Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam Kehidupan sehari hari kita sering mendengar bahkan mengucapkan
kosa kata Bahasa Indonesia. Sebagai seorang warga negara Indonesia yang
lahir dan tinggal di Indonesia sudah menjadi keseharian kita memakai Bahasa
Indonesia sebagai Bahasa yang melekat dan kental bagi diri kita.
Untuk orang luar yang baru menginjakan kaki di Indonesia, Bahasa
Indonesia merupakan Bahasa yang sulit untuk mereka pelajari bahkan mereka
ucapkan dalam kesehariannya. Namun, malulah kita sebagai warga negara
Indonesia jika tidak dapat memahami dan mengerti kosa kata dalam berbicara
lisan maupun tulisan. sebagai orang yang menetap dan lahir di Indonesia
sudah sepatutnya kita mengerti pemilihan kata yang akan kita ucapkan dalam
kehidupan sehari hari atau yang dikenal dengan diksi. Dalam berkomunikasi
langsung kepada lawan bicara kita juga harus memahami Kalimat Efektif
yang kita gunakan sehingga tidak terjadi pemboroson kata.
Karena tanpa kita sadari, kita sering melakukan kesalahan pada kalimat
efektif menjadi tidak efektif lagi. Maka dari itu, kita perlu mempelajari
kalimat efektif ini agar kita tidak salah dalam menggunakan kalimat efektif
ini.
Salah satu syarat kalimat itu menjadi efektif adalah kerangka paragraf
yang berurut dan benar. Jika paragraph tidak digunakan dalam membuat suatu
kalimat, pasti kalimat itu menjadi tidak relevan. Sebuah paragraf harus
memiliki arti atau penjelasan terhadap topic yang sedang dibahas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud diksi, kalimat efektif dan alenia/paragraph?
2. Apa saja macamnya?
3. Apa kegunaan dari masing-masing?

C. Tujuan Penulisan
1. Dapat memahami pilihan kata (Diksi) dalam sebuah kalimat.
2. Dapat mendeteksi kesalahan dalam ketidak efektifan suatu kalimat.
3. Mengetahui apa pentingnya paragraph dalam suatu kalimat dan dapat
membuat suatu kalimat sesuai urutan strukrur atau rangka paragraf.

BAHASA INDONESIA 1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pilihan Kata (Diksi)


a. Pengertian Diksi
Diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk
menggambarkan sebuah cerita. Diksi bukan hanya berarti pilih memilih
kata melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan atau menceritakan
peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan
dan sebagainya. Gaya bahasa sebagai bagian dari diksi yang bertalian
dengan ungkapan-unkapan individu atau karakteristik, atau memiliki nilai
artistik yang tinggi.
Diksi dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata
dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Arti kedua “diksi” yang
lebih umum digambarkan dengan enunsiasi kata seni berbicara jelas
sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan
ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan
intonasi daripada pemilihan kata dan gaya.
Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata mana yang harus
dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk
pengelompokan kata yang tepat atau menggunakan ungkapan, dan gaya
mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara
tepat nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan
untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai
rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh
penguasa sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu.
Sedangkan yang dimaksud perbendaharaan kata atau kosa kata suatu
bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa.
Selain itu Diksi, digambarkan dengan seni berbicara jelas sehingga
setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan
ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua membicarakan pengucapan dan
intonasi, dari pemilihan kata dan gaya, atau kemampuan membedakan
secara tepat nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan
kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi
dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.

BAHASA INDONESIA 2
b. Macam Diksi
a) Denotatif
Makna Denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit.
Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya.
Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara
objektif. Singkatnya, makna Denotatif adalah kata kata yang umum
dan tidak menimbulkan efek kiasan.
b) Konotatif
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul dari
sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada
sebuah makna konseptual. Dengan kata lain, Konotatif adalah kiasan
dari Denotatif yang merujuk pada kalimat atau kata khusus yang
professional.
Contoh Pemakaian Kata Denotatif dan Konotatif :
a. D  Buah Apel itu manis dan lezat.
K  Warna merah Buah Apel itu sangat menggoda.
Pada makna Denotatif dan Konotatif diatas, terlihat jelas sekali
keduanya memiliki makna atau arti yang sama. Bahasa Denotatif
dari kalimat di atas adalah manis dan lezat, makna umum yang
memang ditujukan untuk sesuatu yang bisa dimakan. Konotatif
pada contoh diatas merujuk pada perasaan atas apa yang dia lihat
dan dia rasakan ketika melihat buah Apel itu.

b. Perhatikan kalimat berikut ini :


“Bapak itu banting tulang agar dapat menafkahi keluarganya”
Makna Denotatif pada kalimat ini adalah “Banting” dan “Tulang.
Maksudnya makna “Banting Tulang” adalah bekerja keras. Maka
dari itu, makna banting tulang tersebut adalah makna Konotatif.

B. Kalimat Efektif
a. Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa
baik ejaan maupun tanda bacanya sehingga mudah dipahami oleh pembaca
atau pendengarnya. Dengan kata lain, kalimat efektif mampu
menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pendengar atau pembacanya
seperti apa yang dimaksudkan oleh penulis.
Suatu kalimat dapat dikatakan sebagai kalimat efektif jika memiliki
beberapa syarat sebagai berikut:
 Mudah dipahami oleh pendengar atau pembacanya.

BAHASA INDONESIA 3
 Tidak menimbulkan kesalahan dalam menafsirkan maksud sang
penulis.
 Menyampaikan pemikiran penulis kepada pembaca atau
pendengarnya dengan tepat.
 Sistematis dan tidak bertele-tele.

b. Ciri-Ciri Kalimat Efektif:


a) Keharmonian
Keharmonian atau keseimbangan antara gagasan (konsep) dan
struktur bahasa yang dipakai, menentukan efektif tidaknya sebuah
kalimat.
Keharmonian kalimat dapat dilihat berdasarkan ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Subjek dan predikatnya jelas. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
menghindari pemakaian depan di, dalam, bagi, untuk, menurut,
dengan, tentang, kepada, sebagai, atau pada. Pasalnya, kata depan
tidak bisa berfungsi sebagai subjek.
Contoh kalimat yang salah (perhatikan kata yang bergaris bawah):
Bagi pengungsi yang belum mendapatkan obat-obatan, dapat
menghubungi Posko Banjir di kantor lurah terdekat (seharusnya:
pengungsi yang belum mendapatkan obat-obatan, dapat
menghubungi Posko Banjir di kantor lurah terdekat)
b. Tidak mengandung subjek ganda.
Contoh kalimat yang salah:
Mahasiswa itu, setelah dinyatakan lulus dalam ujian skripsi, ia segera
menyusul orang tuanya di Singapura (seharusnya kata “ia”
dihilangkan).
c. Cermat dalam menggunakan kata penghubung. Berdasarkan
fungsinya, terdapat dua jenis kata penghubung, yaitu
(a.) kata penghubung yang menghubungkan kata, klausa, atau
kalimat yang kedudukannya setara (disebut pula kata majemuk
setara), seperti dan, serta, lalu, kemudian, selanjutnya, yakni, atau
karena. Patut digaris bawahi, dalam kalimat majemuk setara, kata
penghubung mesti diletakkan diantara bagian-bagian yang serta itu.
Contoh (perhatikan kata yang bergaris bawah): Februari ini Tantri
baru saja pulang berlibur dari Amerika, tetapi harus segera kembali
kesana karena rumahnya di Jakarta kebanjiran. Sedangkan (b) kata
penghubung yang menghubungkan klausa dengan klausa yang
kedudukannya tidak setara (disebut pula kata majemuk bertingkat),
seperti jika, sebab, agar, ketika, sebelum, sesudah, sehingga, guna,

BAHASA INDONESIA 4
seperti, apabila, yang, meskipun, atau sebagai. Kata penghubung
dalam kalimat majemuk bertingkat mesti diletakkan dimuka klausa
yang menjadi anak kalimat. Contoh: ketika harus kembali ke
Amerika, Tantri merasa sedih. Itulah sebabnya ia agak menunda
keberangkatannya.

