Dalam pelaksanaan pekerjaan yang sering muncul dan terjadi adalah kecelakaan
kerja, gangguan kesehatan sewaktu kerja. Masalah ini adalah salah satu yang
harus diutamakan oleh perusahaan jasa konstruksi, tentunya akan menambah
biaya pengeluaran anggaran bagi pihak perusahaan. Hal ini tidak semua
perusahaan penyandang jasa konstruksi memperhatikannya dan ada yang belum
bersedia mengakolasikan dana untuk kepentingan menanggulangi kecelakaan
dan kesehatan kerja. Proyek konstruksi adalah merupakan rangkaian jenis
kegiatan yang melibatkan manajemen perusahaan, tenaga kerja, peralatan
teknik dan bahan konstruksi.
Perlindungan tersebut diatas dengan maksud, agar senantiasa para tenaga kerja
dengan nyaman melaksanakan pekerjaan sehari-hari sehingga dapat
meningkatkan produktifitasnya. Penerapan perencanaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bagian utama perlindungan tenaga
kerja sehingga proses kegiatan pembangunan berjalan dengan baik dan lancar,
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada semua pelaksanaan kegiatan proyek
yang sedang berjalan. Perencanaan Keselamatan dan Kese-hatan Kerja pada
proyek konstruksi merupakan salah satu syarat dalam pelaksanaan pekerjaan
suatu proyek dan sangat memberikan manfaat yang begitu besar bagi
kebersamaan pembangunan bangsa, kesejahteraan bagi tenaga kerja dan
masyarakat.
1. Keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan
proses pengolahannya, landasan
tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaannya.
2. Keselamatan kerja adalah dari, oleh, dan untuk setiap tenaga kerja serta
orang lain, dan juga masyarakat pada umumnya.
3. Sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat, dan kematian akibat
kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang
utama bagi keamanan tenaga kerja.
4. Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi,
baik barang, maupun jasa.
Kesehatan kerja
Spesialisasi dalam ilmu kesehatan dan kedokteran beserta prakteknya yang
bertujuan agar pekerja memperoleh derajad kesehatan setinggi-tingginya baik
fisik, mental maupun sosial dengan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap
penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor-faktor pekerjaan
dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit umumnya.
b. Faktor fisik.
Dalam aneka pendekatan keselamatan dan kesehatan kerja antara lain akan
diuraikan pentingnya perencanaan kerja yang tepat, pakaian kerja yang tepat,
penggunaan alat perlindungan diri, pengaturan warna, tanda-tanda petunjuk,
label-label, pengaturan pertukaran udara dan suhu serta usaha-usaha terhadap
kebisingan.” ”Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep.
463/MEN/1993, tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah
mewujudkan masyarakat dan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera,
sehingga akan tercapai ; suasana lingkungan kerja yang aman, sehat, dan
nyaman dengan keadaan tenaga kerja yang sehat fisik, mental, sosial, dan
bebas kecelakaan.”
Pada umumnya kegiatan konstruksi diawasi oleh manajer proyek, insinyur disain,
atau arsitek proyek. Orang-orang ini bekerja didalam kantor, sedangkan
pengawasan lapangan biasanya diserahkan kepada mandor proyek yang
mengawasi pekerja proyek bangunan, tukang kayu, dan ahli bangunan lainnya
untuk menyelesaikan fisik sebuah konstruksi. Dalam melakukan suatu konstruksi
biasanya dilakukan sebuah perencanaan terpadu.
Hal ini terkait dengan metode menentukan besarnya biaya yang diperlukan,
rancang-bangun, dan efek lain yang akan terjadi seperti peralatan penunjang
K3 saat pekerjaan konstruksi dilakukan. Sebuah jadwal perencanaan yang baik
akan menentukan suksesnya sebuah pembangunan terkait dengan pendanaan,
dampak lingkungan,ketersediaan peralatan perlindungan diri, ketersediaan
material bangunan, logistik, ketidak-nyamanan publik terkait dengan adanya
penundaan pekerjaan konstruksi, persiapan dokumen dan tender, dan lain
sebagainya.
