Anda di halaman 1dari 10

Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah

suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya), perusahaan adalah
memiliki berbagai bentuk tanggung jawab terhadap seluruh pemangku kepentingannya, yang
di antaranya adalah konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan
dalam segala aspek operasional perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan
lingkungan. Oleh karena itu, CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan",
yakni suatu organisasi, terutama perusahaan, dalam melaksanakan aktivitasnya harus
mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan dampaknya dalam aspek ekonomi,
misalnya tingkat keuntungan atau deviden, tetapi juga harus menimbang dampak sosial dan
lingkungan yang timbul dari keputusannya itu, baik untuk jangka pendek maupun untuk
jangka yang lebih panjang. Dengan pengertian tersebut, CSR dapat dikatakan sebagai
kontribusi perusahaan terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan dengan cara manajemen
dampak (minimisasi dampak negatif dan maksimisasi dampak positif) terhadap seluruh
pemangku kepentingannya[butuh rujukan].

Menurut Kotler dan Lee[1], terdapat enam model CSR yang dapat diterapkan di perusahaan,
yaitu: Cause Promotion, Cause Related Marketing, Coporate Societal Marketing, Corporate
Philanthropy, Community Volunteering, dan Socially Responsible Business Practice.

Analisis dan pengembangan


Ini yang menjadi perhatian terbesar dari peran perusahaan dalam masyarakat telah
ditingkatkan yaitu dengan peningkatan kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan dan
masalah etika. Masalah seperti perusakan lingkungan, perlakuan tidak layak terhadap
karyawan, dan cacat produksi yang mengakibatkan ketidaknyamanan ataupun bahaya bagi
konsumen adalah menjadi berita utama surat kabar. Peraturan pemerintah pada beberapa
negara mengenai lingkungan hidup dan permasalahan sosial semakin tegas, juga standar dan
hukum seringkali dibuat hingga melampaui batas kewenangan negara pembuat peraturan
(misalnya peraturan yang dibuat oleh Uni Eropa. Beberapa investor dan perusahaam
manajemen investasi telah mulai memperhatikan kebijakan CSR dari Surat perusahaan dalam
membuat keputusan investasi mereka, sebuah praktik yang dikenal sebagai "Investasi
bertanggung jawab sosial" (socially responsible investing).

Banyak pendukung CSR yang memisahkan CSR dari sumbangan sosial dan "perbuatan baik"
(atau kedermawanan seperti misalnya yang dilakukan oleh Habitat for Humanity atau Ronald
McDonald House), namun sesungguhnya sumbangan sosial merupakan bagian kecil saja dari
CSR. Perusahaan pada masa lampau seringkali mengeluarkan uang untuk proyek-proyek
komunitas, pemberian beasiswa dan pendirian yayasan sosial. Mereka juga seringkali
menganjurkan dan mendorong para pekerjanya untuk sukarelawan (volunteer) dalam
mengambil bagian pada proyek komunitas sehingga menciptakan suatu itikad baik di mata
komunitas tersebut yang secara langsung akan meningkatkan reputasi perusahaan serta
memperkuat merek perusahaan. Dengan diterimanya konsep CSR, terutama triple bottom
line, perusahaan mendapatkan kerangka baru dalam menempatkan berbagai kegiatan sosial di
atas.

Kepedulian kepada masyarakat sekitar/relasi komunitas dapat diartikan sangat luas, namun
secara singkat dapat dimengerti sebagai peningkatan partisipasi dan posisi organisasi di
dalam sebuah komunitas melalui berbagai upaya kemaslahatan bersama bagi organisasi dan
komunitas. CSR bukanlah sekadar kegiatan amal, melainkan CSR mengharuskan suatu
perusahaan dalam pengambilan keputusannya agar dengan sungguh-sungguh
memperhitungkan akibat terhadap seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) perusahaan,
termasuk lingkungan hidup. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk membuat keseimbangan
antara kepentingan beragam pemangku kepentingan eksternal dengan kepentingan pemegang
saham, yang merupakan salah satu pemangku kepentingan internal.


