PENDAHULUN
A. Latar Belakang
Konsumen membutuhkan makanan yang segar, murah dan mudah disajikan
sebagai tuntutan zaman yang makin praktis. Namun bahan makanan umumnya
mudah mengalami kerusakan yang disebabkan oleh pertumbuhan
mikroorganisme terutama oleh bakteri dan jamur seiring lamanya masa
penyimpanan. Berbagai cara dilakukan utuk agar makanan sampai pada tangan
konsumen dalam keadaan sama seperti pada saat pemanenan. Proses pengawetan
makanan telah lama dikenal dan digunakan oleh manusia, teknologi berjalan
seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia akan adanya ketersediaan
pangan. Secara umum makanan di alam mempunyai masa penyimpanan (Shelf
life) yang pendek atau relatif cepat mengalami kerusakan sehingga diperlukan
upaya-upaya untuk dapat memperpanjang masa penyimpanan. Dengan
pengawetan, makanan bisa disimpan berhari-hari, bahkan berbulan-bulan dan
sangat menguntungkan produsen. Cara pengawetan bahan makanan dapat
disesuaikan dengan keadaan bahan makanan, komposisi bahan makanan, dan
tujuan dari pengawetan. Secara garis besar ada dua cara dalam mengawetkan
makanan, yaitu fisik serta biologi dan kimia. Salah satu contoh dari pengawetan
makanan secara fisik adalah pengasapan.
Pengasapan adalah salah satu cara memasak, memberi aroma, atau proses
pengawetan makanan, terutama daging, ikan. Makanan diasapi dengan panas dan
asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu, dan tidak diletakkan dekat dengan
api agar tidak terpanggang atau terbakar. Sewaktu pengasapan berlangsung,
makanan harus dijaga agar seluruh bagian makanan terkena asap. Waktu
pengasapan bergantung dari jenis dan ukuran bahan makanan. Api perlu dijaga
agar tidak boleh terlalu besar. Bila suhu tempat pengasapan terlalu panas, asap
tidak dapat masuk ke dalam makanan. Sewaktu pengasapan dimulai, api yang
dipakai tidak boleh terlalu besar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengawetan makanan dengan metode
pengasapan?
2. Bagaimana mekanisme pengawetan makanan dengan metode pengasapan?
3. Apa keuntungan dan kerugian pengawetan makanan dengan metode
pengasapan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses pengawetan makanan dengan metode pengasapan.
2. Untuk mengetahui mekanisme pengawetan makanan dengan metode
pengasapan.
3. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian pengawetan makanan dengan
metode pengasapan.
BAB II
PEMBAHASAN
Alat pengasapan
Pada prinsipnya alat pengasapan terdiri dari dapur api (kiln) sebagai
penghasil asap dan ruang pengasapan sebagai tempat menyimpan bahan makanan
yang diasapi. Pada jaman dahulu pengasapan dilakukan dengan jalan mengasapi
bahan makanan di atas kayu yang dibakar, akan tetapi dewasa ini telah
ditemukan alat jenis penghasil asap yang suhu dan komposisi asapnya dapat
diatur sesuai dengan keinginan kita. Salah satunya adalah “Batch process Kiln”
yaitu suatu klin yang mempunyai alat sirkulasi udara dan asap dengan kecepatan
rata-rata kurang lebih 1 meter per detik. Pengasapan dengan alat ini memakan
waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan pengasapan tradisional. Dengan
makin majunya jaman, sekarang juga sering digunakan “pengasapan
Elektrostatis” dalam cara pengasapan ini digunakan suatu generator geser.
4. Keju
Pengasapan keju merupakan hal yang telah dikerjakan sejak jaman
dahulu. Pengasapan keju dapat memperbaiki kualitas penyimpanan keju
tersebut, hal itu disebabkan karena permukaan keju akan diseliputi dan diliputi
oleh senyawa-senyawa anti mikrobia dan antioksidan yang memang terdapat
didalam asap. Dengan demikian keju akan langsung terhindar dari serangan
kapang dan jasad-jasad renik lainnya.
BAB III
PEMBAHASAN
2) Pengeringan
Ikan yang sudah digarami dan ditiriskan dimasukkan ke dalam kamar asap
yang berisi asap panas hasil pembakaran. Pemanasan secara tidak langsung
menyebabkan terjadinya penguapan air pada daging ikan, sehingga
permukaan air dan dagingnya mengalami pengeringan. Hal ini akan
memberikan efek pengawetan karena bakteri-bakteri pembusuk lebih aktif
pada produk-produk berair. Oleh karena itu, proses pengeringan mempunyai
peranan yang sangat penting dan ketahanan mutu produk tergantung kepada
banyaknya air yang diuapkan.
3) Pemanasan
Ikan dapat diasapi dengan pengasapan panas atau dengan pengasapan
dingin. Pada pengasapan dingin panas yang timbul karena asap tidak begitu
tinggi efek pengawetannya hampir tidak ada. Untuk meningkatkan daya awet
ikan, waktu untuk penasapan harus diperpanjang. Pada pengasapan panas
karena jarak antara sumber api (asap) dengan ikan biasanya dekat, maka
suhunya lebih tinggi sehingga ikan menjadi masak. Suhu yang tinggi dapat
menghentikan aktifitas enzim-enzim yang tidak diinginkan, menggumpalkan
protein ikan dan menguapkan sebagian air dari dalam jaringan daging ikan.
Jadi disini ikan selain diasapi juga terpanggang sehingga dapat langsung
dimakan.
4) Pengasapan
Tujuan dari pengasapan adalah untuk mengawetkan dan memberi warna
dan rasa spesifik pada ikan. Sebenarnya asap sendiri daya pengawetnya sangat
terbatas (yang tergantung kepada lama dan ketebalan asap), sehingga agar
ikan dapat tahan lama, pengasapan harus dikombinasikan dengan cara-cara
pengawetan lainnya, misalnya dengan pemakaian zat-zat pengawet atau
penyimpanan pada suhu rendah.
3. Warna Ikan
Warna ikan asap yang baik biasanya kuning emas sampai kecoklatan dan
warna ini timbul karena terjadinya reaksi kimia antara phenol dari asap
dengan oksigen dari udara
4. Rasa Ikan
Setelah diasapi, ikan mempunyai rasa yang sangat spesifik, yaitu rasa
keasap-asapan yang sedap. Rasa tersebut dihasilkan oleh asam-asam organic
dan phenol serta zat-zat lain sebagai pembantu
1) Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Ikan Asap
Bahan Mentah (raw material)
Seperti halnya dengan cara-cara pengawetan ikan lainnya,
pengasapan tidak dapat menyembunyikan atau menutupi
karakteristik-karakteristik dari ikan yang sudah turun kualitasnya.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan ikan asap yang bermutu baik
harus menggunakan bahan mentah (ikan) yang masih segar. Sebagian
besar dari penyebab rendahnya mutu ikan asap ialah digunakannya
ikan-ikan yang sudah hampir busuk yang akan menghasilkan produk
akhir yang lembek, lengket dan permukaannya tidak cemerlang.
Selain dari kesegarannya, faktor-faktor lainnya juga dapat
menentukan mutu dari produk akhir, misalnya pengaruh musim dan
kondisi ikan tersebut. Baru-baru ini telah ditemukan bahwa ikan asap
yang dibuat dari ikan kurus yang baru bertelur mempunyai rupa dan
rasa yang kurang memuaskan bila dibandingkan dengan ikan asap
yang dibuat dari ikan-ikan gemuk dan dalam kondisi yang sangat
baik
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengasapan adalah salah satu cara memasak, memberi aroma, atau proses
pengawetan makanan, terutama daging dan ikan. Makanan diasapi dengan
panas dan asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu, dan tidak diletakkan
dekat dengan api agar tidak terpanggang atau terbakar.
2. Di dalam pengawetan dengan cara pengasapan dikenal dua macam metode
pengasapan yaitu: Pengasapan dingin (Cold smoking) atau disebut
pengasapan tidak langsung dan pengasapan panas (hot-smoking) atau
disebut pengasapan langsung.
3. Pada prinsipnya alat pengasapan terdiri dari dapur api (kiln) sebagai
penghasil asap dan ruang pengasapan sebagai tempat menyimpan bahan
makanan yang diasapi.
4. Proses pengasapan terjadi dalam tiga tingkatan:
Pengaringan pendahuluan, dalam tingkatan ini bahan makanan mulai
mengering karena kontak dengan udara atau uap yang panas.
Proses peresapan asap
Perlakuan panas, tingkatan ini merupakan proses pengeringan lanjutan.
5. Ada dua cara pengerjaan pengasapan yang diketahui, yaitu: pengasapan
alami, penasapan buatan.
6. Faktor-faktor yang harus diperhatikan pada proses pengasapan diantara
lainnya adalah; jenis bahan bakar, kadar air pengasap, kepekatan asap, suhu,
kelembaban.
7. Kerusakan pada proses pengawetan dengan pengasapan tidak akan terjadi
apabila kita cukup teliti dalam melakukan pengasapan tersebut. Adapun
kerusakan yang terjadi pada proses pengasapan adalah: penciutan bahan
makanan, gosong nitrat, kerusakan oleh jasad renik, kerusakan oleh asap,
kerusakan karena pengaruh rumah asap.
8. beberapa produk yang bisa diawetkan dengan pengasapan : daging, sosis,
ikan, keju.
DAFTAR PUSTAKA