Anda di halaman 1dari 17

Bukti Penilaian Kinerja UPT Puskesmas Banten Girang Tahun 2017

BUKTI PENILAIAN KINERJA

TAHUN 2017

UPT PUSKESMAS BANTEN GIRANG


KOTA SERANG

Jalan Raya Pandeglang Km. 04 Tembong Cipocok Jaya Serang 42126

Telp. (0254) 217024 E-Mail : pkmbantengirang@gmail.com


Bukti Penilaian Kinerja UPT Puskesmas Banten Girang Tahun 2017

LEMBAR PENGESAHAN

NOMOR : / /KAK/PKMBTGRG/XI/I/2018
TANGGAL TERBIT : 03 Januari 2018

PJ Ruang Pemeriksaan Umum Penanggung Jawab


Ruang Tindakan

Dr Ingrid Irawati
NIP. 19800128 200902 2 004 Dr Ingrid Irawati
NIP. 19800128 200902 2 004

Mengetahui,
Kepala UPT Puskesmas Banten Girang

Hj. Yuheni, S.ST, M.Kes


NIP. 19670928 198902 2 003
Bukti Penilaian Kinerja UPT Puskesmas Banten Girang Tahun 2017

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayahNya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan
“Kerangka Acuan Kerja Asuhan Keperawatan” yang dapat dipakai sebagai acuan
dalam melaksanakan standar praktik asuhan keperawatan yang sesuai dengan acuan
dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

Saya menyadari bahwa “Kerangka Acuan Kerja Asuhan Keperawatan” ini,


masih banyak kekurangan, untuk itu berbagai kritik dan saran untuk perbaikan dan
evaluasi sangat kami harapkan. Mudah-mudahan buku ini dapat menjadi acuan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan yang professional.
Bukti Penilaian Kinerja UPT Puskesmas Banten Girang Tahun 2017

PEDOMAN TRIASE

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Triase berasal dari bahasa Perancis yaituu trier dan bahasaa Inggris yaitu
triage ditirukan dalam basaha Indonesia yaitu traise yang berarti sortir. Kini
istilah tersebut lazim digunakan untuk menggambarkan suatu konsep pengkajian
yang cepat dan berfokus dengan suatu cara yang memungkinkan pemmanfaatan,
sumber daya manusiia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien terhadap rang
yang memerlukan perawatan di UGD.
Triase adalah suatu sistem seleksi penderita sesuai dengan kegawat
daruratannya sehingga menjamin penderita untuk mendapatkan prioritas
pelayanan gawat darurat secara cepat dan akurat. Penderita yang masuk dalam
sistem triase, segera diserahkan keruang periksa sesuai dengan sifat kegawat
penyakit dan jenis pertolongan yang dibutuhkan. Dokter dan perawat mempunyai
batasan waktu (respon time) untuk mengkaji keadaan dan memberikan intervensi
secepatnya yaitu dalam waktu 10 menit.

B. Tujuan
Tujuan dari triase adalah untuk memastikan bahwa tingkat dan kualitas
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat adalah sesuai dengan kriteria
klinis, bukan didasarkan pada kebutuhan organisasi atau administrasi. Standar
sistem triase bertujuan untuk mengoptimalkan keselamatan dan efisiensi
pelayanan darurat berbasis puskesmmas dan untuk menjamin kemudahan akse
terhadap pelayanan kesehatan di seluruh lapisan masyarakat.

C. Sasaran Pedoman
Sasaran dari pedoman ini adalah semua tenaga kesehatan di UPT Puskesmas Banten
Girang baik dokter, perawat, ataupun bidan.

D. Ruang Lingkup Pedoman


Ruang lingkup Triase di Puskesmas dibagii menjadi 2 (dua) yaitu :
1. Triase sehari – hari
Semua pasien yang datang akan dilakukan Triase oleh dokter, UGD, atau
perawat yang kompeten untuk menapatkan prioritas pelayanan yang sesuai
dengan kegawatdaruratannya.
Bukti Penilaian Kinerja UPT Puskesmas Banten Girang Tahun 2017

2. Dalam keadaan bencana


Pasien yang datang dapat dari keadaan bencana baik dari dalam maupun dari
luar rumah sakit.