"...dunia bisnis, selama setengah abad terakhir, telah menjelma menjadi institusi
paling berkuasa di atas planet ini. Institusi yang dominan di masyarakat mana
pun harus mengambil tanggung jawab untuk kepentingan bersama....setiap
keputusan yang dibuat, setiap tindakan yang diambil haruslah dilihat dalam
kerangka tanggung jawab tersebut [2] ”
Sebuah definisi yang luas oleh World Business Council for Sustainable Development
(WBCSD) yaitu suatu asosiasi global yang terdiri dari sekitar 200 perusahaan yang secara
khusus bergerak di bidang "pembangunan berkelanjutan" (sustainable development) yang
menyatakan sebagai berikut:


" CSR merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak etis
dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari komunitas setempat
ataupun masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup pekerjanya
beserta seluruh keluarganya"

Untuk menunjukkan bahwa perusahaan adalah warga dunia bisnis yang baik maka
perusahaan dapat membuat pelaporan atas dilaksanakannya beberapa standar CSR termasuk
dalam hal:

 Akuntabilitas atas standar AA1000 berdasarkan laporan sesuai standar John Elkington
yaitu laporan yang menggunakan dasar triple bottom line (3BL)
 Global Reporting Initiative, yang mungkin merupakan acuan laporan berkelanjutan
yang paling banyak digunakan sebagai standar saat ini.
 Verite, acuan pemantauan
 Laporan berdasarkan standar akuntabilitas sosial internasional SA8000
 Standar manajemen lingkungan berdasarkan ISO 14000

Di beberapa negara dibutuhkan laporan pelaksanaan CSR, walaupun sulit diperoleh


kesepakatan atas ukuran yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan dalam aspek
sosial. Sementara aspek lingkungan—apalagi aspek ekonomi—memang jauh lebih mudah
diukur. Banyak perusahaan sekarang menggunakan audit eksternal guna memastikan
kebenaran laporan tahunan perseroan yang mencakup kontribusi perusahaan dalam
pembangunan berkelanjutan, biasanya diberi nama laporan CSR atau laporan keberlanjutan
(sustainability report). Akan tetapi laporan tersebut sangat luas formatnya, gayanya dan
metodologi evaluasi yang digunakan (walaupun dalam suatu industri yang sejenis). Banyak
kritik mengatakan bahwa laporan ini hanyalah sekadar "pemanis bibir" (suatu basa-basi),
misalnya saja pada kasus laporan tahunan CSR dari perusahaan Enron dan juga perusahaan-
perusahaan rokok. Namun, dengan semakin berkembangnya konsep CSR dan metode
verifikasi laporannya, kecenderungan yang sekarang terjadi adalah peningkatan kebenaran isi
laporan. Bagaimanapun, laporan CSR atau laporan keberlanjutan (sustainability report)
merupakan upaya untuk meningkatkan akuntabilitas perusahaan di mata para pemangku
kepentingannya.[butuh rujukan]
Alasan terkait bisnis (business case) untuk CSR
Skala dan sifat keuntungan dari CSR untuk suatu organisasi dapat berbeda-beda tergantung
dari sifat perusahaan tersebut. Banyak pihak berpendapat bahwa amat sulit untuk mengukur
kinerja CSR, walaupun sesungguhnya cukup banyak literatur yang memuat tentang cara
mengukurnya. Literatur tersebut misalnya metode "Empat belas poin balanced scorecard
oleh Deming. Literatur lain misalnya Orlizty, Schmidt, dan Rynes[4] yang menemukan suatu
korelasi positif walaupun lemah antara kinerja sosial dan lingkungan hidup dengan kinerja
keuangan perusahaan. Kebanyakan penelitian yang mengaitkan antara kinerja CSR
(corporate social performance) dengan kinerja finansial perusahaan (corporate financial
performance) memang menunjukkan kecenderungan positif, namun kesepakatan mengenai
bagaimana CSR diukur belumlah lagi tercapai. Mungkin, kesepakatan para pemangku
kepentingan global yang mendefinisikan berbagai subjek inti (core subject) dalam ISO 26000
"Guidance on Social Responsibility"—direncanakan terbit pada September 2010—akan lebih
memudahkan perusahaan untuk menurunkan isu-isu di setiap subjek inti dalam standar
tersebut menjadi alat ukur keberhasilan CSR.

Hasil Survei "The Millenium Poll on CSR" (1999) yang dilakukan oleh Environics
International (Toronto), Conference Board (New York) dan Prince of Wales Business Leader
Forum (London) di antara 25.000 responden dari 23 negara menunjukkan bahwa dalam
membentuk opini tentang perusahaan, 60% mengatakan bahwa etika bisnis, praktik terhadap
karyawan, dampak terhadap lingkungan, yang merupakan bagian dari tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR) akan paling berperan. Sedangkan bagi 40% lainnya, citra perusahaan &
brand image-lah yang akan paling memengaruhi kesan mereka. Hanya 1/3 yang mendasari
opininya atas faktor-faktor bisnis fundamental seperti faktor finansial, ukuran
perusahaan,strategi perusahaan, atau manajemen.

