Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA HALUSINASI

DI RUMAH SAKIT JIWA KALAWA ATEI PALANGKA RAYA

Oleh :
Fitri Barokah S.Kep
1714901210013

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROFESI NERS
BANJARMASIN, 2019
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA
HALUSINASI

1. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan persepsi
sensori. Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang
sebenarnya tidak terjadi. Halusinasi adalah suatu penghayatan yang dialami seperti suatu
persepsi melalui panca indra tanpa stimuli ekstern; persepsi palsu (Lubis, 1993).
Berikut akan dijelaskan mengenai ciri-ciri yang objektif dan subjektif pada klien dengan
halusinasi

Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif


Halusinasi Dengar  Bicara atau tertawa sendiri  Mendengar suara-suara atau
(klien mendengar suara atau bunyi  Marah-marah tanpa sebab kegaduhan
yang tidak ada hubungannya  Mendekatkan telinga ke  Mendengar suara yang mengajak
dengan stimulus yang nyata atau arah tertentu bercakap-cakap
lingkungan)  Menutup telinga  Mendengar suara menyuruh
melakukan sesuatu yang berbahaya
Halusinasi penglihatan  Menunjuk-nunjuk ke arah Melihat bayangan, sinar, bentuk
(klien melihat gambaran yang tertentu geometris, kartun, melihat hantu, atau
jelas atau samar terhadap adanya  Ketakutan pada sesuatu monster.
stimulus yang nyata dari yang tidak jelas
lingkungan dan orang lain tidak
melihatnya).
Halusinasi penciuman  Mengendus-endus seperti Membaui bau-bauan seperti bau
(klien mencium suatu bau yang sedang membaui bau- darah, urine, feses, dan terkadang bau-
muncul dari sumber tertentu tanpa bauan tertentu bau tersebut menyenangkan bagi
stimulus yang nyata)  Menutup hidung klien.
Halusinasi pengecapan  Sering meludah Merasakan rasa seperti darah, urine,
(klien merasakan sesuatu yang  Muntah atau feses.
tidak nyata, biasanya merasakan
rasa makanan yang tidak enak)
Halusinasi perabaan  Menggaruk-garuk  Mengatakan ada serangga di
(klien merasakan sesuatu pada permukaan kulit. permukaan kulit
kulitnya tanpa ada stimulus yang  Merasa seperti tersengat listrik.
nyata)
Halusinasi Kinestetik Memegang kakinya yang Mengatakan badannya melayang di
(klien merasa badannya bergerak dianggapnya bergerak udara.
dalam suatu ruangan atau anggota sendiri.
badannya bergerak).
Halusinasi Viseral Memegang badannya yang Mengatakan perutnya menjadi
(perasaan tertentu timbul). dianggapnya berubah bentuk mengecil setelah minum soft drink.
dan tidak normal seperti
biasanya.

2. Rentang Respon
Adaftif Maladaftif
-Pikiran logis -Distorsi Pikiran -Gangguan pikir/delusi
-Persepsi akurat -ilusi -Halusinasi
-Emosi konsisten -reaksi emosi -Sulit berespon emosi
Dengan pengalaman berlebihan/kurang
-Perilaku sesuai -perilaku tidak biasa/aneh -perilaku disorganisasi
-Berhubungan sosial -menarik diri -isolasi sosial
3. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor risiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang
dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari klien maupun
keluarganya. Faktor predisposisi dapat meliputi factor perkembangan, sosiokultural, biokimia,
psikologis, dan genetik.
3.1 Faktor Perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal terganggu,
maka individu akan mengalami stress dan kecemasan.
3.2 Faktor Sosiokultural
Berbagai factor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa disingkirkan,
sehingga orang tersebut merasa kesepian di lingkungan yang membesarkannya.
3.3 Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika seseorang mengalami
stress yang berleihan, maka di dalam tubuhnya akan dihasilkan suatu zat yang dapat
bersifat halusinogenik nuorokimia seperti buffofenon dan dimethytranferase (DMP).
3.4 Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda bertentangan yang
sering diterima oleh seseorang akan mengakibatkan stress dan kecemasan yang tinggi dan
berakhir pada gangguan orientasi realitas.
3.5 Faktor Genetik
Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil studi menunjukkan
bahwa factor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit
ini.

4. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan,
ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energy ekstra untuk menghadapinya. Adanya
rangsangan dari lingkungan, seperti partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak
berkomunikasi, objek yang ada di lingkungan, dan juga suasana sepi atau terisolasi sering
menjadi pencetus terjadinya halusinasi. Hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan
yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.
5. Pohon masalah

Resiko tinggi mencederai diri, orang lain, dan lingkungan

Perubahan persepsi sensori:halusinasi

Isolasi sosial: menarik diri

Faktor Faktor
predisposisi presipitasi

6. Manifestasi Klinis/Tanda gejala


Tahap Ciri-ciri Perilaku yang dapat diobservasi
Comforting Klien yang berhalusinasi mengalami  Tersenyum lebar, menyeringai tetapi tampak tidak
Halusinasi emosi yang intense seperti cemas, tepat
menyenangkan, kesepian, rasa bersalah, dan takut  Menggerakan bibir tanpa membuat suara
Cemas ringan dan mencoba untuk berfokus pada  Pergerakan mata yang cepat
pikiran yang menyenangkan untuk  Respon verbal yang lambat seperti asyik
menghilangkan kecemasan.  Diam dan tampak asyik
Seseorang mengenal bahwa pikiran
dan pengalaman sensori berada
dalam kesadaran control jika
kecemasan tersebut bisa dikelola.
Comdemning Penngalaman sensori menjijikan dan  Ditandai dengan peningkatan kerja system saraf
Halusinasi menakutkan. Klien yang autonomic yang menunjukan kecemasan
menjijikan,Cem berhalusinasi mulai merasa misalnya terdapat peningkatan nadi, pernafasan
as sedang kehilangan control dan mungkin dan tekanan darah.
berusaha menjauhkan diri, serta  Rentang perhatian menjadi sempit
merasa malu dengan adanya  Asyik dengan penngalaman sensori dan mungkin
pengalaman sensori tersebut dan kehilangan kemampuan untuk membedakan
menarik diri dari orang lain. halusinasi dengan realitas.
Controlling Klien yang berhalusinasi menyerah  Arahan yang diberikan halusinasi tidak hanya
Pengalamansens untuk mencoba melawan dijadikan objek saja oleh klien tetapi mungkin
ori pengalaman halusinasinya. Isi akan diikitu/dituruti
berkuasa,Cemas halusinasi bisa menjadi  Klien mengalami kesulitan berhubungan dengan
berat menarik/meimkat. Seseorang orang lain
mungkin mengalami kesepian jika  Rentang perhatian hanya dalam beberapa detik
pengalaman sensori berakhir. atau menit
 Tampak tanda kecemasan berat seperti
berkeringat, tremor, tidak mampu mengikuti
perintah.
Conquering Pengalaman sensori bisa  Perilakku klien tampak seperti dihantui terror dan
Melebur dalam mengancam jika klien tidak panic
pengaruh mengikuti perintah dari halusinasi.  Potensi kuat untuk bunuh diri dan membunuh
halusinasi,Panic Halusinasi mungkin berakhir dalam orang lain
waktu empat jam atau sehari bila  Aktifitas fisik yang digambarkan klien
tidak ada intervensi terapeutik menunjukan isi dari halusinasi misalnya klien
melakukan kekerasan, agitasi, menarik diri atau
katatonia
 Klien tidak dapat berespon pada arahan kompleks
 Klien tidak dapat berespon pada lebih dari satu
orang
7. Proses Keperawatan
7.1 Pengkajian
Subjektif:
 Klien mengatakan mendengar sesuatu
 Klien mengatakan melihat bayangan putih
 Klien mengatakan dirinya seperti disengat listrik
 Klien mencium bau-bauan yang tidak sedap, seperti feses
 Klien mengatakan kepalanya melayang di udara
 Klien mengatakan dirinya merasakan ada sesuatu yang berbeda pada dirinya.
Objektif:
 Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri saat dikaji
 Bersikap seperti mendengarkan sesuatu
 Berhenti bicara di tengah-tengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
 Disorientasi
 Konsentrasi rendah
 Pikiran cepat berubah-ubah
 Kekacauan alur pikiran
7.2 Diagnosis Keperawatan
Perubahan Sensori Persepsi: halusinasi

