PENDAHULUAN
[1]
waktu, dana, tenaga dan kemampuan untuk merawat diri. sedangkan keluarga
tidak mampu untuk membantu lansia. Maka rumah jompo atau panti sosial dapat
menjadi pilihan mereka.
Panti sosial atau panti werdha adalah suatu institusi hunian bersama dari
para lanjut usia yang secara fisik dan kesehatan masih mandiri dimana kebutuhan
harian dari para penghuni biasanya disediakan oleh pengurus panti (Darmodjo &
Martono, 1999). Sedangkan menurut Jhon (2008), panti werdha adalah tempat
dimana berkumpulnya orang – orang lansia yang baik secara sukarela ataupun
diserahkan oleh pihak keluarga untuk diurus segala keperluannya. Tempat ini ada
yang dikelola oleh pemerintah dan ada yang dikelola oleh swasta. Dirumah jompo
para lansia akan menemukan banyak teman sehingga diantara mereka saling
membantu, saling memberikan dukungan dan juga saling memberikan perhatian
khususnya dalam pemenuhan kebutuhan ADL.
[2]
- Bab V Penutup yang berisi tentang kesimpulan, kritik dan saran yang
menunjang dari kasus yang di angkat
[3]
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
[4]
2.1.3 Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000) penyebab kurang perawatan diri
adalah sebagai berikut :
1. Kelelahan fisik
2. Penurunan kesadaran
Menurut Depkes (2002:20), penyebab kurang perawatan diri adalah :
1. Faktor predisposisi:
a. Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien
sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
c. Kemampuan realistis turun Klien dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian
dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi deficit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah /
lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang
mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000 : 59) faktor – faktor yang mempengaruhi
personal hygiene adalah :
a. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri, misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
[5]
b. Praktik sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pada personal hygiene.
c. Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta
gigi, sikat gigi, shampoo, alat mandi yang semuanya memerlukan
uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampoo dan lain – lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene :
1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik
yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit,gangguan
membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan
fisik pada kuku.
[6]
2. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
kebutuhan rasa nyaman,kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan
harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
2.1.4 Patofisiologi
Personal hygiene adalah suatu upaya yang dilakukan seseorang untuk
memelihara kebersihan diri. Personal hygiene dapat terganggu apabila
individu sedang sakit. Selan itu fasilitas yang kurang, kurangnya
pengetahuan tentang personal hygiene yang tepat, ekonomi yang kurang
dan faktor lingkungan sekitar. Akibatnya individu akan mrngalami defisit
personal hygiene.
Apabila defisit personal hygiene individu terganggu, maka akan
menimbulkan dampak baik dilihat dari segi fisik maupun psikologis.
Dampak fisik yang mungkin muncul adalah:
a. Gangguan integritas kulit
b. Gangguan mukosa mulut
c. Infeksi pada mata dan telinga
d. Gangguan fisik pada kuku
Dampak psikologis yang mungkin muncul adalah:
a. Kebutuhan harga diri
b. Gangguan interaksi sosial
c. Aktualisasi diri
d. Gangguan rasa nyaman
e. Kebutuhan mencintai dicintai
[7]
2.1.5 Manifestasi Klinis
1. Fisik
a. Kulit kepala kotor dan rambut kusam, acak-acakan
b. Hidung kotor telinga juga kotor
c. Gigi kotor disertai mulut bau
d. Kuku panjang dan tidak terawatt
e. Badan kotor dan pakaian kotor
f. Penampilan tidak rapi
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif
b. Menarik diri, isolasi
c. Merasa tidak berdaya, rendah diri dan hina
3. Social
a. Interaksi kurang
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma, missal : cara makan
berantakan, buang air besar/kecil sembarangan, tidak dapat
mandi/sikat gigi, tidak dapat berpakaian sendiri.
1. Manfaat fisiologis
a. Dampak langsung dapat membantu:
1) Mengatur kadar gula darah
2) Merangsang adrenalin dan noradrenalin
3) Peningkatan kualitas dan kuantitas tidur
b. Dampak jangka panjang dapat meningkatkan:
[8]
1) Daya tahan aerobik/kardiovaskuler
2) Kekuatan otot rangka
3) Kelenturan
4) Dampak Keseimbangan dan koordinasi gerak sehingga dapat
mencegah terjadinya kecelakaan (jatuh)
5) Kelincahan gerak
2. Manfaat psikologis
a. langsung dapat membantu:
1) Memberi perasaan santai
2) Mengurangi ketegangan dan kecemasan
3) Meningkatkan perasaan senang
b. Dampak jangka panjang dapat meningkatkan:
1) Kesegaran jasmani dan rohani secara utuh
2) Kesehatan jiwa
3) Fungsi kognitif
4) Penampilan dan fungsi motoric
5) Keterampilan
3. Manfaat sosial
a. Dampak langsung dapat membantu:
1) Pemberdayaan usia lanjut
2) Peningkatan intregitas sosial dan kultur
b. Dampak jangka panjang meningkatkan:
1) Keterpaduan
2) Hubungan kesetiakawanan social
3) Jaringan kerja sama sosial budaya
4) Pertahanan peranan dan pembentukan peran baru
5) Kegiatan antargenerasi
[9]
2.1.7 Mempertahankan Activity Daily Living (ADL)
1. Langkah-Langkah Mempertahankan Activity Of Daily Living
(ADL) Pada Lansia
a. Latihan kepala dan leher
1) Lihat keatap kemudian menunduk sampai dagu ke dada
2) Putar kepala dengan melihat bahu sebelah kanan lalu sebelah
kiri
3) Miringkan kepala ke bahu sebelah kanan lalu kesebelah kiri.
b. Latihan bahu dan lengan
1) Angkat kedua bahu ke atas mendekati telinga kemudian
turunkan kembali perlahan-lahan
2) Tepukan kedua telapak tangan dan renggangkan lengan kedepan
lurus dengan bahu. Pertahankan bahu tetap lurus dan kedua
tangan bertepuk kemudian angkat lengan keatas kepala.
3) Satu tangan menyentuh bagian belakang dari leher kemudian
raihlah punggung sejauh mungkin yang dapat dicapai.
Bergantian tangan kanandan kiri.
4) Letakan tangan di punggung kemudian coba meraih keatas
sedapatnya.
c. Latihan tangan
1) Letakan telapak tangan diatas meja. Lebarkan jari-jarinya dan
tekan ke meja
2) Baliklah telapak tangan. Tariklah ibu jari melintasi permukaan
telapak tangan untuk menyentuh jari kelingking. Kemudian
tarik kembali. Lanjutkan dengan menyentuh tiap-tiap jari
dengan ibu jari dan kemudian setelah menyentuh tiap jari.
