Anda di halaman 1dari 23

TUGAS INDIVIDU

TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN (3 SKS)


“Identifikasi Bahan Toksik pada Produk Sehari-Hari dan
Lingkungan Ambien Beserta Efek Terhadap Kesehatan dan
Tindak Pencegahannya”

Disusun Oleh :
Achmad Rizki Azhari
NIM. 25010113140258

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
2016
A. Identifikasi Bahan Toksik Pada Produk Sehari-Hari
1. Etanol pada Minyak Wangi

Etanol, juga dikenal sebagai etil alkohol, adalah cairan jernih yang
tidak berwarna dengan bau yang ringan dan menyenangkan. Hal ini
banyak digunakan dalam berbagai produk seperti minuman
beralkohol, pelarut, parfum dan perlengkapan mandi, disinfektan,
semir, sebagai aditif bahan bakar dan dalam pembuatan plastik, karet
dan obat-obatan.1
Jika terpajan etanol, potensi efek kesehatan yang merugikan yang
mungkin terjadi tergantung pada cara orang yang terkena dan jumlah
yang mereka terkena. Eksposur melalui uap etanol pernapasan dapat
menyebabkan iritasi hidung dan tenggorokan dengan rasa mencekik
dan batuk pada konsentrasi yang lebih tinggi.1
Meminum etanol menyebabkan berbagai gejala yang tergantung
pada jumlah yang dikonsumsi. Gejala berkisar dari gangguan
penglihatan, waktu reaksi dan koordinasi hingga terjadi kesulitan
berbicara, kehilangan penglihatan, mual dan muntah. Minum dalam
jumlah yang lebih besar dapat menyebabkan kejang, koma dan
masalah pernapasan. Paparan kulit dari tumpahan etanol dapat
menyebabkan rasa terbakar dan pedih. Paparan mata untuk ethanol
juga dapat menyebabkan mata terbakar dan pedih.1
Etanol diklasifikasikan oleh Badan Internasional untuk Penelitian
Kanker (IARC) sebagai penyebab kanker pada manusia dengan rute
paparan melalui pencernaan.1
Mengurangi paparan etanol yaitu menyingkirkan sumber paparan
dan mengganti produk dengan bebas alcohol Jika seseorang
terapapar etanol pada kulit maka harus segera membilas daerah yang
terkena dengan air hangat untuk setidaknya 10-15 menit dan segera
dapatkan bantuan medis. Jika seseorang terpapar etanol pada mata,
maka segera lepas lensa kontak jika memakainya, bilas bagian yang
terkena dengan air hangat untuk setidaknya 10 - 15 menit dan segera
dapatkan bantuan medis. Jika seseorang telah menelan etanol , maka
segera mencari bantuan medis.1

2. Deltametrin pada Isektisida Padat (Kapur)

Deltametrin adalah pestisida piretroid sintetik yang membunuh


serangga melalui kontak kulit dan pencernaan. Penampilan paling
umum adalah baik sebagai bubuk tidak berwarna atau sedikit krem,
yang keduanya tidak berbau. Sebagai senyawa lipophillic, deltametrin
tidak larut dalam air dan karena itu sangat stabil dalam lingkungan
fisik. Tidak seperti banyak piretroid, deltametrin juga stabil di udara
dan sinar matahari: bahkan setelah waktu dua tahun pada 40 derajat
Celcius deltametrin tidak akan terurai.2
Deltametrin menghasilkan gejala khas tipe II motorik pada
mamalia. Jenis gejala II tersebut mencakup sindrom menggeliat pada
hewan pengerat, serta air liur berlebihan. LD50 akut oral pada tikus
jantan berkisar antara 128 mg / kg hingga lebih dari 5.000 mg / kg
tergantung pada carier dan kondisi dari studi. LD50 untuk tikus betina
adalah 52 mg / kg dan nilai-nilai yang diterbitkan lainnya berkisar 31-
139 mg / kg. Nilai berkisar 21-34 mg / kg diperoleh untuk tikus;
sementara anjing memiliki LD50 dilaporkan dari 300 mg / kg. LD50
intravena pada tikus dan anjing adalah 2-2,6 mg / kg, dan kulit LD50
lebih besar dari 2940 mg / kg. LD50 perkutan akut untuk tikus
dilaporkan lebih besar dari 2.000 mg / kg; lebih besar dari 10.000 mg /
kg untuk puyuh; dan lebih besar dari 4640 mg / kg untuk. LD50
dermal akut untuk kelinci lebih besar dari 2.000 mg / kg. Penelitian
lain menunjukkan iritasi lain kulit terjadi pada tikus dan marmut. 3
Tanda-tanda keracunan yang diproduksi pada tikus akibat
deltametrin tidak sama dengan yang dihasilkan oleh piretroid lainnya.
Terutama karakteristik kejang sembari berguling. Lokasi deltametrin
beraksi yaitu saraf sentral dengan sedikit atau tidak ada komponen
perifer. Urutan tanda-tanda yang jelas akibat keracunan deltametrin
akut yaitu kemajuan laju mengunyah, air liur, dan mengais-ngais
kejang berguling, kejang tonik, dan kematian. Tanda-tanda awal,
termasuk choreoathetosis yang reversibel, tetapi tikus yang
menunjukkan kejang tonik dan shock hampir selalu mati dengan
segera. 3
Efek akut pada manusia yaitu ataksia, kejang-kejang yang
menyebabkan fibrilasi otot dan kelumpuhan, dermatitis, edema, diare,
dyspnea, sakit kepala, induksi enzim microsomal hati, iritasi, kolaps
pembuluh darah perifer, rhinorrhea, elevasi tinggi serum alkaline
phosphatase, tinnitus, tremor, muntah dan kematian karena
kegagalan pernapasan. Reaksi alergi yang timbul yaitu: anafilaksis,
bronkospasme, eosinofilia, demam, hipersensitivitas pneumonia,
pucat, pollinosis, berkeringat, pembengkakan tiba-tiba pada wajah,
kelopak mata, bibir dan selaput lendir, dan takikardia.3
Efek paparan kronis pada manusia akibat deltametrin antara lain:
choreoathetosis, hipotensi, kerusakan prenatal dan syok. Pekerja
yang terpapar deltametrin selama pembuatannya lebih 7-8 tahun
mengalami iritasi kulit dan iselaput lender temporer yang dapat
dicegah dengan penggunaan sarung tangan dan masker wajah.3
Pencegahan paparan ketika menggunakan deltametrin yaitu:
a) Ventilasi (tidak jika bubuk), pembuangan lokal, atau perlindungan
pernapasan4
b) Menggunakan sarung tangan pelindung dan juga pakaian
pelindung4
c) Menggunakan face shield 4
d) Jangan makan, minum, atau merokok selama penggunaan dan
cuci tangan setelah menggunakan4
3. Permetrin pada Insektisida Spray

