Anda di halaman 1dari 35

Tumbuhan paku

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
"Pakis" beralih ke halaman ini. Untuk kegunaan lain dari Pakis, lihat Pakis
(disambiguasi).
?
Tumbuhan paku
(Pteridophyta)

Polystichum setiferum
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Pteridophyta
Kelas
Psilotopsida
Equisetopsida
Marattiopsida
Polypodiopsida

Tumbuhan paku atau paku-pakuan adalah sekelompok tumbuhan dengan


sistem pembuluh sejati (Tracheophyta, memiliki pembuluh kayu dan
pembuluh tapis) tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksi seksualnya.
Alih-alih biji, kelompok tumbuhan ini mempertahankan spora sebagai alat
perbanyakan generatifnya, sama seperti lumut dan fungi.

Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju


abadi dan daerah kering (gurun). Total spesies yang diketahui hampir 10.000,
dengan perkiraan 3.000 di antaranya tumbuh di Indonesia. Sebagian besar
anggota paku-pakuan tumbuh di daerah tropika basah yang lembab.

Paku-pakuan cenderung ditemukan pada kondisi tumbuh marginal, seperti


lantai hutan yang lembab, tebing perbukitan, merayap pada batang pohon
atau batuan, di dalam kolam/danau, daerah sekitar kawah vulkanik, serta sela-
sela bangunan yang tidak terawat. Meskipun demikian, ketersediaan air yang
mencukupi pada rentang waktu tertentu diperlukan karena salah satu tahap
hidupnya tergantung pada keberadaan air, yaitu sebagai media bergeraknya
sel sperma menuju sel telur.

Tumbuhan paku merajai hutan-hutan dunia di Zaman Karbon sehingga


zaman itu dikenal sebagai masa keemasan tumbuhan paku. Serasah hutan
tumbuhan pada zaman ini yang memfosil dan mengalami mineralisasi
sekarang ditambang orang sebagai batu bara.

Menurut petunjuk-petunjuk paleontologi, banyak yang bersepakat bahwa dari


suatu bentuk tumbuhan paku purba terwujudlah tumbuhan berbiji, suatu
kelompok tumbuhan yang mendominasi vegetasi masa kini. Akibatnya,
menurut pendapat tersebut, tumbuhan paku merupakan kelompok yang
parafiletik. Pendapat ini agak berbeda dengan petunjuk yang diperoleh dari
penelitian biologi molekular. Menurut pendapat dari kalangan ini, tumbuhan
paku (minus kelompok Lycophytina) merupakan "saudara" dari tumbuhan
berbiji, sehingga tumbuhan paku merupakan kelompok yang monofiletik.

Daftar isi

[sembunyikan]

 1 Morfologi
 2 Daur hidup (metagenesis)
 3 Klasifikasi
 4 Lihat juga
 5 Referensi
 6 Pranala luar

Morfologi[sunting | sunting sumber]


Bentuk tumbuhan paku bermacam-macam, ada yang berupa pohon (paku
pohon, biasanya tidak bercabang), epifit, mengapung di air, hidrofit, tetapi
biasanya berupa terna dengan rimpang yang menjalar di tanah atau humus
dan ental (bahasa Inggris frond) yang menyangga daun dengan ukuran yang
bervariasi (sampai 6 m). Ental yang masih muda selalu menggulung seperti
gagang biola dan menjadi satu ciri khas tumbuhan paku. Daun pakis hampir
selalu tersusun sebagai daun majemuk.

Daur hidup (metagenesis)[sunting | sunting sumber]

Protalium (panah merah) dengan tumbuhan paku muda

Daur hidup tumbuhan paku mengenal metagenesis /pergiliran keturunan,


yang terdiri dari dua fase utama:gametofit dan sporofit. Tumbuhan paku yang
mudah kita lihat merupakan bentuk fase sporofit karena menghasilkan spora.
Bentuk generasi fase gametofit dinamakan protalus (prothallus) atau
protalium (prothallium), yang berwujud tumbuhan kecil berupa lembaran
berwarna hijau, mirip lumut hati, tidak berakar (tetapi memiliki rizoid
sebagai penggantinya), tidak berbatang, tidak berdaun. Prothallium tumbuh
dari spora yang jatuh di tempat yang lembap. Dari prothallium berkembang
anteridium (antheridium, organ penghasil spermatozoid atau sel kelamin
jantan) dan arkegonium (archegonium, organ penghasil ovum atau sel telur).
Pembuahan mutlak memerlukan bantuan air sebagai media spermatozoid
berpindah menuju archegonium. Ovum yang terbuahi berkembang menjadi
zigot, yang pada gilirannya tumbuh menjadi tumbuhan paku baru.
Tumbuhan berbiji (Spermatophyta) juga memiliki daur seperti ini tetapi
telah berevolusi lebih jauh sehingga tahap gametofit tidak mandiri. Spora
yang dihasilkan langsung tumbuh menjadi benang sari atau kantung embrio.

