Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lingkungan pelayanan kesehatan saat ini khususnya keperawatan telah

memberikan peluang kepada tenaga keperawatan untuk dapat mengembangkan

status profesionalisme dan perubahan sesuai dengan yang diharapan masyarakat.

Sebagai profesi pemberi layanan kesehatan terbesar terhadap pasien, keperawatan

telah diatur agar dapat mempengaruhi praktik dengan mengubah tatanan

pelayanan kesehatan yang lebih baik (Simamora, 2012).

Keperawatan merupakan salah satu profesi di rumah sakit yang berperan

penting dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Tenaga perawat

menempati porsi paling banyak dibanding tenaga kesehatan lain dan merupakan

tenaga profesional yang paling lama kontak dengan pasien. Berdasarkan

pengertian ini, keperawatan termasuk dalam organisasi pelayanan kesehatan yang

tentunya senantiasa terlibat dalam penerapan manajemen dalam mencapai tujuan.

(Aditama, 2010).

Manajemen diartikan sebagai proses untuk melaksanakan suatu pekerjaan

melalui upaya orang lain. Dengan demikian manajemen keperawatan berarti

proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan untuk

memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada

pasien/keluarga/masyarakat (Gillies, 1999). Manajemen keperawatan adalah suatu

tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk


2

merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan serta mengawasi sumber- sumber

yang ada baik SDM, alat, maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan

keperawatan yang efektif, baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat

(Nursalam, 2007).

Adanya tuntutan untuk pengembangan pelayanan kesehatan oleh

masyarakat umum salah satunya keperawatan, merupakan faktor yang harus

dicermati dan diperhatikan oleh tenaga perawat perawat agar perawat mampu

berkiprah secara nyata dan diterima dalam memberikan asuhan keperawatan

sesuai ilmu dan kiat yang dimiliki. Salah satu strategi untuk mengoptimalkan

peran dan fungsi perawat dalam pelayanan keperawatan adalah melakukan

manajemen keperawatan agar terwujudnya pengelolaan yang optimal mampu

meningkatkan keefektifan pelayanan keperawatan sekaligus lebih menjamin

kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan (Nursalam, 2007).

Keberhasilan suatu asuhan keperawatan sangat ditentukan oleh pemilihan

metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Dengan semakin

meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan

perkembangan iptek, maka metode pemberian asuhan keperawatan harus efektif

dan efisien dan butuhkan tata kelola yang lebih baik. Tanpa adanya tata kelola

yang baik dan memadai, kemauan, dan kemampuan yang kuat serta peran aktif

dari semua pihak, maka pelayanan keperawatan profesional hanyalah akan

menjadi teori semata. Untuk itu maka perawat perlu mengupayakan kegiatan

penyelenggaraan Model Metode Asuhan Keperawatan Profesional (Nursalam,

2007).
3

Metode asuhan keperawatan profesional adalah suatu model yang

digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien (Sitorus, 2006).

Sistem model metode asuhan keperawatan profesional (MAKP) merupakan suatu

sistem yang didalamnya terdapat standar, proses keperawatan, pendidikan

keperawatan dan sistem MAKP. Empat unsur tersebut digunakan sebagai bahan

pertimbangan untuk menetukan model metode asuhan keperawatan profesional

(Nursalam, 2014).

Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) adalah suatu sistem

(struktur, proses dan nilai- nilai profesional) yang menfasilitasi perawat

profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan

tempat asuhan tersebut diberikan (Sitorus R, 2014). Penerapan Metode Asuhan

Keperawatan Profesional (MAKP) menjadi salah satu upaya peningkatan

pelayanan kesehatan yang berkualitas. Metode ini sangat menekankan kualitas

kinerja tenaga keperawatan yang berfokus pada profesionalisme keperawatan

yaitu dengan melaksanakan beberapa hal antara lain : penerapan model MAKP,

timbang terima, supervisi, sentralisasi obat, discharge planning dan ronde

keperawatan (Nursalam, 2007).