Permetrin adalah pestisida piretroid sintetik digunakan sebagai


acaricide dan anti serangga. Manusia tidak secara signifikan
dipengaruhi oleh permethrin. Tergantung pada perumusan
stereoisomer bahan kimia, permetrin dapat diklasifikasikan dalam
kelas II atau kelas II toksisitas EPA. Apapun kelas toksisitas dari
produk permethrin, semuanya harus berisi label "Peringatan" atau
"Perhatian" karena potensi kimia untuk menyebabkan iritasi mata dan
kulit. 5
Efek akut permetrin bervariasi sesuai dengan rute paparan.
Sebagian besar permetrin tidak berbahaya jika terjadi paparan oral;
Studi pada tikus menunjukkan LD50 dari permethrin yaitu 430-4000
mg / kg. Hal yang sama dengan paparan melalui kulit, meskipun kimia
telah ditemukan menyebabkan iritasi kulit ringan pada kelinci.
Paparan kulit terhadap permetrin telah menyebabkan iritasi mata dan
kulit pada manusia dalam beberapa kasus. Sedangkan efek kronis
dari permetrin belum terbukti. 5
EPA telah mengklasifikasikan kimia tersebut berpotensi
karsinogenik melalui paparan oral, terutama karena beberapa
penelitian dimana terjadi dua jenis tumor jinak pada tikus. Dalam tes
laboratorium, konsumsi permetrin memiliki potensi untuk mengurangi
kemampuan T-limfosit, komponen penting pertahanan sistem
kekebalan dan untuk mengenali tubuh protein asing. Peneliti dengan
menggunakan kultur sel tikus menemukan bahwa permetrin juga
menghambat kemampuan dua jenis limfosit.5
Pencegahan paparan ketika menggunakan permetrin yaitu:
e) Ventilasi (tidak jika bubuk), pembuangan lokal, atau perlindungan
pernapasan6
f) Menggunakan sarung tangan pelindung dan juga pakaian
pelindung6
g) Menggunakan face shield 6
Jangan makan, minum, atau merokok selama penggunaan dan
cuci tangan setelah menggunakan6

4. Transflutrin pada Insektisida Padat Bakar

Transfluthrin adalah insektisida piretroid sintetik. Transfluthrin


adalah padatan putih, tanpa berbau khas. Transfluthrin tidak
diklasifikasikan sebagai mudah terbakar, otomatis mudah terbakar,
bahan peledak atau pengoksidasi.7
Terdapat toksisitas transflutrin akut setelah paparan oral.
Toksisitas akut rendah pada paparan kulit dan inhalasi. Transfluthrin
tidak mengiritasi mata dan kulit, dan bukan merupakan alergen kulit. 7
Target utama untuk toksisitas dosis berulang yaitu hati dan ginjal.
Dalam studi inhalasi 13 minggu (tikus), setelah pemberian dosis
terjadi hiperaktif, tremor, meremang dan ungroomed coat diamati
dengan NOAEC sebesar 47,6 mg / m 3 atau setara dengan 17 mg / kg
bb / hari. 7
Keseluruhan NOAEL untuk toksisitas jangka panjang oral yaitu 1,0
mg / kg bb / hari Efek pada ginjal yakni glomerulonephrosis, deposisi
pigmen, dan peningkatan berat badan absolut dan relative terlihat
dalam studi 2 tahun pada tikus. 7
Dalam sebuah studi oncogenicity pada tikus meningkatnya insiden
haemangiosarcomas pada limpa, adenoma pada kelenjar harderian,
dan sarkoma pada subcutis diamati pada jenis kelamin betina pada
1000 ppm (sama dengan 279 mg / kg bb / hari) transfluthrin. 7
Dalam studi karsinogenisitas tikus terlihat peningkatan kejadian
hiperplasia kandung kemih urothelial, serta peningkatan insiden tumor
dan karsinoma urothelial papiloma, dan hiperplasia tiroid folikel dan
peningkatan sel-sel kuboid pada tiroid pada 2000 ppm (setara dengan
100,4 mg / kg bw / hari) transfluthrin. Tak satu pun dari peningkatan
kejadian tumor dilaporkan dalam tikus 2-tahun studi dapat dianggap
relevan dengan manusia. 7
Transfluthrin dianggap genotoksik in vitro tetapi tidak genotoksik in
vivo. Tidak ada efek perkembangan maupun teratogenic dari
toksisitas transfluthrin yang diamati dalam dua studi teratogenik oral
pada tikus dan kelinci. Neurotoksisitas hanya diamati dalam studi oral
gavage (tikus) dan studi inhalasi (tikus).7
Mengurangi efek kesehatan pada korban keracunan transfluthrin
adalah sebagai berikut:8
 Terhirup
Pindahkan korban ke tempat berudara segar. Berikan pernapasan
buatan jika dibutuhkan. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas
kesehatan terdekat.
 Kontak dengan Kulit
Segera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang
terkontaminasi. Cuci kulit, kuku, dan rambut menggunakan sabun
dan air yang banyak sampai dipastikan tidak ada bahan kimia
yang tertinggal, sekurangnya selama 15-20 menit. Bila perlu
segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
 Kontak dengan Mata
Segera cuci mata dengan air yang banyak, sekurangnya selama
15-20 menit dengan sesekali membuka kelopak mata bagian atas
dan bawah sampai dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang
tertinggal. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan
terdekat.
 Tertelan
Jangan lakukan induksi muntah. Jangan berikan apapun melalui
mulut pada korban yang tidak sadarkan diri. Basuh mulut
menggunakan air. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas
kesehatan terdekat.