Klasifikasi[sunting | sunting sumber]

Paku laut. Tumbuhan paku adaptif untuk tempat-tempat marginal.

Secara tradisional, Pteridophyta mencakup semua kormofita berspora, kecuali


lumut hati, lumut tanduk, dan tumbuhan lumut. Selain paku sejati (kelas
Filicinae), termasuk di dalamnya paku ekor kuda (Equisetinae), rane dan
paku kawat (Lycopodiinae), Psilotum (Psilotinae), serta Isoetes (Isoetinae).
Sampai sekarang pun ilmu yang mempelajari kelompok-kelompok ini disebut
pteridologi dan ahlinya disebut pteridolog.

Smith et al. (2006)[1] mengajukan revisi yang cukup kuat berdasarkan data
morfologi dan molekular. Berdasarkan klasifikasi terbaru ini, Lycophyta
(rane, paku kawat, dan Isoetes) merupakan tumbuhan berpembuluh yang
pertama kali terpisah dari yang lain, sedangkan paku-pakuan serta tumbuhan
berbiji berada pada kelompok lain. Selanjutnya terlihat bahwa semua
kormofita berspora yang tersisa tergabung dalam satu kelompok besar, yang
layak dikatakan sebagai anggota divisio tumbuhan paku (Pteridophyta). Dari
hasil revisi ini juga terlihat bahwa sejumlah paku-pakuan yang dulu dianggap
sebagai paku primitif (seperti Psilotum) ternyata lebih dekat berkerabat
dengan paku tunjuk langit (Helminthostachys), sementara paku ekor kuda
(Equisetum') sama dekatnya dengan paku sejati terhadap Marattia.
Dengan demikian, berdasarkan klasifikasi baru ini, tumbuhan paku dapat
dikelompokkan sebagai berikut.

Divisio: Lycophyta
dengan satu kelas: Lycopsida.

Divisio: Pteridophyta
dengan empat kelas monofiletik:

 Psilotopsida, mencakup Ophioglossales.


 Equisetopsida
 Marattiopsida
 Polypodiopsida (=Pteridopsida, Filicopsida)

Divisi terakhir ini mencakup semua tumbuhan yang biasa dikenal sebagai
paku sejati atau paku benar. Berikut adalah klasifikasi lengkap menurut
Smith et al. (2006):