E. Landasan Hukum
1. Undang – undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Peraturan menteri Kesehatan No.75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat
Bukti Penilaian Kinerja UPT Puskesmas Banten Girang Tahun 2017

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Kualifikasi Sumber Daya Manusia
NO JABATAN KUALIFIKASI

1 Dokter S1 Kedokteran

2 Perawat DIII Keperawatan

3 Bidan DIII Kebidanan

4 RM DIII Rekam medis

5 AA SMK farmasi

B. Distribusi Ketenagaan
NO JABATAN Sumber Daya Manusia

1 Dokter Dr Ingrid Irawati

2 Perawat Sa'diah,AmKep

3 Bidan Kusumawati, Amd Keb

4 RM Siti Nuryani,Amd PK

5 AA Aas Aisyah

C. Jadwal Kegiatan
Pada jam kerja (7.30 – 14.15) distribusi ketenagaan di ruang UGD dan BPU
Jadwal Kegiatan
1. Pengaturan kegiatan upaya kesehatan dilakukan bersama oleh para
pemegang program dalam kegiatan lokakarya mini bulanan maupun tri
bulanan/lintas sektor, dengan persetujuan kepala puskesmas.
2. Jadwal kegiatan upaya kesehatan dibuat untuk jangka waktu satu tahun, dan
di break down dalam jadwal kegiatan bulanan dan dikoordinasikam setiap
pada awal bulan sebelum pelaksanaan jadwal.
3. Secara keseluruhan jadwal dan perencanaan kegiatan upaya kesehatan di
koordinasikan oleh Kepala Puskesmas Banten Girang.
Bukti Penilaian Kinerja UPT Puskesmas Banten Girang Tahun 2017

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
Ruangan Tindakan

B. Standar Fasilitas
1. Tempat ruangan ada di lantai bawah
2. Mudah di akses
3. Ventilasi cukup
4. Emergency kit
5. EKG
6. Minor set
7. Ambulance
8. Administrasi
- Inform consent
- Lembar RM
Bukti Penilaian Kinerja UPT Puskesmas Banten Girang Tahun 2017

BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

Proses dimulai ketika pasien masuk ke pintu IGD UPTD Puskesmas Karanganyar,
perawat harus mulai memperkenalkan diri, kemudian menanyakan riwayat singkat dan
melakukan pengkajian serta pemeriksaan tanda-tanda vital, misalnya melihat sekilas
kearah pasien yang berada di brankar sebelum mengarahkan ke ruang perawatan yang
tepat.

Pengumpulan data subyektif harus dilakukan dengan cepat, tidak lebih dari 5 menit
karena pengkajian ini tidak termasuk pengkajian perawat penanggung jawab pasien.
Perawat dan dokter bertanggung jawab untuk menempatkan pasien di area pengobatan
yang tepat. Tanpa memikirkan dimana pasien pertama kali ditempatkan setelah triase,
setiap pasien tersebut harus dikaji ulang oleh perawat sedikitnya setiap 30 menit.

Untuk pasien yang dikategorikan sebagai pasien yang mendesak atau gawat darurat,
pengkajian dilakukan setiap 1 menit. Setiap pengkajian ulang harus didokumentasikan
dalam rekam medis. Informasi baru akan mengubah kategorisasi keakutan dan lokasi
pasien di area pengobatan.

Bila kondisi pasien ketika datang sudah tampak tanda-tanda obyektif bahwa pasien
mengalami gangguan pada airway, breathing dan circulation, maka pasien ditangani
dahulu. Pengkajian awal hanya didasarkan atas data obyektif dan data subyektif sekunder
dari pihak keluarga. Setelah keadaan pasien membaik, data pengkajian kemudian
dilengkapi dengan data subyektif yang berasal langsung dari pasien.

A. Lingkup Kegiatan
1. Proses triase dimulai ketika pasien masuk pintu UGD, memulai
menganamnesa dengan cepat riwayat penyakit dan melakukan pengkajian
singkat. Untuk menentukan sifat kegawatan penyakit dan jenis pertolongan
yang diberikan.
2. Pasien ditempatkan sesuai dengan label
a. Label Merah :
1) Dokter dan perawat melakukan resusitasi dengan keadaan pasien
2) Monitor tanda-tanda vital (tensi, suhu, nadi, pernafasan)
3) Cyto pemeriksaan laboratorium dan radiologi (bila dibutuhkan)
4) Permintaan darah ke PMI (bila dibutuhkan)
5) Setelah dilakukan pertolongan darurat dan kondisi pasien
memungkinkan untuk ditransfer pada pasien dapat dipindahkan.
Bukti Penilaian Kinerja UPT Puskesmas Banten Girang Tahun 2017

