Polystichum setiferum
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Pteridophyta
Kelas
Psilotopsida
Equisetopsida
Marattiopsida
Polypodiopsida
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Morfologi
2 Daur hidup (metagenesis)
3 Klasifikasi
4 Lihat juga
5 Referensi
6 Pranala luar
Smith et al. (2006)[1] mengajukan revisi yang cukup kuat berdasarkan data
morfologi dan molekular. Berdasarkan klasifikasi terbaru ini, Lycophyta
(rane, paku kawat, dan Isoetes) merupakan tumbuhan berpembuluh yang
pertama kali terpisah dari yang lain, sedangkan paku-pakuan serta tumbuhan
berbiji berada pada kelompok lain. Selanjutnya terlihat bahwa semua
kormofita berspora yang tersisa tergabung dalam satu kelompok besar, yang
layak dikatakan sebagai anggota divisio tumbuhan paku (Pteridophyta). Dari
hasil revisi ini juga terlihat bahwa sejumlah paku-pakuan yang dulu dianggap
sebagai paku primitif (seperti Psilotum) ternyata lebih dekat berkerabat
dengan paku tunjuk langit (Helminthostachys), sementara paku ekor kuda
(Equisetum') sama dekatnya dengan paku sejati terhadap Marattia.
Dengan demikian, berdasarkan klasifikasi baru ini, tumbuhan paku dapat
dikelompokkan sebagai berikut.
Divisio: Lycophyta
dengan satu kelas: Lycopsida.
Divisio: Pteridophyta
dengan empat kelas monofiletik:
Divisi terakhir ini mencakup semua tumbuhan yang biasa dikenal sebagai
paku sejati atau paku benar. Berikut adalah klasifikasi lengkap menurut
Smith et al. (2006):
Kelas Psilotopsida
Bangsa Ophioglossales
Suku Ophioglossaceae (termasuk Botrychiaceae,
Helminthostachyaceae)
Bangsa Psilotales
Suku Psilotaceae (termasuk Tmesipteridaceae)
Kelas Equisetopsida [=Sphenopsida]
Bangsa Equisetales
Suku Equisetaceae
Kelas Marattiopsida
Bangsa Marattiales
Suku Marattiaceae (termasuk Angiopteridaceae, Christenseniaceae,
Danaeaceae, Kaulfussiaceae)
Kelas Polypodiopsida [=Filicopsida, Pteridopsida]
Bangsa Osmundales
Suku Osmundaceae
Bangsa Hymenophyllales
Suku Hymenophyllaceae (termasuk Trichomanaceae)
Bangsa Gleicheniales
Suku Gleicheniaceae (termasuk Dicranopteridaceae,
Stromatopteridaceae)
Suku Dipteridaceae (termasuk Cheiropleuriaceae)
Suku Matoniaceae
Bangsa Schizaeales
Suku Lygodiaceae
Suku Anemiaceae (termasuk Mohriaceae)
Suku Schizaeaceae
Bangsa Salviniales (paku air)
Suku Marsileaceae (termasuk Pilulariaceae)
Suku Salviniaceae (termasuk Azollaceae)
Bangsa Cyatheales (paku pohon)
Suku Thyrsopteridaceae
Suku Loxomataceae
Suku Culcitaceae
Suku Plagiogyriaceae
Suku Cibotiaceae
Suku Cyatheaceae (termasuk Alsophilaceae, Hymenophyllopsidaceae)
Suku Dicksoniaceae (termasuk Lophosoriaceae)
Suku Metaxyaceae
Bangsa Polypodiales
Suku Lindsaeaceae (termasuk Cystodiaceae, Lonchitidaceae)
Suku Saccolomataceae
Suku Dennstaedtiaceae (termasuk Hypolepidaceae, Monachosoraceae,
Pteridiaceae)
Suku Pteridaceae (termasuk Acrostichaceae, Actiniopteridaceae,
Adiantaceae, Anopteraceae, Antrophyaceae, Ceratopteridaceae,
Cheilanthaceae, Cryptogrammaceae, Hemionitidaceae,
Negripteridaceae, Parkeriaceae, Platyzomataceae, Sinopteridaceae,
Taenitidaceae, Vittariaceae)
Suku Aspleniaceae
Suku Thelypteridaceae
Suku Woodsiaceae (termasuk Athyriaceae, Cystopteridaceae)
Suku Blechnaceae (termasuk Stenochlaenaceae)
Suku Onocleaceae
Suku Dryopteridaceae (termasuk Aspidiaceae, Bolbitidaceae,
Elaphoglossaceae, Hypodematiaceae, Peranemataceae)
Suku Lomariopsidaceae (termasuk Nephrolepidaceae
Suku Tectariaceae
Suku Oleandraceae
Suku Davalliaceae
Suku Polypodiaceae (termasuk Drynariaceae, Grammitidaceae,
Gymnogrammitidaceae, Loxogrammaceae, Platyceriaceae,
Pleurisoriopsidaceae)
Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
Tumbuhan paku atau Pterydophyta tergolong tumbuhan Cormophyta kaena
sudah memiliki akar, batang, dan daun sejati. Tumbuhan paku memiliki cara
hidup yang bemacam-macam, ada yang saprofit, epifit, hidup di tanah, atau di
air. Tumbuhan ini juga mengalami metagenesis seperti lumut tetapi bebeda
pada fase yang dominant. Pada tumbuhan paku fase yang lebih dominan
adalah pada fase sporofit dibandingkan dengan gametofit sehingga tumbuhan
paku yang kita lihat sehari-hari merupakan fase sporofit.