3) Kepalkan tangan sekuatnya kemudian renggangkan jari-jari
selurus mungkin.
[10]
d. Latihan punggung
1) Dengan tangan disamping bengkokan badan kesatu sisi
kemudian kesisi yang lain.
2) Letakan tangan dipinggang dan tekan kedua kaki, putar tubuh
dengan melihat bahu kekiri dan kekanan..
3) Tepukan kedua tangan dibelakang dan regangkan kedua bahu ke
belakang.
e. Latihan paha
1) Latihan ini dapat dilakukan dengan berdiri tegak dan memegang
sandaran kursi atau dengan posisi tiduran.
2) Lipat satu lutut sampai pada dada dimana kaki yang lain tetap
lurus, dan tahan beberapa waktu.
3) Duduklah dengan kedua kaki lurus kedepan. Tekankan kedua
lutut pada tempat tidur hingga bagian belakang lutut menyentuh
tempat tidur.
4) Pertahankan kaki lurus tanpa membengkokan lutut, kemudian
tarik telapak kaki kearah kita dan regangkan kembali.
5) Tekuk dan regangkan jari-jari kaki tanpa menggerakan lutut.
6) Pertahankan lutut tetap lurus, putar telapak kaki kedalam
sehingga permukaannya saling bertemu kemudian kembali lagi.
7) Berdiri dengan kaki lurus dan berpegangan pada bagian
belakang kursi. Angkat tumit tinggi-tinggi kemudian putarkan.
f. Latihan pernafasan
1) Duduklah di kursi dengan punggung bersandar dan bahu relaks.
Letakkan kedua telapak tangan pada tulang rusuk. Tarik nafas
dalam-dalam maka terasa dada mengambang. Sekarang
keluarkan nafas perlahan-lahan sedapatnya. Terasa tangan akan
menutup kembali.
[11]
g. Latihan muka
1) Kerutkan muka sedapatnya kemudian tarik alis keatas
2) Tutup mata kuat-kuat, kemudian buka lebar-lebar
3) Kembangkan pipi keluar sebisanya. Kemudian isap kedalam
4) Tarik bibir kebelakang sedapatnya, kemudian ciutkan dan
bersiul
2. Jenis Olah Raga / Latihan
Beberapa contoh olah raga yang dapat dilakukan oleh usia lanjut
dalam Mempertahankan Activity Of Daily Living (ADL) Pada Lansia,
antara lain :
a. Pekerjaan Rumah dan Berkebun
Kegiatan ini dapat memberikan suatu latihan yang
dibutuhkan untuk menjaga kesegaran jasmani, tetapi harus
dilakukan secara tepat, agar nafas sedikit lebih cepat, denyut
jantung lebih cepat dan otot menjadi lelah. Akan tetapi perlu selalu
dikontrol terhadap peningkatan denyut nadi jangan sampai melebihi
batas maksimal.
b. Jalan Kaki
Berjalan baik untuk meregangkan otot – otot kaki dan bila
jalannya makin lama makin cepat, akan bermanfaat bagi daya tahan
tubuh. Bila anda memilih jenis ini sebaiknya dilakukan pada pagi
hari antara pukul 5 – 6, dikala udara masih bersih dan segar. Lokasi
terbaik adalah daerah perkebunan atau pegunungan yang jauh dari
asap kendaraan bermotor, pabrik yang menyebabkan polusi udara.
c. Berenang
Berenang akan melatih pergerakan seluruh tubuh. Latihan
ini lebih baik lagi untuk orang – orang yang mengalami kelemahan
otot atau kaku sendi, asalkan dilakukan secara teratur.
[12]
d. Lompat Tali
Melompat tali mempunyai beberapa keistimewaan
(menggerakkan tali secara berirama menggerakkan tubuh bagian
atas lebih banyak daripada lari perlahan
[13]
e. Komposisi tubuh dapat diatur dengan pengaturan pola makan
latihan aerobik kombinasi dengan latihan beban kekuatan.
3. Pendinginan (cooling down)
Dilakukan secara aktif. Artinya, sehabis latihan inti perlu
dilakukan gerakan umum yang ringan sampai suhu tubuh kembali
normal yang ditandai dengan pulihnya denyut nadi dan terhentinya
keringat. Pendinginan dilakukan seperti pada pemanasan,yaitu
selama 8-10 menit.
[14]
Tetapi bila kita membengkokkan lutut pada waktu latihan sit-up,
otot-otot fleksor panggul tidak bergerak. Dengan cara demikian, semua
badan bertumpu pada otot perut dan kecil kemungkinan terjadinya
trauma pada pinggang bagian bawah.
2. Meraih ibu jari kaki
Kadang-kadang untuk mengecilkan atau menguatkan perut diadakan
latihan meraih ibu jari kaki. Latihan-latihan ini selain tidak dapat
mencaai ujuan, yaitu mengecilkan perut, juga kurang baik karena dapat
menyebabkan cedera. Sebetulnya latihan-latihan meraih ibu jari kaki
adalah latihan untuk menguatkan otot-otot punggung bagian bawah.
Gerakan ini akan menyebabkan lutut menjadi hiperekstensi. Sebagai
konsekuensinya, tekanan yang cukup berat akan menimpa vertebra
lumbalis yang akhirnya menyebabkan keluhan-keluhan pada punggung
bagian bawah. Kadang-kadang hal ini dapat menyebabkan gangguan
pada diskus invertebralis.
3. Mengangkat kaki
Mengangkat kaki pada posisi tidur terlentang sampai kaki terangkat
± 15 cm dari lantai, kemudian ditahan beberapa saat selama mungkin.
Latihan ini tidak baik, karena dapat menyebabkan rasa sakit pada
punggung bagian bawah (low back pain) dan menyebabkan terjadinya
lordosis yang dapat menyebabkan gangguan pada punggung.
Bahaya yang ditimbulkan ialah otot-otot perut tidak cukup kuat
untuk menahan kaki setinggi 15 cm dari lantai dalam waktu yang cukup
lama dan kaki tidak dapat menahan punggung bagian bawah. Akibatnya
terjadi rotasi pelvis ke depan. Rotasi ini menyebabkan gangguan dari
punggung bagian bawah.
4. Melengkungkan punggung
Gerakan hiperekstensi ini banyak dilakukan dengan tujuan
meregangkan otot perut agar otot perut menjadi lebih kuat. Hal ini
[15]
kurang benar, karena dengan melengkungkan punggung tidak akan
menguatkan otot perut, melainkan melemahkan persendian tulang
punggung.
