Anda di halaman 1dari 24

BAB I

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. A
Umur : 48 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan Terakhir : SD
Alamat : Ciledug kulon
No CM : 18873049

Nama Suami : Tn. B


Umur : 55 tahun
Agama : Islam
Alamat : Ciledug kulon
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan Terakhir : SMP

II. ANAMNESIS
 Keluhan utama : Keluar darah berlebihan saat haid
 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poli RSUD Waled dengan keluhan keluar darah
berlebihan saat haid sejak 2 tahun yang lalu. Dalam sebulan haid sebanyak 1
kali. Setiap haid lamanya 7-15 hari. Setiap hari ganti pembalut + 4 sampai 5
kali. Darah haid berwarna merah kehitaman. Sakit perut saat haid disangkal.
Riwayat keputihan tidak ada.
Pasien juga mengeluh rasa penuh dan berat sejak 1 tahun yang lalu pada
perut bagian bawah. Nyeri dan rasa kemeng di daerah perut bagian bawah.
Gangguan BAK berupa BAK sering, sedikit-sedikit, nyeri saat/sebelum/sesudah

1
BAK tidak ada. Sulit buang air besar dan nyeri saat BAB tidak ada. Teraba
benjolan di perut dirasakan pasien.
Sebelum MRS pasien pernah memeriksakan kesehatannya di dokter
Sp.OG karena keluar darah berlebihan saat haid. Dari hasil pemeriksaan USG
di dokter Sp.OG tersebut didapatkan uterus membesar dengan ukuran 9 cm x
10 cm dan didiagnosis mioma uteri.

 Riwayat Haid :
Menarche : 15 tahun
Haid : Teratur
Siklus : 28 hari
Banyaknya : normal (2-3 pembalut/ hari)
Lama Haid : ± 7 hari
 Riwayat penggunaan KB (-), pasien tidak pernah menggunakan KB setelah
hamil anak kedua.
 Riwayat pernikahan : suami ke I, menikah 1x selama 20 tahun.
 Riwayat persalinan
o Perempuan, 17 tahun, lahir pervaginam dibidan, BBL: 2700 gram
o Perempuan, 12 tahun, lahir pervaginam dibidan, BBL: 3000 gram
 Riwayat abortus : tidak pernah mengalami keguguran.
 Riwayat KB :
Pasien tidak menggunakan alat kontrasepsi
 Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat keluhan sebelumnya : Disangkal
- Riwayat DM : Disangkal
- Riwayat HT : Disangkal
- Riwayat alergi obat/makanan : Disangkal
- Riwayat Trauma : Disangkal
 Riwayat Penyakit Keluarga :
- Riwayat DM : Disangkal
- Riwayat HT : Disangkal
- Riwayat Alergi : Disangkal
 Riwayat Pengobatan :

2
Pasien tidak meminum obat apapun sebelumnya. Pasien juga tidak
mengkonsumsi jamu.
 Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien seorang ibu rumah tangga, dan suami bekerja sebagai
wiraswasta. Pasien tinggal bersama suaminya.
 Riwayat Pribadi :
- Merokok (-)
- Konsumsi alkohol (-)

III. PEMERIKSAAN FISIK


 Keadaan umum : Baik
 Kesadaran : composmentis
 Vital sign :
- TD : 110/80 mmHg
- Nadi : 78 x/ menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup
- RR : 21 x/ menit
- Suhu : 36,7oC
 Status gizi :
- BB : 58 kg
- TB : 158 cm
 Status internus :
- Mata : Konjunctiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-).
- Telinga : Normotia, dalam batas normal
- Hidung : Simetris, Discharge (-), epitaksis (-) dalam batas
normal.
- Mulut : dalam batas normal.
- Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-).
- Thoraks :
- Inspeksi: dinding dada simetris (+),ictus cordis tak terlihat
- Palpasi: ictus cordis teraba di ICS IV2cm medial LMCS, kuat
angkat (+), fremitus taktil simetris, nyeri tekan (-)
- Perkusi: sonor seluruh lapang paru,

3
batas kiri jantung : ICS IV2cm medial LMCS.
batas kanan atas : ICS II linea parasternalis dekstra.
Batas kanan bawah : ICS IV line parasternalis dextra
batas kiri atas : ICS II linea parasternalis sinistra
- Auskultasi:
Pulmo : vbs +/+, Rh -/-, wh -/-
Cor : BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop
(-)

