Anda di halaman 1dari 23

Perencanaan K3 Pekerjaan Bidang Konstruksi

Pekerjaan bidang konstruksi adalah merupakan hal yang kompleksitas dan


begitu banyak melibatkan unsur ataupun pihak lain, terutama tenaga kerja, alat
dan bahan material dengan kapsitas besar atau dalam jumlah yang besar baik
secara pribadi ataupun secara kolektif bersama-sama dapat menjadi sumber
terjadinya kecelakaan. Kurangnya terampilnya tenaga kerja akan
memepengaruhi kelancaran pekerjaan dan sangat merugikan semua pihak
seperti misalnya pemilik, kontraktor, konsultan maupun tenaga kerja beserta
keluarganya.

Perkembangan bidang konstruksi di seluruh Dunia, berkembang begitu pesat


dan inovatif, salah satu diantaranya adalah Indonesia. Pemerintah dan rakyat
Indonesia mengedepankan pembangunan disegala bidang sehingga hampir
sebagian besar anggaran belanja Negara terserap dalam laju perkembangan
pembangunan infrastruktur. Dalampelaksanaan pembangunan sektor fisik
tentunya melibatkan banyak pengguna jasa konstruksi.

Dalam pelaksanaan pekerjaan yang sering muncul dan terjadi adalah kecelakaan
kerja, gangguan kesehatan sewaktu kerja. Masalah ini adalah salah satu yang
harus diutamakan oleh perusahaan jasa konstruksi, tentunya akan menambah
biaya pengeluaran anggaran bagi pihak perusahaan. Hal ini tidak semua
perusahaan penyandang jasa konstruksi memperhatikannya dan ada yang belum
bersedia mengakolasikan dana untuk kepentingan menanggulangi kecelakaan
dan kesehatan kerja. Proyek konstruksi adalah merupakan rangkaian jenis
kegiatan yang melibatkan manajemen perusahaan, tenaga kerja, peralatan
teknik dan bahan konstruksi.

Dalam pengadaan bahan-bahan konstruksi skala besar ataupun skala kecil,


dapat menimbulkan sumber terjadinya kecelakaan dan gangguan kesehatan.
Kegiatan pekerjaan konstruksi pada umumnya adalah dilakukan, dikerjakan pada
ruang/lapangan terbuka (open space). Pada genangan air/lumpur dan di bawah
permukaan tanah asli maupun timbunan, dan dalam kondisi cuaca yang silih
berganti. Tidak bisa dihindari masalah ini dapat menimbulkan penyakit dan
gangguan kesehatan, akibat negatifnya akan kehilangan sumber daya tenaga
kerja. Hal ini tentunya akan mempengaruhi operasional dalam pelaksanaan
tugas, yang berarti merugikan pada semua yang berkepentingan misalnya,
penyandang dana/pemilik proyek, konsultan, penyedia jasa/kontraktor dan
tentunya tenaga kerja. Meminimkan dan menghindari kecelakaan terhadap
tenaga kerja maka perlu diperhatikan, diutamakan membuat Perencanaan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Suatu keharusan bagi bangsa Indonesia
untuk secara aktif kontinyu melakukan perlindungan terhadap para tenaga kerja.
Perlindungan bagi para tenaga kerja meliputi hal pokok yang luas, yaitu
perlindungan keselamatan, kesehatan, penjagaan moral kerja, moral agama
serta perlakuan yang bermatabat sesuai budaya bangsa.

Perlindungan tersebut diatas dengan maksud, agar senantiasa para tenaga kerja
dengan nyaman melaksanakan pekerjaan sehari-hari sehingga dapat
meningkatkan produktifitasnya. Penerapan perencanaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bagian utama perlindungan tenaga
kerja sehingga proses kegiatan pembangunan berjalan dengan baik dan lancar,
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada semua pelaksanaan kegiatan proyek
yang sedang berjalan. Perencanaan Keselamatan dan Kese-hatan Kerja pada
proyek konstruksi merupakan salah satu syarat dalam pelaksanaan pekerjaan
suatu proyek dan sangat memberikan manfaat yang begitu besar bagi
kebersamaan pembangunan bangsa, kesejahteraan bagi tenaga kerja dan
masyarakat.

Pengertian atau Definisi Kesehatan dan


Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja yaitu:

1. Keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan
proses pengolahannya, landasan
tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaannya.
2. Keselamatan kerja adalah dari, oleh, dan untuk setiap tenaga kerja serta
orang lain, dan juga masyarakat pada umumnya.
3. Sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat, dan kematian akibat
kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang
utama bagi keamanan tenaga kerja.
4. Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi,
baik barang, maupun jasa.

Kesehatan kerja
Spesialisasi dalam ilmu kesehatan dan kedokteran beserta prakteknya yang
bertujuan agar pekerja memperoleh derajad kesehatan setinggi-tingginya baik
fisik, mental maupun sosial dengan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap
penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor-faktor pekerjaan
dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit umumnya.

Hakikat dari kesehatan kerja adalah sebagai berikut :

 Sebagai alat untuk mencapai derajad kesehatan tenaga kerja yang


setingginya baik, buruh, petani, nelayan, pegawai negri atau pekerja
bebas, dengan demikian dimaksudkan untuk kesejahteraan tenaga kerja.
 Sebagai alat untuk meningkatkan produksi yang berdasarkan kepada
meningginya efesiensi dan daya
produktivitas faktor manusia dalam produksi.

Penerapan program keselamatan kerja

Suatu program keselamatan dan kesehatan kerja di bidang konstruksi yang


efektif mempunyai banyak fungsi paralel. Parker dan Oglesby, (1972) secara
garis besar telah mengkategorikan hal ini sebagai berikut:
a. Faktor kepribadian atau perilaku.

 Pekerja : latihannya, kebiasaan, kepercayaan, kesan, latar-belakang


pendidikan dan kebudayaan, sikap sosial serta karakteristik fisik.
 -Lingkungan pekerjaan : sikap dan kebijaksanaan dari para pengusaha
serta manajer, pengawas, penyelia serta kawan sekerja pada proyek

b. Faktor fisik.

 Kondisi pekerjaan : ditentukan oleh jenis bahaya yang melekat tidak


terpisahkan dengan pekerjaan yang sedang dilaksanakan, maupun oleh
bahaya terhadap kesehatan kerja yang ditimbulkan oleh metoda dan
material serta lokasi dari pekerjaan itu. Oleh sebab itu usahakan selalu
mematuhi standar kerja dengan menggunakan alat keselamatan kerja
seperti menggunakan sepatu safety dan lain-lain.
 Penyingkiran bahaya mekanis : pemakaian pagar/batas, pera-latan serta
prosedur untuk melindungi pekerjaan secara fisik terhadap daerah atau
situasi yang berbahaya.