Cara kerja yang aman dan sehat sangat penting diperhatikan. Budaya kerja
dengan dasar keamanan yang kuat dapat terlihat dari nilai-nilai yang fokus pada
keamanan, sistem manajemen, program, dan seluruh karyawan mahir dan giat
dalam menyingkirkan bahaya dan risiko bahaya di tempat kerja.
Berikut adalah tips atau cara cara menjaga keselamatan kerja agar dapat
membudayakan keselamatan di tempat kerja. Tips ini juga merupakan
rangkuman dari beberapa artikel tips keselamatan kerja dari literatur dan praktek-
praktek suskes yang pernah dicapai diberbagai perusahaan.
Di area kerja terdapat banyak peralatan. Dimulai dari peralatan yang paling
sederhana sampai pada peralatan yang canggih. Seperti:
bangku, lemari dan meja kerja; furnitur; konveyor; peralatan ringan s/d berat;
dan kendaraan. Pengaturan tata letak sangat penting untuk membantu
mencapai efisiensi dan efektifitas kerja, mencegah error, dan terakhir menekan
kejadian yang tidak diharapkan yang berakibat kecelakaan.
Ini adalah bagian cara kerja yang aman dan sehat, area kerja yang bersih
adalah wilayah kerja yang aman dan sehat. Banyak usaha usaha untuk
meningkatkan kesehatan kerja yang dapat dilakukan. Pada area kerja yang
bersih bahaya tersingkirkan, disamping itu area kerja yang bersih akan
meningkatkan produktivitas yang lebih bersar dari karyawan.
3. Libatkan karyawan.
cara mengatasi lingkungan kerja yang tidak aman yaitu salah satunya dengan
cara melibatkan karyawan anda dalam proses perencanaan safety. Karyawan
adalah orang pertama yang paling memahami situasi ditempat kerja. Mereka
juga akan termotivasi dengan baik untuk safety.
Ini bagian dari cara mengatasi lingkungan kerja yang tidak nyaman bagi
karywan. Mendorong karyawan untuk melaporkan kepada anda tentang
kekurangan, isu-isu, wawasan dalam masalah safety. Hal ini akan berdampak
terhadap membudayakan safety di tempat kerja. Pimpinan tempat kerja harus
membuka diri untuk menerima masukan, kritikan dari bawahan.
7. Melakukan Observasi.
9. Hazard, bahaya.
Hindari bahaya yang tidak perlu. Untuk hal itu lakukan pemeriksaan rutin atau
sesering mungkin tempat kerja anda. Adalah perlu
pemahaman, kemahiran untuk melakukan Identifikasi Bahaya dengan
baik dan benar.
Setiap tahun, atau tiap ada perubahan di tempat kerja harus dilakukan
peninjauan kembali pedoman kerja keselamatan di tempat kerja. Mulailah
review tahunan dengan melakukan pemeriksaan tempat kerja anda, dan
penelaahan menyeluruh terhadapa Sistem, program keselamatan anda.
keselamatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan
dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada
khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju
masyarakat adil dan makmur.
Faktor fisik dan mental: Kurang penglihatan atau pendengaran, otot lemah,
reaksi mental lambat, lemah jantung atau organ lain, emosi dan syaraf
tidak stabil, serta lemah badan.
Pengetahuan dan keterampilan: Kurang memperhatikan metode kerja
yang aman dan baik, kebiasaan yang salah, dan kurang pengalaman.
Sikap: Kurang minat / perhatian, kurang teliti, malas, sombong, tidak peduli
akan suatu akibat, dan hubungan yang kurang baik.
Ada beberapa definisi mengenai produktifitas kerja, antara lain: eJournal Ilmu
Pemerintahan, Volume 2, (3), 2014 : 3059-3069 3064 Menurut Kusriyanto (2000 :
2), produktivitas kerja adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan
peran serta tenaga kerja per satuan waktu. Sedangkan menurut Hasibuan (2003
: 105), produktivitas kerja adalah perbandingan antara output dengan input,
dimana output harus mempunyai nilai tambah dan teknik pengerjaannya yang
lebih baik.
2. Kualitas kerja merupakan suatu standar hasil yang berkaitan dengan mutu dari
suatu produk yang dihasilkan oleh pegawai/pekerja, dalam hal ini merupakan
suatu kemampuan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan secara teknis
dengan perbandingan standar yang telah ditetapkan oleh lembaga/perusahaan.
Sebuah perusahaan yang baik dan sehat adalah perusahaan yang selalu
memperhatikan kondisi karyawannya, dalam hal ini keselamatan kerja
karyawannya. Penerapan program keselamatan kerja yang optimal bagi
karyawan secara langsung erat hubungannya dengan produktivitas kerja
karyawan, karena penerapan program keselamatan kerja merupakan salah satu
cara memotivasi karyawan untuk meningkatkan produktivitas kerja mereka.
Motivasi akan timbul dari diri karyawan untuk bekerja sebaik mungkin apabila
mereka merasa aman dan nyaman dalam melaksanakan pekerjaannya tanpa
ada resiko yang dapat mengancam keselamatan jiwanya, selain itu karyawan
juga akan senang karena mereka merasa diperhatikan oleh perusahaan tempat
mereka bekerja. Akan tetapi sebaliknya, apabila program keselamatan kerja tidak
dijalankan secara intensif dan optimal, maka dapat menurunkan produktivitas
kerja karyawan, yaitu penurunan semangat dan gairah kerja karyawan akibat
mereka merasa takut mengambil resiko untuk membahayakan jiwanya dan
tentunya karena mereka merasa tidak diperhatikan oleh perusahaan tempat
mereka bekerja.
Perihal mengenai uraian di atas semakin diperkuat oleh beberapa teori yang
dikemukakan oleh beberapa ahli. Sebagaimana disebutkan oleh Andriana
Pusparini, Jusuf, dan Sugeng Budiono (2008 : 5), bahwa program keselamatan
kerja salah satu tujuannya adalah melindungi tenaga kerja atas hak
keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produksi dan produktivitas.
Disini yang perlu menjadi perhatian penting terdiri atas 3 hal yaitu kepemimpinan,
tinjauan awal K3 dan kebijakan K3.
1. Kepernimpinand an Komitmen
3. Kebijakan K3
Kebijakan ini harus melewati proses konsultasi dengan pekerja atau wakil
pekerja dan disebarluaskan kepada seluruh pekerja.
Kebijakan ini juga harus bersifat dinamis , artinya sering ditinjau ulang agar selalu
sesuai dengan kondisi yang ada. Untuk benar-benar menunjukkan kesungguhan
dari komitmen yang diiniliki, maka komitmen tersebut harus tertulis dan ditanda
tangani oleh pengurus tertinggi dari tempat kerja tersebut. Komitmen tertulis
tersebut selanjutnya disebut kebijakan yang harus memuat visi dan misi,
kerangka dan program kerja yang bersifat wnwn dan atau operasional
PERENCANAAN
Perencanaan yang dibuat barns efektif dengan mernuat sasaran yang jelas
sebagai pengejawantahand ari kebijakan K3 di tempat kerja dan indikator kinerja
serta apat menjawab kebijakan K3. Hal yang perlu diperbatikan dalam
perencanaan adalah identiflkasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian
resiko serta basil tinjauan awal terbadap K3.
Dalam perencanaan ini secara lebih rinci terbagi menjadi beberapa hal :
Perencanaan identiflkasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko dari
kegiatan, produk barang dan jasa.
Menjadikan semua pihak untuk berperan serta 3ecara aktif dalam penerapan dan
menciptakan budaya kerja yang mendukung penerapan dan pengeinbangan
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Hal ini ditunjang dengan
penunjukkan tanggung jawab dan tanggung gugat dari pekerjaan serta
menciptakan jalur komunikasi yang efektif.