- Abdomen : BU (+) nyeri tekan (+) perut bagian bawah


- Ekstremitas
Superior Inferior
Edema -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
 Status Obstetrikus
Abdomen
 Inspeksi : Terlihat benjolan pada perut bagian bawah, tidak ada tanda-tanda
peradangan, bekas operasi (-).
 Palpasi : Teraba massa padat, kenyal, permukaan licin, mobile ukuran 10 x

8 pada perut bagian bawah, nyeri tekan (+)

Pemeriksaan Inspekulo :
Porsio ukuran normal, tampak licin, erosi (-), fluksus (-), livide (-), Ø OUE (-),
fluor albus (-), perdarahan aktif (-), massa (-), peradangan (-).

Pemeriksaan Dalam (VT) :


 Dinding vagina normal, massa (-)
 Porsio licin, Ø (-), nyeri goyang porsio (-)
 Corpus uteri antefleksi ukuran lebih besar dari normal 12 minggu
 Adneksa Parametrium dan Cavum Douglass dextra et sinistra dbn

IV. DIAGNOSA BANDING


 Mioma uteri + Anemia berat

4
 Neoplasma Ovarium

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Darah rutin
Darah Rutin (WB EDTA) Nilai Nilai normal
Hemoglobin 3,0 g/dL 12.5-15.5g/dL
Hematokrit 13 36-48
Leukosit 5400 4.000-10.000
Trombosit 323.000 150.000-400.000
Eritrosit 2.37 3,8-5,4
Basofil 0 0-1
Eosinofil 5 2-6
Neutrofil batang 0 3-5
Neutrofil segmen 50 50-80
Limfosit % 28 25-40
Monosit % 6 2-8
Golongan darah B

- USG
o Tampak massa homogen, ukuran 9,6 cm x 10,4 cm
o Kesan : mioma uteri
VI. RESUME
Seorang perempuan P2A0 usia 48 tahun datang ke poli RSUD Waled
dengan keluhan keluar darah berlebihan saat haid sejak 2 tahun yang lalu.
Dalam sebulan haid sebanyak 1 kali. Setiap haid lamanya 7-15 hari. Setiap
hari ganti pembalut + 4 sampai 5 kali. Darah haid berwarna merah kehitaman.
Sakit perut saat haid disangkal. Riwayat keputihan tidak ada. Pasien juga
mengeluh rasa penuh dan berat sejak 1 tahun yang lalu pada perut bagian
bawah. Nyeri dan rasa kemeng di daerah perut bagian bawah. Gangguan BAK
berupa BAK sering, sedikit-sedikit, nyeri saat/sebelum/sesudah BAK tidak
ada. Sulit buang air besar dan nyeri saat BAB tidak ada. Teraba benjolan di
perut dirasakan pasien. Sebelum MRS pasien pernah memeriksakan
kesehatannya di dokter Sp.OG karena keluar darah berlebihan saat haid. Dari
hasil pemeriksaan USG di dokter Sp.OG tersebut didapatkan uterus membesar
dengan ukuran 9 cm x 10 cm dan didiagnosis mioma uteri. Riwayat Haid :
Menarche 15 tahun, haid teratur, siklus 28 hari, banyaknya normal (2-3

5
pembalut/ hari), lama haid : ± 7 hari, riwayat penggunaan KB (-), pasien tidak
pernah menggunakan KB setelah hamil anak kedua. riwayat pernikahan :
suami ke I, menikah 1x selama 20 tahun. Riwayat persalinan: anak pertama
perempuan, 17 tahun, lahir pervaginam dibidan, BBL: 2700 gram, anak kedua
perempuan, 12 tahun, lahir pervaginam dibidan, BBL: 3000, riwayat abortus :
tidak pernah mengalami keguguran. Riwayat penyakit dahulu dan riwayat
penyakit keluarga disangkal
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit
sedang, kesadaran komposmentis, TTV dalam batas normal, pemeriksaan
status generalis dalam batas normal, status obstetri didapatkan Inspeksi :
Terlihat benjolan pada perut bagian bawah, Palpasi : Teraba massa padat,
kenyal, permukaan licin, mobile ukuran 10 x 8 pada perut bagian bawah,
nyeri tekan (+), Pemeriksaan Inspekulo : Porsio ukuran normal, tampak licin,
erosi (-), fluksus (-), livide (-), Ø OUE (-), fluor albus (-), perdarahan aktif (-),
massa (-), peradangan (-). Pemeriksaan Dalam (VT) : Dinding vagina normal,
massa (-), Porsio licin, Ø (-), nyeri goyang porsio (-), Corpus uteri antefleksi
ukuran lebih besar dari normal 12 minggu, Adneksa Parametrium dan Cavum
Douglass dextra et sinistra dbn.
Pemeriksaan penunjang darah rutin Hb 3,0 gr/dL, pemeriksaan USG
Tampak massa homogen, ukuran 9,6 cm x 10,4 cm kesan : mioma uteri

