OLEH KEL : I
1.HIDAYAT MARDIANTO .SKM 8. RODILAH . Amd.Kep
2. YOPI HIMAWAN PERDANA . SKM 9. MUHAMMAD RIZQI IRFANDI . SKM
3. SYAMSURIJAL . SKM 10. HERU DWI PRASETIO .SKM
4. ANTONINYIUS NAZRA. Amd.AK 11. DWI SRI HANDAYANI . AMK
5. dr.BUDI ARDIANSYAH 12. RUSYDAYANI . AMKL
6. FITRI YANTO . AMK 13. ELLIZA EKA PRANITA . SKM
7.DARMANSYAH . Spd 14. SRI BUDI ASTUTI . SKM
15. RAJA ELISUSILA . AMK
MANAJEMEN MALARIA
BAPELKES BATAM
2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Mobilitas penduduk khususnya tenaga relatif tinggi, keluar masuk dari daerah endemis
malaria ke daerah bebas malaria atau sebaliknya. Keadaan ini dapat menjadi faktor
penunjang timbulnya Kejadian Luar Biasa (KLB) Malaria.
2. Semakin meluasnya/menyebarnya daerah-daerah yang telah resisten terhadap obat
malaria ( klorokuin).
3. Kurang berkualitasnya penegakan diagnosis malaria, dimana pada daerah di luar Jawa-
Bali, diagnosis malaria hanya ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala klinis tanpa
konfirmasi laboratorium.
4. Adanya perubahan lingkungan misalnya tambak-tambak udang yang kurang terpelihara
sehingga banyak lumut dan menjadi tempat perindukan nyamuk penular malaria yang
potensial.
5. Perilaku masyarakat yang kurang mendukung upaya penanggulangan penyakit ini,
sehingga diperlukan kerjasama dengan lintas sektor, swasta, dan masyarakat itu sendiri.
6. Meningkatnya pembangunan yang kurang memperhatikan lingkungan (pembangunan
yang tidak berwawasan kesehatan).
2
7. Banyaknya jenis nyamuk Anopheles yang sudah dikonfirmasi sebagai vektor malaria di
Indonesia 14 (empat belas) jenis.
8. Akses pelayanan kesehatan belum menjangkau ke seluruh desa-desa yang bermasalah
malaria, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor geografis, sumber daya
manusia, dana dan faktor demografis.
3
BAB II
Tanggal 14 November 2013 dilaksanakan observasi lapangan diwilayah kerja BAPELKES. Hasil obervasi
didapatkan hasil sebagai berikut:
2.2.1 Pada tempat Perinduk Ditemukan Jentik Anopheles sebanyak 10 Ekor, dari Luas Lagoon Lebih
Kurang 1 H , Pada tempat perindukan masih banyak terdapat bekas-bekas galian pasir yg
Ditinggalkan oleh orang –orang yg tdk bertanggung jawab dgn apa yg sudah dilakukannya.
Penduduk setempat masih tetap akan melakukan penggalian secara bebas karena menurut
Prilaku buruk tersebut sangat sulit yg dikarenakan tdk ada lahan pekerjaan lain buat mereka.
2.2.2 Jumlah penduduk dikecamatan Nongsa Dari dua kelurahan sebanyak 55135 jiwa
2,2,3 Hasil API ( Annul Parasite Incidence ) di Puskesmas Sambau yang kami dapat 5 tahun terakhir :
2.2.4 Tindak lanjut yang dilakukan oleh Puskesmas Sambau Kecamatan Nongsa adalah
4
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 KESIMPULAN
Dari hasil Observasi Lapangan yang telah kami lakukan pada tanggal 16 november 2013 di dapatkan
pada observasi di PUSKESMAS SAMBAU masih terdapatnya lagoon yang merupakan tempat
perindukan nyamuk anopheles.Hal ini masih akan terus terjadi dikarenakan mata pencaharian penduduk
setempat adalah penggalian pasir yang akan dijual.
3.2 SARAN
Berdasarkan data yang di dapat dari observasi Lapangan ada beberapa hal yang diharapkan bisa
dilakukan untuk penanggulangan malaria ini, diantaranya:
Penyuluhan yang lebih intensif lagi tentang malaria dan cara penanggulangannya
Peningkatan PHBS ke masyarakat
Perbaikan lingkungan oleh masyarakat dan instansi terkait
Penyediaan lapangan pekerjaan yang lain, sehingga kegiatan penggalian pasir dapat di hentikan.
Perlu advokasi yang lebih intensif lagi ke stake holder/pengambil keputusan dari lintas sector,
sehingga penanggulangan malaria ini dapat dilakukan secara besinergi dan berkesinambungan.
Mengaktifkan lagi kader malaria dengan cara pelatihan ataupun penyegaran kader malaria yang
sudah ada.
5
DOKUMENTASI
6
7