Kelas Psilotopsida
Bangsa Ophioglossales
Suku Ophioglossaceae (termasuk Botrychiaceae,
Helminthostachyaceae)
Bangsa Psilotales
Suku Psilotaceae (termasuk Tmesipteridaceae)
Kelas Equisetopsida [=Sphenopsida]
Bangsa Equisetales
Suku Equisetaceae
Kelas Marattiopsida
Bangsa Marattiales
Suku Marattiaceae (termasuk Angiopteridaceae, Christenseniaceae,
Danaeaceae, Kaulfussiaceae)
Kelas Polypodiopsida [=Filicopsida, Pteridopsida]
Bangsa Osmundales
Suku Osmundaceae
Bangsa Hymenophyllales
Suku Hymenophyllaceae (termasuk Trichomanaceae)
Bangsa Gleicheniales
Suku Gleicheniaceae (termasuk Dicranopteridaceae,
Stromatopteridaceae)
Suku Dipteridaceae (termasuk Cheiropleuriaceae)
Suku Matoniaceae
Bangsa Schizaeales
Suku Lygodiaceae
Suku Anemiaceae (termasuk Mohriaceae)
Suku Schizaeaceae
Bangsa Salviniales (paku air)
Suku Marsileaceae (termasuk Pilulariaceae)
Suku Salviniaceae (termasuk Azollaceae)
Bangsa Cyatheales (paku pohon)
Suku Thyrsopteridaceae
Suku Loxomataceae
Suku Culcitaceae
Suku Plagiogyriaceae
Suku Cibotiaceae
Suku Cyatheaceae (termasuk Alsophilaceae, Hymenophyllopsidaceae)
Suku Dicksoniaceae (termasuk Lophosoriaceae)
Suku Metaxyaceae
Bangsa Polypodiales
Suku Lindsaeaceae (termasuk Cystodiaceae, Lonchitidaceae)
Suku Saccolomataceae
Suku Dennstaedtiaceae (termasuk Hypolepidaceae, Monachosoraceae,
Pteridiaceae)
Suku Pteridaceae (termasuk Acrostichaceae, Actiniopteridaceae,
Adiantaceae, Anopteraceae, Antrophyaceae, Ceratopteridaceae,
Cheilanthaceae, Cryptogrammaceae, Hemionitidaceae,
Negripteridaceae, Parkeriaceae, Platyzomataceae, Sinopteridaceae,
Taenitidaceae, Vittariaceae)
Suku Aspleniaceae
Suku Thelypteridaceae
Suku Woodsiaceae (termasuk Athyriaceae, Cystopteridaceae)
Suku Blechnaceae (termasuk Stenochlaenaceae)
Suku Onocleaceae
Suku Dryopteridaceae (termasuk Aspidiaceae, Bolbitidaceae,
Elaphoglossaceae, Hypodematiaceae, Peranemataceae)
Suku Lomariopsidaceae (termasuk Nephrolepidaceae
Suku Tectariaceae
Suku Oleandraceae
Suku Davalliaceae
Suku Polypodiaceae (termasuk Drynariaceae, Grammitidaceae,
Gymnogrammitidaceae, Loxogrammaceae, Platyceriaceae,
Pleurisoriopsidaceae)
Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
Tumbuhan paku atau Pterydophyta tergolong tumbuhan Cormophyta kaena
sudah memiliki akar, batang, dan daun sejati. Tumbuhan paku memiliki cara
hidup yang bemacam-macam, ada yang saprofit, epifit, hidup di tanah, atau di
air. Tumbuhan ini juga mengalami metagenesis seperti lumut tetapi bebeda
pada fase yang dominant. Pada tumbuhan paku fase yang lebih dominan
adalah pada fase sporofit dibandingkan dengan gametofit sehingga tumbuhan
paku yang kita lihat sehari-hari merupakan fase sporofit.

Pada umumnya, tumbuhan paku banyak hidup pada tempat lembap sehingga
disebut sebagai tanaman higrofit. Pada hutan-hutan tropik dan subtropik,
tumbuhan paku merupakan tumbuhan yang hidup di permukaan tanah,
tersebar mulai dari tepi pantai sampai ke lereng-lereng gunung, bahkan ada
yang hidup di sekitar kawah gunung berapi.

Karakteristik Tumbuhan Paku

Secara umum, ciri-ciri tumbuhan paku mempunyai:


1. Lapisan pelindung sel yang terdapat di sekeliling organ reproduksi,
2. Embrio multiseluler yang terdapat di dalam arkegonium,
3. Lapisan kutikula pada bagian luar tubuh,
4. Sistem transportasi internal yang berfungsi sebagai pengangkut air dan zat-
zat mineral dari dalam tanah,
5. Struktur tubuh terdiri atas bagian-bagian akar, batang dan daun,
6. Akarnya berupa rizoid yang bersifat seperti akar serabut dengan ujung
dilindungi kaliptra,
7. Batangnya pada umumnya tidak tampak (kecuali tumbuhan paku tiang)
karena terdapat di dalam tanah berupa rimpang, menjalar, atau sedikit tegak,
8. Daunnya yang muda umumnya melingkar atau menggulung.
Berdasarkan bentuk, ukuran dan susunan daunnya, tumbuhan paku dapat
dibedakan menjadi:

1. Daun mikrofil (daun kecil), berbentuk seperti rambut atau sisik, tidak
bertangkai dan bertulang daun serta belum memperlihatkan diferensiasi sel.
2. Daun makrofil (daun besar), ukurannya besar, bertangkai, bertulang daun,
dan bercabang-cabang serta sel-selnya sudah terdiferensiasi dengan baik.