Kegiatan Pendukung Diperlukan komunikasi dua arab yang efektif antara pekerja
dan pengurus serta pelaporan rutin sebagai sumber penting dalam penerapan
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Juga perlu dijamin bahwa
infonnasi mengalir dari pengurus ke karya\”an demikian juga sebaliknya.
Prosedur pelaporan informasi yang terkait clan tepat wakw harus ditetapkan
untuk menjamin bahwa sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja dipantau clan kinerjanya ditingkatkan. Pelaporan dibedakan alas
kepentigannya menjadi internal (terjadinya insiden, ketidaksesuaian, kinerja K3
dan identi[lkasi sumber bahaya) clan eksternal (menangani yang dipersyaratkan
di peraturan perundangan).
pengukurand an eva1uasi:
Merupakan basil temuan dari audit dan harus disetujui oleh pihak manajemen
dan dijamin pelaksanaalulya secara sisternatik dan efektif
Masa kerja dapat menjadi penyebab dari terjadinya kecelakaan pada suatu
pekerjaan karena tenaga kerja baru biasanya belum mengetahui secara
mendalam tentang pekerjaan dan keselamatannya. Sementara itu, masa kerja
yang lama ditambah dengan praktik yang terus-menerus akan dapat menambah
pengetahuan serta meningkatkan kecakapan seseorang, pekerjaan juga akan
semakin bermutu dan cepat selesai.
Keselamatan kerja
Keselamata kerja adalah usaha-usaha yang bertujuan untuk menjamin
keadaan,keutuhan dan kesempurnaan tenaga kerja (baik jasmaniah maupun
rohaniah), beserta hasil karya dan alat-alat kerjanya ditempat kerja. Usaha-usaha
tersebut harus dilaksanakan oleh semua unsur yang terlibat dalam proses kerja,
yaitu pekerja itu sendiri, pengawas/kepala kelompok
kerja,perusahaan,pemerintah,dan msayarakat pada umumnya. Tanpa ada kerja
sama yang baik dari semua unsur tersebut tujuan keselamatan kerja tidak
mungkin dapat dicapai secara maksimal.
Pelayanan Preventif.
Pelayanan ini diberikan guna mencegah terjadinya penyakit akibat kerja, penyakit
menular di lingkungan kerja dengan menciptakan kondisi pekerja dan mesin atau
tempat kerja agar ergonomis, menjaga kondisi fisik maupun lingkungan kerja
yang memadai dan tidak menyebabkan sakit atau membahayakan pekerja serta
menjaga pekerja tetap sehat.
Pelayanan Promotif.
Peningkatan kesehatan (promotif) pada pekerja dimaksudkan agar keadaan fisik
dan mental pekerja senantiasa dalam kondisi baik. Pelayanan ini diberikan
kepada tenaga kerja yang sehat dengan tujuan untuk meningkatkan kegairahan
kerja, mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas tenaga kerja
Pelayanan Kuratif.
Pelayanan pengobatan terhadap tenaga kerja yang menderita sakit akibat kerja
dengan pengobatan spesifik berkaitan dengan pekerjaannya maupun
pengobatan umumnya serta upaya pengobatan untuk mencegah meluas
penyakit menular di lingkungan pekerjaan. Pelayanan ini diberikan kepada
tenaga kerja yang sudah memperlihatkan gangguan kesehatan/gejala dini
dengan mengobati penyakitnya supaya cepat sembuh dan mencegah komplikasi
atau penularan terhadap keluarganya ataupun teman kerjanya.
Pelayanan Rehabilitatif.
Pelayanan ini diberikan kepada pekerja karena penyakit parah atau kecelakaan
parah yang telah mengakibatkan cacat, sehingga menyebabkan
ketidakmampuan permanen, baik sebagian atau seluruh kemampuan bekerja
yang biasanya mampu dilakukan sehari-hari.
Chemical agent.
Bahan kimia yang berpotensi menimbulkan bahaya di Laboratorium adalah:
1. Asam Nitrat (HNO3)
2. Asam Sulfat ( H2SO4)
3. Asam Klorida (HCL)
4. N-Hexane
5. Aseton
6. Asam Peroksida (H2O2)
Physical agent.