Tujuan Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja


Beberapa pendapat para ahli tentang tujuan dari keselamatan dan kesehatan
kerjaantara lain untuk sedapat mungkin memberikan jaminan kondisi kerja yang
aman dan sehat kepada setiap pekerja dan untuk melindungi sumber daya
manusia.

Tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja antara lain :

1. Melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatannya dalam melakukan


pekerjaannya untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan kinerja.
2. Menjamin keselamatan orang lain yang berada di tempat kerja.
3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Dalam aneka pendekatan keselamatan dan kesehatan kerja antara lain akan
diuraikan pentingnya perencanaan kerja yang tepat, pakaian kerja yang tepat,
penggunaan alat perlindungan diri, pengaturan warna, tanda-tanda petunjuk,
label-label, pengaturan pertukaran udara dan suhu serta usaha-usaha terhadap
kebisingan.” ”Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep.
463/MEN/1993, tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah
mewujudkan masyarakat dan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera,
sehingga akan tercapai ; suasana lingkungan kerja yang aman, sehat, dan
nyaman dengan keadaan tenaga kerja yang sehat fisik, mental, sosial, dan
bebas kecelakaan.”

Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana.


Dalam sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal
sebagai bangunan atau satuan infrastruktur pada sebuah area atau pada
beberapa area.Walaupun kegiatan konstruksi dikenal sebagai satu pekerjaan,
tetapi dalam kenyataannya konstruksi merupakan satuan kegiatan yang terdiri
dari beberapa pekerjaan lain yang berbeda (http://id.wikipedia.org).

Pada umumnya kegiatan konstruksi diawasi oleh manajer proyek, insinyur disain,
atau arsitek proyek. Orang-orang ini bekerja didalam kantor, sedangkan
pengawasan lapangan biasanya diserahkan kepada mandor proyek yang
mengawasi pekerja proyek bangunan, tukang kayu, dan ahli bangunan lainnya
untuk menyelesaikan fisik sebuah konstruksi. Dalam melakukan suatu konstruksi
biasanya dilakukan sebuah perencanaan terpadu.

Hal ini terkait dengan metode menentukan besarnya biaya yang diperlukan,
rancang-bangun, dan efek lain yang akan terjadi seperti peralatan penunjang
K3 saat pekerjaan konstruksi dilakukan. Sebuah jadwal perencanaan yang baik
akan menentukan suksesnya sebuah pembangunan terkait dengan pendanaan,
dampak lingkungan,ketersediaan peralatan perlindungan diri, ketersediaan
material bangunan, logistik, ketidak-nyamanan publik terkait dengan adanya
penundaan pekerjaan konstruksi, persiapan dokumen dan tender, dan lain
sebagainya.

Cara Membudayakan Keselamatan di Tempat Kerja


Seringkali kita menganggap bahwa membudayakan Keselamatan Kerjaadalah
sesuatu yang sulit. Sebenarnya tidak sesulit yang dibayangkan, Hal-hal yang
dianggap sulit bisa menjadi sederhana Jika Area kerja anda pimpin dengan
aturan-aturan keamanan yang baik dan benar selain itu memimpinya dengan
penuh konsistensi dengan menanamkan kepercayaan yang kuat dikalangan
karyawan.

Cara kerja yang aman dan sehat sangat penting diperhatikan. Budaya kerja
dengan dasar keamanan yang kuat dapat terlihat dari nilai-nilai yang fokus pada
keamanan, sistem manajemen, program, dan seluruh karyawan mahir dan giat
dalam menyingkirkan bahaya dan risiko bahaya di tempat kerja.

Berikut adalah tips atau cara cara menjaga keselamatan kerja agar dapat
membudayakan keselamatan di tempat kerja. Tips ini juga merupakan
rangkuman dari beberapa artikel tips keselamatan kerja dari literatur dan praktek-
praktek suskes yang pernah dicapai diberbagai perusahaan.

10 Tips Membudayakan Keselamatan di Tempat Kerja / Safety tips di tempat kerja


1. Disain area kerja yang aman.

Di area kerja terdapat banyak peralatan. Dimulai dari peralatan yang paling
sederhana sampai pada peralatan yang canggih. Seperti:
bangku, lemari dan meja kerja; furnitur; konveyor; peralatan ringan s/d berat;
dan kendaraan. Pengaturan tata letak sangat penting untuk membantu
mencapai efisiensi dan efektifitas kerja, mencegah error, dan terakhir menekan
kejadian yang tidak diharapkan yang berakibat kecelakaan.

2. Selalu Menjaga kebersihan area kerja.

Ini adalah bagian cara kerja yang aman dan sehat, area kerja yang bersih
adalah wilayah kerja yang aman dan sehat. Banyak usaha usaha untuk
meningkatkan kesehatan kerja yang dapat dilakukan. Pada area kerja yang
bersih bahaya tersingkirkan, disamping itu area kerja yang bersih akan
meningkatkan produktivitas yang lebih bersar dari karyawan.

3. Libatkan karyawan.

cara mengatasi lingkungan kerja yang tidak aman yaitu salah satunya dengan
cara melibatkan karyawan anda dalam proses perencanaan safety. Karyawan
adalah orang pertama yang paling memahami situasi ditempat kerja. Mereka
juga akan termotivasi dengan baik untuk safety.

4. Memberikan Instruksi kerja yang jelas.

Pesan pesan keselamatan dalam bekerja sangat penting bagi karyawan.


Berikan instruksi kerja yang jelas. Berikan pelatihan untuk
memperjelas dan meningkatkan pemahaman. Instruksi diberikan dalam
bentuk tertulis dan pastikan mereka karyawan membaca, mempelajari dan
memahaminya. Dan yang terakhir pastikan karyawan anda mengakui sebagai
penerimaan terhadap program kerja safety anda.

5. Fokus pada hal-hal yang feasible atau masuk akal dilakukan.

Fokuskan upaya keselamatan anda pada masalah yang paling mungkin


bisa dilakukan. Memberikan fokus kepada masalah yang
besar adalah penting, namun hal tsb termasuk yang tidak mungkin bisa
dilaksanaan oleh karyawan dan hal ini akan berkontribusi kepada terjadi
pelanggaran yang berdampak kepada cidera atau kecelakaan.