Berdasarkan fungsinya, daun tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi:

1. Daun tropofil, daun yang khusus sebagai tempat berlangsungnya


fotosintesis,

2. Daun sporofil, daun yang berfungsi sebagai penghasil spora.

Spora dibentuk di dalam sporangium (kotak spora) yang terkumpul di dalam


suatu badan yang disebut sorus yang terletak di bawah permukaan daun
sporofil, berupa bintik-bintik kuning, cokelat, atau cokelat kehitaman.
Swaktu masih muda, sorus dilindungi oleh selaput tipis yang disebut
indisium.

Reproduksi Tumbuhan Paku


Reproduksi tumbuhan paku berlangsung secara metagenesis. Reproduksi
vegetatif dengan spora haploid (n) yang dihasilkan oleh tumbuhan paku. Jadi,
tumbuhan paku merupakan tumbuhan dalam fase sporofit (penghasil spora).
Reproduksi generatif terjadi melalui peleburan antara spermatozoid dan
ovum yang dihasilkan oleh protalium. Jadi, protalium yang berbentuk talus
merupakan fase gametofit (penghasil gamet).

Berdasarkan jenis spora yang dihasilkan, tumbuhan paku dibedakn atas 3


golongan, yaitu:

a. Paku homospora (isospora), yaitu tumbuhan paku yang hanya


menghasilkan satu macam ukuran spora. Contoh: Lycopodium sternum (paku
kawat).

b. Paku heterospora (anisospora), yaitu tumbuhan paku yang menghasilkan


dua jenis spora yang berlainan yaitu mikrospora (berkelamin jantan yang
berukuran kecil) dan makrospora (spora berkelamin betina yang berukuran
besar). Contohnya adalah Marsilea crenata (semanggi) dan Selaginella (paku
rane).

c. Paku peralihan, yaitu jenis tumbuhan paku yang menghasilkan spora


dengan bentuk dan ukuran sama, tetapi berbeda jenis kelaminnya. Satu
berjenis kelamin jantan dan yang lain berjenis kelamin betina. Contohnya
adalah Equisetum debile (paku ekor kuda).

Klasifikasi Tumbuhan Paku

Berdasarkan tingkat perkembangannya, tumbuhan paku dapat


diklasifikasikan menjadi 4 subdivisi, yaitu:

1. Subdivisi Psilopsida
Subdivisi Psilopsida merupakan jenis tumbuhan paku sederhana dan hanya
memiliki dua genus yang hidup tersebar luas di daerah tropik dan subtropik.
Termasuk tumbuhan paku homospora dan sudah hampir punah. Pada
generasi sporofit, jenis tumbuhan paku ini mempunyai ranting yang
bercabang-cabang dan tidak memiliki akar dan daun. Sebagai pengganti akar,
jenis tumbuhan paku ini memiliki akar yang diselubungi rambut-rambut kecil
yang disebut rizoid dan belum memiliki jaringan pengangkut. Contohnya
adalah Psilotum nudum.

2. Subdivisi Lycopsida
Disebut ga sebagai paku kawat atau paku rambut. Anggota kelompok ini
memiliki daun kecil-kecil dan tidak bertangkai. Tumbuhan paku ini termasuk
paku yang hterspora. Hidup sebagai epifit di daerah tropis. Contohnya adalah
Lycopodium cernuum (paku kawat) dan Selaginella (paku rane).

3. Subdivisi Sphenopsida
Dikenal sebagai paku ekor kuda dengan sporofit yang cukup mencolok.
Gametofitnya berkembang dari spora berukuran sangat kecil, dapat
berfotosintesis serta hidup secara bebas. Spora haploid dihasilkan di dalam
sporangium secara meiosis. Sphenopsida termasuk paku peralihan. Umumnya
memiliki batang bercabang dan beruas-ruas. Daunnya kecil seperti selaput
halus, tunggal dan tersusun melingkar. Batangnya berwarna hijau yang
mengandung klorofil untuk fotosintesis. Contohnya adalah Equisetum debile
(paku ekor kuda).

4. Subdivisi Pteropsida
Dikenal sebagai pakis menurut pengertian kita sehari-hari. Banyak ditemukan
di daerah hutan tropis dan subtropis. Memiliki daun yang lebih besar
dibandingkan dengan subdivisi lainnya dan dibedakan menjadi dua macam
yaitu megafil dengan sistem percabangan pembuluh dan mikrofil yaitu daun
yang tumbuh dari batang yang mengandung untaian tunggal jaringan
pengangkut. Daunnya yang masih muda menggulung pada ujungnya dan
sporangium terdapat pada sporofil. Contohnya adalah Adiantum cuneatum
(suplir), Marsilea crenata (semanggi), dan Asplenium nidus (paku sarang
kuda).