DIAGNOSA KERJA
Mioma Uteri + Anemia

VII.PENATALAKSANAAN
 Transfusi PRC, Hb >10gr/dL
 Tranexamat acid 3 x 1 gr IV
 Ranitidine 2 x 1
 Mefenafat acid 3 x 1
 R/ Hysterectomy

VIII. PROGNOSIS

6
- Quo ad vitam : ad bonam
- Quo ad functionam : ad bonam
- Quo ad sanationam : ad bonam

7
BAB I

PENDAHULUAN

Mioma uteri adalah tumor jinak ginekologi yang paling sering dijumpai,

ditemukan satu dari empat wanita usia reproduksi aktif. Mioma uteri dikenal juga

dengan istilah leiomioma uteri, fibromioma uteri atau uterin fibroid, ditemukan

sekurang-kurangnya pada 20%-25% wanita di atas usia 30 tahun.

Berdasarkan otopsi Novak menemukan 27 % wanita berumur 25 tahun

mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak

lagi. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarki. Setelah

menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Di Indonesia mioma

uteri ditemukan 2,39-11,7 % dari semua penderita genekologi yang dirawat.

Kejadian mioma uteri lebih tinggi pada usia di atas 35 tahun, yaitu mendekati

angka 40 %. Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35-50 tahun, menunjukkan

adanya hubungan mioma uteri dengan estrogen. Mioma uteri dilaporkan belum

pernah terjadi sebelum menarke dan menopause.

Penelitian Ran Ok et-al di Pusan Saint Benedict Hospital Korea menemukan 17%

kasus mioma uteri dari 4784 kasus-kasus bedah ginekologi yang diteliti. Menurut

penelitian yang di lakukan Karel Tangkudung di Surabaya angka kejadian mioma

uteri adalah sebesar 10,30%, sebelumnya di Surabaya penelitian yang dilakukan oleh

Susilo Raharjo angka kejadian mioma uteri sebesar 11,87% dari semua penderita

ginekologi yang dirawat.

8
Sebagian besar kasus mioma uteri adalah tanpa gejala, sehingga kebanyakan

penderita tidak menyadari adanya kelainan pada uterusnya. Diperkirakan hanya 20%-

50% dari tumor ini yang menimbulkan gejala klinik, terutama perdarahan menstruasi

yang berlebihan, infertilitas, abortus berulang, dan nyeri akibat penekanan massa

tumor.

Menoragia yang disebabkan mioma uteri menimbulkan masalah medis dan sosial

pada wanita. Mioma uteri terdapat pada wanita di usia reproduktif, pengobatan yang

dapat dilakukan adalah histerektomi, dimana mioma uteri merupakan indikasi yang

paling sering untuk dilakukan histerektomi di USA (1/3 dari seluruh angka

histerektomi).

Berikut ini diajukan suatu kasus seorang wanita 55 tahun dengan diagnosa

mioma uteri dan anemia berat yang selanjutnya ditatalaksanai dengan laparotomi

histerektomi. Selanjutnya akan dibahas apakah diagnosa, tindakan, penatalaksaaan ini

sudah tepat dan sesuai dengan literatur.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi

Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari lapisan otot uterus dan

jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan juga dikenal istilah

fibromioma, leiomioma, ataupun fibroid.

II.2 Epidemiologi

Berdasarkan otopsi Novak menemukan 27 % wanita berumur 25 tahun

mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak

lagi. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarki. Setelah

menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Di Indonesia mioma

uteri ditemukan 2,39-11,7 % dari semua penderita genekologi yang dirawat.