5. Silikon pada Furniture Polish

Silikon adalah unsur elektropositif paling melimpah di kerak Bumi.


Unsur ini adalah metalloid ditandai dengan kilap logam dan sangat
rapuh. Silicon adalah komponen utama dari kaca, semen, keramik,
sebagian besar perangkat semikonduktor, dan silicone yaitu zat
plastik yang dicampur dengan silikon. Silikon juga merupakan
konstituen penting dari beberapa baja dan bahan utama dalam batu
bata. Silikon adalah bahan tahan api yang digunakan dalam membuat
enamel dan tembikar.9
Konsentrat silikon dalam tidak ada organ tubuh tertentu tetapi
ditemukan terutama di dalam jaringan ikat dan kulit. Silikon
merupakan elemen non-toksik dan dalam segala bentuk alaminya
yaitu silika nameli dan silikat yang paling melimpah.9
Silikon adalah bahan inert yang tidak menyebabkan fibrosis pada
jaringan paru-paru. Namun lesi paru sedikit telah dilaporkan pada
hewan laboratorium dari suntikan intratrakeal debu silikon. Debu
silicon sedikit berdampak buruk pada paru-paru dan tidak muncul
untuk menghasilkan penyakit organik yang signifikan atau efek toksik
ketika eksposur terjadi dibawah batas yang diperbolehkan.9
Silikon dapat menyebabkan efek pernapasan kronis. Kristal silika
(silikon dioksida) berbahaya bagi pernapasan dengan LD50 (oral)
sebesar 3160 mg / kg. Kristal silikon mengiritasi kulit dan mata ketika
terjadi kontak. Paparan secara inhalasi akan menyebabkan iritasi
pada paru-paru dan membrane mukus. Iritasi pada mata akan
menyebabkan mata berair dan kemerahan. Kulit kemerahan, scaling,
dan gatal-gatal adalah karakteristik dari peradangan kulit. 9
Beberapa penelitian epidemiologi telah melaporkan signifikan
secara statistik kasus kematian atau kasus gangguan imunologi dan
penyakit autoimun pada pekerja yang terpajan silica. Penyakit-
penyakit dan gangguan tersebut termasuk skleroderma, rheumatoid
arthritis, lupus eritematosus sistemik, dan sarkoidosis.9
Kristal silika dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, yang
menyebabkan infeksi mikobakteri (tuberkulosis dan nontuberculous)
atau jamur, terutama pada pekerja dengan silicosis.9
Pajanan silika kristal melalui inhalasi berhubungan dengan
bronkitis, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan emfisema.
Beberapa studi epidemiologi menunjukkan bahwa efek kesehatan ini
kurang sering atau bahkan tidak ada pada orang yang bukan
perokok.9
Saat menggunakan furniture polish alat pelindung diri, seperti
sarung tangan, pakaian tertutup, pelindung mata, dan masker
sehingga dapat mengurangi paparan silicon terhadap tubuh
pengguna.10
B. Identifikasi Pajanan Bahan Toksik pada Lingkungan Ambien dalam
Kehidupan Sehari-hari
1. Nitrogen Dioksida
Nitrogen oksida (NOx) adalah kelompok gas yang terdapat di
atmosfer yang terdiri dari gas nitrit oksida (NO) dan nitrogen dioksida
(NO2). Selain kedua zat tersebut, masih ada bentuk nitrogen oksida
lainnya, tetapi kedua gas tersebut yang paling banyak diketahui
sebagai bahan pencemar udara. Sifat dari NO ialah gas yang tidak
berwarna dan tidak berbau sebaliknya NO 2 berwarna coklat
kemerahan dan berbau tajam.11
NO2 tidak secara langsung dilepaskan langsung ke udara. NO 2
terbentuk ketika nitrogen oksida (NO) dan lainnya (NOx) bereaksi
dengan bahan kimia lain di udara untuk membentuk nitrogen dioksida.
Sumber utama nitrogen dioksida yang dihasilkan dari aktivitas
manusia adalah pembakaran bahan bakar fosil (batubara, gas dan
minyak), terutama bensin digunakan oleh kendaraan bermotor. Di
daerah perkotaan, 80% NO2 dihasilkan oleh kendaraan bermotor. NO2
juga dihasilkan dari proses pembuatan asam nitrat, pengelasan dan
penggunaan bahan peledak. Sumber-sumber lain NO2 yaitu proses
penyulingan bensin dan logam, industri pengolahan komersial, dan
industri pengolahan makanan. Sumber alaminya yaitu gunung berapi
dan bakteri.12
Sifat racun (toksisitas) gas NO2 empat kali lebih kuat daripada
toksisitas gas NO. Organ tubuh yang paling peka terhadap
pencemaran gas NO2 adalah paru-paru. Paru-paru yang
terkontaminasi oleh gas NO2 akan membengkak sehingga penderita
sulit bernafas yang dapat mengakibatkan kematiannya.13
Frekuensi pajanan NO2 konsentrasi tinggi dapat menurunkan
fungsi paru- paru khususnya pada anak-anak. Hal ini dapat
menurunkan pertahanan terhadap penyakit paru-paru, agen
bronchoconstrictive dan penyebab iritasi lainnya. NO2 juga
meningkatkan resiko untuk gangguan kelahiran termasuk berat lahir
rendah, prematuritas, gangguan pertumbuhan intra-uterus, cacat lahir,
dan kelahiran mati.14
NO2 juga dapat mengiritasi hidung dan tenggorokan, terutama
pada orang dengan asma, dan meningkatkan kerentanan terhadap
infeksi pernafasan serta menyebabkan bronchitis dan pneumoni.15