6. Membuka diri untuk menerima masukan, kritikan dari bawahan.

Ini bagian dari cara mengatasi lingkungan kerja yang tidak nyaman bagi
karywan. Mendorong karyawan untuk melaporkan kepada anda tentang
kekurangan, isu-isu, wawasan dalam masalah safety. Hal ini akan berdampak
terhadap membudayakan safety di tempat kerja. Pimpinan tempat kerja harus
membuka diri untuk menerima masukan, kritikan dari bawahan.

7. Melakukan Observasi.

Anda harus melakukan observasi dan mempelajari setiap karyawan melakukan


pekerjaan mereka. Perhatikan dan lakukan koreksi pada mereka yang
melakukan jalan pintas, dan memberikan pengharggan kepada mereka yang
melakukan tugas-tugas secara baik dan mereka di jadikan sebagai teladan bagi
staf yang lain.

8. Menjaga semua mesin dan peralatan dalam keadaan baik.


Adalah tanggung jawab majikan untuk memastikan bahwa semua mesin dan
peralatan kerja berada didalam kondisi yang baik. Pastikan juga memelihara shift
kerja, roster kerja dengan sebaik-baiknya.

9. Hazard, bahaya.

Hindari bahaya yang tidak perlu. Untuk hal itu lakukan pemeriksaan rutin atau
sesering mungkin tempat kerja anda. Adalah perlu
pemahaman, kemahiran untuk melakukan Identifikasi Bahaya dengan
baik dan benar.

10. Melakukan Review.

Setiap tahun, atau tiap ada perubahan di tempat kerja harus dilakukan
peninjauan kembali pedoman kerja keselamatan di tempat kerja. Mulailah
review tahunan dengan melakukan pemeriksaan tempat kerja anda, dan
penelaahan menyeluruh terhadapa Sistem, program keselamatan anda.

Demikianlah tips cara menjaga keselamatan kerja sekaligus Membudayakan


Keselamatan di Tempat Kerja yang dapat diterapkan guna mewujudkan
keselamatan dalam bekerja sehingga terhindar dari kecelakaan kerja.

Teori dan Konsep Hubungan Keselamatan Kerja dan


Produktivitas Kerja Karyawan
Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko
kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi
bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja
(Simanjuntak, 2005 : 39).

Pengaruh Keselamatan Kerja terhadap Produktivitas Kerja Karyawan (Andri


Saputra) keselamatan kerja sebagai suatu kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis
tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh
perusahaan. keselamatan kerja merujuk pada perlindungan terhadap
kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan.

keselamatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan
dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada
khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju
masyarakat adil dan makmur.

keselamatan kerja adalah rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja


yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang
bersangkutan. Berdasarkan pendapat para ahli di atas mengenai keselamatan
kerja, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa keselamatan kerja adalah upaya
dari suatu perusahaan untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram
bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut, serta upaya untuk
mencegah bahaya yang dapat mengancam keselamatan karyawan saat bekerja.
Indikator Keselamatan Kerja

Indikator-indikator dari keselamatan kerja menurut Sedarmayanti (2009 :118)


terdiri dari 3 (tiga) faktor, di antaranya:

1. Faktor lingkungan kerja.


2. Faktor manusia (karyawan) yang meliputi:

 Faktor fisik dan mental: Kurang penglihatan atau pendengaran, otot lemah,
reaksi mental lambat, lemah jantung atau organ lain, emosi dan syaraf
tidak stabil, serta lemah badan.
 Pengetahuan dan keterampilan: Kurang memperhatikan metode kerja
yang aman dan baik, kebiasaan yang salah, dan kurang pengalaman.
 Sikap: Kurang minat / perhatian, kurang teliti, malas, sombong, tidak peduli
akan suatu akibat, dan hubungan yang kurang baik.

3. Faktor Alat dan mesin kerja yang meliputi:

 Penerangan yang kurang.


 Mesin yang tidak terjaga
 Kerusakan teknis

Produktivitas Kerja Karyawan

Teori-teori yang membahas tentang produktivitas kerja sangatlah bervariasi,


tetapi makna pokok dari produktivitas kerja adalah kemampuan seorang tenaga
kerja dalam menghasilkan sesuatu di dalam pekerjaannya, dimana keadaan
tersebut dapat tercapai apabila tenaga kerja tersebut mendapat perhatian yang
besar dari pimpinannya atas segala kebutuhannya.

Ada beberapa definisi mengenai produktifitas kerja, antara lain: eJournal Ilmu
Pemerintahan, Volume 2, (3), 2014 : 3059-3069 3064 Menurut Kusriyanto (2000 :
2), produktivitas kerja adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan
peran serta tenaga kerja per satuan waktu. Sedangkan menurut Hasibuan (2003
: 105), produktivitas kerja adalah perbandingan antara output dengan input,
dimana output harus mempunyai nilai tambah dan teknik pengerjaannya yang
lebih baik.

Selanjutnya Tjutju Yuniarsih (2009 : 156) mengemukakan bahwa produktivitas


kerja dapat diartikan sebagai hasil kongkrit (produk) yang dihasilkan oleh individu
atau kelompok, selama satuan waktu tertentu dalam suatu proses kerja. Dalam
hal ini, semakin tinggi produksi yang dihasilkan dalam waktu yang semakin
singkat, maka dapat dikatakan bahwa tingkat produktivitasnya mempunyai nilai
yang tinggi, dan begitu pula sebaliknya.

Kemudian Nawawi (2009 : 157) mengemukakan bahwa produktivitas kerja


merupakan perbandingan antara hasil yang diperoleh (output) dengan jumlah
sumber daya yang dipergunakan sebagai masukan (input). Berdasarkan definisi-
definisi para ahli mengenai produktivitas kerja di atas, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa produktivitas kerja adalah kemampuan seorang tenaga
kerja dalam berproduksi dibandingkan dengan input yang digunakan, seorang
tenaga kerja dapat dikatakan produktif apabila mampu menghasilkan barang
atau jasa sesuai dengan yang diharapkan dalam waktu yang tepat.

Indikator Produktivitas Kerja Karyawan

Untuk mengetahui produktivitas kerja dari setiap pekerja/pegawai, maka perlu


dilakukan sebuah pengukuran produktivitas kerja. Menurut Henry Simamora
(2004 : 612), indikator-indikator yang digunakan dalam pengukuran produktivitas
kerja meliputi kuantitas kerja, kualitas kerja, dan ketepatan waktu.

1. Kuantitas kerja merupakan suatu hasil yang dicapai oleh pegawai/pekerja


dalam jumlah tertentu dengan perbandingan standar yang ada atau telah
ditetapkan oleh lembaga/perusahaan.

2. Kualitas kerja merupakan suatu standar hasil yang berkaitan dengan mutu dari
suatu produk yang dihasilkan oleh pegawai/pekerja, dalam hal ini merupakan
suatu kemampuan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan secara teknis
dengan perbandingan standar yang telah ditetapkan oleh lembaga/perusahaan.

3. Ketepatan waktu merupakan tingkat suatu aktivitas yang diselesaikan pada


awal waktu yang telah ditentukan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil
output, serta mampu memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.
Ketepatan waktu diukur dari persepsi pegawai/pekerja terhadap suatu aktivitas
yang disediakan di awal waktu sampai menjadi output. Pengaruh Keselamatan
Kerja terhadap Produktivitas Kerja Karyawan (Andri Saputra) 3065

Teori dan Konsep Hubungan Keselamatan Kerja dan Produktivitas Kerja


Karyawan

Sebuah perusahaan yang baik dan sehat adalah perusahaan yang selalu
memperhatikan kondisi karyawannya, dalam hal ini keselamatan kerja
karyawannya. Penerapan program keselamatan kerja yang optimal bagi
karyawan secara langsung erat hubungannya dengan produktivitas kerja
karyawan, karena penerapan program keselamatan kerja merupakan salah satu
cara memotivasi karyawan untuk meningkatkan produktivitas kerja mereka.

Motivasi akan timbul dari diri karyawan untuk bekerja sebaik mungkin apabila
mereka merasa aman dan nyaman dalam melaksanakan pekerjaannya tanpa
ada resiko yang dapat mengancam keselamatan jiwanya, selain itu karyawan
juga akan senang karena mereka merasa diperhatikan oleh perusahaan tempat
mereka bekerja. Akan tetapi sebaliknya, apabila program keselamatan kerja tidak
dijalankan secara intensif dan optimal, maka dapat menurunkan produktivitas
kerja karyawan, yaitu penurunan semangat dan gairah kerja karyawan akibat
mereka merasa takut mengambil resiko untuk membahayakan jiwanya dan
tentunya karena mereka merasa tidak diperhatikan oleh perusahaan tempat
mereka bekerja.

Perihal mengenai uraian di atas semakin diperkuat oleh beberapa teori yang
dikemukakan oleh beberapa ahli. Sebagaimana disebutkan oleh Andriana
Pusparini, Jusuf, dan Sugeng Budiono (2008 : 5), bahwa program keselamatan
kerja salah satu tujuannya adalah melindungi tenaga kerja atas hak
keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produksi dan produktivitas.

Kemudian, ditambahkan pula oleh Anwar Prabu Mangkunegara (2007 : 162),


bahwa dengan adanya program keselamatan kerja, maka akan meningkatkan
kegairahan, produktivitas, dan partisipasi kerja dari tenaga kerja. Senada dengan
yang disampaikan oleh Andriana Pusparini, Jusuf, Sugeng Budiono, dan Anwar
Prabu Mangkunegara, ditegaskan pula oleh Sedarmayanti (2009 : 109-110)
bahwa program keselamatan kerja akan meningkatkan produktivitas kerja dari
tenaga kerja. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa program keselamatan kerja erat hubungannya terhadap
harapan akan peningkatan produktivitas kerja, karena salah satu tujuan dari
diadakannya program keselamatan kerja itu adalah demi tercapainya
peningkatan produktivitas kerja.

Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehat


Sebagai Upaya Mengurangi Kecelakaan Kerja
Bagaimanapun kecilnya resiko yang diderita akibat dari suatu peristiwa
kecelakaan kerja, kan berakibat kerugian baik yang berupa cedera pada tenaga
kerja, maupun kerusakan pada harta benda. Sekecil apapun kecelakaan itu
teljadi, paling tidak akan berakibat penurunan efisiensi. usaha pencegahan
kecelakaan dititik beratkan pada perbaikan, penyempurnaan kondisi peralatan
dan lingkungan kelja, karena pada periode tersebut orang masih beranggapan
bahwa sebab utama teljadinya kecelakaan adalah dari kondisi peralatan
atau lingkungan kerja yang tidak beraturan.

Sebagian besar kecelakaan kerja disebabkan oleh faktor manusia. Dengan


munculnya teori ini, maka usaha keselamatan kerja tidak hanya diarahkan
terhadap perbaikan kondisi yang tidak aman, tetapi juga diarahkank epadap
endekatan dari segi manusia. tindakan tidak aman dari segi manusia dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti latar belakang pendidikan, pengetahuan,
ketrampilan, psikologi dan lain sebagainya. Kedua faktor penyebab terjadinya
kecelakaan kerja tidak terlepas dari fungsi manajemen di tempat kerja. Berikut ini
digambarkan ilustrasi bahwa fungsi manajemen sangat menentukan sekali
dalam mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

Definisi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesebatan Kerja


Sistemm anajenk eselamatand an kesehatan kerja adalah bagian dari sistem
manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaanta, nggungjawab,pelaksanaanp,r osedur, proses dan sumber daya
yang dibutuhkan bagi pengembangan,penerapapne,n capaian, pengkajian , dan
pemeliharaan kebijakan K3 dalarn rangka pengendalianre siko yang berkaiatand
engank egiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang nyaman, efisien dan
produktif.

4 Prinsip-prinsip Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan daD Kesehatan Kerja


Berikut ini akan dijabarkan prinsip-prinsip dalam melakukan penerapan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

Disini yang perlu menjadi perhatian penting terdiri atas 3 hal yaitu kepemimpinan,
tinjauan awal K3 dan kebijakan K3.

