Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN OKSIGENASI DI RUANG SEMERUH (PANULUH II)
RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

DISUSUN OLEH :
NUR ULISETIANI
P1337420616002

PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN SEMARANG


POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
2017
I. KONSEP DASAR
1. Pengertian oksigenasi

Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang


sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya,
terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi penambahan O2
yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang
cukup berbahaya terhadap aktifitas sel (Wahit Iqbal Mubarak, 2007).
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur
vital dari proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup
seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan
cara menghirup O2 setiap kali bernapas (Wartonah Tarwanto, 2006).
Oksigenasi adalah tindakan, proses, atau hasil pengambilan
oksigen. Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi terdiri
atas saluran pernapasan bagian atas, bagian bawah, dan paru. Saluran
pernapasan bagian atas meliputi hidung, faring, laring (tenggorokan), dan
epiglotis. Sedangkan saluran pernapasan bagian bawah meliputi trakea,
bronkus, dan bronkiolus.
Pemenuhan kebutuhan Oksigenasi adalah bagian dari kebutuhan
fisiologis (Hirarki Maslow). Kebutuhan oksigen diperlukan untuk proses
kehidupan, oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh,
kebutuhan oksigen dalam tubuh harus dipenuhi karena apabila kebutuhan
oksigen dalam tubuh berkurang, maka terjadi kerusakan pada jaringan
otak.
Masalah kebutuhan oksigen merupakan masalah utama dalam
pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Hal ini telah terbukti ada yang
kekurangan oksigen akan mengalami hypoxia (oksigenasi yang tidak
adekuat pada jaringan) dan akan terjadi kematian. Proses pemenuhan
kebutuhan pada manusia dapat dilakukan dengan cara pemberian oksigen
melalui saluran pernapasan dan sumbatan yang menghalangi masuknya
oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernapasan agar dapat
berfungsi normal kembali.
Prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen dalam pelayanan
keperawatan dapat dilakukan dengan pemberian oksigen dengan
menggunakan nasal kanul, masker dan kateter nasal.

Nilai-nilai Normal Pernapasan

Parameter Nilai
normal
Tidal Volume (TV) 500 cc
Volume Cadangan Inspirasi (VCI) 3000 ml
Volume Cadangan Ekspirasi (VCE) 1100 ml
Volume Residu 1200 ml
Kapasitas Inspirasi (KI) 3500 ml
Kapasitas Residu Fungsional (KRF) 2300 ml
Kapasitas Vital 4600 ml
Kapasitas Total Paru 5800 ml

1. Perubahan Fungsi Pernafasan


a. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam
paru-paru agar pernafasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat
disebabkan karena :
1) Kecemasan
2) Infeksi / sepsis
3) Keracunan obat-obatan
4) Kertidakseimbangan asam basa seperti pada asidosis metabolik

Tanda-tanda dan gejala hiperventilasi adalah takikardia, napas


pendek, nyeri dada (chest pain), menurunnya konsentrasi, disorientasi,
tinnitus.
b. Hipoventilasi
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk
memenuhi penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO2 dengan
cukup, biasanya terjadi pada keadaan atelektasis (kolaps paru).
Tanda-tanda dan gejala pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri
kepala, penurunan kesadaran, disorientasi, kardiakdistritma,
ketidakseimbangan elektrolit, kejang, dan kardiak arrest.

c. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari defisiensi
O2 yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan O2 pada tingkat
seluler. Hipoksia dapat disebabkan oleh :
1) Menurunya hemoglobin
2) Berkurangnya konsentrasi O2 jika berada di puncak gunung
3) Ketidakmampuan jaringan mengikat O2 seperti keracunan sianida
4) Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah seperti pada
pneumonia
5) Menurunnya perfusi jaringan seperti syok
6) Kerusakan / gangguan ventilasi

2. Tanda dan Gejala


Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda
gangguan oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot
nafas tambahan untuk bernafas, pernafasan nafas faring (nafas cuping
hidung), dispnea, ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek, nafas
dengan mulut, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter anterior-
posterior, frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda
dan gejala adanya pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi
gangguan oksigenasi (NANDA, 2013).
a. Stadium Dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
1) Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
2) Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang
timbul
3) Whezing belum ada
4) Belum ada kelainan bentuk thorak
5) Ada peningkatan eosinofil darah dan IgE
6) BGA belum patologis

Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan


1) Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
2) Whezing
3) Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
4) Penurunan tekanan parsial O2

b. Stadium Lanjut/Kronik
1) Batuk, ronchi
2) Sesak nafas berat dan dada seolah –olah tertekan
3) Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
4) Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)
5) Thorak seperti barel chest
6) Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
7) Sianosis
8) BGA PaO2 kurang dari 80%
9) Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kiri

c. Tanda dan gejala lain


1) Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan/tanpa stetoskop
2) Batuk produktif, sering pada malam hari
3) Nafas atau dada seperti tertekan, ekspirasi memanjang
4) Sesak napas
5) Sesak dada
6) Batuk berlebihan atau batuk yang membuat terjaga di malam hari.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi


1. Saraf Otonomik
Rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonomik
dapat mempengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan kontriksi, hal ini
dapat terlihat simpatis maupun parasimpatis. Ketika terjadi
rangsangan, ujung saraf dapat mengeluarkan neurotransmitor (untuk
simpatis dapat mengeluarkan noradrenalin yang berpengaruh pada
bronkodilatasi) karena pada saluran pernapasan terdapat reseptor
adrenergik dan reseptor kolinergik.