b. Label Kuning :
1) Dokter dan perawat melakukan pertolongan medis sementara sesuai
dengan kondisi pasien.
2) Setelah pertolongan pertama dilakukan dokter melakukan
pemeriksaan fisik dan perawat melakukan tindakan keperawatan.
3) Setelah diberikan pertolongan darurat dan kondisi pasien
memungkinkan di transfer maka pasien dapat di pindahkan
c. Label Hijau :
1) Dokter melakukan pemeriksaan fisik dan perawat melakukan tindakan
keperawatan sesuai dengan keadaan pasien.
2) Pasien diberikan penjelasan mengenai keadaan penyakitnya.
3) Pasien diberikan resep obat dan penjelasan mengenai rawat jalan.
4) Apabila diperlukan dokter dapat mengadakan pemeriksaan lanjutan.
d. Label Hitam :
Pasien yang meninggal di UGD selanjutnya dilakukan visum et repertum.
3. Apabila pasien perlu dirujuk ke Rumah Sakit dilakukan sesuai dengan
prosedur rujukan.

B. Metode
Kegawatan pasien berdasarkan skala triase :
a. Segera - Immediate (Warna Merah)
b. Tunda - Delayed (Warna Kuning)
c. Minimal (Warna Hijau)
d. Expectant (Warna Hitam)

Segera - Immediate
Pasien mengalami cedera mengancam kiwa yang kemungkinan
besar dapat hidup bila ditolong segera.

Tunda - Delayed
Pasien memerlukan tindakan definitive tetapi tidak ada ancaman
jiwa segera.
Minimal

Pasien mendapat edera minimal, dapat berjalan dan menolong diri


sendiri atau mencari pertolongan.

Expectant
Pasien mengalami cedera mematikan dan akan meninggal meskipun
Bukti Penilaian Kinerja UPT Puskesmas Banten Girang Tahun 2017

mendapat pertolongan.

Berdasarkan tingkat prioritas ( Labelling ), maka dapat dibagi menjadi 4 klasifikasi :


Klasifikasi Keterangan
Prioritas I (Merah) Mengancam nyawa atau fungsi vital, perlu resusitasi dan
tindakan bedah segera, mempunyai kesempatan hidup yang
besar. Penanganan dan pemindahan bersifat segera yaitu
gangguan pada jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi.
Contohnya sumbatan jalan nafas, tension pneumothorak,
syok temoragik, luka terpotong pada tangan dan kaki,
combutio (luka bakar) tingkat II & III > 25%.
Prioritas II (Kuning) Potensial mengancam nyawa atau fungsi vital bila tidak
segera ditangani dalam jangka waktu singkat. Penanganan
dan pemiindahan bersifat jangan terlambat. Contohnya
patah tulang besar, combutio (luka bakar) tingkat II & III <
25%, trauma thorak / abdomen, trauma bola mata.
Prioritas III (Hijau) Perlu penanganan seperti pelayanan biasa, tidak perlu
segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir.
Contohnya luka superficial, luka-luka ringan.
Prioritas 0 (Hitam) Kemungkinan hidup sangat kecil, luka sangat parah. Hanya
perlu terapi suportif. Contohnya jantung henti kritis, trauma
kepaala kritis.

C. Langkah Kegiatan
Alur proses triase :
a. Pasien datang diterima petugas IGD
b. Di ruang triase dilakukan anamneses dan pemeriksaan singkat dan cepat
(selintas) untuk menentukan derajat kegawatannya oleh perawat dan
mencatat waktu datang pasien.
c. Bila jumlah penderita/ korban melebihi kapasitas ruangan IGD, maka triase
dapat dilakukan di luar ruang triase (di depan IGD)
d. Penderita dibedakan menurut kegawatannya dan mendapatkan prioritas
pelayanan dengan urutan warna merah, kuning, hijau, hitam:
e. Pasien kategori triage merah dapat langsung diberikan pengobatan di ruang
tindakan UGD. Tetapi bila memerlukan tindakan medis lebih lanjut pasien
dapat dirujuk ke rumah sakit setelah dilakukan stabilisasi.
Bukti Penilaian Kinerja UPT Puskesmas Banten Girang Tahun 2017

f. Pasien kategori triage kuning yang memerlukan tindakan medis lebih lanjut
dapat dipindahkan ke ruang observasi dan menunggu giliran setelah pasien
kategori triage merah selesai ditangani.
g. Pasien kategori triage hijau dapat dipindahkan ke rawat jalan atau bila
memungkinkan dapat dipulangkan.
h. Pasien kategori triage hitam jika sudah dinyatakan meninggal dikembalikan
keluarga.
Bukti Penilaian Kinerja UPT Puskesmas Banten Girang Tahun 2017