1. Kepernimpinand an Komitmen

Pembentukan komittmen untuk menerapkan sistem manajemen keselamatan


dan kesehatan kerja di tempat kerja dati seluruh pihak yang ada di tempat kerja.
Disamping itu juga perlu diejawantahkan dengan adanya organisasiorganisasi
dari tempat..”kerja yang mendukung terciptanya sistem manajemen K3;
penyediaan anggaran dan personel, melakukan perencanaan K3 serta yang
terakhir melakukan penilaian atas kinerja K3 yang telah djterapkan.
2. Tinjauan Awal K3
Tempat kerja harus diIakukan peninjauan awal atas K3 di tempat kerja dengan
tara -cara :

 Mengidentiflkasi kondisi yang ada ditempat kerja,.


 mengidentiflkasi sumberbahaya dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan di
tempat kerja
 Adanya pemenuhan akan pengetahuan dan peraturan perundangan
 Membandingkan penerapan yang ada di tempat kerja dengan penerapan
yang dilakukan oleh tempat kerja lain yang lebih baik.
 Meninjau sebab akibat dari kejadian yang membahayakan dan hal-hal lain
yang terkait dengan K3; dan
 Menilai efisiensi dan efektivitas dari sumber daya yang telah disediakan

3. Kebijakan K3

Kebijakan ini harus melewati proses konsultasi dengan pekerja atau wakil
pekerja dan disebarluaskan kepada seluruh pekerja.

Kebijakan ini juga harus bersifat dinamis , artinya sering ditinjau ulang agar selalu
sesuai dengan kondisi yang ada. Untuk benar-benar menunjukkan kesungguhan
dari komitmen yang diiniliki, maka komitmen tersebut harus tertulis dan ditanda
tangani oleh pengurus tertinggi dari tempat kerja tersebut. Komitmen tertulis
tersebut selanjutnya disebut kebijakan yang harus memuat visi dan misi,
kerangka dan program kerja yang bersifat wnwn dan atau operasional

PERENCANAAN

Perencanaan yang dibuat barns efektif dengan mernuat sasaran yang jelas
sebagai pengejawantahand ari kebijakan K3 di tempat kerja dan indikator kinerja
serta apat menjawab kebijakan K3. Hal yang perlu diperbatikan dalam
perencanaan adalah identiflkasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian
resiko serta basil tinjauan awal terbadap K3.

Dalam perencanaan ini secara lebih rinci terbagi menjadi beberapa hal :
Perencanaan identiflkasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko dari
kegiatan, produk barang dan jasa.

1. Pemenuhan akan peraturan perundangan dan persyaratanla iIU1ya.


2. Menetapkan tujuan dan sasaran dari kebijakan K3 yang dapat diukur
menggunakan satuan lindikator
3. pengukurans, asaranp encapaiand anj angka waktu pencapaian.
4. Menggunakan indikator kinerja sebagai penilaian kineIja K3 sekaligus
menjadi informasi keberhasilan pencapaian sistem
manajemen K3
5. Menetapkan sistem pertanggung jawaban dan Saranau ntuk mencapaki
ebijakan K3.
PENERAPAN

Setelah membuatk omitmen dan perencanaanm, aka selanjutnya adalah


penerapan sistem manajemen keselamatan kerja dan kesehatank erja. Yang
perlu menjadi perhatian pada tahap ini adalah :

Adanya Jaminan Kemampuan Ketersediaan personil yang terlatih dal1


memaharni sistemm anajemen keselamatan dan kesehatan kerja, sarana yang
menunjang dan ketersediaan dana yang mencukupi dari perencanaan yang telah
dibuat.

Menjadikan penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja


sebagai bagian yang terintegrasi dari sistem m~ajemen perusahaan.

Menjadikan semua pihak untuk berperan serta 3ecara aktif dalam penerapan dan
menciptakan budaya kerja yang mendukung penerapan dan pengeinbangan
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Hal ini ditunjang dengan
penunjukkan tanggung jawab dan tanggung gugat dari pekerjaan serta
menciptakan jalur komunikasi yang efektif.

Mengadakan pembicaraan dengan pekerja mengenai penerapan sistem


manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dan meningkatkan motivasi dan
kesadaran dari semua pihak tentang sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja. Mengadakan pelatihan untuk terus menunjang sistem
manajemen yang telah diterapkan.

Kegiatan Pendukung Diperlukan komunikasi dua arab yang efektif antara pekerja
dan pengurus serta pelaporan rutin sebagai sumber penting dalam penerapan
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Juga perlu dijamin bahwa
infonnasi mengalir dari pengurus ke karya\”an demikian juga sebaliknya.

Prosedur pelaporan informasi yang terkait clan tepat wakw harus ditetapkan
untuk menjamin bahwa sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja dipantau clan kinerjanya ditingkatkan. Pelaporan dibedakan alas
kepentigannya menjadi internal (terjadinya insiden, ketidaksesuaian, kinerja K3
dan identi[lkasi sumber bahaya) clan eksternal (menangani yang dipersyaratkan
di peraturan perundangan).

Perdokumentasian harus dibuat sesuai dengan kebutuhan .Proses dan prosedur


kegiatan di tempat kerja harus ditentukan clan didokumentasilca Tahap berik11t
adalah pendokumentasian. Dokumen harus dapat diidentifikasi, ditinjau ulang,
direvisi, disetujui oleh personil yang bertanggungja wab beradad i tempat yang
diperlukan dan dokumen usang harus segera disingkirkan kecuali yang
digunakan untuk keperluan khusus. Te rakhir adalaha danyaja minan pencatatan
yang merupakan sarana untuk menunjukkan kesesuaian penerapan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
ldentifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian resiko Dilakukan
manajemen resiko ( identifikasl sumber bahaya, penilaian resiko clan
pngendalian resiko). Pengendalian resiko tersebut sudah harus dimulai dari
sebelum perancangan clan rekayasa, pada saat perancangan clan rekayasa,
setelah perancangan clan rekayasa dengan melakukan tinjauan ulang kontrak
dan memperhatikanp ada saatp embelian. Disamping itu untuk menghadapi hal-
hal yang tidak diinginkan perlu dipersiapkan prosedur untuk menghadapi
keadaan darurat,m enghadapini siden dan pemulihan keadaan darurat.

PENGUKURAN DAN EVALUASI

Pengkuran dan evaluasi ini merupakan alat yang berg~a untuk :

 Mengetahui keberhasilan penerapan sistem


manajemen keselmnatan dan kesehatan
kerja
 Melakukan identiftkasi tindakan perbaikan
 Mengukur, memantau dan meengevaluasi kinerja sistem manajemen dan
keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk menjaga tingkat kepercayaan
terhadap data yang akan dipero1eh maka beberapa proses harns
di1akukan seperti kalibrasi a1at, pengujian pera1atan dan contoh piranti
1unak d’ln perangkat keras.

Ada 3 (tiga) kegiatan da1am me1akukan

pengukurand an eva1uasi:

1. Inspeksi dan Pengujian .


Harus ditetapkan dan dijaga konsistensi dari prosedur inspeksi, pengujian dan
pemantauan yang berkaiatan dengan kebijakan K3.