b) Kepararelan
Kepararelan adalah kesejajaran atau kesederajatan unsure
pembentuk kata atau klausa yang digunakan dalam kalimat. Jika suatu
ungkapan dinyatakan dalam bentuk kata kerja (me-kan atau di-kan)
umpamanya, ungkapan berikutnya yang sederajat harus dinyatakan
pula dalam bentuk kata kerja. Jika suatu bentuk dinyatakan dalam
bentuk kata benda (pe-an atau ke-an), bentuk berikutnya juga harus
dinyatakan dalam bentuk kata benda. Contoh kalimat yang salah
(perhatikan kata yang bergaris bawah): belakangan ini kesadaran
masyarakat terhadap penyakit AIDS.

c) Ketegasan
Ketegasan adalah upaya si penulis dalam menonjolkan gagasan
atau ide pokok kalimatnya. Tujuannya memberi ketegasan bahwa ide
pokoknya itu merupakan sesuatu yang amat penting diketahui pembaca.
Ketegasan dapat dilakukan melalui cara-cara sebagai berikut :
a. Meletakkan kata yang hendak ditonjolkan pada awal kalimat.
Caranya bisa kita lakukan dengan menggunakan (memilih) unsur
5W 1H (where, who, when, why, what, dan how) yang biasa
dipakai kalangan jurnalis.
b. Membuat urutan suatu proses atau peristiwa dengan gambaran
logis.
c. Melakukan pengulangan (repetisi) terhadap kata yang ingin
ditegaskan.
d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ingin ditegaskan.
e. Menggunakan partikel penegas.

d) Kehematan
Kehematan yaitu tidak menggunakan kata, frase, atau bentuk lain
yang tidak diperlukan. Perhatikan hal-hal berikut ini:
a. Menghindari pengulangan subjek.
b. Menghindari pemakaian superordinat pada hiponimi kata. Hiponimi
adalah kata atau ungkapan yang maknanya dianggap bagian dari
makna suatu kata atau ungkapan lain.

BAHASA INDONESIA 5
c. menghindari dua kata yang bersinonim, yang dipakai sekaligus
dalam sebuah kalimat.
d. Tidak menjamakkan kata-kata yang bentuk dan maknanya memang
sudah jamak.

e) Kecermatan
Yakni cermat menggunakan kata-kata dalam kalimat, sehingga
kalimat tersebut tidak ambigu (bermakna ganda). Contoh (kalimat yang
ambigu): istri kepala bagian kredit bank BNI yang baru itu belum lama
ini menerima penghargaan dari pemerintah (catatan: siapa yang baru,
istri kepala bagian atau sang kepala bagian itu sendiri?).

f) Kelogisan
Yakni logis dalam mengemukakan ide kalimat. Contoh: untuk
mempersingkat waktu, marilah kita teruskan acara ini dengan
mengundang kehadiran Bapak Rahmat keatas podium (seharusnya:
untuk menghemat waktu…, karena waktu tidak bisa dipersingkat)

g) Kevariasian
Variasi ditujukan agar pembaca tidak cepat bosan dalam membaca
sebuah wacana. Variasi dimungkinkan oleh hal-hal berikut ini :
o Membentuk kalimat pembuka dengan frase keterangan (cara, waktu,
tempat), frase benda, frase kerja dan dengan partikel penghubung.
o Membentuk kalimat pembuka dengan kata modal (unsure
kebahasaan yang mencerminkan sikap si pemakai bahasa atau si
penulis).
o Membentuk kalimat pembuka dengan menempatkan subjek atau
predikat pada awal kalimat.

c. Jenis Kesalahan Dalam Menyusun Kalimat


 Pleonastis
Pleonastis atau pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir
(berlebihan), yang sebenarnya tidak perlu. Contoh kalimat yang
mengandung kesalahan pleonastis antara lain:
 Banyak tombol-tombol yang dapat Anda gunakan.
 Kontaminasi
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan kontaminasi dapat
kita lihat pada kalimat berikut ini:  Fitur terbarunya Adobe
Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.

