PEMBIMBING
dr. Pulung Silalahi, Sp.A
DISUSUN OLEH
Siti Rohaeni
1102014254
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan referat ini. Referat ini ditulis
untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik di SMF Ilmu Kesehatan Anak Rumah
Sakit Bhayangkara Tk I Raden Said Sukanto.
Dalam referat ini akan dibahas mengenai Hipertiroid pada anak. Tinjauan
pustaka pada referat ini menggunakan berbagai sumber kepustakaan. Penulis berharap
referat ini dapat memenuhi memberikan manfaat berupa pengetahuan kepada
pembaca.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu
dalam penyusunan referat ini, khususnya kepada pembimbing, yaitu dr. Pulung
Silalahi, Sp.A yang telah banyak memberikan arahan dan masukan guna melengkapi
penulisan referat ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna dan memiliki
banyak keterbatasan. Oleh sebab itu penyusun menerima segala kritik dan saran yang
membangun. Akhir kata semoga referat ini dapat berguna bagi penulis maupun
pembaca sekalian.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
II.1. Definisi
Hipertiroid adalah hiperaktivitas kelenjar tiroid, yang menyebabkan pelepasan
hormon tiroid dalam jumlah banyak dan peningkatan metabolisme di jaringan
perifer.2
Hipertiroid adalah suatu keadaan klinik yang ditimbulkan oleh sekresi
berlebihan dari hormon tiroid yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Didapatkan
pula peningkatan produksi triiodotironin (T3) sebagai hasil meningkatnya konversi
tiroksin (T4) di jaringan perifer.4
Hipertiroid ditandai dengan peningkatan kadar T4 dan T3 bebas dan TSH serum
yang rendah ataupun normal.5 Hipertiroid ditandai dengan aktivitas kelenjar tiroid
disertai dengan manisfestasi yang dikenal dengan tiroktosiosis.6
II.2. Epidemiologi
Penelitian di Amerika Serikat pada tahun 2008 menunjukkan, terdapat 0,44
kejadian hipertiroid per 1000 populasi pada anak usia 0-11 tahun, dan 0,59 per 1000
populasi pada usia 12-17 tahun, dengan rata-rata usia 10-15 tahun.2
Sampai saat ini belum didapatkan angka yang pasti insiden dan prevalensi
hipertiroid pada anak-anak di Indonesia. Beberapa penelitian di luar negeri, insiden
hipertiroid pada anak diperkirakan 1/100.000 anak per tahun. Mulai 0,1/100.000 anak
per tahun untuk anak per tahun untuk anak 0-4 tahun, meningkat sampai dengan
3/100.000 anak pertahun pada usia remaja. Secara keseluruhan insiden hipertiroid
pada anak jumlahnya kecil sekali, atau diperikarakan hanya 5-6% dari keseluruhan
jumlah penderita penyakit Graves segala umur.3
Prevalensi hipertiroid pada remaja wanita lebih besar 6-8 kali dibanding pada
remaja pria. Kebanyakan anak-anak yang menderita penyakit Graves mempunyai
riwayat keluarga dengan penyakit tiroid atau penyakit autoimun yang lain, misalnya
diabetes melitus tipe I, penyakit Addison, lupus sistemik, ITP, myasthenia gravis,
arthritis rheumatoid, dan vitiligo.1-3
Angka kejadian hipertiroid pada neonatus kurang dari 1% dari semua kasus
hipertiroid pada pasien anak. Hampir keseluruhan pasien lahir dari ibu dengan riwayat
penyakit Graves, baik selama kehamilan ataupun sebelumnya.2
Penyakit Graves pada neonatus disebabkan oleh transfer TSI melalui plasenta.
Ibu dengan klinis hipertiroid, atau memiliki riwayat pengobatan antitiroid, atau
riwayat Ibu dengan klinis hipertiroid belum tentu menyebabkan penyakit Graves pada
neonatus. Hanya 1 dari 70 bayi dari ibu dengan tirotoksikosis yang memiliki gejala.