Manfaat Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku memiliki beberapa nilai ekonomis bagi kehidupan manusia,


antara lain sebagai berikut:
1. Tanaman hias, contohnya suplir dan paku ekor kuda.
2. Untuk sayuran, misalnya semanggi dan beberapa jenis daun tumbuhan
paku yang masih muda.
3. Bahan obat-obatan, misalnya paku kawat.
4. Pupuk hijau, mislanya Azolla pinnata yang bersimbiosis dengan Anabaena
azollae (ganggang hijau-biru) dapat mengikat nitrogen bebas dari udara.
Tumbuhan lumut

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Langsung ke: navigasi, cari
Untuk halaman disambiguasi, lihat Lumut.

Tumbuhan lumut dengan sporofit muda

Tumbuhan lumut merupakan sekumpulan tumbuhan kecil yang termasuk


dalam Bryophytina[rujukan?] (dari bahasa Yunani bryum, "lumut").

Tumbuhan ini sudah menunjukkan diferensiasi tegas antara organ penyerap


hara dan organ fotosintetik namun belum memiliki akar dan daun sejati.
Kelompok tumbuhan ini juga belum memiliki pembuluh sejati. Alih-alih
akar, organ penyerap haranya adalah rizoid (harafiah: "serupa akar"). Daun
tumbuhan lumut dapat berfotosintesis. Tumbuhan lumut merupakan
tumbuhan pelopor, yang tumbuh di suatu tempat sebelum tumbuhan lain
mampu tumbuh. Ini terjadi karena tumbuhan lumut berukuran kecil tetapi
membentuk koloni yang dapat menjangkau area yang luas. Jaringan
tumbuhan yang mati menjadi sumber hara bagi tumbuhan lumut lain dan
tumbuhan yang lainnya.
Dalam bahasa sehari-hari, istilah "lumut" dapat merujuk pada beberapa
divisio. Klasifikasi lama pun menggabungkan pula lumut hati dan lumut
tanduk ke dalam Bryophyta, sehingga di dalam Bryophyta terangkum lumut
tanduk, lumut hati, dan lumut sejati (Musci). Namun, perkembangan dalam
taksonomi tumbuhan menunjukkan bahwa penggabungan ini parafiletik,
sehingga diputuskan untuk memisahkan lumut hati dan lumut tanduk ke luar
dari Bryophyta. Di dunia terdapat sekitar 4.000 spesies tumbuhan lumut
(termasuk lumut hati), 3.000 di antaranya tumbuh di Indonesia[1]. Kebun
Raya Cibodas di Jawa Barat memiliki "taman lumut" yang mengoleksi
berbagai tumbuhan lumut dan lumut hati dari berbagai wilayah di Indonesia
dan dunia.

Daftar isi

[sembunyikan]

 1 Pergiliran keturunan
 2 Peran tumbuhan lumut dalam ekosistem
 3 Manfaat tumbuhan lumut
 4 Rujukan

Pergiliran keturunan[sunting | sunting sumber]


Pergiliran keturunan tumbuhan lumut

Tumbuhan lumut mengalami pergiliran keturunan dalam daur hidupnya. Apa


yang dikenal orang sebagai tumbuhan lumut merupakan tahap gametofit
(tumbuhan penghasil gamet) yang haploid (x = n). Dengan demikian,
terdapat tumbuhan lumut jantan dan betina karena satu tumbuhan tidak dapat
menghasilkan dua sel kelamin sekaligus.

Sel-sel kelamin jantan (sel sperma) dihasilkan dari anteridium dan sel-sel
kelamin betina (sel telur atau ovum) terletak di dalam arkegonium. Kedua
organ penghasil sel kelamin ini terletak di bagian puncak dari tumbuhan.
Anteridium yang masak akan melepas sel-sel sperma. Sel-sel sperma
berenang (pembuahan terjadi apabila kondisi lingkungan basah) menuju
arkegonium untuk membuahi ovum.

