bisa diterapkan pada tambak yang bocor/rembes karena tidak ada/sedikit
pergantian air
2.Memerlukan peralatan/aerator cukup banyak sebagai suply oksigen
3.Aerasi harus hidup terus (24 jam/hari)
4.Pengamatan harus lebih jeli dan sering muncul kasus Nitrit dan Amonia
5.Bila aerasi kurang, maka akan terjadi pengendapan bahan organik. Resiko munculnya
H2S lebih tinggi karena pH airnya lebih rendah
6.Kurang cocok untuk tanah yang mudah teraduk (erosi). Jadi dasar harus benar-benar
kompak (dasar berbatu / sirtu, semen atau plastik HDPE)
7.Bila terlalu pekat, maka dapat menyebabkan kematian bertahap karena krisis oksigen
(BOD tinggi)
8.Untuk itu volume Suspended Solid dari floc harus selalu diukur.Bila telah mencapai batas
tertentu, floc harus dikurangi dengan cara konsumsi pakan diturunkan.

2/2

Anda mungkin juga menyukai