2. Asbestos
Asbestos adalah kelompok mineral silikat fibrosa dari logam
magnesium dan besi yang sering digunakan sebagai bahan baku
industri tegel lantai dan atap.16
Paparan asbestos dapat terjadi ketika material yang mengandung
asbes (baik buatan manusia ataupun alami) mengalami gangguan
sehingga melepaskan serat asbes ke udara. Rute utama masuk
asbes ke dalam tubuh adalah inhalasi udara yang mengandung serat
asbes. Asbes juga dapat masuk ke dalam tubuh melalui jalur sistem
pencernaan. Serat asbes juga dapat masuk melalui kulit, tetapi dalam
kasus yang jarang dan tidak menimbulkan dampak negatif kesehatan
yang serius17
Asbestosis adalah pneumokoniosis yang disebabkan oleh
akumulasi pajanan serat asbestos. Periode latensi untuk timbulnya
asbestosis biasanya 10-20 tahun setelah paparan. Gangguan lain
yang dapat disebabkan oleh asbestos adalah kanker paru dan
mesothelioma.18
Mesothelioma adalah kanker langka, yang berhubungan dengan
asbes yang terbentuk pada jaringan/selaput pelindung tipis yang
menutupi paru-paru dan abdomen.19 Mesothelioma merupakan
penyakit berhubungan dengan asbes yang memiliki masa latensi
terpanjang, biasanya mengambil antara 20 dan 40 tahun atau lebih
untuk berkembang.20

3. Timbal
Timbal (plumbum/Pb) atau timah hitam adalah satu unsur logam
berat yang lebih tersebar luas dibanding kebanyakan logam toksik
lainnya. Kadarnya dalam lingkungan meningkat karena
penambangan, peleburan dan berbagai penggunaannya dalam
industri. Timbal berupa serbuk berwarna abu-abu gelap digunakan
antara lain sebagai bahan produksi baterai dan amunisi, komponen
pembuatan cat, pabrik tetraethyl lead, pelindung radiasi, lapisan pipa,
pembungkus kabel, gelas keramik, barang-barang elektronik, tube
atau container, juga dalam proses mematri. Keracunan dapat berasal
dari timbal dalam mainan, debu ditempat latihan menembak, pipa
ledeng, pigmen pada cat, abu dan asap dari pembakaran kayu yang
dicat, limbah tukang emas, industri rumah, baterai dan percetakan.
Makanan dan minuman yang bersifat asam seperti air tomat, air buah
apel dan asinan dapat melarutkan timbal yang terdapat pada lapisan
mangkuk dan panci. Sehingga makanan atau minuman yang
terkontaminasi ini dapat menimbulkan keracunan. Bagi kebanyakan
orang, sumber utama asupan Pb adalah makanan yang biasanya
menyumbang 100 – 300 μg per hari.21, 22
Keracunan timbal akut jarang terjadi. Keracunan timbal akut
secara tidak sengaja yang pernah terjadi adalah karena timbal asetat.
Gejala keracunan akut mulai timbul 30 menit setelah meminum racun.
Berat ringannya gejala yang timbul tergantung pada dosisnya.
Keracunan biasanya terjadi karena masuknya senyawa timbal yang
larut dalam asam atau inhalasi uap timbal. Efek adstringen
menimbulkan rasa haus dan rasa logam disertai rasa terbakar pada
mulut. Gejala lain yang sering muncul ialah mual, muntah dengan
muntahan yang berwarna putih seperti susu karena Pb Chlorida dan
rasa sakit perut yang hebat. Lidah berlapis dan nafas mengeluarkan
bau yang menyengat. Pada gusi terdapat garis biru yang merupakan
hasil dekomposisi protein karena bereaksi dengan gas Hidrogn
Sulfida. Tinja penderita berwarna hitam karena mengandung Pb
Sulfida, dapat disertai diare atau konstipasi. Sistem syaraf pusat juga
dipengaruhi, dapat ditemukan gejala ringan berupa kebas dan vertigo.
Gejala yang berat mencakup paralisis beberapa kelompok otot
sehingga menyebabkan pergelangan tangan terkulai (wrist drop) dan
pergelangan kaki terkulai (foot drop). 21, 22
Keracunan sub akut terjadi bila seseorang berulang kali terpapar
racun dalam dosis kecil, misalnya timbal asetat yang menyebabkan
gejala-gejala pada sistem syaraf yang lebih menonjol, seperti rasa
kebas, kaku otot, vertigo dan paralisis flaksid pada tungkai. Keadaan
ini kemudian akan diikuti dengan kejang-kejang dan koma. Gejala
umum meliputi penampilan yang gelisah, lemas dan depresi.
Penderita sering mengalami gangguan sistem pencernaan,
pengeluaran urin sangat sedikit, berwarna merah. Dosis fatal: 20 - 30
gram dan periode fatal: 1-3 hari. 21, 22
Keracunan timbal dalam bentuk kronis lebih sering terjadi
dibandingkan keracunan akut. Keracunan timbal kronis lebih sering
dialami para pekerja yang terpapar timbal dalam bentuk garam pada
berbagai industri, karena itu keracunan ini dianggap sebagai penyakit
industri. seperti penyusun huruf pada percetakan, pengatur komposisi
media cetak, pembuat huruf mesin cetak, pabrik cat yang
menggunakan timbal, petugas pemasang pipa gas. Bahaya dan
resiko pekerjaan itu ditandai dengan TLV 0,15 mikrogram/m 3 atau
0,007 mikrogram/m 3 bila sebagai aerosol. Keracunan kronis juga
dapat terjadi pada orang yang minum air yang dialirkan melalui pipa
timbal, juga pada orang yang mempunyai kebiasaan menyimpan
Ghee (sejenis makanan di India) dalam bungkusan timbal. Keracunan
kronis dapat mempengaruhi sistem syaraf dan ginjal, sehingga
menyebabkan anemia dan kolik, mempengaruhi fertilitas,
menghambat pertumbuhan janin atau memberikan efek kumulatif
yang dapat muncul kemudian. 21, 22