Pada umumnya, tumbuhan paku banyak hidup pada tempat lembap sehingga
disebut sebagai tanaman higrofit. Pada hutan-hutan tropik dan subtropik,
tumbuhan paku merupakan tumbuhan yang hidup di permukaan tanah,
tersebar mulai dari tepi pantai sampai ke lereng-lereng gunung, bahkan ada
yang hidup di sekitar kawah gunung berapi.
1. Daun mikrofil (daun kecil), berbentuk seperti rambut atau sisik, tidak
bertangkai dan bertulang daun serta belum memperlihatkan diferensiasi sel.
2. Daun makrofil (daun besar), ukurannya besar, bertangkai, bertulang daun,
dan bercabang-cabang serta sel-selnya sudah terdiferensiasi dengan baik.
1. Subdivisi Psilopsida
Subdivisi Psilopsida merupakan jenis tumbuhan paku sederhana dan hanya
memiliki dua genus yang hidup tersebar luas di daerah tropik dan subtropik.
Termasuk tumbuhan paku homospora dan sudah hampir punah. Pada
generasi sporofit, jenis tumbuhan paku ini mempunyai ranting yang
bercabang-cabang dan tidak memiliki akar dan daun. Sebagai pengganti akar,
jenis tumbuhan paku ini memiliki akar yang diselubungi rambut-rambut kecil
yang disebut rizoid dan belum memiliki jaringan pengangkut. Contohnya
adalah Psilotum nudum.
2. Subdivisi Lycopsida
Disebut ga sebagai paku kawat atau paku rambut. Anggota kelompok ini
memiliki daun kecil-kecil dan tidak bertangkai. Tumbuhan paku ini termasuk
paku yang hterspora. Hidup sebagai epifit di daerah tropis. Contohnya adalah
Lycopodium cernuum (paku kawat) dan Selaginella (paku rane).
3. Subdivisi Sphenopsida
Dikenal sebagai paku ekor kuda dengan sporofit yang cukup mencolok.
Gametofitnya berkembang dari spora berukuran sangat kecil, dapat
berfotosintesis serta hidup secara bebas. Spora haploid dihasilkan di dalam
sporangium secara meiosis. Sphenopsida termasuk paku peralihan. Umumnya
memiliki batang bercabang dan beruas-ruas. Daunnya kecil seperti selaput
halus, tunggal dan tersusun melingkar. Batangnya berwarna hijau yang
mengandung klorofil untuk fotosintesis. Contohnya adalah Equisetum debile
(paku ekor kuda).
4. Subdivisi Pteropsida
Dikenal sebagai pakis menurut pengertian kita sehari-hari. Banyak ditemukan
di daerah hutan tropis dan subtropis. Memiliki daun yang lebih besar
dibandingkan dengan subdivisi lainnya dan dibedakan menjadi dua macam
yaitu megafil dengan sistem percabangan pembuluh dan mikrofil yaitu daun
yang tumbuh dari batang yang mengandung untaian tunggal jaringan
pengangkut. Daunnya yang masih muda menggulung pada ujungnya dan
sporangium terdapat pada sporofil. Contohnya adalah Adiantum cuneatum
(suplir), Marsilea crenata (semanggi), dan Asplenium nidus (paku sarang
kuda).