BAHASA INDONESIA 6
Kalimat tersebut akan menjadi lebih efektif apabila akhiran –nya
dihilangkan: Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik
dan bervariasi.
 Salah pemilihan kata
Contoh:
 Saya mengetahui kalau ia kecewa.
Saya mengetahui bahwa ia kecewa.
 Salah nalar
Contoh:
 Bola gagal masuk gawang.
Bola tidak masuk gawang.
 Pengaruh bahasa asing atau daerah (interferensi)
- Bahasa asing
 Saya tinggal di Semarang di mana ibu saya bekerja.
Kalimat ini bisa jadi mendapatkan pengaruh bahasa Inggris, lihat
terjemahan kalimat berikut:
“I live in Semarang where my mother works.”
Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:
Saya tinggal di Semarang tempat ibu saya bekerja.
- Bahasa daerah
 Anak-anak sudah pada datang.
Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:
Anak-anak sudah datang.
 Kata depan yang tidak perlu
 Di program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.
Agar menjadi efektif, sebaiknya kita menghilangkan kata depan di,
sehingga kalimatnya menjadi:
Program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.

d. Beberapa Hal Yang Mengakibatkan Suatu Tuturan Kata Menjadi


Kurang Efektif
 Kurang padunya kesatuan gagasan.
Setiap tuturan terdiri atas beberapa satuan gramatikal. Agar tuturan
itu memiliki kesatuan gagasan, satuan-satuan gramatikalnya harus
lengkap dan mendukung satu ide pokoknya. Kita bisa melihat pada
contoh berikut:
“Program aplikasi MS Word dapat Anda gunakan sebagai
pengolah kata. Dengan program ini Anda dapat melakukan berbagai
aktivitas perkantoran seperti mengetik surat atau dokumen. MS Word
adalah produk peranti lunak keluaran Microsoft.”

BAHASA INDONESIA 7
Kalimat-kalimat pada contoh tersebut tidak mempunyai kesatuan
gagasan. Seharusnya setelah diungkapkan gagasan tentang “fungsi
MS Word” pada kalimat pertama, diungkapkan gagasan lain yang
saling bertautan.
 Kurang ekonomis pemakaian kata.
Ekonomis dalam berbahasa berarti penghematan pemakaian kata
dalam tuturan. Sebaiknya kita menghindari kata yang tidak diperlukan
benar dari sudut maknanya, misalnya:
“ Cuaca hari ini sangat begitu panas”
Penggalan Kalimat ini sangat tidak efektif karena kata “Begitu” pada
kalimat ini sangatlah tidak perlu. Lebih baik kalimat tersebut menjadi
“Cuaca hari ini sangat panas”
 Kurang logis susunan gagasannya.
Tulisan dengan susunan gagasan yang kurang logis dapat kita lihat
pada contoh berikut:
“Karena zat putih telurnya itulah maka telur dan dagingnya ayam
itu sangat bermanfaat untuk tubuh kita. Semua makhluk dalam
hidupnya memerlukan zat putih telur, manusia untuk melanjutkan
hidupnya perlu akan zat putih telur.”
Kita dapat membuat tulisan itu menjadi efektif seperti berikut:
“Semua makhluk hidup memerlukan zat putih telur yang berasal
dari telur dan daging ayam. Manusia adalah makhluk hidup. Jadi,
manusia memerlukan zat putih telur yang berasal dari telur dan
daging ayam untuk melanjutkan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa
telur dan daging ayam sangat bermanfaat bagi tubuh.”
 Pemakaian kata-kata yang kurang sesuai ragam bahasanya.
“Sehubungan dengan hal itu Takdir Alisyahbana bilang bahwa hal
bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa internasional.” Pemakaian
kata bilang tidak tepat untuk ragam bahasa keilmuan, sehingga kata-
kata tersebut sebaiknya diganti dengan mengatakan.
 Konstruksi yang bermakna ganda.
Suatu kalimat dipandang dari sudut tata bahasanya mungkin tidak
salah, namun kadang-kadang mengandung tafsiran ganda (ambigu)
sehingga tergolong kalimat yang kurang efektif. Kalimat yang
memiliki makna ganda dapat kita lihat pada kalimat-kalimat:
“Istri kopral yang nakal itu membeli sepatu.” Unsur yang nakal itu
menerangkan istri atau kopral? Jika yang dimaksud nakal adalah istri,
maka kalimat itu seharusnya menjadi: “Istri yang nakal kopral itu
membeli sepatu.”