Kadar TSI ibu harus sangat tinggi (>5 kali kadar normal) untuk menyebabkan
penyakit secara klinis pada neonatus.2,3
Sindrom McCune-Albright
Tiroiditis Subakut
Tiroiditis subakut disebabkan oleh infeksi virus pada saluran napas bagian
atas. Hipertiroid yang terjadi tidak berat dan gejala lebih didominasi oleh demam dan
nyeri tekan tiroid. Pada pemeriksaan didapatkan eritema dan hangat di sekitar
kelenjar. Hipertiroid pada penyakit ini disebabkan oleh inflamasi kelenjar tiroid dan
peningkatan pelepasan hormon tiroid.2
Adenoma Pituitari
Penyakit ini disebabkan oleh mutasi spontan dan dapat diturunkan secara
autosom dominan. Adanya resistensi terhadpa T4, menyebabkan produksi TSH tidak
sepenuhnya dihambat oleh T4, kadar TSH yang tinggi menyebabkan produksi hormon
tiroid secara terus-menerus, hal ini menyebabkan terjadinya hipertiroid.
Takikardia 82-95
Iritable 80-82
Tremor 51-78,2
Palpitasi 34-76,8
Hipertensi 71
Oftalmopati 58,9-71
Diare 13-48,2
Hiperaktif 44
Sakit Kepala 15
KRITERIA DIAGNOSIS
Hipertiroid neonatal
• Manifestasi klinis
-- Riwayat kehamilan: penyakit autoimun pada ibu dan obat antitiroid yang
diminum.
Sebagian besar bayi lahir prematur, pertumbuhan intrauterin terhambat.
-- Mikrosefali, sutura sempit, kraniosinostosis.
-- Goiter, eksoftalmus, flushing, peningkatan suhu tubuh.
-- Iritabel, sangat gelisah, hiperaktif, takipnea, hiper-refleksi.
-- Takikardi (denyut jantung >160x/menit), aritmia, pembesaran ventrikel
jantung, gagal jantung, dan hipertensi.
-- Pada keadaan yang berat dapat terjadi penurunan berat badan yang progresif.
• Pemeriksaan Laboratorium
-- Peningkatan kadar T4/FT4, T3/FT3, kadar TSH menurun, TRAb positif pada
ibu dan anak.
• Pemeriksaan TRAb pada ibu hamil sebaiknya dilakukan pada kehamilan 20 – 24
minggu. Bila TRAb ibu tinggi, sangat berisiko bayi yang dilahirkan mengalami
tirotoksikosis neonatal. Bila TRAb ibu negatif, tidak akan ada risiko
tirotoksikosis neonatal.
• Goiter • Hiperaktif
• Eksoftalmus • Palpitasi
• Takikardi • Gangguan tidur
• Penurunan berat badan • Lelah
Prestasi sekolah
• Heat intolerance • menurun
• Tremor halus • Emosi labil
Neck fullness atau
• Hipertensi sistolik • benjolan
Irritability and
• Tekanan nadi melebar • nervousness
Buang air besar
• Rambut rontok • sering
Enuresis sekunder Nafsu makan
• (nokturia) • meningkat
• Usia tulang maju
• Ophtalmopathy-pain, keratitis, lid lag, proptosis.
II.7. Penyulit
KRISIS TIROID
Krisis tiroid, suatu keadaan hipermetabolik yang mengancam nyawa, dipicu oleh
pelepasan hormon tiroid yang berlebihan pada penderita hipertiroid.
• Manifestasi klinis
-- Riwayat tirotoksikosis sebelumnya
-- Gejala umum: hiperpireksia, banyak keringat, penurunan berat, distres napas,
mudah lelah, lemah.
-- Gejala saluran cerna: mual, muntah,diare, nyeri perut, ikterus.
-- Gejala kardiovaskuler: aritmia, takikardi, hipertensi bisa berakhir dengan
hipotensi, syok, dan gagal jantung.