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Pergiliran keturunan
2 Peran tumbuhan lumut dalam ekosistem
3 Manfaat tumbuhan lumut
4 Rujukan
Sel-sel kelamin jantan (sel sperma) dihasilkan dari anteridium dan sel-sel
kelamin betina (sel telur atau ovum) terletak di dalam arkegonium. Kedua
organ penghasil sel kelamin ini terletak di bagian puncak dari tumbuhan.
Anteridium yang masak akan melepas sel-sel sperma. Sel-sel sperma
berenang (pembuahan terjadi apabila kondisi lingkungan basah) menuju
arkegonium untuk membuahi ovum.
Ovum yang terbuahi akan tumbuh menjadi sporofit yang tidak mandiri
karena hidupnya disokong oleh gametofit. Sporofit ini diploid (x = 2n) dan
berusia pendek (3-6 bulan untuk mencapai tahap kemasakan). Sporofit akan
membentuk kapsula yang disebut sporogonium pada bagian ujung.
Sporogonium berisi spora haploid yang dibentuk melalui meiosis.
Sporogonium masak akan melepaskan spora. Spora tumbuh menjadi suatu
berkas-berkas yang disebut protonema. Berkas-berkas ini tumbuh meluas dan
pada tahap tertentu akan menumbuhkan gametofit baru.
Duwi Santosa
Add Comment
Sains & Biologi
Rabu, 25 September 2013
Setelah pada kesempatan yang lalu telah kita uraikan bersama mengenai
bagaimana perkembangbiakan dan manfaat tumbuhan lumut, pada
kesempatan kali ini kita akan uraikan bersama mengenai klasifikasi
tumbuhan lumut (bryophyta). Tumbuhan lumut diklasifikasikan menjadi tiga
kelas, yaitu kelas Hepaticopsida (lumut hati), kelas Anthocerotopsida (lumut
handuk), dan kelas Bryopsida (lumut sejati). Ketiga klasifikasi tersebut akan
kita uraikan masing-masing dalam penjelasan berikut ini.
Kelas Hepaticopsida meliputi 300 genus dan 6.000 spesies yang umumnya
terdapat di daerah tropis dan daerah beriklim basah. Secara umum, lumut hati
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Jugermanniidae yang berdaun dan
Marchabtiopsida yang bertalus.
Kelompok Jugermanniidae
Kelompok lumut hati berdaun terlihat sangat mirip dengan lumut pada
umumnya. Jenis lumut ini mempunyai daun yang lebih sederhana dari lumut
dan tidak memiliki tulang tengah yang disebut costa. Tangkai dari
sporofitnya berwarna transparan (bening) sampai ke arah putih. Sporofit dari
lumut hati mempunyai struktur sederhana yang terdiri atas kaki yang melekat
pada gametofit dan suatu kapsul. Kapsulnya biasanya berwarna hitam dan
berbentuk telur. Salah satu contoh jenis lumut hati berdaun adalah Scapania
sp.
Scapania sp
(sumber gambar : bryophytes.plant.siu.edu)
Kelompok Marchantiopsida
Kelompok lumut hati bertalus lebih mudah ditemukan daripada lumut hati
berdaun dan strukturnya berbentuk talus. Gametofitnya pipih, berwarna hijau
dan berbentuk seperti rajutan berpilin. Pada saat gametofitnya tumbuh subur
dan siap menghasilkan generasi sporofitnya, tumbuhan ini dapat tumbuh
seperti struktur berbentuk payung berwarna hijau yang disebut
carpocephalum. Sporofit tumbuh di bawah struktur payung tersebut dan
sering sekali terlindung dari penglihatan.
Ada dua struktur payung, yaitu payung yang tepinya rata yang menunjukkan
anteridium dan payung yang memiliki lekuk-lekuk pada tepinya yang
menunjukkan arkegonium. tahap ini merupakan tahap reproduksi generatif.
Sementara itu, reproduksi vegetatif dengan membentuk gemma atau kuncup.
Salah satu contoh jenis lumut hati bertalus adalah Asterella Californica.
Asterella california
(sumber gambar : nathistoc.bio.uci.edu)
Anthoceros sp.