2. Audit sistem manajemen kese1amatan dan kesehatan kerja


Audit ini di1akukan untuk mengetahui keefektifan dari penerapan sistem
manajemen kesematan daIl kesehataIl kelja di ternpat kelja. Hal yang perlu
diperhatikan dalam audit adalah :

 Sisternatik dan independen


 Frekuensi audit berkala
 Kemampuan dan keahlian
petugasnya
 Metodologi yang digunakan
 Berdasarkan hasil audit
sebelumnya dan sumber bahaya
yangada
 Hasilnya dijadikan sebagai bahan
tinjauan manajernen dan jika
diperlukan ditindak lanjuti
dengan tindakan perbaikan
3. Tindakan Perbaikan dan Pencegahan

Merupakan basil temuan dari audit dan harus disetujui oleh pihak manajemen
dan dijamin pelaksanaalulya secara sisternatik dan efektif

Pendidikan Terhadap Perilaku K3 dan Kejadian


Kecelakaan Kerja

Orang-orang yang masih menetap di perusahaan memiliki pengalaman kerja


yang lebih lama, itu karena mereka memang tidak memiliki alasan untuk keluar
dari perusahaan kecuali karena usia atau mengalami kecelakaan kerja. Sehingga
masa kerja atau pengalaman kerja yang lama bukan merupakan faktor penentu
bahwa pekerja dapat berperilaku aman selama bekerja.

Masa kerja dapat menjadi penyebab dari terjadinya kecelakaan pada suatu
pekerjaan karena tenaga kerja baru biasanya belum mengetahui secara
mendalam tentang pekerjaan dan keselamatannya. Sementara itu, masa kerja
yang lama ditambah dengan praktik yang terus-menerus akan dapat menambah
pengetahuan serta meningkatkan kecakapan seseorang, pekerjaan juga akan
semakin bermutu dan cepat selesai.

Mengutip Notoatmodjo (2003), perilaku manusia adalah suatu keadaan yang


seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong dan kekuatan penahan.
Kekuatan pendorong dalam hal ini adala faktor yang mendorong motivasi
pekerja dan penahannya adalah faktor yang menyebabkan ketidakpuasan
pekerja. Oleh karena itu, sebaiknya pekerja diberikan reward sebagai bentuk
penghargaan dari perilaku aman yang telah diterapkan sebagai bentuk dukungan
kepada perusahaan dalam mengurangi frekuensi kejadian kecelakaan kerja.
Penghargaan merupakan konsekuensi positif yang diberikan kepada individu
atau kelompok dengan tujuan untuk mengembangkan, mendukung, dan
memelihara perilaku yang diharapkan.

Pendidikan Terhadap Perilaku K3 dan Kejadian Kecelakaan Kerja

Pendidikan seseorang penting dan harus diperhatikan untuk meningkatkan


kesadaran akan arti pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja. Pendidikan
adalah proses seseoarang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-
bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat ia hidup, proses sosial
yakni orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol
sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan
sosial dan kemampuan individu yang optimal. Sehingga semakin tinggi
pendidikan normal yang dicapai, maka semakin baik pula proses pemahaman
seseorang dalam menerima sebuah informasi baru. Terdapat jenis pekerjaan
tertentu yang lebih membutuhkan keterampilan, fisik dan skill dibandingkan
dengan kemampuan pendidikan formal. Sehingga faktor pendidikan belum tentu
menentukan tindakan tidak aman yang dilakukan oleh pekerja.

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan


Kerja
Pekerjaan-pekerjaan teknik bangunan banyak berhubungan dengan alat,baik
yang sederhana sampai yang rumit, dari yang ringan sampai alat-alat berat
sekalipun. Sejak revolusi industri sampai sekarang,pemakaian alat-alat bermesin
sangat banyak digunakan.

Pada setiap kegiatan kerja, selalu saja ada kemungkinan kecelakaan.


Kecelakaan selalu dapat terjadi karena berbagai sebab.berperan sangat penting
dalam pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja karena adanya fasilitas yang maka pelaksanaan aktivitas pekerjaan
berjalan dengan baik,begitu pula sebaliknya.

Yang dimaksudkan dengan kecelakaan adalah kejadian yang merugikan yang


tidak terduga dan tidak diharapkan dan tidak ada unsur kesengajaan.
Kecelakaan kerja dimaksudkan sebagai kecelakaan yang terjadi ditempat
kerja,yang diderita oleh pekerja dan atau alat-alat kerja dalam suatu hubungan
kerja.

Kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh dua golongan penyebab :

1. Tindakan perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan ( unsafe


human acts).
2. Keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman ( unsafe condition ).
Walaupun manusia telah berhati-hati,namun apabila lingkungannya tidak
menunjang ( tidak aman ), maka kecelakaan dapat pula terjadi. Begitu pula
sebaliknya. Oleh karena itulah diperlukan pedoman bagaimana bekerja yang
memenuhi prinsip-prinsip keselamatan.

Keselamatan kerja
Keselamata kerja adalah usaha-usaha yang bertujuan untuk menjamin
keadaan,keutuhan dan kesempurnaan tenaga kerja (baik jasmaniah maupun
rohaniah), beserta hasil karya dan alat-alat kerjanya ditempat kerja. Usaha-usaha
tersebut harus dilaksanakan oleh semua unsur yang terlibat dalam proses kerja,
yaitu pekerja itu sendiri, pengawas/kepala kelompok
kerja,perusahaan,pemerintah,dan msayarakat pada umumnya. Tanpa ada kerja
sama yang baik dari semua unsur tersebut tujuan keselamatan kerja tidak
mungkin dapat dicapai secara maksimal.

Adapun sasaran keselamatan keerja secara terinci adalah :

1. Mencegah terjadinya kecelakaan ditempat kerja.


2. Mencegah timbulnya penyakit akibat kerja.
3. Mencegah/mengurangi kematian akibat kerja
4. Mencegah atau mengurangi cacat tetap
5. Mengamankan material,konstruksi,pemakaian,pemeliharaan bangunan-
bangunan,alat-alat kerja,mesin-mesin,dan instalasi-instalasi.
6. Meningkatkan produktivitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan menjamin
kehidupan produktifnya.
7. Menjamin tempat kerja yang sehat,bersih,nyaman,dan aman sehingga dapat
menimbulkan kegembiraan semangat kerja.
8. Memperlancar,meningkatkan dan mengamankan produksi,industri serta
pembangunan.Kesemuanya itu menuju pada peningkatan taraf hidup dan
kesejahteraan umat manusia ( Bambang Endroyo 1989 ).