Debu.
Debu dan uap/asap (fume) merupakan salah satu sumber gangguan yang tidak
dapat diabaikan. Dalam kondisi tertentu debu merupakan bahaya yang dapat
menimbulkan kerugian besar. Tempat kerja yang prosesnya mengeluarkan debu
atau uap, dapat menyebabkan pengurangan kenyamanan kerja, gangguan
penglihatan, gangguan fungsi faal paru-paru, bahkan dapat menimbulkan
keracunan umum.
Pekerjaan di Laboratoria Teknik Fisika yang dapat mengeluarkan debu atau uap
diantaranya pemrosesan material logam, keramik atau gelas yang dapat berupa
pengeboran, pemotongan, pembubutan, pengelasan pemanasan atau
pembakaran. Kegiatan lainnya yang dapat menimbulkan debu atau uap yaitu
penyolderan yang terkait dengan pekerjaan elektronika dan pemipaan tembaga.
Debu juga dapat ditimbulkan dari bahan insulasi termal maupun akustik,
misalnya debu dari glasswool.
Memakai metode basah: Lantai disiram air supaya debu tak beterbangan
di udara. Pengeboran basah (wet drilling) untuk mengurangi debu yang
ada di udara. Debu jika di semprot dengan uap air akan berflocculasi lalu
mengendap.
Dengan alat: Scrubber, Elektropresipitator, Ventilasi umum.
2. Pencegahan terhadap sumber: diusahakan debu tidak keluar dari sumber yaitu
dengan pemasangan local exhauster.
3. Perlindungan diri terhadap pekerja antara lain berupa tutup hidung atau
masker.
Kebisingan.
Bising dapat diartikan sebagai suara yang timbul dari getaran-getaran yang tidak
teratur dan periodik, kebisingan merupakan suara yang tidak dikehendaki.
Manusia masih mampu mendengar bunyi dengan frekuensi antara 16-20.000 Hz,
dan intensitas dengan nilai ambang batas (NAB) 85 dB (A) secara terus
menerus. Intensitas lebih dari 85 dB dapat menimbulkan gangguan dan batas ini
disebut critical level of intensity. Kebisingan merupakan masalah kesehatan kerja
yang timbul di Laboratoria Teknik Fisika. Sumber kebisingan berasal aktivitas di
laboratorium material logam atau dari peralatan praktikum atau penelitian
(misalnya bising dari kompresor).
1. Gangguan Fisiologis.
2. Gangguan Psikologis.
Pada dasarnya untuk menutup mesin mesin yang bising adalah sebagai berikut:
Suhu Udara.
Suhu tubuh manusia yang dapat kita raba/rasakan tidak hanya didapat dari
metabolisme, tetapi juga dipengaruhi oleh panas lingkungan. Makin tinggi panas
lingkungan, semakin besar pula pengaruhnya terhadap suhu tubuh. Sebaliknya
semakin rendah suhu lingkungan, makin banyak pula panas tubuh akan hilang.
Dengan kata lain, terjadi pertukaran panas antara tubuh manusia yang didapat
dari metabolisme dengan tekanan panas yang dirasakan sebagai kondisi panas
lingkungan. Selama pertukaran ini serasi dan seimbang, tidak akan menimbulkan
gangguan, baik penampilan kerja maupun kesehatan kerja.
Pencahayaan.
Radiasi
Sumber radiasi dapat berasal dari alam dan buatan. Dampak radiasi terhadap
kesehatan tergantung pada: lamanya terpapar, jumlah yang diserap, tipe dan
lebih spesifik lagi adalah panjang gelombang. Pancaran yang paling berbahaya
adalah gelombang pendek, termasuk ionisasi dan radiasi sinar ultraviolet. Akibat
radiasi ultraviolet pada umumnya mengenai mata dan kulit, bila mengenai mata
dapat menyebabkan conjuctivitis.