BAHASA INDONESIA 8
 Penyusunan kalimat yang kurang cermat.
Penyusunan yang kurang cermat dapat mengakibatkan nalar yang
terkandung di dalam kalimat tidak runtut sehingga kalimat menjadi
kurang efektif. “Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan ialah untuk
mengelola sejumlah manusia memerlukan keprihatinan serta dedikasi
yang tangguh.”. Kalimat tersebut dapat diperbaiki seperti berikut:
“Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan, yakni pengelolaan
sejumlah manusia, memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang
tangguh.”
 Bentuk kata dalam perincian yang tidak sejajar.
Dalam kalimat yang berisi perincian, satuan-satuan dalam
perincian itu akan lebih efektif jika diungkapkan dalam bentuk
sejajar. Jika dalam suatu kalimat perincian satu diungkapkan dalam
bentuk kerja, benda, frasa, maupun kalimat, perincian lainnya juga
diungkapkan dalam bentuk kerja, benda, frasa, maupun kalimat juga
(sejajar). Contoh kalimat yang perinciannya tidak sejajar: “Kegiatan
penelitian meliputi pengumpulan data, mengklasifikasikan data, dan
menganalisis data.” Seharusnya: “Kegiatan penelitian meliputi
pengumpulan data, pengklasifikasian data, dan penganalisisan data.”

e. Cara Menulis Kalimat Efektif


 Mengetahui Tujuan Tulisan
Suatu tulisan dibuat pasti dengan tujuan tertentu, misal: mendidik,
membujuk, menyuruh, atau berbagi informasi. Bertanyalah pada diri
sendiri: apa yang ingin dicapai oleh tulisan kita? Dengan mengetahui
tujuan tulisan, kita dapat menyusun kalimat-kalimat yang mendukung
pencapaian tujuan tersebut.
 Menentukan Gaya Penyampaian
Gaya penyampaian tidak berarti mempermanis pesan yang pahit.
Kita bisa menanggapi keluhan secara efektif dengan cara
menghilangkan kemarahan si pengeluh: “Kami memahami keluhan
Anda. Kami meminta maaf atas ketidakpuasan Anda.” Kemudian
sampaikan pendapat kita: “Kami menerima semua keluhan pelanggan
kami secara sungguh-sungguh dan mencoba untuk menangani
penyebab keluhan tersebut”. Pesan yang kita disampaikan akan lebih
efektif jika kita menyampaikannya secara profesional.
 Menyampaikan Secara Positif
Menyampaikan gagasan secara positif memudahkan pembaca
menangkap pesan yang ingin kita sampaikan. Menyampaikan pesan