Ovum yang terbuahi akan tumbuh menjadi sporofit yang tidak mandiri
karena hidupnya disokong oleh gametofit. Sporofit ini diploid (x = 2n) dan
berusia pendek (3-6 bulan untuk mencapai tahap kemasakan). Sporofit akan
membentuk kapsula yang disebut sporogonium pada bagian ujung.
Sporogonium berisi spora haploid yang dibentuk melalui meiosis.
Sporogonium masak akan melepaskan spora. Spora tumbuh menjadi suatu
berkas-berkas yang disebut protonema. Berkas-berkas ini tumbuh meluas dan
pada tahap tertentu akan menumbuhkan gametofit baru.

Peran tumbuhan lumut dalam ekosistem[sunting | sunting sumber]

Tumbuhan lumut memiliki peran dalam ekosistem sebagai penyedia oksigen,


penyimpan air (karena sifat selnya yang menyerupai spons), dan sebagai
penyerap polutan.

Tumbuhan ini juga dikenal sebagai tumbuhan perintis, mampu hidup di


lingkungan yang kurang disukai tumbuhan pada umumnya.

Manfaat tumbuhan lumut[sunting | sunting sumber]

Beberapa tumbuhan lumut dimanfaatkan sebagai ornamen tata ruang.


Beberapa spesies Sphagnum dapat digunakan sebagai obat kulit dan mata.

Tumbuhan lumut yang tumbuh di lantai hutan hujan membantu menahan


erosi, mengurangi bahaya banjir, dan mampu menyerap air pada musim
kemarau.
Klasifikasi Tumbuhan Lumut

Duwi Santosa
Add Comment
Sains & Biologi
Rabu, 25 September 2013
Setelah pada kesempatan yang lalu telah kita uraikan bersama mengenai
bagaimana perkembangbiakan dan manfaat tumbuhan lumut, pada
kesempatan kali ini kita akan uraikan bersama mengenai klasifikasi
tumbuhan lumut (bryophyta). Tumbuhan lumut diklasifikasikan menjadi tiga
kelas, yaitu kelas Hepaticopsida (lumut hati), kelas Anthocerotopsida (lumut
handuk), dan kelas Bryopsida (lumut sejati). Ketiga klasifikasi tersebut akan
kita uraikan masing-masing dalam penjelasan berikut ini.

KELAS HEPATICOPSIDA (LUMUT HATI)


Lumut hati merupakan anggota tumbuhan lumut yang mudah dilihat dan
diamati. Mengapa disebut lumut hati? Karena tubuh lumut hati dibagi
menjadi beberapa lobus, yang bentuknya akan mengingatkan seseorang akan
lobus hati pada hewan.

Kelas Hepaticopsida meliputi 300 genus dan 6.000 spesies yang umumnya
terdapat di daerah tropis dan daerah beriklim basah. Secara umum, lumut hati
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Jugermanniidae yang berdaun dan
Marchabtiopsida yang bertalus.

Kelompok Jugermanniidae
Kelompok lumut hati berdaun terlihat sangat mirip dengan lumut pada
umumnya. Jenis lumut ini mempunyai daun yang lebih sederhana dari lumut
dan tidak memiliki tulang tengah yang disebut costa. Tangkai dari
sporofitnya berwarna transparan (bening) sampai ke arah putih. Sporofit dari
lumut hati mempunyai struktur sederhana yang terdiri atas kaki yang melekat
pada gametofit dan suatu kapsul. Kapsulnya biasanya berwarna hitam dan
berbentuk telur. Salah satu contoh jenis lumut hati berdaun adalah Scapania
sp.
Scapania sp
(sumber gambar : bryophytes.plant.siu.edu)

Kelompok Marchantiopsida
Kelompok lumut hati bertalus lebih mudah ditemukan daripada lumut hati
berdaun dan strukturnya berbentuk talus. Gametofitnya pipih, berwarna hijau
dan berbentuk seperti rajutan berpilin. Pada saat gametofitnya tumbuh subur
dan siap menghasilkan generasi sporofitnya, tumbuhan ini dapat tumbuh
seperti struktur berbentuk payung berwarna hijau yang disebut
carpocephalum. Sporofit tumbuh di bawah struktur payung tersebut dan
sering sekali terlindung dari penglihatan.