II.3 Etiopatogenesis

Etiologi pasti belum diketahui, tetapi terdapat korelasi antara pertumbuhan

tumor dengan peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri,

serta adanya faktor predisposisi yang bersifat herediter. Pada ilmuwan telah

mengidentifikasi kromosom yang membawa 145 gen yang diperkirakan berpengaruh

pada pertumbuhan fibroid. Beberapa ahli mengatakan bahwa fibroid uteri diwariskan

dari gen sisi paternal. Mioma biasanya membesar pada saat kehamilan dan mengecil

setelah menopause, sehingga diperkirakan dipengaruhi juga oleh hormon-hormon

reproduksi seperti estrogen dan progesteron. Selain itu, sangat jarang ditemukan

10
sebelum menarke, dapat tumbuh dengan cepat selama kehamilan dan kadang

mengecil setelah menopause.

Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell nest atau teori genitoblast.

Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata

menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain

dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat

progesteron atau testosteron. Puukka dan kawan-kawan menyatakan bahwa reseptor

estrogen pada mioma lebih banyak didapati dari pada miometrium normal. Menurut

Meyer asal mioma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang matur.

II.4 Klasifikasi Mioma Uteri

Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri (1-3%) dan selebihnya

adalah dari korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan menurut arah

pertumbuhannya, maka mioma uteri dibagi 4 jenis antara lain:

1. Mioma submukosa

2. Mioma intramural

3. Mioma subserosa

4. Mioma intraligamenter

11
Gambar 1. Gambar Jenis-jenis mioma uterus

Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%), subserosa

(48%), submukosa (6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%).

1. Mioma submukosa

Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis ini

dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan keluhan

gangguan perdarahan. Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum

memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun kecil

sering memberikan keluhan gangguan perdarahan.

Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase, dengan

adanya benjolan waktu kuret, dikenal sebagai currete bump dan dengan

pemeriksaan histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor.

Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa

pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa

12
yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina,

dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang dilahirkan, yang mudah

mengalami infeksi, ulserasi dan infark. Pada beberapa kasus, penderita akan

mengalami anemia dan sepsis karena proses di atas.

2. Mioma intramural

Terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium. Karena pertumbuhan

tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk simpai yang

mengelilingi tumor. Bila di dalam dinding rahim dijumpai banyak mioma,

maka uterus akan mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol dengan konsistensi

yang padat. Mioma yang terletak pada dinding depan uterus, dalam

pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih ke atas,

sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.

3. Mioma subserosa

Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan

uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh di antara kedua

lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter.

4. Mioma intraligamenter

Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke

ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga

disebut wondering parasitis fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam

mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada servik dapat menonjol ke dalam

satu saluran servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit.

Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari bekas otot

polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorie like pattern)

13
dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak

karena pertumbuhan.

II.5 Perubahan Sekunder

a) Atrofi: sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi

kecil.

b) Degenerasi hialin: perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita

berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat

meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil daripadanya, seolah-olah

memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.

c) Degenerasi kistik: dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian

dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak

teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas

dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi

yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari kistoma ovarium atau suatu

kehamilan.

d) Degenerasi membatu (calcireous degeneration): terutama terjadi pada wanita

berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya

pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras

dan memberikan bayangan pada foto Rontgen.

e) Degenerasi merah (carneous degeneration): perubahan ini biasanya terjadi

pada kehamilan dan nifas. Patogenesis: diperkirakan karena suatu nekrosis

subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat

sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan oleh pigmen

14
hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi

pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor

pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti

pada putaran tangkai tumor ovarium atau mioma bertangkai.

f) Degenerasi lemak: jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.

II.6 Gejala Klinis

Gejala yang dikeluhkan sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini

berada (servik, intramural, submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan

komplikasi yang terjadi. Keluhan yang dirasakan penderita Mioma Uteri sebagai

keluhan utama pada umumnya adalah :

Perdarahan abnormal

Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoraghi

dan dapat juga terjadi metroragia . Hal ini sering menyebabkan penderita juga

mengalami anemia dari perdarahan yang terus-menerus.

Mekanisme terjadinya perdarahan abnormal ini sampai saat ini masih menjadi

perdebatan. Beberapa pendapat menjelaskan bahwa terjadinya perdarahan abnormal

ini disebabkan oleh abnormalitas dari endometrium. Tetapi saat ini pendapat yang

dianut adalah bahwa perdarahan abnormal ini disebabkan karena pengaruh ovarium

sehingga terjadilah hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma, permukaan

endometrium yang lebih luas, atrofi endometrium di atas mioma submukosum, dan

miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara

serabut miometrium . Pada Mioma Uteri submukosum diduga terjadinya perdarahan

karena kongesti, nekrosis, dan ulserasi pada permukaan endometrium.