Lebih lanjut, sikap konsumen terhadap perusahaan yang dinilai tidak melakukan CSR adalah
ingin "menghukum" (40%) dan 50% tidak akan membeli produk dari perusahaan yang
bersangkutan dan/atau bicara kepada orang lain tentang kekurangan perusahaan tersebut.[5]

Secara umum, alasan terkait bisnis untuk melaksanakan biasanya berkisar satu ataupun lebih
dari argumentasi di bawah ini:

Sumberdaya manusia

Program CSR dapat berwujud rekruitmen tenaga kerja dan mempekerjakan masyarakat
sekitar. Lebih jauh lagi CSR dapat dipergunakan untuk menarik perhatian para calon pelamar
pekerjaan [6], terutama sekali dengan adanya persaingan kerja di antara para lulusan. Akan
terjadi peningkatan kemungkinan untuk ditanyakannya kebijakan CSR perusahaan, terutama
pada saat perusahaan merekruit tenaga kerja dari lulusan terbaik yang memiliki kesadaran
sosial dan lingkungan. Dengan memiliki suatu kebijakan komprehensif atas kinerja sosial dan
lingkungan, perusahaan akan bisa menarik calon-calon pekerja yang memiliki nilai-nilai
progresif. CSR dapat juga digunakan untuk membentuk suatu atmosfer kerja yang nyaman di
antara para staf, terutama apabila mereka dapat dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang
mereka percayai bisa mendatangkan manfaat bagi masyarakat luas, baik itu bentuknya
"penyisihan gaji", "penggalangan dana" ataupun kesukarelawanan (volunteering) dalam
bekerja untuk masyarakat.
Manajemen risiko

Manajemen risiko merupakan salah satu hal paling penting dari strategi perusahaan. Reputasi
yang dibentuk dengan susah payah selama bertahun-tahun dapat musnah dalam sekejap
melalui insiden seperti skandal korupsi atau tuduhan melakukan perusakan lingkungan hidup.
Kejadian-kejadian seperti itu dapat menarik perhatian yang tidak diinginkan dari penguasa,
pengadilan, pemerintah dan media massa. Membentuk suatu budaya kerja yang "mengerjakan
sesuatu dengan benar", baik itu terkait dengan aspek tata kelola perusahaan, sosial, maupun
lingkungan—yang semuanya merupakan komponen CSR—pada perusahaan dapat
mengurangi risiko terjadinya hal-hal negatif tersebut.[7].

Membedakan merek

Di tengah hiruk pikuknya pasar maka perusahaan berupaya keras untuk membuat suatu cara
penjualan yang unik sehingga dapat membedakan produknya dari para pesaingnya di benak
konsumen. CSR dapat berperan untuk menciptakan loyalitas konsumen atas dasar nilai
khusus dari etika perusahaan yang juga merupakan nilai yang dianut masyarakat.[8]. Menurut
Philip Kotler dan Nancy Lee, setidaknya ada dua jenis kegiatan CSR yang bisa
mendatangkan keuntungan terhadap merek, yaitu corporate social marketing (CSM) dan
cause related marketing (CRM). Pada CSM, perusahaan memilih satu atau beberapa isu—
biasanya yang terkait dengan produknya—yang bisa disokong penyebarluasannya di
masyarakat, misalnya melalui media campaign. Dengan terus menerus mendukung isu
tersebut, maka lama kelamaan konsumen akan mengenali perusahaan tersebut sebagai
perusahaan yang memiliki kepedulian pada isu itu. Segmen tertentu dari masyarakat
kemudian akan melakukan pembelian produk perusahaan itu dengan pertimbangan kesamaan
perhatian atas isu tersebut. CRM bersifat lebih langsung. Perusahaan menyatakan akan
menyumbangkan sejumlah dana tertentu untuk membantu memecahkan masalah sosial atau
lingkungan dengan mengaitkannya dengan hasil penjualan produk tertentu atau keuntungan
yang mereka peroleh. Biasanya berupa pernyataan rupiah per produk terjual atau proporsi
tertentu dari penjualan atau keuntungan. Dengan demikian, segmen konsumen yang ingin
menyumbang bagi pemecahan masalah sosial dan atau lingkungan, kemudian tergerak
membeli produk tersebut. Mereka merasa bisa berbelanja sekaligus menyumbang.
Perusahaan yang bisa mengkampanyekan CSM dan CRM-nya dengan baik akan mendapati
produknya lebih banyak dibeli orang, selain juga mendapatkan citra sebagai perusahaan yang
peduli pada isu tertentu.