Menurut studi pendahuluan yang dilakukan oleh Asriani dkk pada bulan

Oktober tahun 2016 kepada 60 responden di Rumah Sakit Bhayangkara

didapatkan hasil sebanyak 56 orang (93,3%) mengatakan ada pengaruh penerapan

MAKP terhadap kualitas pelaksanaan standar asuhan keperawatan di Ruang

Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara. Penelitian yang dilakukan oleh

Mohammad Iqbal Bumulo dkk di bagsal pria RSUD Datoe Binangkang

Kabupaten Bolaang Mongondow pada bulan Agustus tahun 2017 menunjukkan


4

jumlah responden saat pre test menyatakan kualitas pelayanan keperawatan baik

sebanyak 10 responden (62,5%) dan post test sebanyak 16 responden (100%) dan

didapatkan nilai (p)= 0,014. Kesimpulan dari kedua penelitian terdahulu ini

menunjukkan ada pengaruh MAKP terhadap kualitas pelayanan keperawatan.

Tidak hanya di Indonesia, Keperawatan Profesional juga diterapkan luar

negri. Menurut studi pendahuluan yang dilakkan oleh Kathleen Milton-Wildey

tahun 2012 di Sidney Australia mengatakan bahwa keperawatan profesional harus

dilakukan agar dapat mengurangi hari perawatan pasien dengan cara

merasionalkan tindakan yag diberikann. Penelitian lain yang dilakukan oleh

Rajesh Kumar Sinha dkk terhadap 52 perawat profesional dari Akademi

Keperawatan di India Selatan tentang penerapan aplikasi a-Health terhadap

penerapan pelayanan keperawatan profesional , dan didapatkan hasil bahwa 80%

perawata setuju bahwa aplikasi a-Health baik untuk mengamankan informasi

pasien, pengambilan keputusan kualitas dalam perawatan pasien dan evaluasi.

Perencanaan pulang (discharge Planning) keperawatan merupakan

komponen yang terkait dengan rentang keperawatan profesional. Rentang

keperawatan disebut juga perawatan berkelanjutan yang artinya perawatan yang

dibutuhkan oleh pasien dimana pun pasien berada. Perencanaan Pulang

(Discharge Planning) merupakan bagian penting dari program keperawatan klien

yang dimulai segera setelah klien masuk rumah sakit. Discharge planning disebut

juga sebagai bagian integral dari asuhan keperawatan dirumah sakit, karena dalam

melakukan asuhan keperawatan perawat telah memiliki kemampuan untuk

melakukan pengkajian secara akurat dan mengidentifikasi masalah aktual maupun

potensial yang dirasakan oleh pasien, menyusun tujuan dan merencanakan


5

perawatan bersama pasien dan keluarga, melakukan implementasi dengan

membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan dan memberikan health education

untuk meningkatkan status kesehatan serta mengevaluasi secara kontinu kemajuan

pasien. Dengan demikian, Discharge planning adalah tindakan yang dilakukan

untuk memandirikan pasien setelah pemulangan (Nursalam & Efendi, 2000).

Umumnya semua pelayanan keperawatan rumah sakit, telah merancang

berbagai bentuk format discharge planning. Akan tetapi, discharge planning

kebanyakan dipakai hanya dalam bentuk pendokumentasian resume pasien

pulang, serta pemberian informasi singkat mengenai jadwal kontrol pasien, obat

yang harus diminum serta diet yang harus dipenuhi atau dihindari (Susmadi &

Nurhayati, 2011). Dampak Discharge Planning bila tidak dilakukan perawat,

kegagalan untuk memberikan dan mendokumentasikan Discharge Planning akan

beresiko terhadap beratnya penyakit, ancaman hidup dan disfungsi fisik

(Nursalam,2009). Discharge Planning dapat mengurangi hari/lama perawatan

pasien, mencegah kekambuhan, meningkatka kondisi kesehatan pasien,

menurunkan beban keluarga pasien, dan menurukan angka mortalitas dan

morbiditas (Pemila, 2011). Berdasarkan hal ini perawat mempunyai peran penting

dalam Discharge Planning pasien, dimana perlaksanaannya memerlukan

pengetahuan yang baik sehingga apa yang disampaikan dapat dimengerti dan

berguna untuk proses perawatan dirumah (Nursalam,2000).