BAB V
LOGISTIK
Logistk yang harus tersedia
a. Bahan habis pake
b. Material resusitasi
c. Lembar administrasi
Bukti Penilaian Kinerja UPT Puskesmas Banten Girang Tahun 2017

BAB VI
KESELAMATAN SASARAN/KEGIATAN PROGRAM

A. Definisi Keselamatan Pasien


Keselamatan pasien (patient safety) secara sederhana didefinisikan sebgai suatu
upaya untuk mencegah bahaya yang terjadi pada pasien . walupun mempunyai
definisi yang sangat sederhana, tetapi upaya untuk menjamin keselamatan pasien
di fasilitas kesehatan sangatlah komplek dan banyak hambatan. Konsep
keselamatan pasien harus dijalankan secara menyeluruh dan terpadu. Menurut
The American Hospital Asosiation (AHA) 1999 keselamatan dan keamanan
pasien ( patient safety) merupakan sebuah prioritas strategik. Patient safety
adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien dirumah sakit menjadi lebih
aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.
B. Upaya untuk keselamatan pasien
1. Menggunakan obat dan peralatan yang aman
2. Melakukan praktek klinik yang ama Dampak hukum jika terjadi medical eror
atu Adverse Event (Kejadian yang tidak diharapkan) da n dan dalam
lingkungan yang aman
3. Melaksanakan manajemen risiko, contoh pengendalian infeksi
4. Membuat dan meningkatakan sistem yang dapat menurunkan risiko yang
berorientasi kepada pasien
5. Meningkatkan keselamatan pasien dengan:
a. Mencegah terjadinya kejadian tidak diharapkan (adverse event)
b. Membuat sistem identifikasi dan pelaporan adverse event
c. Mengurangi efek akibat adverse event

C. Tujuan untuk menjaga keselamatan pasien


1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit
2. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya KTD ( Kejadian Tidak Diharapkan ) di Rumah Sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan KTD ( Kejadian Tidak Diharapkan )
Bukti Penilaian Kinerja UPT Puskesmas Banten Girang Tahun 2017

BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Definisi Keselamatan kerja
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun
kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses
produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan
berdampak pada masyarakat luas.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah
mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya
kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga,
masyarakat dan lingkungan disekitarnya. Tenaga kesehatan yang perlu kita
perhatikan yaitu semua tenaga kesehatan yang merupakan suatu institusi dengan
jumlah petugas kesehatan dan non kesehatan yang cukup besar. Kegiatan tenaga
atau petugas kesehatan mempunyai risiko berasal dari faktor fisik, kimia,
ergonomi dan psikososial. Variasi, ukuran, tipe dan kelengkapan sarana dan
prasarana menentukan kesehatan dan keselamatan kerja. Seiring dengan kemajuan
IPTEK, khususnya kemajuan teknologi sarana dan prasarana, maka risiko yang
dihadapi petugas tenaga kesehatan semakin meningkat.
Setiap unit harus mampu mengidentifikasi masalah kesehatan dan keselamatan
kerja, termasuk unit dipelayanan. Karena sebagian besar unit pelayanan ada
hubunngan keterkaitan dengan tenaga keperawatan, maka peawat di RS AN-NISA
harus mampu mengidentifikasi kesehatan dan keselamatan kerja.

B. Tujuan menjaga keselamatan pegawai puskesmas


Menurut Mangkunegara (2002, p.165) bahwa tujuan dari keselamatan kerja adalah
sebagai berikut :
1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan kerja baik secara fisik,
sosial, dan psikologis.
2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif
mungkin.
3. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja.
4. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja
Bukti Penilaian Kinerja UPT Puskesmas Banten Girang Tahun 2017

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Upaya Peningkatan Mutu Keperawatan


Upaya untuk menjamin mutu pelayanan asuhan keperawatan dan kebidanan
di Puseksmas Banten Girang bidang keperawatan membuat Program
Pengendalian dan Peningkatan Mutu sebagai pedoman dalam melaksanakan
kegiatan pengendalian dan peningkatan mutu tersebut.