4. Sulfur Dioksida
Sulfur dioksida (SO2) merupakan gas tak berwarna yang
menimbulkan rasa jika konsentrasinya 0,3 ppm dan menghasilkan
bau yang kuat pada tingkat konsentrasi yang lebih besar dari 0,5 ppm.
SO2 adalah gas yang dapat diserap oleh selaput lendir hidung dan
saluran pernafasan. Gas SO2 dan H2SO4 (aq) dengan konsentrasi
tinggi dapat merusak paru-paru. Paparan jangka panjang dari SO2 (g)
dari pembakaran batubara dapat mengganggu fungsi paru-paru atau
menimbulkan penyakit pernapasan lainnya.23
Pengaruh lain dari pencemar SO2 terhadap manusia adalah iritasi
sistem pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi
tenggorokan terjadi jika kadar SO2 5 ppm atau lebih, bahkan pada
beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada kadar 1-2 ppm. SO2
dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama
terhadap orang tua dan penderita penyakit kronis pada sistem
pernafasan kardiovaskular.24
SO2 adalah gas yang bersifat iritasi kuat bagi kulit dan selaput
lender pada konsentrasi 6-12 ppm. Dalam kadar rendah SO2 dapat
menimbulkan spasme temporer otot-otot polos pada bronchioli. Bila
kadar SO2 rendah akan tetapi terpapar dalam kadar yang
berulangkali, dapat menimbulkan iritasi selaput lendir.25