7.3 Rencana Tindakan Keperawatan


Tujuan tindakan untuk klien adalah sebagai berikut:
 Klien dapat mengenal halusinasi yang dialaminya
 Klien dapat mengontrol halusinasinya
 Klien mengikuti program pengobatan secara optimal
Tindakan Keperawatan
1. Membantu klien mengenal halusinasi
Dalam membantu klien mengenal halusinasinya, perawat dapat berdiskusi dengan
klien tentang isi halusinasi (apa yang didengar, dilihat atau dirasa), waktu terjadi
halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan terjadinya
halusinasi, dan respon klien saat halusinasi itu muncul.
2. Melatih klien mengontrol halusinasi
a. Menghardik halusinasi
 Menjelaskan cara menghardik halusinasi
 Memperagakan cara menghardik
 Meminta klien memperagakan ulang
 Memantau penerapan cara, menguatkan perilaku klien.
b. Bercakap-cakap dengan orang lain
Bercakap-cakap dengan orang lain dapat membantu mengontrol halusinasi, ketika
klien bercakap-cakap dengan orang lain terjadi distraksi yaitu focus perhatian klien
akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain.
Anjurkan atau ingatkan kepada klien bahwa ketika waktu-waktu yang diperkirakan
sebagai waktu halusinasi tersebut muncul maka kien diharapkan langsung mencari
teman untuk bercakap-cakap.
c. Melakukan aktivitas yang terjadwal
 Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi
 Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan klien
 Melatih klien melakukan aktivitas
 Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah dilatih.
Upayakan agar klien memiliki aktivitas muali dari bangun pagi sampai dengan
tidur malam.
d. Minum obat secara teratur
 Jelaskan kegunaan obat, akibat putus obat dan cara mendapatkan obat/berobat

8. Strategi Pelaksanaan
SP PASIEN SP KELUARGA
SP 1 SP 1
1. Identifikasi halusinasi: dengan mendiskusikan isi, 1. Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga
frekuensi, waktu terjadi situasi pencetus, perasaan dalam merawat pasien
dan respon 2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala serta
2. Jelaskan cara mengontrol halusinasi : hardik, obat, proses terjadinya halusinasi (gunakan booklet)
bercakap-cakap, melakukan kegiatan 3. Jelaskan cara merawat pasien dengan halusinasi
3. Latih cara mengontrol halusinasi dengan 4. Latih cara merawat halusinasi: hardik
menghardik 5. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan beri pujian
menghardik
SP 2 SP 2
1. Evaluasi kegiatan menghardik: beri pujian 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat
2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan obat melatih pasien menghardik beri pujian
(jelaskan 6 benar obat, jenis, guna, dosis, frekuensi, 2. Jelaskan 6 benar cara memberikan obat
kontinuitas minum obat) 3. Latih cara memberikan atau membembing
3. Jelaskan pentingnya pengguanaan obat pada minum obat
gangguan jiwa 4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
4. Jelaskan akibat jika obat tidak diminum sesuai beri pujian
program
5. Jelaskan akibat putus obat
6. Jelaskan cara berobat
7. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan
menghardik dan beri pujian
SP 3 SP 3
1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik dan obat. Beri 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau
pujian melatih pasien dalam menghardik dan
2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap- memberikan obat. Beri pujian
cakap ketika halusinasi muncul 2. Jelaskan cara bercakap-cakap dan melakukan
3. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan kegiatan untuk mengontrol halusinasi
menghardik, minum obat dan bercakap-cakap 3. Latih dan sediakan waktu untuk bercakap-cakap
dengan pasien terutama saat halusinasi
4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
berikan pujian
SP 4 SP 4
1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik, penggunaan 1. Evaluasi kegiatan keluarga merawa/ melatih
obat dan bercakap-cakap. Beri pujian pasien mengahardik, memberikan obat dan
2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap. Beri pujian
menggunakan kegiatan harian (mulai 2 kegiatan) 2. Jelaskan follow up ke RSJ / PKM, tanda
3. Masukan kedalam jadwal kegiatan untuk latihan kambuh, rujukan
menghardik, minum obat, bercakap-cakap dan 3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal. Beri
kegiatan harian pujian
SP 5-12 SP 5-12
1. Evaluasi kegiatan latiahn menghardik, minum obat, 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau
bercakap-cakap dan melakukan kegiatan harian. melatih pasien menghardik, minum obat,
Beri pujian bercakap-bercakap, kegiatan harian dan foloow
2. Latih kegiatan harian up. Beri pujian
3. Nilai kemampuan yang telah mandiri 2. Nilai kemampuan keluarga merawat pasien
4. Nilai apakah halusinasi terkontrol 3. Nilai kemampuan keluarga melakukan kontrol
ke RSJ/PKM

DAFTAR PUSTAKA

Fitria,Nita.2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( LP & SP ) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat
bagi Program S1 Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta

Palangka Raya, September 2019

Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

( M. Syafwani, S.Kep.,M.Kep.,Sp.J ) (…………………………………..…)

Mengetahui,
Preseptor Klinik RSJ Kalawa Atei

(…………………………………..…)

Anda mungkin juga menyukai