PENDAHULUAN
Menurut WHO dan Undang Undang Lanjut Usia 1998, yang termasuk
lanjut usia (lansia) adalah yang berumur di atas 60 tahun. Jumlah lansia di
Indonesia mencapai 20,24 juta jiwa, setara dengan 8,03 persen dari seluruh
penduduk Indonesia tahun 2014. Secara global populasi lansia diprediksi terus
mengalami peningkatan. Usia harapan hidup di Indonesia berkisar dari 66,5 tahun
mengekspresikan hal itu merupakan kebutuhan dasar manusia serta hak setiap
individu tanpa memperhatikan usia, etnis, agama, disabilitas dan orientasi seksual.
sikap masyarakat yang lebih positif tentang berbagai aspek tentang seksualitas
perilaku seksual pada lansia perempuan, mendapatkan adanya aktivitas dan minat
seksual yang berkelanjutan pada mereka. Kesimpulan dari review data tersebut
bahwa faktor kultural dan biologis berperan penting terhadap ekspresi seksual
pada lansia.(4)
1
Pengaruh gangguan mental terhadap fungsi seksual, dampak psikologis
tertinggi ditemukan pada lansia. Hal itu dimungkinkan karena adanya efek
meliputi siklus respon seksual; perubahan respon seksual pada lansia; anamnesis
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
vaskular, muskular dan neurologis). Menurut Helen Singer Kaplan siklus respon
seksual terdiri dari 3 fase, yaitu minat (desire), gairah (arousal) dan orgasme.
Sedangkan menurut Masters dan Johnson (1966) siklus respon seksual terdiri dari
4 fase, yaitu gairah (arousal), plateau, orgasme dan resolusi (Gambar 2.1). Fase-
fase tersebut ditandai dengan adanya perubahan-perubahan pada area genital dan
Johnson. Ia menambahkan bahwa siklus seksual pada wanita tidak bersifat linier,
melainkan siklik, serta bahwa minat dan gairah (arousal) pada wanita tidak dapat
dipisahkan. Pada model tersebut, titik awal untuk seksualitas adalah keinginan
Fase inisial (minat dan keinginan) ditandai dengan adanya fantasi seksual
dan keinginan untuk melakukan aktivitas seksual. Hal ini merupakan keadaan
yang subyektif, yang dapat dipicu baik oleh isyarat-isyarat seksual yang berasal
dari internal maupun eksternal. Selain itu juga tergantung pada fungsi
3
Fase gairah (arousal) diperantarai oleh sistem saraf parasimpatis dan
ditandai dengan adanya perasaan senang yang subyektif dan keluarnya cairan
lubrikasi pada vagina wanita dan pembesaran penis sehingga terjadi ereksi pada
laki-laki. Hormon testosteron berperan penting pada fase minat dan gairah baik
pendataran dari arousal, di mana individu tersebut terus merasa bergairah namun
tidak mengalami penambahan dalam tingkat gairahnya. Fase ini disebut plateau.
Pada fase ini jaringan erektil laki-laki maupun perempuan terisi penuh dengan
aliran darah. Respirasi, denyut nadi, tekanan darah dan ketegangan otot sangat
oleh sistem saraf simpatis. Pada fase ini kesenangan seksual mencapai puncaknya,
disertai pelepasan ketegangan seksual dan kontraksi ritmis dari otot perineum dan
ditandai dengan 3-15 kontraksi involunter dari sepertiga bawah vagina, kontraksi
kuat dan menetap dari uterus dimulai dari fundus hingga serviks. Pada laki-laki
inevitability) yang memicu orgasme dan dikeluarkannya cairan semen. Selain itu
terjadi 4-5 gerakan spasme yang ritmik dari prostat, vesikula seminalis dan
Pada fase resolusi darah mengalir balik dari genitalia (detumesen) dan
tubuh kembali ke fase istirahat. Fase ini ditandai dengan timbulnya perasaan
4
sejahtera yang subyektif dan perasaan rileks. Laki-laki mengalami periode
beberapa jam. Pada periode ini laki-laki tidak dapat dirangsang untuk mengalami
Cara seseorang berespon secara seksual sangat bervariasi dan setiap fase dapat
Selama fase arousal pada perempuan lansia, peningkatan aliran darah ke organ
5
dinding vagina dan lubrikasi vagina berkurang. Perubahan ini khususnya
tampak nyata ketika jaringan vagina telah menipis (atrofi) akibat berkurangnya
vagina untuk mengembang menjadi menurun. Atrofi vagina terjadi lebih berat
sudah mengalami atrofi maka klitoris rentan terhadap trauma dari stimulasi
fisik. Stimulasi akan menimbulkan sensasi iritasi atau nyeri, bukan gairah
seksual.
Jumlah kontraksi vagina dan uterus yang terjadi selama orgasme cenderung
bersifat spasmodik, bukan ritmik, dan hal tersebut dirasakan sebagai nyeri.
Fase resolusi pada perempuan lansia terjadi lebih cepat dibanding pada dewasa
muda.