5. Dioksin
Dioksin terbentuk dari proses industri kimia yang melibatkan
klorin, proses pembakaran sampah insinerasi, produksi samping
industri pembuatan pestisida, kertas, dan baja. Dioksin dibentuk pada
saat terjadinya pembakaran senyawa yang berbasis klorin dengan
hidrokarbon. Dioksin sangat jarang terdapat dalam sumber alami,
sebagian besar dioksin berasal dari manusia (antropogenik).26
Senyawa dioksin yang beracun yaitu 2,3,7,8 tetraklorodibenzon-p-
dioksin atau biasa disingkat TCCD. Dioksin yang terbentuk selama
pembakaran, masuk ke udara bersama pembakaran, masuk ke udara
bersama abu yang beterbangan, kemudian mengendap pada
tanaman, kebun-kebun tanaman pangan, kemudian dikonsumsi oleh
ternak yang akhirnya dikonsumsi manusia. 26
Diioksin bersifat larut dalam lemak dan terakumulasi dalam
pangan dengan kadar lemak yang relatif tinggi. Zat kimia ini tidak
mengenal dosis ambang batas, sehingga dengan konsentrasi rendah
pun mampu menyebabkan kerusakan karena tubuh kita tidak memiliki
mekanisme untuk menanggulanginya. 26
Efek klinis yang ditimbulkan oleh karena paparan dioksin adalah
sebagai berikut:
a. Keracunan akut
 Terhirup
Menyebabkan iritasi saluran pernapasan, sakit kepala, pusing,
mual, dan muntah. Klorakne mungkin timbul setelah beberapa
minggu hingga beberapa bulan, setelah pemaparan yang disertai
inklusi kista, komedos dan pustules, yang pada akhirnya terjadi
pada kulit. Luka ini terjadi pada muka, leher, batang tubuh, paha,
dan alat kelamin. Kadang - kadang klorakne didahului oleh
eritematous dan edematous kulit yang luka. Beberapa individu
punya pengalaman blefaro konjungtivitis dan iritasi membran
mukosa lainnya.27
 Kontak dengan kulit
Klorakne pada kulit mungkin terjadi sebagai suatu efek lokal
sebagai akibat langsung absorbsi kulit atau sebagai suatu efek
sistemik aknibat absorbsi kulit. Klorakne ditandai oleh inklusi kista,
komedos, dan pustulat, merusak kulit. Luka ini terjadi pada muka,
leher, batang tubuh, paha, dan alat kelamin. Kadang kadang
klorakne didahului oleh eritematous luka kulit. 27
 Kontak dengan mata
Menimbulkan iritasi mata.27
 Tertelan
Menyebabkan iritasi saluran cerna.27
b. Keracunan kronik
 Terhirup
Selain efek klorakne, efek sistemik dari pemaparan dioksin
meliputi fatigue, sakit kepala, susah tidur, libido menurun,
kehilangan nafsu makan, dan berat badan, kerusakan sensorial
dan intoleransi terhadap demam. Gejala neuromuskular dapat
terjadi dengan melemahnya otot otot, aches dan perih disertai
keadaan saraf yang tidak normal. Perubahan iritabilitas dan
psikopatologikal dapat terlihat. Perubahan metabolisme porfirin
ditandai dengan hirsutisme, perubahan atropi kulit, fotosensitivitas
pigmentasi kulit abu abu, friability mudah dan formasi pembuluh,
peningkatan tingkat uroporpirin adalah efek lain sehubungan
dengan pemaparan. Efek lain mungkin meliputi hiperlipidema,
hiperkolesterolemia, perubahan miokardial, dan meningkatnya
kerusakan hati. Depresi pada imunitas mediat sel, seperti yang
didemonstrasikan dengan meningkatnya energi, telah dilaporkan
dari suatu studi pada individu yang terpapar debu yang
terkontaminasi dioksin. Hasil yang berlawanan dicapai dari
perbedaan studi epidemiologi pada hubungan dari pemaparan
material ini dan meningkatnya efek reproduksi. Hasil dari suatu
studi epidemiologi bahwa terdapat suatu hubungan antara
fenoksiasetat herbisida yang terkontaminasi 1,2,3,4
tetraklorodibenzo-p-dioksin dan limfoma berlebih dan kanker
daerah perut.27
 Kontak dengan kulit
Klorakne merupakan kondisi kulit yang disebabkan oleh efek
langsung kontak dioksin dengan kulit atau efek sitemik yang
melalui absorpsi melewati kulit. Klorakne ini spesifik ditandai oleh
inklusi kista, komedo, dan pustulat, merusak kulit. Luka ini terjadi
pada muka, leher, batang tubuh, paha, dan alat kelamin. Kadang
kadang klorakne didahului oleh eritematous luka kuli. 27
 Tertelan
Menyebabkan teratogen dan karsinogen terhadap binatang.27

6. Pencegahan
a. Mengurangi efek kesehatan akibat nitrogen dioksida28
Beberapa langkah untuk mengurangi dampak kesehatan ketika
seseorang terpapar sejumlah besar atau keracunan nitrogen
dioksida yaitu:
 Kontak dengan mata
Segera siram dengan air dalam jumlah besar. Lanjutkan tanpa
berhenti selama minimal 30 menit, sesekali mengangkat
kelopak atas dan bawah. Kemudian mencari perawatan medis
segera.
 Kontak dengan kulit
Segera lepas pakaian yang terkontaminasi. Kemudian
bersihkan kulit terkontaminasi dengan sejumlah besar air dan
sabun.
 Kontak dengan pernapasan
 Membawa korban keracunan menjauh dari tempat
paparan.
 Mulailah bantuan pernapasan jika pernapasan telah
berhenti dan lakukan CPR jika tindakan jantung telah
berhenti.
 Bawa segera korban ke fasilitas medis.
 Observasi medis dianjurkan selama 24 sampai 48 jam
setelah paparan berlebihan, edema paru mungkin akan
terjadi secara perlahan setelah paparan.

b. Mengurangi paparan asbestos29


Berikut adalah 5 cara sederhana untuk melindungi diri dari
paparan asbestos:
 Gunakan pakaian pelindung
Jika bekerja pada sebuah industri yang masih menangani atau
menghilangkan asbestos, seseorang harus memastikan
bahwa dirinya memakai pakaian pelindung setiap saat.
Peralatan ini akan mencegah pakaian dan kulit dari
kontaminasi serat asbestos.
 Memakai masker pelindung
Masker sangat penting ketika menangani atau berdekatan
dengan asbestos. Masker tersebut akan mencegah seseorang
menghirup serat asbestos.
 Lepaskan pakaian pelindung ketika kembali ke rumah
Seseorang yang bekerja pada lingkungan tercemar asbestos
harus mengganti pakaian pelindung mereka sebelum masuk
rumah. Hal ini akan mencegah debu asbestos yang tetap pada
peralatan pelindung mengekspos orang lain. Jika tidak
dilakukan, maka penghuni rumah lainnya akan berisiko akan
paparan sekunder asbes melalui partikel yang tetap pada
pakaian kerja, sepatu, dan masker.
 Menjauh dari tempat berisiko tinggi asbestos
Menghindari tempat-tempat yang menimbulkan risiko tinggi
paparan asbes adalah salah satu cara yang paling efektif
untuk melindungi diri sendiri. Tempat-tempat tersebut dapat
mencakup lokasi konstruksi, galangan kapal, fasilitas produksi
dan ruanangan boiler. Hindari tempat-tempat ini di mana
mungkin untuk mencegah bersentuhan dengan serat asbes.
 Tanyakan sebelum membeli atau merenovasi bangunan
Pastikan penggunaan bahan yang mengandung asbestos
selama konstruksi sebelum membeli, menyewa atau
merenovasi rumah atau bangunan. Asbestos bisa tetap
tersembunyi dalam boiler, pipa, dinding dan langit-langit.
Selama perbaikan atau renovasi, bahan-bahan bangunan jika
dibor atau dihancurkan akan membebaskan partikel asbestos.