[16]
c. Menggunakan berbagai teknik untuk mengimbangi
kebutuhan pengumpulan data dengan kepentingan klien
d. Mencatat data harus seizin klien
e. Pada awal interaksi perawat harus merencanakan bersama
klien cara yang paling efektif dan nyaman
f. Menggunakan sentuhan
g. Sesuaikan situasi dan kondisi wawancara
h. Bicara tidak terlalu keras
3. Klien
a. Beberapa kultur yang memengaruhi kemampuan klien untuk
berpartisipasi sangat berarti dalam wawancara.
b. Faktor-faktor yang memengaruhi proses penuaan adalah
hereditas, nutrisi, status kesehatan, pengalaman hidup,
lingkungan dan stres.
c. Perawat harus menyadari faktor-faktor ini karena
kemampuan lansia untuk mengkomunikasikan semua
informasi penting sangat ditentukan oleh kelengkapan dan
kesesuaian wawancara.
[17]
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
Asuhan Keperawatan Klien dengan Masalah Perawatan Higiene
2.2.1. Pengkajian
Pengkajian perawat tetantang bibir,gigi,mokusoa mulut,gusi, langit-
langit, dan lidah klien. Perawat memeriksa semua daerah ini dengan hati-
hati tentang warna, hidrasi, tekstur dan lukanya. Klien yang tidak
mengikuti praktik higiene mulut yang teratur akan mengalami penurunan
jaringan gusi, gusi yang meradang, gigi yang hitam ( khususnya sepanjang
margin gusi ), karies gigi, kehilangan gigi, dan holitasis. Rasa sakit yang di
lokalisasi adalah gejela umum dari penyakit gusi atau gangguan gusi
tertentu. Infeksi pada mulut melibatkan organisme seperti Treponeme
pallidum, Neisseria gonorrhea, dan hominis virus herpes. Seperti yang
telah disebutkan sebelumnya, jika klien hendak memperoleh radiasi atau
kemoterapi, sangat penting mengumpulkan data dasar mengenai keadaan
rongga mulut klien. Hal ini berfungsi sebagai dasar untuk keperawatan
preventif bagi klien saat mereka melewati pengobatan.
Pengkajian rongga mulut klien dapat menunjukan perubahan aktual
atau potensial dalam integritas struktur mulut. Diagnosis keperawatan yang
berhubungan dapat merefleksikan masalah atau komplikasi akibat
perubahan rongga mulut. Penemuan perawat juga menunjukan kebutuhan
klien untuk bantuan perawatan mulut karena defisit perawatan diri.
Identifikasi diagnosis yang akurat memerlukan sleksi faktor yang
berhubungan dengan yang menyebabkan masalah klien. Perubahan pada
mukosa mulut akibat pemaparan radiasi mislanya akan memerlukan
intervensi berbeda dari pada kerusakan mokusa akibat penempatan selang
endotrakea.
[18]
Riwayat Keperawatan
Tanyakan tentang pola kebersihan individu sehari-hari, sarana dan
prasarana, yang dimiliki, serta faktor-faktor yang mempengaruhi hygiene
personal individu- baik faktor pendukung mau pun faktor pencetus.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, kaji hygiene personal individu mulai dari
ekstremitas atas sampai bawah.
1. Rambut. Amati kondisi rambut ( warna, tekstur, kuantitas ), apakah
tampak kusam ? apakah di temukan kerontokan ?
2. Kepala. Amati dengan seksama kebersihan kulit kepala. Perhatikan
adanya ketombe, kebotakan, atau tanda-tanda kemerahan.
3. Mata. Amati adanya tanda-tanda ikterus, conjungtiva pucat, secret
pada kelopak mata, kemerahan, atau gatal-gatal pada mata
4. Hidung. Amati kondisi hidung, kaji adanya sinusitis, perdarahan
hidung, tanda-tanda pilek, yang tidak kunjung sembuh, tanda-tanda
alergi, atau perubahan pada daya penciuman.
5. Mulut. Amati kondisi mukosa mulut dan kaji kelembabannya.
Perhatikan adanya lesi, tanda-tanda radang,gusi, atau sariawan,
kekeringan, atau pecah-pecah.
6. Gigi. Amati kondisi dan kebersihan gigi. Perhatikan adanya tanda-
tanda karang gigi, caries, gigi pecah-pecah, tidak lengkap, atau gigi
palsu.
7. Telinga. Amati kondisi dan kebersihan telinga. Perhatikan adanya
serumen atau kotoran pada telinga, lesi, infeksi, atau perubahan daya
pendengaran.
8. Kulit. Amati kondisi kulit ( tekstur, turgor, kelembaban ) dan
kebersihannya. Perhatikan adanya perubahan warna kulit, stria, kulit
keriput, lesi, atau pruritus.
[19]
9. Kuku tangan dan kaki. Amati bentuk dan kebersihan kuku perhatikan
adanya kelainan atau luka.
10. Genetelia. Amati kondisi dan kebersihan genetelia berikut area
perineum. Perhatikan pola pertumbuhan rambut pubis. Pada laki-laki,
perhatikan kondisi skrotum dan testisnya.
11. Hygiene personal secara umum. Amati kondisi dan kebersihan kulit
secara umum perhatikan adanya kelainan pada kulit atau bentuk tubuh.
[20]
terhadap perubahan dan memberikan hygiene mulut meliputi sebagai
berikut.
1. Klien akan memiliki mokusa mulut utuh yang terhidrasi mulut
2. Klien mampu melakukan sendiri perawatan hygiene mulut dengan
benar.
3. Klien akan mencapai rasa nyaman
4. Klien akan memahami praktek hygiene mulut
Rencana kesehatan keperawatan untuk klien dengan gangguan hygiene
personal harus meliputi beberapa pertimbangan yaitu hal-hal yang disukai
klien, kesehatan klien, serta keterbatasan yang di milikinya. Selain itu,
perawat juga perlu pertimbangkan waktu yang tepat untuk memberikan
asuhan serta fasilitas dan tenaga yang tersedia.
Implementasi untuk hygiene mulut yang baik termasuk kebersihan,
kenyamanan, dan kelembaban struktur mulut. Perawatan yang tepat
mencegah penyakit mulut dan kerusakan gigi. Klien di rumah sakit atau
fasilitas keperawatan jangka panjang sering kali tidak menerima rawatan
agresif yang mereka butuhkan. Perawatan mulut harus diberikan teratur dan
setiap hari. Frekuensi bergantung pada mulut klien.
1. Defisit perawatan diri : mandi atau hygiene berhubungan dengan :
a. Kurangnya koordinasi, sekunder akibat dalam
b. Kelemahan otot, sekunder
c. Paralisis sebagian atau total, sekunder
d. Keadaan koma
e. Gangguan visual, sekunder
f. Tidak berfungsinya atau hilangnya ekstremitas
g. Peralatan eksternal ( gips, bidai, penyokong, alat intravena )
h. Kelelahan nyeri pasca operasi
i. Defisit kognitif
j. Nyeri
[21]
Kriteria Hasil
Individu akan melakukan aktivitas mandi pada tingkatan yang optimal
sesuai dengan harapan atau mengungkapkan kepuasan atas
keberhasilan yang di capai meski dengan keterbatasan yang dimiliki.
Indikator
a. Mengungkapan kenyamanan dan kepuasan dengan kebersihan
tubuh.
b. Mendemonstrasikan kemampuan menggunakan peralatan adaptif.
c. Menjelaskan faktor penyebab untuk defisit kemampuan mandi.
Intervensi Umum
a. Kaji faktor penyabab ( misal keterbatasan atau gangguan pada
ekstremitas, gangguan visual). Rasional adalah ketidak mampuan
untuk melakukan perawatan diri menimbulkan perasaan
ketergantungan dan konsep diri yang rendah.
b. Beri kesempatan pada klien untuk mempelajari kembali atau
beradaptasi dengan aktivitas perawatan diri. Rasional dengan
meningkatnya kemampuan merawat diri, harga diri akan
meningkat.
c. Lakukan intervensi umum untuk klien dengan ketidak mampuan
untuk mandi.
1) Jaga suhu kamar mandi tetap hangat ; cari tahu suhu air yang
di sukai individu.
2) Berikan privasi selama mandi.
3) Jaga agar kondisi lingkungan sederhana dan tidak berantakan
4) Observasi kondisi kulit selama mandi
5) Letakkan seluruh peralatan mandi di tempat yang mudah di
jangkau
[22]
6) Untuk klien dengan gangguan penglihatan, letakkan seluruh
peralatan di dalam lapang pandang klien atau pada tempat
yang sesuai untuk klien.
7) Berikan pengamanan di kamar mandi ( keset antislip,
pegangan ).
8) Jika klien mampu secara fisik, anjurkan dia untuk
menggunakan bak mandi atau shower, tergantung apa yang di
guanakan di rumah ( klien harus berlatih di rumah sakit untuk
persiapan pulang ke rumah )
9) Berikan peralatan adaptif sesuai kebutuhan ( misal spoon
dengan tangkai yang panjang, balok pegangan di dinding
kamar mandi, semprotan shower yang dapat di pegang, dan
lain-lain
10) Untuk klien yang kehilangan anggota gerak, inspeksi sisa kaki
atau puntung guna melihat integritas kulit. Mandikan bagian
puntung 2x sehari dan yakinkan bagian tersebut kering
sebelum di bungkus atau di pasangkan prostesis.
11) Berikan pereda nyeri yang bisa mempengaruhi kemampuan
untuk mandi sendiri
d. Berikan penyuluhan kesehatan dan rujukan, sesuai dengan
indikasi.
2. Defisit perawatan diri : eliminasi berhubungan dengan :
a. Kurangnya koordinasi, sekunder
b. Kelemahan otot sekunder
c. Paralisis sebagian atau total, sekunder
d. Keadaan koma
e. Gangguan visual, sekunder
f. Tidak berfungsinya atau hilangnya ekstremitas
g. Peralatan eksternal ( gips, bidai, penyokong, alat intravena )
[23]
h. Kelelahan dan nyeri pasca operasi
i. Defisit kognitif
j. Nyeri
Kriteria Hasil
Individu akan memperlihatkan peningkatan kemampuan untuk
melakukan eliminasi secara mandiri atau mengungkapkan bahwa dia
tidak mampu melakukan eliminasi sendiri. Indikator
a. Mendemostrasikan kemampuan untuk menggunakan peralatan
adaftif untuk mempermudahkan eliminasi
b. Menjelaskan paktor penyebab untuk depisit kemampual eliminasi
c. Menyebutkan rasional tidakan dan porsedurnya
Intervensi umum
a. Kaji faktor penyebab ( misal keterbatasan atau gangguan pada
ektreitas ganggugan pisual).
b. Beri kesempatan induvidu untuk mempelajari kembali atau
beradaptasi dengan aktivitas eliminasi.
c. Lakukan intervensi umum untuk klien yang kesulitan eliminasi
1) Kaji riwayat BAK dan BAB klien
2) Buat cattan BAK dan BAB untuk menentukan pola eliminasi
klien.
3) Berikan asupan cairan yang adekut dan duit yang seimbang
untuk mendukung saluran urine yang adekut dan
pengosongan usus yang normal
4) Dukung pola eliminasi yang normal dengan mengatur
pelaksanan aktivitas dan latian fisik yang sesuai dengan
kemampuan klien
5) Capai kemandirian dalam elakukan eliminasi dengan latihan
terus menerus tanpa bantuan.
[24]
6) Hindari penggunaan kateter indweling dan kateter kondom
untuk mempercepat pengeluaran urine (jika memungkinkan).
d. Berikan intervensi khusus untuk klien dengan defisit visual.
1) Letakan bel pada tempat yang mudah di jangkau sehingga
klien dapat segera memperoleh bantun untuk melakukan
eliminasi; jawab panggilan dengan segera untuk mengurangi
kecemasan
2) Jika pispot atau urinal di butuhkan untuk eliminasi pastikan
benda benda tersebut terletak dalam jangkawan klien
3) Atur jona aman dan bebas hambatan unjtuk menuju toilet
e. Untuk klien yang mengalami gangguan pada ektremitas atau
kehilangan anggota gerak, berikan perawatan adaktif yang di
perlukan dan meningkatkan kemandirian dan keamanan klien
(commode, vispotuntuk peraktur, tempat duduk toilet ygang bisa
di tinggikan side rail untk toilet).
f. Berikan intervensi khusud untuk klien dengan berikan intervensi
khusus untuk klien dengang devisit kognitif.
1) Pasang pengikat waktu (timer) untuk eliminasi setiap dua jam
sehabis makan, dan sebelum tidur.
2) Anjurkan klien mengguanakan pakaian yang bisa (banyak
individu yang awalnya kebingungan akhirnya dapat berkemih
ketika mengguanakan pakaian yang biasa.
3) Hindari penggunaan pispot jika kondisi pisik klien
memungkinkan,ciptakan suasananya yang normal dengan
membiasakan klien eliminasi di kamar mandi.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, prekuensi BAB
yang berlebihan.
Intervensi
a. Ganti popok anak jika basah.
[25]
b. Bersihkan bokong perlahan dengan sabun nonalkohol.
c. Beri salep seperti zink oksida bila terjaid iritasi pada kulit.
d. Observasi bokong dan parienen dri infeksi.
e. Kolaborasi dengan dokter dan pemberian terapi antifungsi sesuai
indikasi.
f. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam
penampilan sekunder akibat kehilangan bagian tubuh.
2.2.4. Evaluasi
1. Melihat kembali perkembangan kesembuhan klien.
2. Hasil yang diharapkan dari higiene mulut tidak dapat dilihat dalam
beberapa hari.
3. Pembersihan yang berulang-ulang harus sering kali dilakukan.
4. Perawat mengantisipasi kebutuhan untuk mengubah intervensi dalam
evaluasi.
[26]
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
1. Identitas
NAma : Tn.D
Umur : 65 Tahin
Alamat : JL. Sungai khayan
Pendidikan : SMA
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku : Melayu
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Status Perkawinan : Kawin
Tanggal Pengkajian : 04-10-2018
2. Identitas Keluarga
Nama : Ny. F
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : JL.Sungai Khayan
Hub. Dengan Klien : Istri
3. Status Kesehatan Saat Ini
a. Status kesehatan selama setahun
Klien mengatakan dirinya merasa sering sakit seperti Batuk, dan badan
terasa sakit
[27]
b. Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu
c. Keluhan utama
1. Klien mengatakan sering sakit kepala, dan sering batuk.
2. Klien mengatakan susah tidur ketika malam hari
d. Pengetahuan tentang penatalaksanaan masalah kesehatan
Klien masih bingung dengan Penyakit yang diderita nya saat ini kemudian
sering kambuh mendadak
e. Derajat keseluruhan fungsi relatif terhadap masalah kesehatan dan
diagnosa medis
Klien belum bisa memahami gejala penyakit yang diderita saat ini
f. Obat-obatan
Klien mengatakan tidak ada mengkonsumsi obat apapun biasanya kalau
sakit badan langsung mengkonsumsi obat herbal seperti Wedang jahe jika
badan meriang
g. Nutrisi
Klien mengatakan tidak ada makanan yang dipantang untuk saat ini
[28]
6. Pemeriksaan fisik :
a. Keadaan umum :
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 130/ 90 mmHg
Suhu : 27 0C
Nadi : 85 x/menit
Respirasi : 24 x/ menit
Tinggi Badan : 167 cm
b. Integumen
Tidak terdapat luka dan lesi pada anggota tubuh, terdapat beberapa
perubahan pigmentasi pada anggota tubuh, tektur kulit tipis dan kering,
warna rambut klien keseluruhan beruban, kuku klien lebih keras.
c. Hemopoietik
Tidak terdapat pendarahan pada klien, tidak ada pembengkakan kelenjar
limfa, klien tidak mengalami anemia, klien tidak memiliki riwayat transfusi
darah.
d. Kepala
Kepala simetris, bentuk bulat, tiadak ada lesi dan tidak ada nyeri, distribusi
rambut merata, tidak ada alopesia, dan tidak rontok, kulit kepala bersih
serta tidak ada ketombe.
e. Wajah
Wajah tidak simetris, warna kulit sama dengan warna kulit yang lain
f. Telinga
Telinga simetris, posisi pina sejajar dengan mata, tidak ada lesi dan
kemerahan. Tidak ada pembengkakan dan lesi pada telinga luar, liang
telinga bersih dan terdapat sedikit serumen, serumen tidak keras dan tidak
bau. Membran timfani berwarna kelabu utuh, klien tidak menggunakan alat
bantu pendengaran, fungsi pendengaran baik terbukti klien mampu
[29]
mendengar bisikan pemeriksa pada jarak 50 cm, dan bisa menjawab
pertanyaan pemeriksa dengan baik dan benar.
g. Mata
Alis tidak simetris, bulu mata ke atas, kelopak mata mampu mengedip,
konjuctiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, dan tidak ada lesi. Kornea
halus, reflex kornea positif, reaksi pupil terhadap cahaya baik, kebersihan
mata bersih. Bola mata klien dapat mengikuti gerakan tangan pemeriksa
pada 5 posisi, klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan, klien dapat
melihat jari pemeriksa, dan penglihatan klien masih jelas terbukti klien
masih bisa menyebutkan nama obyek yang dilihatnya serta tidak ada nyeri
tekan pada saat bola mata ditekan.
h. Hidung
Posisi simetris, warna kulit sama dengan warna kulit yang lain, tidak ada
lesi dan secret, mukosa hidung tidak kemerahan, lembut, septum simetris,
tidak ada masa, klien dapat membedakan bau kayu putih dan kopi.
a. Mulut
Bibir tidak simetris, warna merah kecoklatan, mukosa lembab, tidak ada
lesi, pada gusi, jumlah gigi klien tidak lengkap. Lidah simetris, bersih tidak
ada lesi, warna merah gerakan lidah tidak ada hambatan, tonsil simetris,
tidak membesar dan tidak kemerahan dan nyeri. Uvula tidak membesar
warna merah muda. Fungsi pengecapan baik terbukti klien mampu
membedakan rasa manis dan asin
b. Leher
Bentuk simetris, warna kulit leher sama dengan warna kulit anggota tubuh
lain, tidak ada jaringan parut, tidak ada pembengkakan, posisi trachea di
tengah. Klien dapat menyentuhkan dagu ke sternum (flexi 350) dapat
menengadah (ekstensi 450), dapat menekuk leher dengan telinga mengarah
ke dagu (lateral ke kiri dan ke kanan 300 ), rotasi kiri dan kanan (500),
[30]
pergerakan leher tidak kaku dan tidak terbtas, tidak ada pembengkakan
kelenjar limfe, denyut nadi pada arteri karotis kuat, dan tidak ada
perubahan akibat inspirasi dan ekspirasi. Tidak ada peningkatan vena
jugularis, tidak ada pembengkakan kelenjat tiroid, reflex menelan baik.
c. Thoraks
Bentuk dada simetris, tidak ada kifosis, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
jaringan parut, tidak ada massa, ekspansi dada simetris frekuensi nafas 23
x/menit. Batas paru normal, tidak ada suara nafas tambahan,
pengembangan paru simetris, tidak ada wheezing dan suara nafas tambahan
lainnya. Batas jantung normal, tidak terjadi pembesaran, palpasi normal
pada semua area, bunyi jantung normal, BJ I dominan di area trikuspidal
dan mitral dan bunyi jantung II di area pulmonal dan aortic, tidak ada
bunyi jantung tambahan. Tidak ada pembesaran pada kelenjar limfe.
d. Abdomen
Bentuk abdomen simetris, warna kulit merata, tidak ada striae, tidak ada
hiperpigmentasi, tidak ada lesi, tidak ada bekas operasi, tidak ada
pernafasan perut, tidak Nampak pelebaran pembuluh darah vena diseluruh
area abdomen, umbilicus, tidak hiperpigmentasi dan tidak berbau. Tidak
ada nyeri tekan dan tidak ada distensi pada gaster. Hepar tidak teraba. Pada
saat kandung empedu di tekan
klien tidak mengeluh nyeri dan tidak menghentikan nafas dalamnya. Bising
usus pada semua kwadran, terdengar timphani di semua kwadran, saat
palpasi suhu teraba hangat. Kandung kemih kosong, ginjal tidak teraba dan
klien mengatakan tidak ada rasa nyeri saat BAK dan BAB, BAB lancar
tidak ada keluhan.
i. Ekstremitas atas dan bawah
Bentuk simetris, tidak ada benjolan, tidak ada pembengkakan dan
kemerahan, reflek bisep dan trisep (+), reflex plantar dan patella serta
[31]
achilles(+), kekuatan otot tangan atas kiri dan kanan 4, ektremitas bawah
kanan 3, dan kiri 3
j. Sistem Genitouria
Genitalia bersih, tidak terpasang kateter, bentuk dan anatomy alat kelamin
utuh, tidak ada lesi dan nyeri tekan.
k. Persyarafan
b) Nervus II (Optikus)
Penglihatan klien baik, bisa membaca dalam jarak 50 cm, yaitu
membaca tulisan nama perawat,klien membaca tidak menggunakan
alat bantu.
d) Nervus V ( Trigeminus)
Klien merasakan pilinan kapas pada kelopak mata, daerah maksila
dan mandibula, refleks kornea (++), pada saat mengunyah kekuatan
otot massester dan temporal kuat.
[32]
Klien dapat merasakan asin dan manis pada 2/3 anterior lidah,
klien dapat menggerakkan dahi, meringis dan
tersenyum, klien dapat tersenyum secara simetris.
g) Nervus IX
Klien dapat merasakan rasa pahit pada obat
h) Nervus X (vagus)
Klien dapat menelan dengan baik tanpa merasa sakit pergerakan
uvula bebas.
i) Nervus XI (Assesorius)
Klien dapat melawan tahanan saat menoleh ke samping dan dapat
mengangkat bahu, kekuatan menahan lemah.
j) Nervus XII (Hipoglosus)
Klien dapat menjulurkan lidahnya dan dapat menggerakkan lidahnya
dengan bebas. Dengan posisi di tengah.
b. Pengkajian spiritual
Agama yang dianut oleh klien adalah agama Kristen dan klien slalu berdoa
setiap harinya kepada Tuhan . Klien mengatakan apabila dirinya telah
[33]
dipanggil Tuhan, klien ikhlas dan menerima keputusan karena itu
merupakan takdir.
c. Pengkajian Fungsional
Klien termasuk ke dalam kategori F (KATZ index) karena klien mampu
mandiri dalam makan,kecuali mandiri berpakaian, kontinensia (BAB dan
BAK), berpindah dan mandi.
d. Pengkajian tingkat kemandirian
Barthel Indeks
Dengan
No Kriteria Mandiri Skor Keterangan
Bantuan
Frekuensi 3x
1 Makan 5 10 5 Jumlah 1porsi
Jenis nasi
Frekuensi 6 x
2 Minum 5 10 5 Jumlah 2 L
Jenis air pth
Berpindah dari kursi roda
3 ke tempat tidur dan 5-10 15 5
sebaliknya
Personal toilet (cuci Frekeunsi 3x
4 muka, menyisisr rambut, 0 5 5
gosok gigi)
Keluar masuk toilet
(mencuci pakaian,
5 5 10 5
menyeka tubuh,
menyiram)
6 Mandi 5 15 5 Frekuensi 2x
7 Jalan di permukaan datar 0 5 0
8 Naik turun tangga 5 10 5
9 Mengenakan pakaian 5 10 5
Frekuensi 1x
10 Kontrol bowel (BAB) 5 10 5
Konsistensilembek
Frekeunsi 4x
11 Kontrol bladder (BAK) 5 10 5
Warna kng jrnh
Frekuensi: 15-20
12 Olah raga / Latihan 5 10 5
Menit
[34]
Jenis: /hr
Rekreasi/ pemanfaatan Jenis : nonton TV
13 5 10 5
waktu luang Frekuensi:/hr
Total Skor 60
Keterangan :
A : 130 = mandiri
B : 65-125 = Ketergantungan sebagian
C : 60 = ketergantungan total
[35]
baru, semua secara menurun
7 4
Score total : 4
Interpretasi Hasil :
A. Salah 0-3 ; Fungsi Intelektual utuh
B. Salah 4-5 ; Kerusakan intelektual ringan
C. Salah 6- 8 ; Kerusakan Intelektual sedang
D. Salah 9-10 ; Kerusakan Intelektual berat
[36]
- Kota : Bandung
- PSTW : Panti Werdha Karitas
- Wisma : Lupa
Sebutkan nama 3 objek (oleh pemeriksa)
1 detik untuk masing-masing objek kemudian
tanyakan kepada klien ketiga objek tadi (untuk
3 Registrasi 3 3 disebutkan)
- Objek Kertas
- Objek Pulpen
- Objek Jam
Minta klien untuk memulai dari angka 100
kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali/tingkat:
Perhatian - 93
3 dan 5 5 - 86
Kalkulasi - 79
- 72
- 65
Minta klien untuk mengulangi ketiga objek pada No
4 Mengingat 3 2 2 (Registrasi) tadi. Bila benar, nilsi 1 point untuk
masing-masing objek
Tunjukkan pada klien suatu benda dan tanyakan
namanya pada klien.
- Misal ; Buku, Tas
Minta klien untuk mengulangi kata berikut “ tak
ada, jika, dan, atau, tetapi”. Bila benar, nilai satu
point .
- pernyataan benar : 2 buah ; tak ada, tetapi
Minta klien untuk mengikuti perintah berikut
5 Bahasa 9 7
yang terdiri dari 3 langkah yaitu:
- Ambil kertas dan pegang
- Lipat dua
- Letakkan diatas meja
Perintahkan kepada klien untuk hal sebagai
berikut (bila aktivitas sesuai perintah nila 1
point)
- “tutup mata anda”
[37]
- Tuliskan satu kalimat
- menyalin gambar :
.
TOTAL NILAI : 23
Interpretasi Hasil :
>23 : Aspek kognitif dari fungsi mental baik
18-22 : Kerusakan aspek fungsi mental ringan
≤17 : Terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat
[38]
Pengkajian keseimbangan untuk lansia (Tinneti dan Ginter, 1998)
Kriteria Nilai
[39]
keluhan vertigo, pusing, atau keadaan tidak stabil.
Gerakan menggapai sesuatu.
1
Tidak mampu untuk menggapai sesuatu dengan bahu
fleksi sepenuhnya sementara berdiri pada ujung-
ujung jari kaki tidak stabi, memegang sesuatu untuk
dukungan
Membungkuk.