15
Nyeri

Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan

sirkulasi darah pada sarang mioma. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan

dilahirkan, pula pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat

menyebabkan juga dismenore. Selain hal diatas, penyebab timbulnya nyeri pada

kasus mioma uteri adalah karena proses degenerasi. Selain itu penekanan pada visera

oleh ukuran mioma uteri yang membesar juga bisa menimbulkan keluhan nyeri.

Dengan bertambahnya ukuran dan proses inflamasi juga menimbulkan rasa yang

tidak nyaman pada regio pelvis.

Efek penekanan

Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan oleh

mioma uteri pada vesiko urinaria menimbulkan keluhan-keluhan pada traktus

urinarius, seperti perubahan frekuensi miksi sampai dengan keluhan retensio urin

hingga dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis.

Konstipasi dan tenesmia juga merupakan keluhan pada penderita mioma uteri

yang menekan rektum. Dengan ukuran yang besar berakibat penekanan pada vena-

vena di regio pelvis yang bisa menimbulkan edema tungkai.

Gejala akibat Komplikasi

Degenerasi ganas

Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari

seluruh kasus mioma uteri serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus.

Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah

16
diangkat. Komplikasi ini dicurigai jika ada keluhan nyeri atau ukuran tumor yang

semakin bertambah besar terutama jika dijumpai pada penderita yang sudah

menopause.

Anemia

Anemia timbul karena seringkali penderita mioma uteri mengalami

perdarahan pervaginam yang abnormal. Perdarahan abnormal pada kasus mioma uteri

akan mengakibatkan anemia defisiensi besi.

Torsi

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan

sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian timbul sindroma

abdomen akut, mual, muntah dan syok

Infertilitas

Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars

interstisialis tuba, sedangkan mioma uteri submukosum juga memudahkan terjadinya

abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Penegakkan diagnosis infertilitas yang

dicurigai penyebabnya adalah mioma uteri maka penyebab lain harus disingkirkan.

II.7 Diagnosis

1. Anamnesis

Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya,

faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.

2. Pemeriksaan fisik

17
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat

diduga dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak

teratur, gerakan bebas, tidak sakit.

3. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat

perdarahan uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan

laboratorium yang perlu dilakukan adalah darah lengkap (DL) terutama

untuk mencari kadar Hb. Pemeriksaaan lab lain disesuaikan dengan

keluhan pasien.

b. Imaging

1) Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen

pada uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada

abdomen bawah dan pelvis dan kadang terlihat tumor dengan

kalsifikasi.

2) Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang

tumbuh ke arah kavum uteri pada pasien infertil.

3) MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma

uteri, namun biaya pemeriksaan lebih mahal.

Diagnosis banding yang perlu kita pikirkan tumor abdomen di bagian

bawah atau panggul ialah mioma subserosum dan kehamilan; mioma

submukosum yang dilahirkan harus dibedakan dengan inversio uteri;

mioma intramural harus dibedakan dengan suatu adenomiosis,

khoriokarsinoma, karsinoma korporis uteri atau suatu sarkoma uteri. USG

18
abdominal dan transvaginal dapat membantu dan menegakkan dugaan

klinis.

II.8. Diagnosis banding

1. Adenomiosis
2. Neoplasma ovarium
3. Kehamilan
II.9. Penanganan

Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor

Tidak semua mioma uteri memerlukan terapi pembedahan. Kurang lebih 55% dari

semua kasus mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan apapun, apalagi jika

ukuran mioma uteri masih kecil dan tidak menimbulkan keluhan.

Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor, dan

terbagi atas :

19
A. Penanganan konservatif

Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut :

- Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.

- Monitor keadaan Hb

- Pemberian zat besi

- Penggunaan agonis GnRH, agonis GnRH bekerja dengan menurunkan

regulasi gonadotropin yang dihasilkan oleh hipofisis anterior. Akibatnya,

fungsi ovarium menghilang dan diciptakan keadaan ”menopause” yang

reversibel. Sebanyak 70% mioma mengalami reduksi dari ukuran uterus

telah dilaporkan terjadi dengan cara ini, menyatakan kemungkinan

manfaatnya pada pasien perimenopausal dengan menahan atau

mengembalikan pertumbuhan mioma sampai menopause yang

sesungguhnya mengambil alih. Tidak terdapat resiko penggunaan agonis

GnRH jangka panjang dan kemungkinan rekurensi mioma setelah terapi

dihentikan tetapi, hal ini akan segera didapatkan dari pemeriksaan klinis

yang dilakukan.