BAHASA INDONESIA 9
secara negatif memancing tanggapan negatif pula. Contoh
penyampaian secara negatif: “Mustahil bagi saya untuk memenuhi
tenggat waktu itu.” Alih-alih, sampaikan pesan secara positif, misal:
“Mari kita bahas jadwal dan tenggat waktu yang dapat kita tepati
bersama.”
 Mengukur Keluaran
Keefektifan tulisan dapat diukur dari keluarannya. Bertanyalah
pada diri sendiri: bagaimana tanggapan pembaca terhadap pesan yang
kita sampaikan? Jika tulisan kita efektif, pembaca akan memahami
pesan yang kita sampaikan dan akan menjawab apa yang kita perlukan
atau menerima penjelasan kita. Contoh, jika kita menulis tentang suatu
produk terbaru dan kita menerima banyak permintaan akan penjelasan
lebih lanjut, berarti tulisan kita tidak mampu mencapai tujuannya,
yakni menjelaskan produk baru.
 Mengenali Pembaca
Pengenalan akan pembaca sasaran membantu kita membentuk
tulisan. Pikirkan tentang siapa yang akan membaca tulisan kita, apa
saja yang sudah mereka ketahui, dan bagaimana menyajikan gagasan
secara efektif bagi mereka. Contoh, dalam suatu laporan internal
perusahaan, kita bisa gunakan istilah atau singkatan yang telah
dipahami para rekan kerja. Dalam surat kepada pelanggan baru, kita
harus hindari istilah teknis dan sebaiknya menyertakan informasi
tentang perusahaan kita. Kita menulis tidak untuk memuaskan diri kita,
tetapi kita menulis untuk mencapai suatu tujuan.
 Mempertimbangkan Konteks
Kita sebaiknya tidak hanya mengenali pembaca tulisan kita, tetapi
juga aras formalitas yang pantas. Beberapa tempat mengharuskan
tulisan yang resmi profesional, sedangkan beberapa tempat lain
mungkin mengijinkan tulisan yang lebih santai dengan gaya tak resmi.
Ketika kita mewakili perusahaan kita, selalu sampaikan secara resmi,
misal: “Terimakasih Anda telah bersedia meluangkan waktu makan
siang untuk membahas proposal kami.” Ketika menulis untuk keluarga
atau kawan, kita mungkin tak perlu mengikuti sepenuhnya tata dan
gaya bahasa, misal: “Terimakasih untuk makan siang tadi! Senang
bertemu denganmu.”

BAHASA INDONESIA 10
C. Alenia atau Paragraf

a. Pengertian Paragraf / Alinea


Paragraf disebut juga alinea. Kata tersebut merupakan serapan dari
bahasa Inggris paragraph. Kata Inggris “paragraf” terbentuk dari kata
Yunani para yang berarti “sebelum” dan grafein “menulis atau
menggores”. Sedangkan kata alinea dari bahasa Belanda dengan ejaan
yang sama. Alinea berarti “mulai dari baris baru”.
Paragraf atau alinea tidak dapat dipisah-pisahkan seperti sekarang,
tetapi disambung menjadi satu. Menurut Lamuddin Finoza, paragraf
adalah satuan bentuk bahasa yang biasanya merupakan gabungan beberapa
kalimat, sedangkan dalam bahasa Yunani, sebuah paragraf (paragraphos,
“menulis di samping” atau “tertulis di samping”) adalah suatu jenis tulisan
yang memiliki tujuan atau ide. Jadi, paragraf atau alinea adalah suatu
bagian dari bab pada sebuah karangan yang mana cara penulisannya harus
dimulai dengan baris baru dan kalimat yang membentuk paragraf atau
alinea harus memperlihatkan kesatuan pikiran. Selain itu, kalimat-kalimat
dalam sebuah paragraf atau alinea harus saling berkaitan dan hanya
membicarakan satu gagasan. Bila dalam sebuah paragraf atau alinea
terdapat lebih dari satu gagasan, paragraf atau alinea itu tidak baik dan
perlu dipecah menjadi lebih dari satu paragraf atau alinea.

b. Kegunaan Paragraf
Kegunaan paragraf yaitu:
a. Untuk menandai pembukaan topik baru atau pengembangan lebih lanjut
topik sebelumnya.
b. Untuk menambah hal-hal yang penting atau untuk memerinci apa yang
sudah di utarakan dalam paragraph sebelumnya.

c. Syarat Pembentukan Paragraf


Syarat pembentukan paragraph yaitu :
a. Kesatuan
Paragraf dianggap mempunyai kesatuan, jika kalimat-kalimat
dalam paragraph itu tidak terlepas dari topiknya atau selalu relevan
dengan topik.
b. Kepaduan
Kepaduan dibangun oleh kalimat-kalimat yang mempunyai
hubungan timbale balik. Kepaduan dalam sebuah paragraf dibangun
dengan memperhatikan :