Ruang Lingkup Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Program Pelayanan Kesehatan Kerja. Sebagaimana pelayanan kesehatan
masyarakat pada umumnya, pelayanan kesehatan dan keselamatan masyarakat
pekerja yaitu meliputi pelayanan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.

Pelayanan Preventif.
Pelayanan ini diberikan guna mencegah terjadinya penyakit akibat kerja, penyakit
menular di lingkungan kerja dengan menciptakan kondisi pekerja dan mesin atau
tempat kerja agar ergonomis, menjaga kondisi fisik maupun lingkungan kerja
yang memadai dan tidak menyebabkan sakit atau membahayakan pekerja serta
menjaga pekerja tetap sehat.

Kegiatannya antara lain meliputi:


1. Pemeriksaan kesehatan yang terdiri atas:
a. Pemeriksaan awal/sebelum kerja.
b. Pemeriksaan berkala.
c. Pemeriksaan khusus.
2. Imunisasi.
3. Kesehatan lingkungan kerja.
4. Perlindungan diri terhadap bahaya dari pekerjaan.
5. Penyerasian manusia dengan mesin dan alat kerja.
6. Pengendalian bahaya lingkungan kerja agar ada dalam kondisi aman
(pengenalan, pengukuran dan evaluasi).

Pelayanan Promotif.
Peningkatan kesehatan (promotif) pada pekerja dimaksudkan agar keadaan fisik
dan mental pekerja senantiasa dalam kondisi baik. Pelayanan ini diberikan
kepada tenaga kerja yang sehat dengan tujuan untuk meningkatkan kegairahan
kerja, mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas tenaga kerja

Kegiatannya antara lain meliputi:


1. Pendidikan dan penerangan tentang kesehatan kerja.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kondisi lingkungan kerja yang sehat.
3. Peningkatan status kesehatan (bebas penyakit) pada umumnya.
4. Perbaikan status gizi.
5. Konsultasi psikologi.
6. Olah raga dan rekreasi.

Pelayanan Kuratif.
Pelayanan pengobatan terhadap tenaga kerja yang menderita sakit akibat kerja
dengan pengobatan spesifik berkaitan dengan pekerjaannya maupun
pengobatan umumnya serta upaya pengobatan untuk mencegah meluas
penyakit menular di lingkungan pekerjaan. Pelayanan ini diberikan kepada
tenaga kerja yang sudah memperlihatkan gangguan kesehatan/gejala dini
dengan mengobati penyakitnya supaya cepat sembuh dan mencegah komplikasi
atau penularan terhadap keluarganya ataupun teman kerjanya.

Kegiatannya antara lain meliputi:


1. Pengobatan terhadap penyakit umum.
2. Pengobatan terhadap penyakit dan kecelakaan akibat kerja.

Pelayanan Rehabilitatif.
Pelayanan ini diberikan kepada pekerja karena penyakit parah atau kecelakaan
parah yang telah mengakibatkan cacat, sehingga menyebabkan
ketidakmampuan permanen, baik sebagian atau seluruh kemampuan bekerja
yang biasanya mampu dilakukan sehari-hari.

Kegiatannya antara lain meliputi:


1. Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan kemampuannya
yang masih ada secara maksimal.
2. Penempatan kembali tenaga kerja yang cacat secara selektif sesuai
kemampuannya.
3. Penyuluhan pada masyarakat dan pengusulan agar mau menerima tenaga
kerja yang cacat akibat kerja.
Bahaya Potensial Di Laboratoria Teknik Fisika.
Bahaya potensial di Laboratoria Teknik Fisika dibagi menjadi lima perantara
diantaranya: Chemical agent, Physical agent, Biological agent, Psychological
agent, Ergonomical agent/Mecanical agent.

Chemical agent.
Bahan kimia yang berpotensi menimbulkan bahaya di Laboratorium adalah:
1. Asam Nitrat (HNO3)
2. Asam Sulfat ( H2SO4)
3. Asam Klorida (HCL)
4. N-Hexane
5. Aseton
6. Asam Peroksida (H2O2)

Physical agent.
Debu.
Debu dan uap/asap (fume) merupakan salah satu sumber gangguan yang tidak
dapat diabaikan. Dalam kondisi tertentu debu merupakan bahaya yang dapat
menimbulkan kerugian besar. Tempat kerja yang prosesnya mengeluarkan debu
atau uap, dapat menyebabkan pengurangan kenyamanan kerja, gangguan
penglihatan, gangguan fungsi faal paru-paru, bahkan dapat menimbulkan
keracunan umum.

Pekerjaan di Laboratoria Teknik Fisika yang dapat mengeluarkan debu atau uap
diantaranya pemrosesan material logam, keramik atau gelas yang dapat berupa
pengeboran, pemotongan, pembubutan, pengelasan pemanasan atau
pembakaran. Kegiatan lainnya yang dapat menimbulkan debu atau uap yaitu
penyolderan yang terkait dengan pekerjaan elektronika dan pemipaan tembaga.
Debu juga dapat ditimbulkan dari bahan insulasi termal maupun akustik,
misalnya debu dari glasswool.

Pengontrolan debu dalam ruang kerja:

1. Metode pencegahan terhadap debu dan uap ialah:

 Memakai metode basah: Lantai disiram air supaya debu tak beterbangan
di udara. Pengeboran basah (wet drilling) untuk mengurangi debu yang
ada di udara. Debu jika di semprot dengan uap air akan berflocculasi lalu
mengendap.
 Dengan alat: Scrubber, Elektropresipitator, Ventilasi umum.

2. Pencegahan terhadap sumber: diusahakan debu tidak keluar dari sumber yaitu
dengan pemasangan local exhauster.
3. Perlindungan diri terhadap pekerja antara lain berupa tutup hidung atau
masker.

Kebisingan.
Bising dapat diartikan sebagai suara yang timbul dari getaran-getaran yang tidak
teratur dan periodik, kebisingan merupakan suara yang tidak dikehendaki.
Manusia masih mampu mendengar bunyi dengan frekuensi antara 16-20.000 Hz,
dan intensitas dengan nilai ambang batas (NAB) 85 dB (A) secara terus
menerus. Intensitas lebih dari 85 dB dapat menimbulkan gangguan dan batas ini
disebut critical level of intensity. Kebisingan merupakan masalah kesehatan kerja
yang timbul di Laboratoria Teknik Fisika. Sumber kebisingan berasal aktivitas di
laboratorium material logam atau dari peralatan praktikum atau penelitian
(misalnya bising dari kompresor).