Pada fase arousal laki-laki lansia, timbulnya ereksi lebih lambat dan
memerlukan lebih banyak stimulasi taktil yang langsung dibanding pada laki-
laki muda, di mana stimulasi psikologis memainkan peran lebih besar. Ereksi
6
yang terjadi sifatnya kurang intens, yaitu kurang keras, kurang elevasi dan
bertahan untuk waktu yang lebih pendek. Meski penis mengalami ereksi yang
cukup untuk penetrasi, namun seringkali penis tidak menjadi kaku sepenuhnya
hingga saatnya ejakulasi. Ereksi dan mimpi basah di malam hari lebih jarang.
Perubahan pada skrotum dan testis akibat arousal menjadi kurang intens.
Pada fase plateau, perasaan subyektif bahwa ejakulasi tak tertahan (point of
lebih sedikit. Selain itu volume ejakulat juga lebih sedikit dan kekuatan ejeksi
kesenangan.
Fase resolusi terjadi lebih cepat pada laki-laki lansia. Selain itu periode
refraktori tampak lebih panjang secara nyata dibanding pada laki-laki usia
muda. Laki-laki lansia dapat mengalami periode refraktori selama 24 jam atau
lebih setelah orgasme, namun jika ejakulasi belum terjadi maka re-arousal
7
Tabel 1. Perubahan fisiologi seksual terkait penuaan
8
Dampak perubahan respon seksual terhadap kualitas relasi seksual sangat
tergantung pada sikap dari pasangan dan pada seberapa bebas mereka dapat
berkomunikasi satu sama lain tentang kehidupan seks mereka. Kaplan (1989)
efek-efek dari penuaan yang normal terhadap fungsi ereksi, disebut juga dengan
presbirektia. Presbirektia dinilai dari 4 aspek klinis yaitu ereksi yang lebih
lembek, diperlukan stimulasi yang lebih, berlangsung lebih pendek dan lebih
rentan terhadap ansietas atau stres. Kemampuan pasangan suami istri untuk
menyesuaikan terhadap perubahan yang normal terkait usia ini penting untuk
kelompok lansia mengingat dampak dari penuaan dan penyakit fisik terhadap
respon seksual serta meningkatnya sensitifitas lansia terhadap efek samping dari
sendirinya kepada klinisi sehingga mereka perlu menyiapkan pikiran dan sikap
mengungkap masalah seksual secara tidak terduga, saat membahas tentang hal
lain, dan klinisi harus mampu merespon hal tersebut dengan nyaman. (3), (6)
ketakutan tertentu, seperti (1) klinisi atau pasien menjadi bergairah saat
membicarakan tentang seks, (2) klinisi tidak tahu pertanyaan apa yang perlu
9
diajukan atau bagaimana membantu mengatasi masalah seksual pasien, (3) secara
tidak disengaja tersadar akan permasalahan seksual diri sendiri, (4) bahwa pasien
disfungsi seksual.(4)
seiring usia. Menurut Hawton (1985) prinsip yang perlu diperhatikan mencakup:
pasti;
yang pernah dijalin, dan khususnya riwayat awal mula relasi yang
sekarang;
5) Mencari informasi tentang periode di mana terdapat relasi yang baik serta
10
6) Mewawancara kedua pasangan yang masih menjalin hubungan, baik
gangguan minat seksual yang hipoaktif pada laki-laki (male hypoactive sexual
penurunan fungsi pada satu fase atau lebih dari siklus respon seksual (minat,
11
Dari sebuah survey tentang disfungsi seksual yang dilakukan di Amerika
Serikat, melibatkan 1410 laki-laki dan 1749 perempuan berusia 18-59 tahun,
minat seksual, sebesar 26% mengeluh tidak mampu mencapai orgasme dan 16%
mengeluh nyeri pada saat bersenggama. Sementara pada laki-laki terdapat sebesar
terdapat disfungsi ereksi. Minat seksual yang rendah berkaitan dengan ketidak-
bahagiaan secara umum, dan disfungsi seksual sangat berkaitan dengan hubungan
Dalam survey lainnya terhadap populasi lansia yang aktif secara seksual,
seksual. Masalah seksual yang paling sering pada lansia perempuan adalah minat
yang paling sering adalah disfungsi ereksi (37%), kecemasan akan performa
(27%), dan ejakulasi dini (26%). Prevalensi lansia yang mendiskusikan seks
kepada dokter sebanyak 38% pada laki-laki dan 22% pada perempuan.(4)
penyakit fisik, mental dan efek dari obat-obatan. Disfungsi seksual pada lansia
12
a. Disfungsi Seksual dan Penuaan
ereksi dan hormon-hormon pada laki-laki dengan sampel acak laki-laki usia 40-70
variabel independen yang utama dan tujuan khusus dari studi tersebut untuk
disfungsi ereksi komplit meningkat 3x lipat, dari 5% pada usia 40 tahun hingga
15% pada usia 70 tahun. Selain itu diketahui juga bahwa disfungsi ereksi yang
informasi tentang perubahan fisiologi seksual yang normal terkait usia. Fungsi