BAHASA INDONESIA 11
 Unsur kebahasaan yang digambarkan dengan :
a) Repetisi/Pengulangan kata kunci
b) Kata ganti
c) Kata transisi/ kata ungkapan penghubung
 Pemerincian dan urutan isi paragraf
c. Kelengkapan
Suatu paragraf dikatakan lengkap, jika berisi kalimat-kalimat
penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topic atau
kalimat utama.

d. Pembagian Paragraf atau Alinea


a. Paragraf/Alinea Pembuka.
Paragraf ini merupakan pembuka atau pengantar untuk sampai
pada segala pembicaraan yang akan menyusul kemudian. Paragraf
pembuka harus dapat menarik minat dan perhatian pembaca, serta
sanggup menghubungkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan
disajikan selanjutnya. Salah satu cara untuk menerik perhatian ini ialah
dengna mengutip pertanyaan yang memberikan rangsangan dari para
orang terkemuka atau orang yang terkenal. Sebagai awal sebuah
karangan, paragraf pembuka harus mampu menjalankan fungsi:
 Menghantar pokok pembicaraan.
 Menarik minat dan perhatian pembaca.
 Menyiapkan atau menata pikiran pembaca untuk mengetahui isi
seluruh karangan

b. Paragraf/Alinea Pengembangan
Paragraf pengembangan ialah paragraf yang terletak antara
paragraf pembuka dan paragraf yang terakhir sekali di dalam bab atau
anak bab. Paragraf ini mengembangkan pokok pembicaraan yang
dirancang. Paragraf pengembangna mengemukakan inti persoalan yang
akan dikemukakan. Satu paragraf dan paragraf lain harus
memperlihatkan hubungan dengan cara ekspositoris, dengan cara
deskriptif, dengan cara naratif, atau dengan cara argumentative yang
akan dibicarakan pada halaman-halaman selanjutnya. Secara lebih rinci
dapat dirumuskan bahwa fungsi paragraf pengembang di dalam
karangan adalah:
 Mengemukakan inti persoalan.
 Mempersiapkan dasar atau landasan bagi kesimpulan.
 Meringkas alinea sebelumnya.
 Menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya.

BAHASA INDONESIA 12
c. Paragraf/Alinea Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang terdapat pada akhir
karangan atau pada akhir suatu kesatuan yang lebih kecil di dalam
karangan itu. Paragraf penutup berupa simpulan semua pembicaraan
yang telah dipaparkan pada bagian-bagian sebelumnya. Karena paragraf
ini dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan,
penyajiannya harus memperhatikan hal berikut ini:
 Sebagai bagian penutup, paragraf ini tidak boleh terlalu panjang.
 Isi paragraf harus benar-benar merupakan penutup atau kesimpulan
akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian.
 Sebagai bagian paling akhir yang dibaca, hendaknya paragraf ini
dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi pembacanya.

e. Struktur atau Rangka Paragraf


Paragraf pada umumnya dapat diklasifikasikan atas dua jenis, yaitu
kalimat topik atau kalimat pokok dan kalimat penjelas atau kalimat
pendukung. Kalimat topik adalah kalimat yang berisi ide pokok atau ide
utama paragraf. Kalimat ini merupakan kalimat terpenting yang harus ada
dalam setiap paragraf. Jika kalimat topik tidak ada dalam satu paragraf,
berarti ide paragraf itu juga tidak ada. Adapun kalimat penjelas atau
pendukung sesuai dengan namanya berfungsi mendukung atau
menjelaskan ide utama yang terdapat di dalam kalimat topik. Ciri kalimat
topik dan kalimat penjelas adalah sebagai berikut.
Ciri kalimat topik:
a. Mengandung permasalahn yang potensial untukdirinci dsn diuraikan
lebih lanjut.
b. Merupakan kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri.
c. Mempunyai arti yang cukup jelas tanpa harus dihubungkan dengan
kalimat lain dalam satu paragraf.
d. Dapat dibentuk tanpa bantuan kata sambung atau penghubung/transisi.