Pengaruh saraf otonomik

Simpatis Parasimpatis
s

Ujung saraf mengeluarkan neurotransmiter

Noradrenalin Asetilkolin

Bronkodilatasi Bronkokontriksi

“Pengaruh saraf otonomik terhadap oksigenasi”


2. Hormon dan Obat
Semua hormon termasuk derivat chatecolamine dapat
melebarkan saluran pernafasan. Obat yang tergolong parasimpatis,
seoerti sulfas atropin dan ekstrak belladona, dapat melebarkan saluran
napas, sedangkan obat yang menghambat adrenergik tipe beta
(khususnya beta-2), seperti obat yang tergolong penyekat beta
nonselektif, dapat mempersempit saluran nafas (bronkhokontriksi).

3. Alergi pada Saluran Nafas


Banyak faktor yang menimbulkan alergi, antara lain debu
yang terdapat dalam hawa pernafasan, bulu binatang, serbuk benang
sari bunga, kapuk, makanan, dan lain-lain. Faktor-faktor ini
menyebabkan bersin bila terdapat rangsangan di daerah nasal, batuk
bila di saluran pernafasan bagian atas, bronkhokontriksi pada asma
bronkhiale, dan rhinitis bila terdapat di saluran pernafasan bagian
bawah.

4. Perkembangan
Tahap perkembangan anak dapat mempengaruhi jumlah
kebutuhan oksigenasi, karena usia organ dalam tubuh berkembang
seiring usia perkembangan. Hal ini dapat terlihat pada bayi usia
prematur, yaitu adanya kecenderungan kekurangan pembentuk
surfaktan. Setelah anak tumbuh dewasa, kemampuan kematangan
organ juga berkembang seiring bertambahnya usia.

5. Lingkungan
Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi kebutuhan
oksigenasi, seperti faktor alergi, ketinggian tanah, dan suhu. Kondisi
tersebut mempengaruhi kemampuan adaptasi.
6. Perilaku
Faktor perilaku yang dapat mempengaruhi kebutuhan
oksigenasi adalah perilaku dalam mengkonsumsi makanan (status
nutrisi). Sebagai contoh, obesitas dapat mempengaruhi proses
perkembangan paru, aktivitas dapat mempengaruhi proses peningkatan
kebutuhan oksigenasi, merokok dapat menyebabkan penyempitan pada
pembuluh darah, dan lain-lain.

I. PATHWAY
Penurunan kapasitas oksigen

Kekurangan oksigen

Gangguan fungsi pernafasan

Sesak nafas

Aktivitas berkurang

II. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN, meliputi : nama, umur, jenis kelamin,
agama, status, pendidikan, alamat, pekerjaan
2. IDENTITAS PENANGGUNGJAWAB, meliputi : nama, umur,
pekerjaan, alamat, hubungan dengan klien.
3. CATATAN MASUK, meliputi : tanggal, jam, diagnosa
4. RIWAYAT KEPERAWATAN, meliputi : riwayat kesehatan sekarang,
riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga
5. PEMERIKSAAN FISIK, meliputi : head to too
6. Pemeriksaan Diagnostik, meliputi : laboratorium, rontgen, MRI,
dll
7. TERAPI, meliputi : terapi-tarapi yang dilakukan
pasien selama dirawat.
- Formatif (Respon)
- Sumatif (Progress note)

III. RUMUSAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berdasarkan gangguan batuk
2. Ketidakefektifan pola nafas berdasarkan Imobilitas
3. Gangguan pertukaran gas berdasarkan edema paru
4. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan napas

IV. PERENCANAAN (NCP)


1. Rumusan prioritas masalah
- Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
obstruksi jalan nafas.
2. Tujuan dan hasil yang diharapakan
a. Mampu mengeluarkan sputum
b. Mampu bernafas dengan mudah
c. Tidak ada suara nafas abnormal
3. Intervensi
Rencana Tindakan
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Identifikasi pasien perlunya memasang alat jalan nafas buatan
- Mengeluarkan secret dengan batuk
- Aukultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Monitor respirasi dan status O2
V. EVALUASI

1. menunjukkkan adanya kemampuan dalam


2. Menunjukkan jalan nafas paten
3. Tidak ada suara nafas tambahan
4. Mampu melakukan perbaikan bersihan jalan nafas

DAFTAR PUSTAKA

Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia/ penulis, A. Aziz Alimul


HIdayat,Musrifutul Uliyah : editor, Monica Ester. – Jakarta : EGC,
2004
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan . editor :
Monica Ester. Jakarta : EGC
Diagnosis Keperawatan : definisi dan klasifikasi 2009-2011 / editor, T. Heather
Herdman ;alih bahasa, Made Sumarwati, Dwi Widiarti, Estu Tiar ;
editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester. – Jakarta : EGC, 2010
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
Salemba Medika
Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Buku ajar kebutuhan dasar manusia : Teori &
Aplikasi dalam praktek. Jakarta: EGC.
Nanda International (20013). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi.
Jakarta:EGC
Potter, P. A. & Perry, A. G. (2006). Fundamental Keperawatan. St. Louis
Mosby Company: Philadelphia, Lippincott
Tarwanto, Wartonah. 2006. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan
edisi 3. Salemba:Medika.

Anda mungkin juga menyukai