Ada dua struktur payung, yaitu payung yang tepinya rata yang menunjukkan
anteridium dan payung yang memiliki lekuk-lekuk pada tepinya yang
menunjukkan arkegonium. tahap ini merupakan tahap reproduksi generatif.
Sementara itu, reproduksi vegetatif dengan membentuk gemma atau kuncup.
Salah satu contoh jenis lumut hati bertalus adalah Asterella Californica.
Asterella california
(sumber gambar : nathistoc.bio.uci.edu)

KELAS ANTHOCEROTOPSIDA (LUMUT TANDUK)


Lumut tanduk tidak menghasilkan spora dalam kapsul di ujung tangkai,
melainkan di dalam tangkai berbentuk seperti tanduk berwarna hijau. Pada
saat spora telah matang, tangkai tersebut pecah (terbelah) dan kemudian
melepaskan spora. Di bawah pengamatan mikroskop, sel lumut tanduk
terlihat agak berbeda dengan jenis lumut yang lain. Lumut tanduk memiliki
satu kloroplas besar dalam setiap selnya. Tumbuhan lumut jenis lain biasanya
mempunyai kloroplas kecil dalam setiap selnya. Salah satu contoh lumut
tanduk adalah Anthoceros sp.

Anthoceros sp.
(sumber gambar : forestis.rsvs.ulaval.ca)
KELAS BRYOPSIDA (LUMUT SEJATI)
Lumut sejati terdiri atas tangkai yang panjang dan kecil serta daun, tapi
semuanya tidak memiliki jaringan pembuluh. Gigi peristom merupakan ciri
khusus dari lumut sejati, yaitu organ yang terletak di ujung tangkai gametofit
untuk melepaskan spora.

Pada kondisi yang sesuai spora-spora tumbuh dengan membentuk filamen


bawah tanah yang ramping yang disebut protonema. Protonema akhirnya
tumbuh menjadi tumbuhan gametofit. Lumut sejati juga menghasilkan
gametofit-gametofit dari organ-organ vegetatif khusus seperti bubil yang
dihasilkan oleh rizoid, gemma yang dihasilkan oleh daun atau batang, dan
protonema sekunder yang dihasilkan oleh rizoid atau bagian yang bukan dari
tunas yang berdaun. Beberapa contoh spesies lumut sejati yaitu
Hommolathecium natalli, Sphagnum (lumut janggut), dan Polytricum.

Sphagnum (lumut janggut)


(sumber gambar : sevcikphoto.com)
Metagenesis Tumbuhan Lumut (Bryophyta) dan Paku (Pterydophyta)

Filled under: Botany


Detail metagenesis Lumut (Bryophyta)
 Dari
Spora - berkecambah menjadi Protonema (bayi lumut) - Protonema tumbuh
besar menjadi Tumbuhan lumut yang menghasilkan gametangium -
gametangium menghasilkan sel kelamin yang bersatu menjadi Zygote -
tumbuh menggembung membentuk Sporogomnium - setelah matang dan tua
menghasilkan spora lagi OK

Sedang detail metagenesis Paku (Pterydophyta) Spora - Prothallium -


Tumbuhan Paku -Sporogomnium
BEDA METAGENESIS PAKU DAN LUMUT

Setelah diamati metagenesis lumut dan paku diatas dapat kita simpulkan
bahwa
1. Gametofit
paku umurnya lebih pendek dibanding sporofitnya karena yang terlihat
di
alam tumbuhan pakunya bukan Prothaliumnya , sedang pada lumut
sebaliknya yang dialam tumbuhan lumutnya maka gametofitnya lebih
lama /
dominan hidupnya dibanding sporogonium
2. Tumbuhan
paku ada di bawah skema berarti kromosomnya diploid karena yang
dibawah
selalu berasal dari zygot hasil pertemuan dua sel kelamin , sebaliknya
lumut haploid karena ada diatas skema yang terbentuknya hasil dari
perkembangan spora. dan spora itu dibentuknya secara miosis (
pembelahan
reduksi)