Perumusan dan penyusunan kebijakan pengendalian dan peningkatan mutu


pelayanan keperawatan dilakukan berdasarkan hasil evaluasi melalui masukan
dari seluruh jajaran dan staf keperawatan yang terlibat dan berdasarkan
hasil evaluasi kinerja bidang keperawatan secara periodik yang kemudian
ditindaklanjuti untuk dilaporkan kepada Kepala Puskesmas Banten Girang.

Kegiatan dalam upaya pengendalian dan peningkatan mutu pelayanan


keperawatan, dapat dilakukan melaui :

1. Audit Keperawatan
Audit Keperawatan adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu
pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Hal ini cukup penting
karena kekurangan dalam pelayanan keperawatan dapat mengancam jiwa dan
kehilangan nyawa pasien.
Langkah-langkah dalam melaksanakan audit keperawatan
a. Menentukan masalah tertentu untuk dipelajari dan diulas.
b. Menentukan kriteria atau standar profesi yang jelas, obyektif dan rinci
c. Mempelajari catatan keperawatan dan catatan medic
d. Para perawat mempelajari kasus yang tidak memenuhi kriteria, dianalisis,
didiskusikan kemungkinan penyebabnya.
e. Membuat rekomendasi penanganan kasus yang tidak memenuhi kriteria.
f. Membuka lagi topik yang sama di lain waktu, misalnya setelah 6 bulan
kemudian, untuk menilai dan meyakinkan bahwa kelemahan/ kekurangan
yang diidentifikasi telah diperbaiki dan tidak diulang kembali.
g. Perlu dipastikan bahwa audit keperawatan ini bukan acara pengadilan
dari kekurangan pelayanan yang ada tetapi bertujuan untuk memperbaiki
dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
h. Audit keperawatan paling tidak dilakukan sebulan sekali membahas
tentang pelaksanaan asuhan keperawatan/kebidanan di Puskesmas Banten
Girang
Bukti Penilaian Kinerja UPT Puskesmas Banten Girang Tahun 2017

2. Ronde Keperawatan
Merupakan salah satu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan pasien yang dilakkan oleh perawat dengan melibatkan pasien,
perawat, kepala perawat dan seluruh anggota tim.

Ronde Keperawatan minimal dilakukan 2x setahun di ruang perawatan rawat


inap/rawat jalan.

3. Survey Kepuasan Pasien.


Suatu kegiatan untuk mendapatkan masukan dari pasien atau keluarga
mengenai kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan asuhan keperawatan dan
kebidanan melalui pengisian angket oleh pasien atau keluarga pasien.
Bukti Penilaian Kinerja UPT Puskesmas Banten Girang Tahun 2017

BAB IX
PENUTUP

Pelayanan keperawatan merupakan salah satu pelayanan yang dapat


memberikan kontribusi terhadap upaya mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan masyarakat.Upaya tersebut dilaksanakan dengan fungsi perawat secara
mandiri maupun kolaborasi, untuk mencapai tujuan bersama yaitu pencegahan
penyakit dan kecacatan, perawatan pada gangguan kesehatan, peningkatan ke arah
kondisi kesehatan yang optimal bagi individu, kelompok dan masyarakat.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntunan
dan harapan masyarakat yang semakin tinggi terhadap kualitas pelayanan, maka
pelayanan keperawatan harus senantiasa dinamis dan selalu memperbaiki diri dari
waktu ke waktu, untuk memberikan kualitas pelayanan bagi masyarakat pengguna
jasa.
Untuk mendapatkan pelayanan keperawatan yang berkualitas diperlukan
perbaikan secara terus menerus di area pelayanan keperawatan. Dengan adanya
pedoman pelayanan akan membantu perawat/bidan di Puskesmas Banten Girang
dalam melakukan asuhan keperawatan menjadi lebih baik.
Masukan dan saran dari semua pihak sangat dibutuhkan untuk peningkatan
kualitas yang lebih baik. Karena dengan masukan maka tim keperawatan akan
melakukan perbaikan dalam membaerikan pelayanan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai