Anda di halaman 1dari 6

1.

Proses Kedatangan Para Pedagang ke Nusantara

Jaringan perdagangan di Indonesia telah lama ada, ini dibuktikan dengan adanya rute-
rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah didaratan
asia tenggara pada abad pertama masehi (Badri Yatim,1999,hlm 191).Wilayah barat Nusantara
dan sekitar malaka sejak kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian karena hasil
buminya, dan menjadi daerah lintasan antara Cina dan India. Pelabuhan-pelabuhan penting di
Sumatra dan Jawa antara abad ke-1 dan ke-7 M sering disinggahi pedagang asing, seperti
Lamuri (Aceh), Barus, dan Palembang (Taufik Abdullah,1991,hlm 34), pedagang muslim asal
Arab, Persia India juga ada yang sampai kekepulauan Indonesia untuk berdagang sejak abad
ke-7 M, ketika islam pertama kali berkembang ditimur tengah Indonesia telah menjadi kawasan
tengah yang dilintasi jalur perdagangan laut antara Cina dan India yang dikenal dengan istilah
jalur sutra laut.

Malaka jauh sebelum ditaklukan portugis (1511) merupakan pusat utama lalu lintas
perdagangan dan pelayaran. Hasil hutan dan rempah-rempah dari seluruh pelosok nusantara
dibawa ke Cina dan India terutama Gujarat. Malaka menjadi mata rantai pelayaran yang
penting. Lebih ke Barat lagi dari Gujarat, perjalanan laut melintasi laut Arab. Dari sana
perjalanan bercabang dua. Jalan pertama di sebelah utara menuju Teluk Oman, melalui selat
Ormuz, keteluk Persia. Jalan kedua melalui Teluk Aden dan Laut Merah, dan dari kota Swiss
jalan perdagangan harus melalui daratan ke Kairo dan Iskandaria. Melalui jalan pelayaran
tersebut kapal-kapal Arab, Persia, dan India mondar-mandir dari Barat ke Timur dan terus
kenegeri Cina dengan menggunakan angin musim untuk pelayaran pulang perginya (Uka
Tjandrasasmita (ed), seejarah nasional Indonesia III (Jakarta;PN Balai Pustaka,1984) hlm 122).

Menurut J.C Van Leur,berdasarkan berbagai cerita perjalanan dapat diperkirakan


bahwa sejak 674 M ada koloni-koloni arab di bagian barat laut Sumatra yaitu di Barus.
Perkembangan pelayaran dan perdagangan yang bersifat internasional mungkin disebabkan
oleh kegiatan kerajaan islam dibawah Bani Ummayah. Dibagian barat dan kerajaan Cina zaman
dinasti Tang, di Asia Timur serta kerajaan di Asia Timur serta kerja Sriwijaya diAsia Tenggara.
Setelah Malaka jatuh ke Portugis (1511), Jawa memainkan peranan penting dalam perdagangan
terutama karena keberadaan pelabuhan ada di banten.Indonesia menguasai perdagangan
nusantara, antara lain pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan ,dan pulau bagian Timur termasuk
Maluku.

2. Tokoh-tokoh yang datang di Nusantara

Sulawesi

Muhammad Yusuf b.’Abd Allah Abu Al-Mahasin Al-Taj Al-Khalawati Al-


Maqassari,juga dikenal di Sulawesi sebagai “Tuanta Salamaka ri Gowa” (Guru Kami yang
Agung dari Gowa) ,menurut sejarah Goa,dilahirkan pada 1037,1627. Bahwa keluarganya
termasuk orang-orang yang telah memeluk islam sepenuhnya.

Berbagai riwayat mengenai pendidikan agama awal dari al-maqassari sekali lagi
menekankan sifat perkembangan islam disulawesi .(DR.Azyumardi Azra,1994,hlm 212).

Kalimantan

Dengan Muhammad Arsyad Al-Banjari kini kita sampai dikalimantan selatan,suatu


wilayah dimana perkembangan islam masih belum ditelaah sampai memadai.

Mengingat hal ini, peranan penting Muhammad Arsyad terletak bukan hanya pada
keterlibatannya dalam jaringan ulama, melainkan juga pada kenyataan bahwa diamerupakan
ulama pertama yang mendirikan lembaga-lembaga islam serta memperkenalkan gagasan-
gagasan keagamaan baru ke Kalimantan selatan .

Islam masuk ke Kalimantan selatan pada masa jauh lebih belakangan dibanding
,misalnya Sumatra Utara atau Aceh. Diperkirkan, telah ada sejumlah muslim diwilayah itu
sejak awal abad ke 16, tetapi islam mencapai momentumnya baru setelah pasukan kesultanan
Demak di Jawa Banjarmasin untuk membantu pangeran Samudra dalam perjuangannya dengan
kalangan elit istana kerajaan Dahan. (DR.Azumardi Azra,1994,hlm 251)

Sumatera

Pulau Sumatera adalah daerah Nusantara yang paling awal mealakukan kontak dengan
para sodagar muslim. Sebelum sampai di Cina para pedagang dari Arab, Persia dan India
singgah di Pelabuhan-pelabuhan di sepanjang pantai Sumatera.
Malik al- Zahir dikenal sebagai seorang raja muslim yang tidak segan-segan memerangi
negeri-negeri menyembah berhala di sekitar wilayah kekuasannya. Banyak negeri yang
akhirnya takut di bawah kekuasaan Samudra Pasai. (Sejarah Kebudayaan Islam 2,2012,hlm 45-
46)

Jawa

Secara umum diakui bahwa Maulana Malik Ibrahim adalah dai pertama diJawa. Ia
meninggal pada tahun (1419) dan di makamkan di kota Gresik di Jawa Timur.

Islam masuk di Jawa salah satu pada kerajaan Demak. Secara luas di akui pula bahwa
kerajaan Demak didirikan oleh Raden fatah (1500-1518) Demak berhasil memainkan peran
stategis sebagai basis penyebaran Islam di Jawa pada abad ke 16.

Maluku

Tidak ada awal yang jelas mengenai kapan awal kedatangan Islam di Maluku, khusus
Ternatai. Namun, diperkirakan sejak awal berdirinya kerajaan Ternate. Masyartakat Ternate
telah mengenal islam, mengingat banyak pedagangn Arab yang terlah bermukim di Ternate
saat itu. Selain itu, beberapa Raja Ternate sudah menggunakan nama bernuansa Islam, namun
kepastian mereka mau pun keluarga kerajaan memeluk Islam masih di perdebatkan.
Kepastiannya memeluk islam pada pertengahan abad ke 15 keluarga kerajaan Ternate.

Kolana Markum (1465-1486), penguasa Ternate ke-18 adalah raja pertama yang
diketahui memeluk Islam bersama seluruh keluarga, kerabat dan pejabat istana. Kolana
Markum adalah putra dari Zainal Abidin beliau meninggalkan gelar Kolano dan
meninggantikan dengan gelar Sultan. Sultan Zainal Abidin pernah mendalam ajaran Islam
dengan berguru pada Sunan Giri di pulau Jawa. (Sejaran Kebudayaan Islam 2,2012,hlm 58)

3. Kiprah Ulama di Nusantara

a. Hamzah Fansury

Hamzah Fansury lahir di Sumatera Utara, dikenal sebagai tokoh tasawuf dari Aceh.
Beliau hidup antara akhir abad ke-16 hingga awal abad ke-17 M. Tokoh sufi ini ditanah air
terkenal membawa faham Wahdatul Wujud, yang diambil dari pemikiran Ibnu Arabi.

Dalam pengembarannya mencari ilmu, ia singgah di beberapa kota seperti Kudus,


Banten, dan kebeberapa Negara, seperti Johor(Malasiya), India, Persia, Syam, Makkah,
Madinah dan Irak. Yang bertujuan mencapai makrifat kepada Allah. Setelah kembali dari
perantauannya, ia tinggal di Barus, Kemudain pindah ke kota Banda Aceh.

Hamzah Fansury adalah peletak dasar bahasa Melayu sebagai bahasa ke empat didunia
Islam, setelah bahasa Arab, Persi, dan Turki. (Sejarah Kebudayaa Islam 2,2012,hlm 63-64)

b. Syamsudin As-Sumatrani

Syeh Syamsudin bin Abdilah As-Sumaterani atau sering dipanggil Syamsudin Pasai
adalah seorang ulama besar dan tokoh tasawuf yang berasal dari Aceh.(Sejarah Kebudayaan
Islam 2,2012,hlm 64)

c. Nurdin Ar-Raniri

Nurudin Ar-Raniri memiliki nama lengkap Nurudin Muhammad bin ali bin Hasanji bin
Muhammad bin Hamid Ar-Raniri Al-Quraysy As-Syafii. Ia lahir sekitar pertengahan abad ke-
16 di Raniri didaerah Gujarat india.