B. Penanganan operatif

Indikasi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah :

- Perdarahan pervaginam abnormal yang memberat


- Ukuran tumor yang besar
- Ada kecurigaan perubahan ke arah keganasan terutama jika pertambahan
ukuran tumor setelah menopause
- Retensio urin
- Tumor yang menghalangi proses persalinan
- Adanya torsi.

20
Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :

- Miomektomi

Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan

rahim/uterus. Miomektomi lebih sering di lakukan pada penderita mioma

uteri secara umum. Suatu studi mendukung miomektomi dapat dilakukan

pada wanita yang masih ingin be reproduksi tetapi belum ada analisa pasti

tentang teori ini tetapi penatalaksanaan ini paling disarankan kepada

wanita yang belum memiliki keturunan setelah penyebab lain

disingkirkan.

- Histerektomi

Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat

rahim, baik sebahagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya

(total) berikut serviks uteri.

. Histerektomi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu dengan

pendekatan perabdominal (laparotomi), pervaginam, dan pada beberapa

kasus secara laparoskopi. Tindakan histerektomi pada mioma uteri sebesar

30% dari seluruh kasus. Tindakan histerektomi pada pasien dengan mioma

uteri merupakan indikasi bila didapatkan keluhan menorrhagia,

metrorrhagia, keluhan obstruksi pada traktus urinarius, dan ukuran uterus

sebesar usia kehamilan 12-14 minggu.

Histerektomi perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu total

abdominal histerektomi (TAH) dan subtotal abdominal histerektomi

(STAH). Masing-masing prosedur histerektomi ini memiliki kelebihan dan

21
kekurangan. STAH dilakukan untuk menghindari risiko operasi yang lebih

besar, seperti perdarahan yang banyak, trauma operasi pada ureter, kandung

kemih dan rektum. Namun dengan melakukan STAH akan menyisakan

serviks, dimana kemungkinan timbulnya karsinoma serviks dapat terjadi.

Dengan menyisakan serviks, menurut penelitian didapatkan data bahwa

terjadinya dyspareunia akan lebih rendah dibandingkan dengan yang

menjalani TAH sehingga akan tetap mempertahankan fungsi seksual. Pada

TAH, jaringan granulasi yang timbul pada vagina dapat menjadi sumber

timbulnya sekret vagina dan perdarahan pasca operasi dimana keadaan ini

tidak terjadi pada pasien yang menjalani STAH.

Tindakan histerektomi juga dapat dilakukan melalui pendekatan

vagina, dimana tindakan operasi tidak melalui insisi pada abdomen.

Histerektomi pervaginam jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil

dari telor angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Secara umum,

histerektomi vaginal hampir seluruhnya merupakan prosedur operasi

ekstraperitoneal, dimana peritoneum yang dibuka sangat minimal sehingga

trauma yang mungkin timbul pada usus dapat diminimalisasi. Selain itu,

kemungkinan terjadinya perlengketan paska operasi juga lebih minimal.

Masa penyembuhan pada pasien yang menjalani histerektomi vaginal lebih

cepat dibandingkan dengan yang menjalani histerektomi abdominal.

Kriteria menurut American College of Obstetricians Gynecologists (ACOG) untuk

histerektomi adalah sebagai berikut :

- Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari

luar dan dikeluhkan oleh pasien.

22
- Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak dan

bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan

anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.

- Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat dan

akut, rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis

dan penekanan pada vesika urinaria mengakibatkan frekuensi miksi yang

sering.

Penatalaksanaan mioma uteri pada wanita hamil

Selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah tirah baring, analgesia

dan observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan konservatif selalu lebih disukai

apabila janin imatur. Namun, pada torsi akut atau perdarahan intra abdomen

memerlukan interfensi pembedahan. Seksio sesarea merupakan indikasi untuk

kelahiran apabila mioma uteri menimbulkan kelainan letak janin, inersia uteri atau

obstruksi mekanik.

23
24

Anda mungkin juga menyukai