Izin usaha

Perusahaan selalu berupaya agar menghindari gangguan dalam usahanya melalui perpajakan
atau peraturan. Dengan melakukan sesuatu 'kebenaran" secara sukarela maka mereka akan
dapat meyakinkan pemerintah dan masyarakat luas bahwa mereka sangat serius dalam
memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan, diskriminasi atau lingkungan hidup
maka dengan demikian mereka dapat menghindari intervensi. Perusahaan yang membuka
usaha di luar negara asalnya dapat memastikan bahwa mereka diterima dengan baik selaku
warga perusahaan yang baik dengan memperhatikan kesejahteraan tenaga kerja dan akibat
terhadap lingkungan hidup, sehingga dengan demikian keuntungan yang menyolok dan gaji
dewan direksinya yang sangat tinggi tidak dipersoalkan.

Motif perselisihan bisnis


Kritik atas CSR akan menyebabkan suatu alasan yang, pada akhirnya, bisnis perusahaan
dipersalahkan. Contohnya, ada kepercayaan bahwa program CSR seringkali dilakukan
sebagai suatu upaya untuk mengalihkan perhatian masyarakat atas masalah etika dari bisnis
utama perseroan.

CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu konsep atau tindakan yang
dilakukan oleh perusahaan sebagai rasa tanggung jawab perusahaan terhadap
social maupun lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada, seperti melakukan
suatu kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan
menjaga lingkungan, memberikan beasiswa untuk anak tidak mampu di daerah
tersebut, dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk membangun
desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat
banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada.
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan sebuah fenomena dan strategi
yang digunakan perusahaan untuk mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan
stakeholder-nya. CSR dimulai sejak era dimana kesadaran akan sustainability
perusahaan jangka panjang adalah lebih penting daripada sekedar profitability
perusahaan.
Kegiatan CSR akan menjamin keberlanjutan bisnis yang dilakukan. Hal ini
disebabkan karena :
1. Menurunnya gangguan social yang sering terjadi akibat pencemaran lingkungan,
bahkan dapat menumbuh kembangkan dukungan atau pembelaan masyarakat
setempat.
2. Terjaminnya pasokan bahan baku secara berkelanjutan untuk jangka panjang.
3. Tambahan keuntungan dari unit bisnis baru, yang semula merupakan kegiatan CSR
yang dirancang oleh korporat.

Adapun 5 pilar yang mencakup kegiatan CSR yaitu:


1. Pengembangan kapasitas SDM di lingkungan internal perusahaan maupun
lingkungan masyarakat sekitarnya.
2. Penguatan ekonomi masyarakat sekitar kawasan wilayah kerja perusahaan.
3. Pemeliharaan hubungan relasional antara korporasi dan lingkungan sosialnya
yang tidak dikelola dengan baik sering mengundang kerentanan konflik.
4. Perbaikan tata kelola perusahaan yang baik
5. Pelestarian lingkungan, baik lingkungan fisik, social serta budaya.

Berikut ini adalah manfaat CSR bagi masyarakat:


1.Meningkatknya kesejahteraan masyarakat sekitar dan kelestarian
lingkungan.
2. Adanya beasiswa untuk anak tidak mampu di daerah tersebut.
3. Meningkatnya pemeliharaan fasilitas umum.
4. Adanya pembangunan desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna
untuk masyarakat banyak khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan
tersebut berada.