c. Mengurangi paparan timbal30


 Konsultasikan dengan departemen kesehatan daerah tentang
pengujiantimbal pada cat dan debu dari rumah.
 Pastikan anak-anak tidak memiliki akses untuk mengupas
permukaan yang dicat dengan cat berbasis timah.
 Anak-anak dan wanita hamil tidak tinggal atau hadir pada
perumahan yang dibangun sebelum 1978 yang sedang
mengalami renovasi. Mereka tidak harus berpartisipasi dalam
kegiatan mengganti cat lama atau dalam membersihkan puing-
puing cat setelah pekerjaan selesai.
 Teratur mencuci tangan dan mainan anak-anak. Tangan dan
mainan dapat terkontaminasi dari debu rumah atau tanah
eksterior. Keduanya merupakan sumber timbal.
 Teratur mengepel basah lantai dan membersihkan secara
basah komponen jendela secara rutin. Karena debu rumah
tangga merupakan sumber utama timbal.
 Melepas sepatu saat memasuki rumah untuk mencegah tanah
yang terkontaminasi timbal dari luar terbawah.
 Mencegah anak-anak bermain di tanah kosong. Tanaman
rumput di daerah tanah kosong atau menutupi tanah dengan
benih rumput, mulsa, atau serpihan kayu jika memungkinkan.
Sampai tanah kosong ditutupi, pindahkan area bermain anak-
anak jauh dari tanah kosong dan jauh dari pinggiran rumah.

d. Mengurangi dampak kesehatan akibat paparan sulfur dioksida31


Beberapa langkah untuk mengurangi dampak kesehatan ketika
seseorang terpapar sejumlah besar atau keracunan sulfur
dioksida yaitu:
 Inhalasi: Ambil tindakan pencegahan untuk memastikan
keselamatan diri sendiri sebelum mencoba penyelamatan (mis
memakai alat pelindung yang sesuai). Pindahkan korban ke
udara luar ruang. Jika sulit bernapas, personil terlatih harus
memberikan oksigen darurat. Jangan membiarkan korban
untuk bergerak tidak perlu. Gejala edema paru mungkin
tertunda. Pengobatan sangat diperlukan sehingga bawa
korban ke rumah sakit dengan segera.
 Kontak Kulit: Gas: siram kulit yang terkena dengan air hangat
mengalir selama 5 menit. Hubungi sebgera dokter; Gas cair:
cepat bawa korban menjauh dari sumber kontaminasi. Jangan
mencoba untuk rewarm daerah yang terkena paparan. Jangan
menggosok daerah atau menerapkan panas langsung. Lepas
pakaian atau perhiasan yang dapat membatasi sirkulasi. Hati-
hati memotong sekitar pakaian yang menempel pada kulit dan
menghilangkan sisa garmen. Lalu menutupi area yang terkena
dengan pembalut steril. Jangan memungkinkan korban untuk
minum alkohol atau merokok. Pengobatan sangat diperlukan
sehingga bawa korban ke rumah sakit dengan segera.
Tinggalkan pakaian, sepatu dan barang-barang kulit yang
terkontaminasi di tempat untuk pembuangan yang aman.
 Kontak Mata: Gas: pindahkan korban ke udara luar. Segera
menyiram mata terkontaminasi dengan air hangat yang
mengalir selama 5 menit, sambil memegang kelopak mata
terbuka; Gas cair: hindari kontak langsung. Pakailah sarung
tangan pelindung kimia jika perlu. Segera dan secara singkat
siram dengan dengan air hangat mengalir. Jangan mencoba
untuk rewarm korban. Tutup kedua mata dengan pembalut
steril. Jangan memungkinkan korban untuk minum alkohol
atau merokok. Pengobatan sangat diperlukan sehingga bawa
korban ke rumah sakit dengan segera.

e. Mengurangi paparan dioksin32


 Insinerasi yang tepat dari bahan terkontaminasi adalah metode
terbaik yang tersedia untuk mencegah dan mengendalikan
paparan dioksin. Hal ini juga dapat menghancurkan limbah
minyak berbasis PCB. Proses insinerasi membutuhkan suhu
tinggi, lebih dari 850°C. Penghancuran sejumlah besar bahan
terkontaminasi membutuhkan temperatur yang lebih tinggi
yaitu 1000°C atau lebih.
 Pencegahan atau pengurangan eksposur terhadap manusia
terbaik dilakukan melalui tindakan yang menitikberatkan
sumber yaitu kontrol yang ketat dari proses industri untuk
mengurangi pembentukan dioxin sebanyak mungkin. Hal ini
adalah tanggung jawab pemerintah nasional.
 Lebih dari 90% dari paparan dioksin adalah melalui pasokan
makanan, terutama daging dan produk susu, ikan dan kerang.
Oleh karena itu, melindungi pasokan makanan sangat penting.
Selain sumber-diarahkan langkah-langkah untuk mengurangi
emisi dioksin, kontaminasi sekunder pasokan makanan perlu
dihindari di seluruh rantai makanan. kontrol yang baik dan
praktek selama produksi primer, pengolahan, distribusi dan
penjualan semua penting dalam produksi makanan yang
aman.
DAFTAR PUSTAKA

1. Bull S. Ethanol General information. United Kingdom: Health Protection


Agency; 2010.