Mengingat pentingnya pelaksanaan perencanaan pulang oleh perawat,

maka perlu dilakukan suatu penelitian tentang suatu rancangan discharge planning

yang dapat meningkatkan kemampuan perawat dalam melaksanakan discharge

planning sehingga pelaksanaan discharge planning dapat terlaksana dengan


6

optimal dan terlaksana secara terstruktur dimulai dari pengkajian saat pasien

masuk hingga keluar rumah sakit yaitu dengan pengembangan model discharge

planning terintegrasi. Usaha keras perawat demi kepentingan pasien untuk

mencegah dan meningkatkan kondisi kesehatan pasien, dan sebagai anggota tim

kesehatan, perawat berkolaborasi dengan tim lain untuk merencanakan,

melakukan tindakan, berkoordinasi dan memfasilitasi juga membantu pasien

memperoleh tujuan utamanya dalam meningkatkan derajat kesehatannya.

Pada pelaksanaan yang ideal, discharge planning dimulai dari pasien

masuk pertama kali ke rumah sakit sampai hari pemulangan. Perawat mengkaji

semua perubahan kondisi pasien. Pasien harus mempunyai informasi dan sumber

yang diperlukan untuk kembali ke rumah. Kemudian, kesimpulan data pasien atau

format discharge planning diberikan kepada pasien, keluarga atau perawat

komunitas, sehingga mampu meningkatkan kontinuitas perawatan yang terbaik

untuk pasien dan dapat meningkatkan kemandirian, dan kesiapan keluarga saat di

rumah (Perry & Potter, 2005). Laporan mengenai kurang optimalnya pelayanan

keperawatan masih banyak ditemui. Discharge planning merupakan salah satu

pelayanan keperawatan yang masih belum optimal. Beberapa penelitian dilakukan

untuk meneliti pelaksanaan discharge planning yang dianggap kurang optimal

(Sulistiawati, 2016).

Permasalahan discharge planning tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi

juga di dunia. Penelitian yang dilakukan oleh Masumeh Gholizadeh dkk pada

tahun 2016 di Iran mengatakan perencanaan pemulangan belum menjadi bidang

prioritas dalam sistem kesehatan Iran karena mereka memiliki sedikit tenaga kerja

dan banyak beban kerja. Untuk meningkatkan kualitas pekerjaan, yang penting
7

untuk keberhasilan pelaksanaan perencanaan pemulangan, mereka perlu

memenuhi persyaratan tenaga kerja standar. Di Taiwan berdasarkan penelitian

yang dilakukan oleh Shu- Cuan Lin dkk pada thun 2012 perencanaan pemulangan

diterapkan sejak tahun 1985. Studi tentang perencanaan pemulangan di Taiwan

menunjukkan beberapa hasil yang menjanjikan, termasuk peningkatan kepuasan

pasien dan keluarga dan peningkatan kualitas hidup pasien. Namun, pasien yang

menerima layanan perencanaan pulang masih dalam minoritas. Lebih dari tiga

perempat pasien menentukan bahwa rumah sakit menangani rujukan layanan

perawatan jangka panjang pasca operasi tidak memadai, dan hingga 94,1% pasien

tidak merasakan tindak lanjut setelah pulang.

Sedangkan di Indonesia, menurut studi pendahuluan yang dilakukan oleh

Damawiyah dkk pada bulan Februari tahun 2017 di RS. Islam Surabaya

mengatakan bahwa perencanaan pulang hanya dilakukan pada saat pasien akan

pulang saja yaitu berupa petunjuk pasien pulang. Pemberian health education

kepada pasien dan keluarga masih bersifat incidental, diberikan jika ada

pertanyaan dari pasien atau keluarganya saja dan belum dikemas dalam format

pendidikan kesehatan. Dan pelitian lain yang dilakukan oleh Erni Suprapti dkk

pada tahun 2016 terhadap 60 pasien TB paru yang dirawat di RSUD Tugurejo dan

RSUD Kota semarang melaporkan bahwa pelaksanaan Discharge planning yang

dilakukan perawat 46,6% belum maksimal jika ditinjau dari aspek pengetahuan,

tetapi ketika dilakukan penelitian pengaruh pemberian discharge planing secara

dini dan yang tidak dilakukan discharge planning didapatkan hasil bahwa pasien

yang diberikan Discharge planning secara dini memiliki informasi yang memadai

tentang masalah kesehatan dan perawatan, memiliki kepedulian untuk melakukan


8

perawatan di rumah, mengetahui tentang obat-obatan, dan mengetahui tanda-tanda

komplikasi dibandingkan dengan pasien yang tidak diberikan discharge planning

secara dini.

RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi merupakan Rumah Sakit

Pemerintah yang sudah menerapkan Manajamen Asuhan Keperawatan

Profesional. Jenis model metode ashan keperawatan profesional terdiri atas:

model Fungsional (Bukan MAKP), model kasus, model tim, model primer, dan

model moduler (tim-primer). Rawat Inap Ambun Suri lantai 1-4 sudah

menggunakan metode Moduler yaitu gabungan dari metode Tim-Primer.

Penerapan Metode Asuhan Keperawatan Profesional pada pasien salah satunya

adalah Discharge Planinng.

Studi pendahuluan yang dilakukan oleh Betty pada tahun 2016 di RSUD

Dr. Achmad Mochtar Bukittnggi terhadap 50 orang pasien stroke di Poli

Neurologi RSAM Bukittingi terkait hubungan Discharge Planning dengan

Kualitas Hidup pasien stroke didapatka hasil 31 responden dari 50 responden

yang memiliki discharge planning yang baik. Discharge planning baik dengan

kualitas hidup yang sangat baik lebih banyak yaitu 21 (67,7%), discharge

planning baik dengan kualitas hidup baik yaitu 9 (29%), discharge planningbaik

dengan kualitas hidup sedang yaitu 1 (3,2%) sedangkan discharge planning

kurang baik sebanyak 19 responen. discharge planning kurang baik dengan

kualitas hidup sangat baik yaitu 18 (94,7%), discharge planning kurang baik

dengan kualitas hidup baik 0 (0%), discharge planning kurang baik dengan

kualitas hidup sedang 1(5,3%). Hasil analisis diperoleh pvalue = 0,034< (a=0,05)
9

yaitu ada hubungan antara discharge planning dengan kualitas hidup pasien pasca

stroke di poli Neurologi RSAM Bukittinggi tahun 2016.

Survei awal yang peneliti lakukan melalui metode wawancara terhadap 4

perawat di Rawat Inap Ambun suri lantai 1-4 RSUD Achmad Mochtar

Bukittinggi pada bulan Agustus 2018 didapatkan data jumlah perawat yang

bertugas diruang rawat bedah lantai satu sebanyak 22 perawat, diruang rawat

bedah lantai dua sebanyak 20 perawat, di ruang rawat interne lantai tiga sebanyak

24 perawat dan di ruag rawat interne lantai 4 sebanyak 15 perawat dan saat

ditanya mengenai pelaksanaan MAKP perawat mengatakan sudah melaksanakan

MAKP sesuai prosedur, timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift dan

disertai dengan dokumentasi yang jelas, sedangkan saat ditanya tentang

pelaksanaan discharge planning sebagian besar discharge planning dilaksanakan

ketika pasien akan pulang saja, atau minimal dari hari ke-3 rawatan.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian berjudul “Hubungan Pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan

Profesional (MAKP) dengan Discharge Planning di Ruang Rawat Inap Ambun

Suri Dr. Achamad Mochtar Bukittinggi tahun 2018.

B. Batasan Masalah

Agar penelitian ini dapat dilakukan lebih fokus, sempurna, dan mendalam

maka penulis memandang permasalahan penelitian yang diangkat perlu dibatasi

variabelnya. Oleh sebab itu, penulis membatasi diri hanya berkaitan dengan

hubungan pelaksanaan MAKP dengan Discharge Planning. Karena Discharge


10

Planning yang baik akan meningkatkan pelayanan kesehatan pada pasien di Rawat

Inap Ambun Suri RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat di

rumuskan permasalahan yang mendasari penelitian ini yaitu: adakah “Hubungan

Pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dengan Discharge

Planning di RSUD Dr. Achamad Mochtar Bukittinggi Tahun 2018?