Berikut ini adalah manfaat CSR bagi perusahaan:


1. Meningkatkan citra perusahaan.
2. Mengembangkan kerja sama dengan perusahaan lain.
3. Memperkuat brand merk perusahaan dimata masyarakat.
4. Membedakan perusahan tersebut dengan para pesaingnya.
5. Memberikan inovasi bagi perusahaan

CONTOH KASUS:
Contoh perusahaan yang menerapkan CSR adalah PT PLN (Persero).
PLN telah “berkomitmen menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, mengupayakan tenaga listrik menjadi
pendorong kegiatan ekonomi dan menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan
lingkungan”, PLN bertekad menyelaraskan pengembangan ketiga aspek dalam
penyediaan listrik, yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan. Untuk itu, PLN
mengembangkan Program Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai wujud
nyata dari Tanggungjawab Sosial Perusahaan Wewenang dan tanggung jawab
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan (CSR) PT PLN (Persero), mencakup di antaranya:

 Menyusun dan melaksanakan kebijakan pemberdayaan masyarakat di


lingkungan perusahaan sebagai bagian dari tanggung jawab sosial
perusahaan dan CSR dengan lingkup kegiatan Community relation,
Community Services, Community Empowering dan Pelestarian alam.
 Menyusun dan melaksanakan program kepedulian sosial perusahaan.
 Menyusun dan melaksanakan program kemitraan sosial dan bina UKM dan
peningkatan citra perusahaan.
 Memastikan tersedianya dan terlaksananya program pelestarian alam
termasuk penghijauan dan upaya pengembangan citra perusahaan sesuai
dengan prinsip Good Corporate Governance.

Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahan (CSR) :


a) Community Relation
Kegiatan ini menyangkut pengembangan kesepahaman melalui komunikasi dan
informasi kepada para pihak yang terkait. Beberapa kegiatan yang dilakukan PLN
antara lain: melaksanakan sosialisasi instalasi listrik, contohnya melalui penerangan
kepada pelajar SMA di Jawa Barat tentang SUTT/SUTET, dan melaksanakan
sosialisasi bahaya layang-layang di daerah Sumenep, Pulau Madura, Jawa Timur
b) Community Services
Program bantuan dalam kegiatan ini berkaitan dengan pelayanan masyarakat atau
kepentingan umum. Kegiatan yang dilakukan selama tahun 2011, antara lain
memberikan :

 Bantuan bencana alam.


 Bantuan peningkatan kesehatan di sekitar instalasi PLN, antara lain di
Kelurahan Asemrowo, Surabaya yang berada di sekitar SUTT 150kV
Sawahan-Waru.
 Bantuan sarana umum pemasangan turap untuk warga pedesaan di
Kecamatan Rumpin – Kabupaten Bogor, Jawa Barat serta bantuan
pengaspalan jalan umum di Bogor – Buleleng, Bali.
 Bantuan perbaikan sarana ibadah.
 Operasi Katarak gratis di Aceh, Pekanbaru, Jawa Barat, dan kota lainnya di
Indoenesia
 Bantuan Sarana air bersih,
c) Community Empowering
Kegiatan ini terdiri dari program-program yang memberikan akses yang lebih luas
kepada masyarakat untuk menunjang kemandiriannya. Kegiatan yang
dilakukan antara lain:

 Bantuan produksi dan pengembangan pakan ikan alternatif di sekitar SUTET,


bekerja sama dengan Fakultas Pertanian UGM.
 Bantuan alat pertanian kepada kelompok tani Ngaran Jaya Kabupaten
Kulonprogo, Jawa Tengah.
 Bantuan pengembangan budi daya pertanian pepaya organik untuk
komunitas di sekitar Gunung Merapi Yogyakarta yang bekerja sama dengan
Fakultas Pertanian UGM.
 Bantuan pengembangan pola tanam padi SRI produktivitas tinggi
 Bantuan pelatihan pengembangan budi daya tanaman organik di sekitar
instalasi PLN
 Pemberdayaan anggota PKK Asemrowo, Surabaya.
 Program budi daya jamur tiram masyarakat Desa Umbul Metro, Lampung.
 Bantuan Pelatihan budidaya rumput lain di Kalimantan Timur
 Bantuan Pelatihan kelompok tani tambak ikan tawar Danau Sentani, Papua
 Pelatihan manajemen UKM dan Kiat-kiat pengembangan UKM di Papua
 Pelatihan manajemen pemasaran dan keuangan bagi pengrajin souvenir khas
Papua
 Penyuluhan pertanian untuk petani di Genyem, Papua
 Pemberian bibit coklat masyrakat dibawah ROW P3B Sumatera