-- Gejala neurologis: agitasi, hiper-refleksi, tremor, kejang sampai koma
-- Tanda tirotoksikosis: exophthalmus dan goiter
-- Faktor pencetus: sepsis, pembedahan, anestesi, terapi iodium radioaktif, obat
(pseudoefedrin, salisilat, kemoterapi), pemberian hormon tiroid berlebihan,
penghentian terapi antitiroid, ketoasidosis diabetik, trauma langsung terhadap
kelenjar tiroid.
• Pemeriksaan laboratorium:
-- Peningkatan T3, T4, FT4, kadar TSH menurun. -- Lekositosis
dengan shift to the left.
-- Tes fungsi hati menunjukkan kelainan yang tidak khas: peningkatan alanine
aminotransferase (ALT), aspartate aminotransferase (AST), alkaline
phosphatase, dan serum bilirubin.
• Pemeriksaan penunjang lain (sesuai indikasi):
-- Radiografi toraks : untuk mendeteksi edema paru dan pembesaran jantung
(gagal jantung) dan juga adanya infeksi paru.
-- EKG : untuk memonitor aritmia fibrilasi atrial dan takikardi ventrikular
II.8. Penatalaksanaan
Hipertiroid neonatal
• Terapi harus segera dimulai untuk mencegah gagal jantung (jangka pendek) dan
kraniosinostosis serta gangguan kognitif di kemudian hari (jangka panjang).
• Pilihan terapi adalah methimazole (MMI) dengan dosis 0.2-0.5 mg/ kgBB/hari
dibagi 1 sampai 3 dosis.
• Durasi terapi 2-4 minggu tapi bisa sampai 3 bulan.
• Jika MMI tidak tersedia atau terdapat efek samping terhadap MMI, maka bisa
diberikan PTU hanya untuk jangka pendek.
• Lugol iodine 1-3 tetes /hari bisa ditambahkan dalam kasus yang berat untuk
menghambat sekresi hormone tiroid.
• Jika terdapat gejala hiperaktivitas simpatetis seperti takikardi, hipertensi,
kesulitan minum, maka ditambahkan propranolol 2mg/kgBB/hari.
• Perawatan NICU diperlukan jika terdapat ketidakstabilan hemodinamik, gagal
jantung atau gagal nafas. Dalam kondisi ini bisa ditambahkan prednisolone 2
mg/kgBB dibagi 1-2 dosis terbagi.
• Pemberian terapi harus dititrasi sampai tercapai kondisi eutiroid.
• Pemberian Air susu ibu (ASI) tetap disarankan.
Pemantauan
• Fungsi tiroid harus diukur setiap minggu sampai stabil dan sesudahnya diperiksa
setiap 2 minggu.
• Perlu dievaluasi terhadap gangguan perkembangan, kraniosinostosis, dan
mikrosefali.
• TRAb Setiap tahun.
• Terapi pembedahan
-- Jika pembedahan dipilih sebagai terapi untuk anak dengan PG, maka
dilakukan near-total tiroidektomi
-- Pembedahan harus dilakukan oleh ahli bedah tiroid yang berpengalaman.
-- Setelah terapi pembedahan anak memerlukan terapi sulih atau pengganti
hormon tiroid seumur hidup.
• Radioterapi
-- Radioterapi dilakukan dengan 131I, belum termasuk first line therapy di
Indonesia. Tujuan radioterapi adalah menjadikan penderita hipotiroid. Dosis
radioterapi sesuai dengan protokol yang berlaku pada masing-masing pemberi
pelayanan radioterapi.
Pemantauan
Pemeriksaan laboratorium dilakukan 4-6 minggu sesudah terapi awal dan setiap
pergantian dosis. Ulang tiap 2-3 bulan jika dosis sudah sesuai.
• TSH seringkali masih tersupresi sampai waktu yang cukup lama sehingga
penyesuaian dosis berdasarkan (fT4 atau fT3).
• Sesudah terapi obat antitiroid selama 2 tahun dan anak masih melanjutkan terapi,
maka pemantauan laboratorium dilakukan tiap 6-12 bulan.