2. Gilbert Steven. Deltamethrin [Internet]. 2014 [cited 2016 Dec 6]. Available
from: http://www.toxipedia.org/display/toxipedia/Deltamethrin

3. Extension Toxicology Network. Deltamethrin [Internet]. 1995 [cited 2016 Dec


6]. Available from: http://pmep.cce.cornell.edu/profiles/extoxnet/carbaryl-
dicrotophos/deltamethrin-ext.html

4. Centers for Disease Control and Prevention. DELTAMETHRIN [Internet].


International Chemical Safety Cards - NIOSH. 2016 [cited 2016 Jul 22].
Available from: http://www.cdc.gov/niosh/ipcsneng/neng0247.html

5. Dan Becker. Permethrin [Internet]. 2010 [cited 2016 Dec 6]. Available from:
http://www.toxipedia.org/display/toxipedia/Permethrin

6. Centers for Disease Control and Prevention. PERMETHRIN [Internet].


International Chemical Safety Cards - NIOSH. 2015 [cited 2016 Dec 6].
Available from: http://www.cdc.gov/niosh/ipcsneng/neng0312.html

7. RMS. Transfluthrin (insecticides, acaricides and products to control other


arthropods). Vol. 21. Netherlands: RMS; 2014.

8. Sentra Informasi Keracunan Nasional. Transflutrin [Internet]. Jakarta; 2015.


Available from: ik.pom.go.id/v2015/katalog/TRANSFLUTRIN.pdf

9. Lenntech BV. Silicon (Si) - Chemical properties, Health and Environmental


effects [Internet]. [cited 2016 Dec 6]. Available from:
http://www.lenntech.com/periodic/elements/si.htm

10. Well Done Kft. SAFETY DATA SHEET FURNITURE POLISH. Hungary;
2006.

11. Srikandi Fardiaz. Polusi Air Dan Udara. Yogyakarta: Kanisius; 1992.

12. Ministry of Environment New Zealand. Nitrogen Dioxide [Internet]. Ministry of


Environment New Zealand. 2009 [cited 2016 Dec 6]. Available from:
www.mfe.govt.nz
13. Wisnu Arya Wardhana. Dampak Pencemaran Lingkungan. ANDI; 2004.

14. CAI-Asia Center. Nitrogen Dioxide (NO2): Status and Trends in Asia
[Internet]. CAI-Asia Center. 2010 [cited 2016 Dec 6]. Available from:
cleanairinitiative.org

15. Massachusetts Department of Environmental Protection. Nitrogen Dioxide


[Internet]. 2012. Available from: www.mass.gov

16. Andreas Erick Haurissa. Pencitraan Diagnostik Kasus Asbestosis dan


Diagnosis Diferensialnya. Cermin Dunia Med. 2012;39(9).

17. Agency for Toxic Substances and Disease Registry. Asbestos Toxicity: How
Are People Exposed to Asbestos? [Internet]. 2016 [cited 2016 Dec 6].
Available from: http://www.atsdr.cdc.gov/csem/csem.asp?csem=29&po=6

18. American Cancer Society. Asbestos-related disease. ACC Review [Internet].


2004;11(June):2. Available from:
http://www.acc.co.nz/PRD_EXT_CSMP/groups/external_providers/document
s/guide/prd_ctrb113163.pdf

19. American Cancer Society. Malignant Mesothelioma [Internet]. American


Cancer Society. 2016 [cited 2016 Dec 6]. Available from:
http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003119-pdf.pdf

20. Commonwealth of Australia. Asbestos-related Disease Indicators [Internet].


2010 [cited 2016 Dec 6]. Available from:
http://www.safeworkaustralia.gov.au/sites/SWA/about/Publications/Document
s/538/Asbestos-related_Disease_Indicators.pdf

21. Homan CS, Brogan GX. Handbook of Medical Toxicology. 1st ed. Viccellio P,
editor. Boston: Little Brown and Co.; 1993.

22. DR.P.V Chadha. Timbal, Ilmu Forensik dan Toksikologi. 5th ed. Jakarta:
Widya Medika; 1995.

23. M. Z. Jacobzon. Atmospheric Pollution. United Kingdom: Cambridge


University Press; 2002.
24. Departemen Kesehatan Republik Indonesiia. Parameter Pencemar Udara
dan Dampaknya Terhadap Kesehatan [Internet]. Jakarta; 2007. Available
from: http://www.kemkes.go.id/

25. J.S. Slamet. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University


Press; 1994

26. Isa Ansyori. Bahaya Dioksin. Beranda Pusarpedal. 2011;3.

27. Sentra Informasi Keracunan Nasional. 2,3,7,8 Tetraklorodibenzo-P-Dioksin.


Jakarta; 2010.

28. New Jersey Department of Health and Senior Service. NITROGEN DIOXIDE.
Trenton; 2000.

29. HSE WISE. 5 simple ways to protect yourself from Asbestos Exposure |
[Internet]. 2016 [cited 2016 Dec 6]. Available from: http://hsewise.org/5-
simple-ways-to-protect-yourself-from-asbestos-exposure/

30. Centers for Disease Control and Prevention. Lead - Prevention Tips
[Internet]. 2014 [cited 2016 Dec 6]. Available from:
https://www.cdc.gov/nceh/lead/tips.htm

31. Canadian Centre for Occupational Health and Safety. Sulfur Dioxide : OSH
Answers [Internet]. 2016 [cited 2016 Dec 6]. Available from:
http://www.ccohs.ca/oshanswers/chemicals/chem_profiles/sulfurdi.html

32. World Health Organization. Dioxins and their effects on human health. WHO.
World Health Organization; 2016;

Anda mungkin juga menyukai