ANALISIS:
Menurut saya keputusan manajemen perusahaan untuk melaksanakan program-program CSR
secara berkelanjutan, pada dasarnya merupakan keputusan yang rasional. Sebab implementasi
program-program CSR akan menimbulkan efek lingkaran emas yang akan dinikmati oleh
perusahaan dan seluruh stakeholder-nya. Melalui CSR, kesejahteraan dan kehidupan sosial
ekonomi masyarakat lokal maupun masyarakat luas akan lebih terjamin. Kondisi ini pada
gilirannya akan menjamin kelancaran seluruh proses atau aktivitas produksi perusahaan serta
pemasaran hasil-hasil produksi perusahaan. Sedangkan terjaganya kelestarian lingkungan dan
alam selain menjamin kelancaran proses produksi juga menjamin ketersediaan pasokan bahan
baku produksi yang diambil dari alam.
Bila CSR benar-benar dijalankan secara efektif maka dapat memperkuat atau meningkatkan
akumulasi modal sosial dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Modal sosial,
termasuk elemen-elemennya seperti kepercayaan, kohesifitas, altruisme, gotong royong,
jaringan dan kolaborasi sosial memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi.
Melalui beragam mekanismenya, modal sosial dapat meningkatkan rasa tanggung jawab
terhadap kepentingan publik, meluasnya partisipasi dalam proses demokrasi, menguatnya
keserasian masyarakat dan menurunnya tingkat kekerasan dan kejahatan.
Tanggung jawab perusahaan terhadap kepentingan publik dapat diwujudkan melalui
pelaksanaan program-program CSR yang berkelanjutan dan menyentuh langsung aspek-
aspek kehidupan masyarakat. Dengan demikian realisasi program-program CSR merupakan
sumbangan perusahaan secara tidak langsung terhadap penguatan modal sosial secara
keseluruhan. Berbeda halnya dengan modal finansial yang dapat dihitung nilainya kuantitatif,
maka modal sosial tidak dapat dihitung nilainya secara pasti. Namun demikian, dapat
ditegaskan bahwa pengeluaran biaya untuk program-program CSR merupakan investasi
perusahaan untuk memupuk modal sosial.
Karakterisitik CSR yang Baik dan Benar
1. CSR harus merupakan kegiatan yang melebihi kepatuhan kepada hukum dan peraturan
yang berlaku.
2. CSR harus bisa menciptakan dampak jangka panjang bagi perusahaan dan masyarakat.
3. CSR harus mempertimbangkan dan memperhatikan kepentingan pemangku-kepentingan
di dalam dan di luar perusahaan.
4. CSR harus mengandung sistem govermance yang baik, diantaranya memiliki transparasi
dan akuntabilitas.
5. CSR sebaiknya mengikuti panduan ISO 26000.

Secara sederhanya, CSR adalah sebuah konsep dan tindakan yang dilakukan oleh sebuah
perusahaan sebagai rasa tanggung jawabnya terhadap sosial dan lingkungan sekitar dimana
perusahaan tersebut berdiri.
Seperti dengan melaksanakan suatu kegiatan yang bisa meningkatkan kesejahteraan
masyarakat atau penduduk sekitar, menjaga lingkungan sekitar, memberikan beasiswa
pendidikan kepada masyarakat yang kurang mampu, membangun fasilitas umum, dan
memberikan bantuan berupa dana ataupun kebutuhan pokok untuk kesejahteraan masyarakat
sekitar.
Pada dasarnya CSR adalah bentuk tanggung jawab sebuah perusahaan terhadap stakeholder
atau pemangku kepentingan. Menurut para ahli, CSR memiliki 3 definisi, yakni :
1. Melakukan tindakan sosial, termasuk di dalamnya adalah kepedulian terhadap lingkungan
hidup yang diharuskan dalam peraturan perundangan-undangan.
2. Komitmen usaha yang dilakukan secara etis, beroperasi secara resmi, serta dapat
berkontribusi terhadap peningkatan ekonomi yang di iringi dengan peningkatan kualitas
hidup karyawan termasuk keluarganya, komunitas lokal, serta masyarakat luas.
3. Komitmen bisnis untuk turut berkontribusi dalam pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan, bekerja dengan karyawan perusahaan, keluarga karyawan, komunitas lokal,
serta masyarakat luas dalam rangka untuk meningkatkan kualitas hidup bersama.