sementara oleh istri hal tersebut merupakan pertanda menurunnya minat terhadap
ada. Demikian juga halnya dengan berkurangnya cairan lubrikasi vagina yang
cintanya.(3)
penuaan, lansia juga bisa saja menyesali adanya perubahan pada tubuh mereka,
dalam hal ukuran, bentuk dan kekencangan yang berbeda secara nyata
13
dibandingkan sebelumnya. Lansia mungkin mengeluh tentang perubahan tubuh
terhadap orang yang lebih muda, serta perubahan dalam intensitas hubungan
menderita berbagai penyakit fisik. Mereka juga seringkali menjalani operasi yang
salah satu alasan yang paling sering diungkapkan oleh lansia ketika mengakhiri
(seperti pada penyakit jantung atau stroke). Selain itu penyakit fisik dapat
menimbulkan kesulitan saat senggama, kelelahan atau rasa nyeri (seperti pada
penyakit respirasi, artritis dan infeksi menular seksual. Penyakit fisik dapat
vaskular perifer). Lebih jauh lagi penyakit fisik dapat menurunkan kepercayaan
dan kolostomi), serta menurunkan gairah seksual (seperti pada depresi, gagal
14
c. Disfungsi Seksual dan Gangguan Mental
Gangguan mental yang paling sering diderita oleh lansia adalah depresi,
demensia, gangguan waham dan delirium. Perilaku seksual dapat berubah secara
pada lansia yang menderita gangguan mental juga dapat diakibatkan oleh
seksual yang diinduksi obat maka penghentian atau penggantian obat biasanya
seksual, meski lebih jarang terjadi, misal pengaruh L-dopa, lamotrigin dan
trazodon.(3)
Disfungsi seksual pada lansia dapat menimbulkan distres yang nyata, sama
halnya seperti pada orang dewasa muda. Klinisi harus menyusun rencana
15
berkaitan. Jika terdapat faktor psikologis maka perlu diberikan konseling bagi
pasien dan atau pasangan. Sementara itu jika disfungsi seksual berkaitan dengan
faktor fisik atau biologikal maka edukasi dan obat-obatan dapat membantu.(4)
Terapi hormonal,
Terapi obat-obatan,
Alat mekanis,
Pembedahan vaskular.(9)
Sebagian besar ahli dalam seksualitas dan penuaan, dimulai dari Masters
informasi tentang fisiologi seksual yang normal dan tentang penerimaan akan
perasaan dan perilaku seksual di masa lansia. Hal itu bertujuan untuk
majalah yang mudah diakses oleh masyarakat umum serta program di radio dan
televisi merupakan media yang penting untuk edukasi. Edukasi tenaga kesehatan
Selain itu klinisi perlu memberikan edukasi kepada lansia tentang strategi
dimaksud.
16
Istirahat yang cukup,
diperlukan,
gigi ke dokter.
Merawat kulit,
Tidak merokok,
dialami,
17
c. Mengoptimalkan relasi yang sehat dengan pasangan seksual, melalui:
sensual,
Pilih gaya hubungan seksual dan posisi yang sesuai dengan kondisi
dengan konseling.(9)
hipertiroid dan HIV. Salah satu mekanisme di mana penyakit medis tersebut
18
juga masih kontroversial. Sebagai alternatifnya dapat diberikan gonadomimetik
tibolon.(4),(9)
ereksi non-organik (89% respon pada dosis 50 mg) maupun organik seperti akibat
diabetes melitus, hipertensi dan gangguan neurologis (dosis 100 mg). Obat ini
diabsorpsi dengan cepat meski jika ditelan bersama makanan akan diabsorspi
lebih lambat. Sildenafil memiliki keamanan dan efek samping yang ringan,
golongan nitrat karena dapat memicu timbulnya hipotensi. Tidak setiap pasien
akan berespon terhadap sildenafil dan pasien dengan impotensi vaskulogenik atau
tertentu seperti thioridazin, klomipramin dan SSRI, terbukti efektif. Dalam suatu
19
Terdapat beberapa alat mekanis yang dapat digunakan untuk mengatasi
terutama digunakan oleh lansia laki-laki, populer sekitar tahun 1980. Selain itu
terdapat juga implan protesa penis, terdiri dari 3 tipe yaitu semirigid, positionable
secara okasional jika terbukti adanya abnormalitas pada arteri atau vena.(8),(9)
20
BAB III
KESIMPULAN
Seiring dengan proses penuaan terjadi perubahan respon seksual pada lansia.
normal terkait usia ini penting untuk bertahannya relasi seksual mereka.
masalah seksual. Masalah seksual yang paling sering pada lansia perempuan
adalah minat yang menurun, sementara pada lansia laki-laki masalah yang paling
medis, psikiatri dan biologis yang mendasari disfungsi seksual pada lansia. Pilihan
terapi untuk disfungsi seksual adalah: edukasi dan pemberian saran; konseling
atau psikoterapi seksual; terapi hormonal; terapi obat-obatan; alat mekanis dan
pembedahan vaskular.
21
DAFTAR PUSTAKA
22