Gangguan Kebisingan di tempat Kerja.


Pengaruh utama dari kebisingan terhadap kesehatan adalah kerusakan pada
indera-indera pendengar, yang menyebabkan ketulian progresif.
Gangguan kebisingan di tempat kerja dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Gangguan Fisiologis.

Gangguan fisiologis adalah gangguan yang mula-mula timbul akibat bising.


Dengan kata lain fungsi pendengaran secara fisiologis dapat terganggu.
Pembicaraan atau instruksi dalam pekerjaan tidak dapat didengar secara jelas
sehingga dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Pembicara terpaksa berteriak-
teriak, selain memerlukan tenaga ekstra juga menimbulkan kebisingan.
Kebisingan juga dapat mengganggu cardiac output dan tekanan darah.

2. Gangguan Psikologis.

Gangguan fisiologis lama-lama bisa menimbulkan gangguan psikologis. Suara


yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan stress, gangguan jiwa, sulit
konsentrasi dan berpikir, dan lain-lain.

3. Gangguan Patologis Organis.

Gangguan kebisingan yang paling menonjol adalah pengaruhnya terhadap alat


pendengaran atau telinga, yang dapat menimbulkan ketulian yang bersifat
sementara hingga permanen.

Pengendalian Kebisingan di lingkungan kerja.


1. Menghilangkan transmisi kebisingan terhadap pekerja.

Untuk menghilangkan atau mengurangi transmisi kebisingan terhadap pekerja


dapat dilakukan dengan isolasi tenaga kerja atau mesin yaitu dengan menutup
atau menyekat mesin atau alat yang yang mengeluarkan bising.

Pada dasarnya untuk menutup mesin mesin yang bising adalah sebagai berikut:

 Menutup mesin serapat mungkin.


 Mengolah pintu-pintu dan semua lobang secara akustik.
 Bila perlu mengisolasi mesin dari lantai untuk mengurangi penjalaran
getaran.

2. Menghilangkan kebisingan dari sumber suara.

Menghilangkan kebisingan dari sumber suara dapat dilakukan dengan


menempatkan perendam dalam sumber getaran.

3. Mengadakan perlindungan terhadap karyawan.

Usaha melindungi karyawan dari kebisingan di lingkungan kerja dengan


memakai alat pelindung diri untuk telinga telinga atau personal protective device
yaitu berupa ear plugs dan ear muffs.

Suhu Udara.
Suhu tubuh manusia yang dapat kita raba/rasakan tidak hanya didapat dari
metabolisme, tetapi juga dipengaruhi oleh panas lingkungan. Makin tinggi panas
lingkungan, semakin besar pula pengaruhnya terhadap suhu tubuh. Sebaliknya
semakin rendah suhu lingkungan, makin banyak pula panas tubuh akan hilang.
Dengan kata lain, terjadi pertukaran panas antara tubuh manusia yang didapat
dari metabolisme dengan tekanan panas yang dirasakan sebagai kondisi panas
lingkungan. Selama pertukaran ini serasi dan seimbang, tidak akan menimbulkan
gangguan, baik penampilan kerja maupun kesehatan kerja.

Tekanan panas yang berlebihan merupakan beban tambahan yang harus


diperhatikan dan diperhitungkan. Beban tambahan berupa panas lingkungan
dapat menyebabkan beban fisiologis misalnya kerja jantung menjadi bertambah.
Nilai ambang batas untuk cuaca (iklim) kerja adalah 21oC – 30oC suhu basah.
Suhu efektif bagi pekerja di daerah tropis adalah 22oC – 27oC. Yang dimaksud
dengan suhu efektif adalah suatu beban panas yang dapat diterima oleh tubuh
dalam ruangan. Suhu efektif akan memberikan efek yang nyaman bagi orang
yang berada di luar ruangan. Cuaca kerja yang diusahakan dapat mendorong
produktivitas antara lain dengan pengondisian udara di tempat kerja.

Kesalahan-kesalahan sering dibuat dengan membuat suhu terlalu rendah yang


berakibat keluhan-keluhan dan kadang diikuti meningkatnya penyakit
pernafasan. Sebaiknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

 Suhu diset pada 25oC – 26oC.


 Penggunaan AC di tempat kerja perlu disertai pemikiran tentang keadaan
pengaturan
suhu di rumah.
 Bila perbedaan suhu di dalam dan luar lebih 5oC, perlu adanya suatu
kamar adaptasi.
Contoh: suhu panas dari kompor, preheating furnace, porcelain furnace,
pengecoran logam, dan lain-lain.
Kelembaban Udara.

Kelembaban adalah: banyaknya air yang terkandung dalam udara, biasa


dinyatakan dalam persentase. Kelembaban ini berhubungan atau dipengaruhi
oleh suhu udara, dan secara bersama-sama antara suhu, kelembaban,
kecepatan udara bergerak dan radiasi panas dari udara tersebut akan
mempengaruhi keadaan tubuh manusia pada saat menerima atau melepaskan
panas dari tubuhnya. Suatu keadaan dengan suhu udara sangat panas dan
kelembaban tinggi, akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara
besar-besaran karena sistem penguapan. Pengaruh lain adalah makin cepatnya
denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi
kebutuhan oksigen, dan tubuh manusia selalu berusaha untuk mencapai
keseimbangan antara panas tubuh dengan suhu di sekitarnya.

Pencahayaan.

Pada umumnya pekerjaan memerlukan upaya penglihatan. Untuk melihat


manusia membutuhkan pencahayaan. Oleh sebab itu salah satu masalah
lingkungan di tempat kerja yang harus diperhatikan adalah pencahayaan.
Pencahayaan yang kurang memadai merupakan beban tambahan bagi pekerja,
sehingga dapat menimbulkan gangguan performance (penampilan) kerja yang
akhirnya dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan
kerja.

Radiasi

Sumber radiasi dapat berasal dari alam dan buatan. Dampak radiasi terhadap
kesehatan tergantung pada: lamanya terpapar, jumlah yang diserap, tipe dan
lebih spesifik lagi adalah panjang gelombang. Pancaran yang paling berbahaya
adalah gelombang pendek, termasuk ionisasi dan radiasi sinar ultraviolet. Akibat
radiasi ultraviolet pada umumnya mengenai mata dan kulit, bila mengenai mata
dapat menyebabkan conjuctivitis.

Anda mungkin juga menyukai