Fungsi CSR (Corporate Sosial Responbility)

CSR (Corporate Social Responbility)

1. Izin Sosial untuk Beroperasi


Bagi sebuah perusahaan, masyarakat merupakan salah satu faktor yang membuat perusahaan
itu bisa berkembang atau tidak. Dengan adanya CSR, masyarakat yang bertempat tinggal
disekitar perusahaan tersebut akan mendapatkan manfaat dari perusahaan yang bersangkutan.
Tentunya hal ini akan menguntungkan bagi masyarakat sekitar. Sehingga lama kelamaan
masyarakat akan menjadi loyal dengan perusahaan tersebut. Jika sudah seperti ini perusahaan
akan jauh lebih mudah untuk menjalankan program atau kegiatannya di daerah yang
bersangkutan.
2. CSR Dapat Memperkecil Resiko Bisnis Perusahaan
CSR (Corporate Sosial Responbility) akan membuat hubungan antara perusahaan dengan
pihak yang terlibat semakin menjadi lebih baik lagi, sehingga resiko bisnis seperti adanya
kerusuhan bisa diatasi dengan mudah. Jika seperti itu maka biaya pengalihan resiko bisa
digunakan untuk suatu hal yang lebih bermanfaat untuk masyarakat atau perusahaan.
3. CSR Dapat Melebarkan Akses Sumber Daya
CSR (Corporate Sosial Responbility) jika dikelola dengan baik akan menjadi keunggulan
tersendiri untuk dapat bersaing dan untuk memudahkan perusahaan untuk mendapatkan
sumber daya yang diperlukan.
4. CSR Memudahkan Akses Menuju Market
Seluruh investasi serta biaya yang telah dikeluarkan untuk program CSR (Corporate Sosial
Responbility) sebenarnya bisa menjadi sebuah peluang yang baik untuk mendapatkan market
yang lebih besar lagi. Termasuk di dalamnya bisa membangun loyalitas konsumen serta bisa
menembus pangsa pasar yang baru. Hal ini dikarenakan program CSR bisa membuat nama
atau brand perusahaan menjadi lebih terkenal dan di kagumi oleh masyarakat luas.
5. CRS Bisa Memperkecil Biaya Pengeluaran
Program CSR (Corporate Sosial Responbility) juga bisa menghemat biaya perusahaan seperti
menerapkan konsep daur ulang dalam perusahaan. Sehingga limbah yang dihasilkan akan
berkurang dan biaya untuk produksi juga akan lebih berkurang.
6. CSR Dapat Memperbaiki Hubungan dengan Stakeholder
Pelaksanaan program CSR (Corporate Sosial Responbility) bisa membantu atau
memudahkan komunikasi dengan stakeholder. Dimana hal tersebut akan menambah trust
stakeholder kepada perusahaan yang bersangkutan.
7. CSR Bisa Memperbaiki Hubungan dengan Regulator
Perusahaan yang melakukan program CSR pada umumnya akan turut meringankan beban
pemerintah sebagai regulator. Dimana pemerintahlah yang sebenarnya memiliki tanggung
jawab besar terhadap kesejahteraan lingkungan dan masyarakatnya.
8. CSR Meningkatkan Semangat dan Produktivitas Karyawan
Reputasi sebuah perusahaan yang baik adalah perusahaan yang bisa berkontibusi besar
kepada stakeholder, masyarakat sekitar, dan lingkungannya. Hal ini tentunya akan menambah
kebanggan tersendiri untuk karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut yang mana hal ini
akan berdampak pada peningkatan etos kerja dan produktivitas para karyawannya.
9. CSR Memperbesar Peluang Mendapatkan Penghargaan
Perusahaan yang memberikan kontribusi yang besar bagi masyarakat luas dan lingkungan
sekitar melalui program CSR (Corporate Sosial Responbility) akan berpeluang lebih besar
untuk mendapatkan sebuah penghargaan. Tentunya hal ini akan menjadi suatu kebanggaan
tersendiri bagi perusahaan tersebut.

Pemberdayaan Masyarakat adalah usaha untuk


meningkatkan kemampuan masyarakat, baik secara
individual maupun kolelctif, agar menjadi lebih baik
tingkat kehidupannya
Pasal 108
(1) Pemegang IUP dan IUPK wajib menyusun program
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.
(2) Penyusunan program dan rencana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikonsultasikan ltepada
Pemerintah, pemerlntah daerah, dan masyarakat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 23 TAHUN 2010
TENTANG
PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN
MINERAL DAN BATUBARA
Pasal 108
Setiap pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi
Produksi wajib menyampaikan laporan realisasi program
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setiap 6 (enam)
bulan kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya.
Pasal

Anda mungkin juga menyukai