(sumber gambar : forestis.rsvs.ulaval.ca)
KELAS BRYOPSIDA (LUMUT SEJATI)
Lumut sejati terdiri atas tangkai yang panjang dan kecil serta daun, tapi
semuanya tidak memiliki jaringan pembuluh. Gigi peristom merupakan ciri
khusus dari lumut sejati, yaitu organ yang terletak di ujung tangkai gametofit
untuk melepaskan spora.
Setelah diamati metagenesis lumut dan paku diatas dapat kita simpulkan
bahwa
1. Gametofit
paku umurnya lebih pendek dibanding sporofitnya karena yang terlihat
di
alam tumbuhan pakunya bukan Prothaliumnya , sedang pada lumut
sebaliknya yang dialam tumbuhan lumutnya maka gametofitnya lebih
lama /
dominan hidupnya dibanding sporogonium
2. Tumbuhan
paku ada di bawah skema berarti kromosomnya diploid karena yang
dibawah
selalu berasal dari zygot hasil pertemuan dua sel kelamin , sebaliknya
lumut haploid karena ada diatas skema yang terbentuknya hasil dari
perkembangan spora. dan spora itu dibentuknya secara miosis (
pembelahan
reduksi)
Berikut letak spora pada tumbuhan paku , berada di daun Paku yang di
daun itu terdapat sporogonium , sedang di Lumut tidak akan di jumpai di
daun namun di Sporogonium yang menjulang di atas tumbuhan lumut ( lihat
gambatnya ya )
Untuk perbedaan ciri yang lain dari keduanya yaitu
1. Pada lumut akarnya masih rhizoid , sedang pada tumbuhan paku
akarnya serabut
2. Pada
lumut tubuhnya belum terdapat berkas pengangkut xilem dan floem ,
sedangkan di paku sudah mempunyai xilem dan floem sehingga lumut
tergolong Non tracheophyta sedang pada tumbuhan paku tergolong
Tracheophyta
3. pada
lumut daun tidak dijumpai spora sedang dipaku terlihat ada sporanya (
sporofil) , pada daun paku ketika masih muda menggulung
4. alat pengatur keluarnya spora di lumut berupa gigi peristome
sedangkan di paku berupa anullus
Metagenesis Hepaticopsida
Metagenesis Bryopsida
Berdasarkan struktur tubuhnya, Tumbuhan Lumut
telah berkormus.(batang akar dan daunnya sudah bisa dibedakan)
Lebih tepatnya lumut merupakan peralihan antara tumbuhan bertalus
dengan tumbuhan berkormus.
ADAPTASI LUMUT
More info:
Published by: DiewaNatha KromoPawiro on Jul 09, 2011
Copyright:Attribution Non-commercial
Availability:
Read on Scribd mobile: iPhone, iPad and Android.
Free download as PDF, DOC, TXT or read online for free from Scribd
Flag for inappropriate content|Add to collection
See More
See less
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Jamur kancing (champignon) adalah jamur pangan yang paling populer di dunia.
Jamur atau cendawan adalah tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat
heterotrof.[1] Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler.[1] Tubuhnya terdiri dari benang-benang
yang disebut hifa.[1] Hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebut
miselium.[1] Reproduksi jamur, ada yang dengan cara vegetatif ada juga dengan cara generatif.[1]
Jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya untuk memperoleh
makanannya.[2] Setelah itu, menyimpannya dalam bentuk glikogen.[2] Jamur merupakan
konsumen, maka dari itu jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein,
vitamin, dan senyawa kimia lainnya.[2] Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya.[2] Sebagai
makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit.[2]
Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme.[2] Jamur yang hidup
bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat tertentu yang
bermanfaat bagi simbionnya.[2] Simbiosis mutualisme jamur dengan tanaman dapat dilihat pada
mikoriza, yaitu jamur yang hidup di akar tanaman kacang-kacangan atau pada liken.[2] Jamur
berhabitat pada bermacammacam lingkungan dan berasosiasi dengan banyak organisme.[2]
Meskipun kebanyakan hidup di darat, beberapa jamur ada yang hidup di air dan berasosiasi
dengan organisme air.[2] Jamur yang hidup di air biasanya bersifat parasit atau saprofit, dan
kebanyakan dari kelas Oomycetes.[2]Jamur dibedakan menjadi 4 divisio, yaitu Zygomycota,
Ascomycota, Basidiomycota, dan Deuteromycota.