Nurudin Ar-Raniri mulai merantau ke nusantara dengan memilih aceh sebagai tempat
tinggalnya. Ada asumsi bahwa kedatangannya ke Aceh karena aceh pada saat itu telah
menggantikan peran Malaka yang dikuasai Portugis, Sebagai pusat perdagangan, politik, dan
studi islam dikawasan Asia Tenggara.

Pada masa Nurudin Ar-Raniri bahasa melayu tersebar luas menjadi lingua franca.
Nurudin Ar-Raniri mendapat tugas sebagai mufti Kerajaan Aceh pada masa Sultan Iskandar
Sani.(Sejarah Kebudayaan Islam 2,2012,hlm 64-65)

d.Nawawi Al-Bantani

Nama lengkap Nawawi Al-Bantani adalah Nawawi bin Umar bin Arradi, lahir di
Banten pada tahun 1813 M dan meninggal pada tahun 1897 M di Mekkah. Ketika usia beranjak
18 tahun Nawawi telah hafal Al-qur’an. Beliau adalah salah satu ulama yang terkenal dan
menjadi kebanggan umat islam di Asia Tenggaraa karena dikenal sebagai salah satu ulama
besar dikalangan umat Islam Internasional.

Strategi yang diterapkan Syekh Nawawi untuk melawan penjajahan adalah melalui
jalur pendidikan. Nawawi Al-Bantani tergolong ulama yang tidak agresif dan revolusioner,
namun ia tetap anti penjajah. Pada setiap kesempatan, ia selalu memberikan penyadaran kepada
murid-muridnya dengan jiwa-jiwa keagamaan, serta semangat menegakkan kebenaran dimana
saja berada dengan segala tantangan yang dihadapi serta resikonya, terutama melawan ketidak
adilan yang dilakukan penjajah barat.(Sejarah Kebudayaan Islam 2,2012,hlm 65-67)

e. Syekh Ahmad Khotib As-syambasi

Nama belakang “As-Syambasi” pada syekh Muhammad Khotib memiliki arti bahwa
beliau merupakan putra dari Sambas, Kalimantan. Beliau adalah ahli tarekat dan mendirikan
Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah yang banyak kita jumpai dan tersebar ditanah air. Beliau
lahir di Kalimantan dan masa hidupnya lebih banyak dihabiskan di Mekkah hingga wafatnya
pada tahun 1878 M.

Hasil karya Syekh Ahmad Khotib As-Syambasi yang sangat terkenal dan membawa
pengaruh kuat terhadap praktik sufisme di daratan Tanah Melayu adalah Kitab Fath Al-Arifin,
kitab ini merupakan panduan praktis berdzikir dan berdoa serta pengalaman kata-kata tertentu
tanpa putus. Menurut pendapatnya, hal tersebut merupakan bagian dari aktivitas
tarekat.(Sejarah Kebudayaan Islam 2,22012,hlm 67)

A. Kritikal Analisis
1. Saya setuju dengan penjelasan diatas, karena dari beberapa buku yang saya baca
penjelasan itu memiliki kesamaan antara satu buku dengan buku lain dan antara
penulis satu dengan penulis lain saling mengkaitkan materi. Dan juga penjelasan ini
sangat jelas disertai dengan bukti-bukti yang ada. Maka dari itu saya sangat setuju
dengan penjelasan yang diterangkan para ulama tersebut.
2. Tidak begitu dijelaskan siapa pendatang orang-orang yang membawa islam dan
proses dakwah di daerah Jawa, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan Maluku.
3. Menurut buku yang say abaca mengenai kiprah ulama di Nusantara, para ulama
sudah baik ikut serta menyebarkan agama Islam dengan melalui metode masing-
masing, tetapi dalam menjelaskan perannya untuk Islam di Nusantara kurang di
jelaskan secara spesifik.
Daftar Pustaka

Azra, Azumardi, 1996, “Jaringan Ulama Timur Tengah Pada Abad Ke XII”, (Bandung: Mizan)
Muh Asnawi , Sugiyono, Sulaiman, 2012, “Sejarah Kebudayaan Islam”, (Solo: PT. Tiga
Seragkai Pustaka Mandiri)
Yatim, Badrid, 1999, “Sejarah Kebudayaan Islam “, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada)

Anda mungkin juga menyukai