• Pemantauan jangka panjang hingga dewasa diperlukan meskipun telah terjadi
remisi atau telah menjalani pembedahan dan terapi iodine radioaktif.
• Prognosis :
-- 30% anak yang diobati obat antitiroid mencapai remisi dalam 2 tahun.
-- 75% pasien relaps dalam 6 bulan setelah henti obat, sedangkan hanya 10%
relaps setelah 18 bulan.
Krisis tiroid
• Terapi awal terdiri dari:
-- Mencari penyebab dan mengobati pencetus.
-- Menurunkan secara cepat konsentrasi serum hormon tiroid dan mengganggu
aksi perifer hormon tiroid.
• Terapi pilihan pertama adalah PTU karena memblok konversi T4 ke T3.
-- PTU 100-200 mg tiap 4-6 jam oral atau melalui NGT.
• Iodides (SKKI) 8-10 tetes tiap 8 jam untuk menghambat pelepasan hormon yang
belum terbentuk dari kelenjar, harus diberikan paling tidak 1 jam sesudah
pemberian PTU.
• Propanolol 2mg/kgBB/hari per oral akan memblok efek adrenergik dari hormon
tiroid dan menghambat konversi T4 menjadi T3.
• Glukokortikoid :
-- Hidrokortison 2 mg/kgBB IV bolus, dilanjutkan dengan 36-45mg/ m2/hari,
dibagi dalam 6 dosis. Atau
-- Hidrokortison 5mg/kgBB (hingga 100mg) IV setiap 6-8 jam. Atau --
Dexametason 0,1-0,2 mg/kgBB/hari dibagi dalam setiap 6-8 jam.
II.9. Prognosis
Sebagian besar pasien anak dengan hipertiroidisme memiliki prognosis yang
sangat baik. Tanda-tanda gagal jantung kongestif (CHF) jarang terjadi pada anak-
anak. Ophthalmopathy of Graves disease biasanya ringan tetapi mungkin bertahan
meskipun ada resolusi hipertiroidisme.
1. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. 2003. Basic Pathology. 7th ed., Vol.2. USA
: Elsevier Inc.
2. Sunil Sinha, Jonathan G. Gold. 2015. “Pediatric Hypertiroidism”.
http://www.emedicine.com/article/921707-overview. (Diakses 20 Juli, 2018).
3. Faizi M, P. E. Netty. (2006). Penatalaksanaan Hipertiroid Pada Anak.
Naskah Lengkap Continuing Education XXXVI. Divisi Endokrinologi
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR RSU Dr. Soetomo. Surabaya.
4. Balai Penelitian dan Pengembangan GAKI Kementerian Kesehatan RI. 2010.
“Nilai Diagnostik Indeks Wayne dan Indeks Newcastle untuk Penapisan
Kasus Hipertiroid”.
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/bpk/article/download/2110/1176
. (Diakses 23 Desember 2014).
5. Bahn RS, Burch HB, et all. 2011. “Hyperthyroidism and Other Causes of
Thyrotoxicosis : Management Guidelines of The American Thyroid
Association and American Association of Clinical Endocrinologists”.
Hyperthyroidism Management Guidelines, Endocrine Practice, Vol. 17 No. 3
6. Anderson D. (2014). Insidens Relaps pada Anak dengan Hipertiroid Graves
dan Hubungannya Terhadap Kadar Awal Tiroksin Bebas. Tesis Program
Pendidikan Dokter Spesialis IKA FKUI Jakarta : tidak diterbitkan
7. Firdaus I. Fibrilasi Atrium pada Penyakit Hipertiroidisme Patogenesis dan
Tatalaksana. Jurnal Kardiologi Indonesia. 2007; 28 : 375-386.
8. Sherwood L. 1996. Human Physiology : From Cells to System. 2nd ed. USA :
International Thomson Publishing Inc.
9. Junqueira LC. 2003. Basic Histology : Text & Atlas. 10th ed. USA : The
McGraw-Hill Companies, Inc.