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan Pelaksanaan Manajemen Model

Asuhan Keperawatan Profesional dengan Discharge Planning di Ruang

Rawat Inap Ambun Suri Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2018.

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisa bagaimana Pelaksanaan Manajemen Model Asuhan

Keperawatan Profesional di Rawat Inap Ambun Suri RSUD Dr.

Achmad Mochtar Bukittinggi.

b. Menganalisa bagaimana Pelaksanaan Discahrge Planning di Rawat

Inap Ambun Suri RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi.

c. Menganalisa bagaimana hubungan Pelaksanaan Manajemen Model

Asuhan Keperawatan Profesional dengan pelaksanaan Discharge

Planning di Rawat Inap Ambun Suri RSUD Dr. Achmad Mochtar

Bukittinggi.
11

E. Manfaat

Sesuai dengan Rumusan Masalah dan tujuan yang hendak dicapai, maka

manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagi Profesi Keperawatan

Memberikan informasi tentang bagaimana Penerapan Model

Metode Asuhan Keperawatan Profesional dan kendala penerapannya, serta

penyusunan strategi untuk mencari solusi masalah yang terjadi, sehingga

bisa menambah ilmu pengetahuan keperawatan, khususnya pada bidang

manajemen keperawatan.

2. Bagi Peneliti

a. Untuk memenuuhi tugas akhir kuliah yang merupakan persyaratan

bagi peneliti untuk memperolah gelar sarjana keperawatan.

b. Untuk menambah wawasan, mengembangkan dan menerapkan

ilmu yang didapat selama kuliah kedalam situasi yang nyata.

c. Sebagai sarana pembelajaran yang nyata tentang bagaimana

Pelaksanaan Model Metode Asuhan Keperawatan Profesional dan

Discharge Planning di rumah sakit sehingga diharapkan mampu

mengetahui kendala penerapan model Metode Asuhan

Keperawatan Profesional dan Discharge Planning serta dapat

merumuskan strategi untuk mengatasinya.

3. Bagi RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi

Memberikan masukan tentang rencana strategi untuk mengatasi

kendala Penerapan Model Metode Asuhan Keperawatan Profesional dan


12

Discharge Planning sehingga dapat dijadikan referensi untuk

meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di ruang rawat inap rumah

sakit.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan

informasi bagi ilmu keperawatan, serta wacana pemikiran untuk

pengembangan ilmu keperawatan terutama yang berhubungan dengan

pelaksanaan MAKP dan Discharge Planning.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Menambah wawasan serta memberikan pengalaman dalam

mengembangkan penelitian ilmiah selanjutnya khususnya bagi penelitian

yang berhubungan dengan pelaksanaan Model Asuhan Kepeini yaitu

rawatan Profesional dan Discharge Planning.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah Deskripitive analitik dengan

pendekatan Cross Sectional Study yang meneliti tentang hubungan pelaksanaan

MAKP dengan Discharge Planning di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi

Tahun 2018. Partisipan dalam penelitian ini adalah semua perawat ruangan yang

bertugas di ruang Rawat Inap Ambun Suri RSUD Dr. Achmad Mochtar

Bukittinggi. Pengambilan tempat dan Variabel penlitian didasari oleh fenomena

yang ditemukan bahwa di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi sudah

menerapkan Model Asuhan Keperawatan Profesional dengan metode Moduler

dan Pelaksanaan Discharge Planning belum optimal, dimana Discharge Planing


13

hanya dijalankan ketika pasien akan pulang saja. Populasi penelitian ini adalah

seluruh perawat yang ada di ruang Rawat Inap Ambun Suri RSUD Dr. Achmad

Mochtar Bukittinggi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

teknik proporsional sampling sehingga didapatkan sampel sebanyak 40 sampel.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan lembar kuesioner untuk

menilai tentang pelaksanaan MAKP dan pelaksanaan Discharge Planning. Analisa

data penelitian meliputi analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan uji

Chi-Square.

Anda mungkin juga menyukai