Tidak mampu membungkuk untuk mengambil
obyek-obyek kecil (missal pulpen) dari lantai,
memegang obyek untuk bisa berdiri lagi,
memerlukan usaha-usaha multipel untuk bangun
1
b. Komponen gaya berjalan atau bergerak
[40]
sementara yang lain menyentuh lantai
Kesimetrisan langkah (lebih baik diobservasi dari
samping pasien).
Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari
sisi ke sisi
1
Penyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih baik
diobservasi dari sampin kiri klien)
Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelembong dari
sisi ke sisi
Berbalik
Berhenti sebelum mulai berbalik,jalan 1
sempoyongan, bergoyang, memegang obyek
untuk dukungan.
Interpretasi hasil : 13
0-5 : resiko jatuh rendah
6-10 : resiko jatuh sedang
11-15 : resiko jatuh tinggi
[41]
Pengkajian kondisi depresi√√√√
No Pertanyaan Ya Tidak
Ket : Ya = 1 , Tidak =0
[42]
Kesimpulan : 5 - 9 : Suspek Depresi
>10 : Depresi
g. Pengkajian Sosial
A Adaptation 2 : Selalu 1
[43]
menyediakan waktu bersama-sama 0 : Tidak pernah
Penilaian :
<3 : Disfungsi keluarga sangat tinggi
4–6 : Disfungsi keluarga sedang
7 -10 : Disfungsi keluarga ringan atau tidak disfungsi keluarga
No Pertanyaan Ya Tidak
[44]
Apakah produk olahan susu tidak termasuk dalam daftar
makanan harian anda ?
NO PERTANYAAN Ya Tidak
1 Apakah libido atau dorongan seksual menurun akhir –
akhir ini?
2 Apakah anda merasa lemas atau kurang tenaga?
3 Apakah daya tahan dan kekuatan fisik anda menurun?
4 Apakah tinggi badan anda berkurang?
5 Apakah anda merasa kenikmatan hidup menurun?
6 Apakah anda sering merasa kesal atau cepat marah?
7 Apakah ereksi anda kurang kurang kuat?
8 Apakah anda merasakan penurunan kemampuan dalam
berolahraga?
9 Apakah anda sering mengantuk dan tertidur sesudah
[45]
makan malam?
10 Apakah anda merasakan adanyanya perubahan atau
penurunan prstasi kerja?
Jika jawaban nomor 1 dan 7 adalah “Ya” atau ada 3 jawaban “Ya”
selain no tersebut,maka kemungkinan besar kadar testosteron menurun
atau pria tersebut mengalami andropause.
- Kruk/tongkat/walker 15 15
- Berpegangan pada benda benda 30 30
disekitar (kursi,lemari,meja )
[46]
6 Status normal 0 0
- Lansia menyadari kondisi dirinya
Total Nilai 70
Keterangan :
Nilai 0 – 24 : Tidak berisiko jatuh
25 – 50 : Risiko Rendah
>51 : Resiko Tinggi Untuk Jatuh
[47]
Apakah tempat duduk terlalu tinggi bagi lansia
Hasil : 5
Skore lebih dari 5 : berisiko jatuh
[48]
ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
1 Ds : Gangguan aliran darah di Mobilitas Fisik
- Klien mengatakan kedua otak
kursi roda
- Aktivitas klie dibantu oleh Kelemahan otot
orang lain
- Kekuatan otot 4 4 Mobilitas Klien
3 3 fisik bedrest
teganggu
-
[49]
2. Ds : Gangguan aliran darah di Defisit
- Klien mengatakan merasa otak perawatan Diri
lemas dan kedua kakinya
sulit untuk digerakan Penurunan fungsi
neuromotorik
Do :
- Klien tampak kotor
dan kotor
- Aktivitas klien terbatas dan Immobilisasi
dibantu oleh orang lain
- Mulut dan gigi klien kotor Defisit perawatan diri
- Data barthel indeks klien (personal hygiene)
termasuk kategori
ketergantungan total
3 Ds : Gangguan aliran darah di Resiko tinggi
- Klien mengatakan kedua otak injury
kakinya sulit untuk digerakan
dan kaku Kerusakan neuromotorik
Do :
- Aktivitas klien terbatas Transmisi impuls dari UMN
- Klien lebih banyak duduk di ke LMN terganggu
kursi roda
- Aktivitas klie dibantu oleh Kelemahan otot
orang lain
- Kekuatan otot 4 4 Mobilitas Klien
3 3 fisik bedrest
teganggu
- Interpretasi hasil pengkajian
[50]
keseimbangan klien adalah Resiko jatuh
resiko tinggi jatuh
-
[51]
2 Setelah dilakukan 1. kaji kemamapuan klien 1. membantu dalam mengantisifasi
tindakan keperawatan dan tingkat kekurangan merencanakan pemenuhan
Dalam waktu 3 x 24 dalam melakukan aktifitas kebuthan secara individual
jam kebutuhan sehari – hari
perawatan diri klien
terpenuhi Dengan 2. Beri motivasi pada klien 2. Meningkatkan harga dan
kriteria: untuk tetap melakukan semangat untuk berusaha terus
- Mulut bersih aktivitas dan beri bantuan menerus
- Gigi bersih
- Kuku bersih 3. Bantu personal hygiene 3. Memenuhi kebutuhan personal
- Kulit kepala klien klien: hygiene klien
bersih - Gunting kuku
- Klien mampu - Membersihkan mulut
melakukan - Menyisir rambut
aktifitasnya secara
mandiri dalam 4.libatkan pengasuh panti 4. Meningkatkan kemandirian
batasan kelandirian dalam pemenuhan dalam pemenuhakn kebutuhan
pasein kebutuhan sehari – hari pasien
klien
[52]
petugas panti mengenai
dampak dari resiko jatuh
bagi kesehatan klien
3.4 Implementasi
333 333
[53]
klien:
Gunting kuku
Hasil: tindakan personal hygine
dilakukan dan kuku bersih dan pendek.