Ciri kalimat penjelas:


 Sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri (dari segi
arti). Arti kalimat ini kadang-kadang baru jelas setelah dihubungkan
dengan kalimat lain dalam satu paragraf.
 Pembentukannya sering memerlukan bantuan kata sambung atau
frasa penghubung/transisi.
 Isinya berupa rincian, keterangan, contoh dan data tambahan lain
yang bersifat memperjelas (mendukung) kalimat topik.

BAHASA INDONESIA 13
f. Posisi Kalimat Topik Paragraf atau Alinea
a. Pada Awal Paragraf ( Deduktif)
Kalimat pokok ditempatkan pada bagian awal paragraf sehingga
paragraf bersifat deduktif, yaitu cara penguraian yang menjadikan
pokok permasalahan lebih dahulu, lalu menyusul uraian yang terinci
mengenai permasalahan atau gagasan paragraf (urutan umum-khusus).
b. Akhir Paragraf ( Induktif)
Kalimat pokok yang ditempatkan pada akhir paragraf akan
membentuk paragraf induktif, yaitu cara penguraian yang menyajikan
penjelasan terlebih dahulu, barulah diakhiri dengan pokok pembicaraan
(urutan khusus-umum). Penyajian paragraf dengan cara ini lebih sulit
jika dibandingakan dengan paragraf deduktif, tetapi paragrafnya akan
terasa lebih argumentatif.
c. Pada awal dan akhir paragraf/alinea
Kalimat pokok ditempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf/
alinea sehingga terbentuk paragraf/alinea campuran. Kalimat pada akhir
paragraf/alinea akan lebih bersifat pengulangan atau penegasan kembali
gagasan utama paragraf/alinea yang terdapat pada awal paragraf/alinea.
d. Pada seluruh paragraf/alinea
Seluruh kalimat yang membangun paragraf/alinea sama pentingnya
sehingga tidak satu pun kalimat khusus menjadi kalimat topik. Kondisi
demikian bisa terjadi akibat sulitnya menentukan kalimat topik karena
kalimat yang satu dengan yang lain sama-sama penting. Paragraf/alinea
semacam ini sering dijumpai dalam uraian-uraian yang bersifat
deskriptif dan naratif.

BAHASA INDONESIA 14
BAB III
SIMPULAN

Bayangkan jika kita tidak dapat membedakan pilihan kata yang tepat
untuk digunakan di kondisi tertentu, apakah akan menghasilkan tutur kalimat
yang baik? Jawabanya sudah pasti tidak. Jadi, kepentingan kita memahami suatu
pilihan kata atau diksi tidak bisa ditinggalkan. Dalam suatu kalimat diksi,
terkadang terdapat suatu susunan kalimat yang bisa kita sebut kalimat efektif.
Kalimat efektif membuat kita bisa menggunakan suatu kata untuk kalimat
seperlunya saja. Tidak menimbulkan efek ambigu, salah satu fungsi adanya
kalimat efektif. Suatu kalimat yang efektif harus memiliki makna dan arti sendiri.
Itu mengapa ada yang namanya Paragraf atau Alinea. Paragraf adalah suatu
kalimat dalam baris yang memiliki arti tertentu di setiap kalimat nya. Paragraf
memiliki kerangka atau strukturnya tersendiri agar si pembaca dapat memahami
jalan cerita pada suatu kalimat. Itu mengapa sangat penting bagi kita untuk
memahami penempatan kalimat pembuka, kalimat klimaks, dan kalimat penutup
pada suatu paragraph.

BAHASA INDONESIA 15
DAFTAR PUSTAKA

http://imstuff-it.blogspot.co.id/2014/10/diksi-atau-pemilihan-kata.html
http://jaddung.blogspot.co.id/2015/06/makna-denotatif-dan-konotatif.html
http://www.kelasindonesia.com/2015/02/pengertian-kalimat-efektif-adalah-
beserta-contoh-lengkap.html
http://nadiaswahedi.blogspot.co.id/2014/12/alineaparagraf.html

BAHASA INDONESIA 16

Anda mungkin juga menyukai