11.30 2
Melibatkan pengasuh panti dalam
pemenuhan kebutuhan sehari – hari klien
Hasil : instruksi diberikan dan pengasuh
panti membantu memenuhi kebutuhan
klien
11.45 3
Memposisikan pasien dalam aligmen
yang sesuai
Hasil : posisi yang aman diberikan dan
3 klien duduk di kursi roda
12.00
Menerapkan tindakan kewaspadaan oleh
petugas kesehatan atau penjaga panti
12.15 3 hasil : tindakan kewaspadaan dilakukan
Mendekatkan alat-alat atau benda-benda
yang dibutuhkan oleh klien
Hasil : piring makan dan air minum
didekatkan pada klien agar lebih mudah
saat klien beraktivitas
12.30 3 Menganjurkan pengasuh panti untuk
tetap mendampingi/ mengawasi klien
Hasil : Instruksi diberikan dan pengasuh
panti akan mengikuti instruksi yang
diberikan
Mengannjurkan pengasuh panti selalu
12.40 3
mengunci kursi roda klien ketika dalam
keadaan tidak bergerak
Hasil : Instruksi diberikan dan pengasuh
panti akan mengikuti instruksi yang
diberikan
Memberi penjelasan kepada petugas
[54]
12.50 3 panti mengenai dampak dari resiko jatuh
bagi kesehatan klien
Hasil : informasi diberikan dan petugas
panti koperatif dalam mendengarkan
[55]
Tanggal Jam DP Tindakan Tanda Tangan
333 333
[56]
klien
Hasil : instruksi diberikan dan pengasuh
panti membantu memenuhi kebutuhan
klien seperti menyiapakan makanan
3
09.45 Memposisikan pasien dalam aligmen
yang sesuai
Hasil : posisi yang aman diberikan dan
klien duduk di kursi roda
3
10.00 Menerapkan tindakan kewaspadaan oleh
petugas kesehatan atau penjaga panti
hasil : tindakan kewaspadaan dilakukan
3 Mendekatkan alat-alat atau benda-benda
12.15 yang dibutuhkan oleh klien
Hasil : piring makan dan air minum
didekatkan pada klien agar klien bisa
3 mandiri dalam mengkonsumsi makanan
Menganjurkan pengasuh panti untuk
12.30 tetap mendampingi/ mengawasi klien
Hasil : Instruksi diberikan dan pengasuh
panti akan mengikuti instruksi yang
diberikan
3 Mengannjurkan pengasuh panti selalu
mengunci kursi roda klien ketika dalam
12.40 keadaan tidak bergerak
Hasil : Instruksi diberikan dan pengasuh
panti akan mengikuti instruksi yang
diberikan
Memberi penjelasan kepada petugas
3 panti mengenai dampak dari resiko jatuh
bagi kesehatan klien
12.50 Hasil : informasi diberikan dan petugas
panti koperatif dalam mendengarkan
[57]
Evaluasi Formatif 1 S : - Klien mengatakan mampu mengerakan kakinya perlahan
demi perlahan
O : - klien tampak menggerakan tangan dan kakinya perlahan
demi perlahan gerak pasif dan aktif.
- Kekuatan otot klien 4 4
3 3
- Aktivitas klien masih terbatas dan kebutuhan klien
seperti makan dan minum masih dibantu oleh penjaga
panti
A : - Masalah teratasi sebagian
P : - Lanjutkan Intervensi
[58]
kemampuan yang bisa dilakukan oleh
klien adalah makan dan minum sendiri,
aktivitas yang lainnya dibantu oleh
orang lain.
4 4
[59]
11.45 3 Memposisikan pasien dalam aligmen
yang sesuai
Hasil : posisi yang aman diberikan dan
klien duduk di kursi roda
[60]
Evaluasi Formatif 1 S : - Klien mengatakan mampu mengerakan kakinya perlahan
demi perlahan
O : - klien tampak menggerakan tangan dan kakinya perlahan
demi perlahan gerak pasif dan aktif.
- Klien tampak bangun/berdiri dari kursi roda selama + 3
menit
- Kekuatan otot klien 4 4
4 4
A : - Masalah teratasi sebagian
P : - Lanjutkan Intervensi
S:-
O : - kulit rambut kulit klien tampak bersih
A : - Masalah teratasi
[61]
1 Melatih klien rentang gerak ROM aktif
dan pasif pada semua ekstremitas
Hasil : Klien mampu menggerakan
08.10
tangan dan kakinya secara perlahan
gerak pasif dan aktif
[62]
3 Hasil : informasi diberikan dan petugas
panti koperatif dalam mendengarkan
12.15
[63]
10.10 1 Melatih klien rentang gerak ROM aktif
dan pasif pada semua ekstremitas
Hasil : Klien mampu menggerakan
tangan dan kakinya secara perlahan gerak
pasif dan aktif
4 4
[64]
3 panti koperatif dalam mendengarkan
4. Catatan Perkembangan
[65]
kursi roda selama 3 putaran keliling lapangan
- Kekuatan otot klien 5 5
4 4
A : - Masalah teratasi
2 S : - Klien mengatakan kukunya sudah pendek serta
kumisnya telah dicukur rapih
O : - Kuku klien tampak pendek
- Kumis klien telah dicukur rapih
- Kulit kepala klien tampak bersih
A : - Masalah teratasi
3 S : - pengasuh panti mengatakan akan mengikuti
instruksi yang diberikan
O : - Klien berada dalam posisi dan lingkungan yang
aman
- Kursi roda klien tampak slalu di kunci ketika
dalam posisi tidak bergerak
- Pengasuh panti tampak mengawasi dan
mendampingi klien
A : - Masalah teratasi
[66]
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
- Personal higiene atau kesehatan pribadi adalah upaya individu dalam
memelihara kebersihan diri yang meliputi kerbersihan rambut, teliga, gigi
dan mulut, kuku, dan kebersihan dalam berpakaian dalam meningkatkn
kesehatan yang optimal. (Wahit Iqbal Mubarak, Buku Ajar Ilmu
Keperawatan Dasar , 2015 , Hal. 145 )
- Pengkajian yang dilakukan pemeriksaan fisik pada kuku tangan dan kaki
didapati kuku tanagn dan kaki pasien kotor dan panjang.
- Setelah dilakukan aanalisa data pada pasien dengan data fokus yang dibagi
menjadi data objektif dan data subjektif ditemukan masalah dari etiologi
yang di dapat adalah :
1. Pola nafas tidak efektif
2. Defisit perawatan diri
4.2 Saran
Makalah ini membahas tentang mempertahankan kemampuan ADL pada
lansia yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari,di harapkan setelah
membaca makalah ini untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar
dapat meningkatkan derajat kesehatan,memelihara kebersihan,mencegah
penyakit serta meningkatkan rasa percaya diri degan berdasarkan prinsip
personal hygiene.
[67]
DAFTAR PUSTAKA
Dharmady, Agus. 2009. Stroke dan Depresi Pasca Stroke Majalah Kedokteran
Damianus Vol.8 No.1. Jakarta : FK Unika Atma Jaya
Hidayat, A. Aziz Alimul & Uliyah, Musrifatul. 2004. Buku Saku Praktikum
Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2013. Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction Publishing.
Potter, P.A. & A.G.Perry. 2010. Fundamental of Nursing, 7th Ed. Jakarta: Salemba
Medika.
Wong, Dona L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta: EGC
[68]