Berikut juga kami tampilkan morfologi tanaman paku dan lumut

Berikut letak spora pada tumbuhan paku , berada di daun Paku yang di
daun itu terdapat sporogonium , sedang di Lumut tidak akan di jumpai di
daun namun di Sporogonium yang menjulang di atas tumbuhan lumut ( lihat
gambatnya ya )
Untuk perbedaan ciri yang lain dari keduanya yaitu
1. Pada lumut akarnya masih rhizoid , sedang pada tumbuhan paku
akarnya serabut
2. Pada
lumut tubuhnya belum terdapat berkas pengangkut xilem dan floem ,
sedangkan di paku sudah mempunyai xilem dan floem sehingga lumut
tergolong Non tracheophyta sedang pada tumbuhan paku tergolong
Tracheophyta
3. pada
lumut daun tidak dijumpai spora sedang dipaku terlihat ada sporanya (
sporofil) , pada daun paku ketika masih muda menggulung
4. alat pengatur keluarnya spora di lumut berupa gigi peristome
sedangkan di paku berupa anullus

SEKILAS LUMUT DAN PAKU


 Hingga
saat ini tumbuhan nonvaskuler (lumut daun dan lumut hati dan antocerros
) dikelompokkan bersama dalam satu divisi tunggal.
 Divisio itu adalah Bryophyta yang berasal dari bahasa Yunani Brion
yang berarti “ lumut ”
 Gamet Bryophta berkembang di dalam gametangia.
 Gametangium jantan dikenal dengan Anteredium, menghasilkan
sperma berflagella.
 Gametangium betina disebut dengan Arkogonium yang menghasilkan
sel telur.

 Sel telur tersebut dibuahi di dalam arkegonium yang kemudian


terbentuk zygot didalamnya
 Zygote
kemudian membelah secara mitosis terus menerus membentuk Embryo yang
kemudian menjadi badan yang menggelembung yang disebut Sporogonium
 Walaupun
dengan embrio yang terlindungi, bryophta tidak sepenuhnya tidak
memerlukan air , tetap haris ada air namun tidak perlu habitat perairan ,
cuku[ ditempat lembab saja cukup ( Hygrophyt_.
 Tumbuhan Bryophyta memerlukan air untuk bereproduksi.OK
 Bryophta
tidak memiliki jaringan yang diperkuat oleh lignin, yang diperlukan
untuk menyokong tumbuhan tinggi seperti tumbuhan di daratan.
 Meskipun Bryopyhta dapat merentang secara horizontal sebagai
hamparan lumut,
 Bryophta selalu memiliki profil yang rendah.
 Sebagian besar tingginya hanya 1 - 2 cm. Pada umumnya lumut
mempunyai warna yang benar-benar hijau (ever gteen)
 Warna hijau itu karena Lumut mempunyai sel-sel dengan plastida yang
menghasilkan klorofil a dan b,
 Sehingga lumut bisa melakukan Fotosintesis , dengan demikian lumut
bersifat Autotrof.
 Bryophyta
tumbuh di darat dan di tempat-tempat seperti: tanah, bebatuan, gambut,
kulit pohon, dan kondisi ekstrem yang lain sehingga Lumut digologkan
organisme Kosmopoltan .
 Lumut pada batangnya belum terdapat berkas pengangkut xylem dan
floem
 Maka kemudian dikelompokkan dalam tumbuhan Non Tracheophyta .
 Tumbuhan lumut mempunyai pergiliran keturunan atau generasi antara
sporofit dan gametofit
 Generasi
Gametofit adalah Generasi yang menghasilkan sel kelamin Gemerasi itu
terdapat pada Tubuhnya sendiri , terletak pada ujung batangnya ,
sehingga Tumbuhan lumut tidak dijumpai spora pada daunnya
 Generasi Sporofit adalah menghasalailkan spora , [ada lumut pada
bagian sporogoniumnya .
 Jadi
bentuk gametofitnya berupa tumbuhan lumut , dan sporofitnya adalah
Sporogoniumnya yang akan menghasilkan spora yang di dalamnya terdapat
sporangium.
 Bryophyta berkembang biak dengan spora dan telah menunjukkan
pergantian keturunan yang nyata.
 Gametofit
berupa tumbuhan lumutnya., Sporofit berupa sporogonium atau kapsul
spora yang terdapat pada gametofit dan sporofit yang belum terpisah.
 Dari spora tidak lalu terjadi tumbuhan lumut, melainkan protonema
dulu yang kemudian baru menjadi lumut.
 Dalam sistematik lumut dibedakan menjadi dua kelas :
1. Kelas Musci (lumut daun): Bryopsida
2. Kelas Hepatica (lumut hati) : Hepaticopsida
3. Kelas Antoceros : Anthoceropsida

Metagenesis Hepaticopsida
Metagenesis Bryopsida
 Berdasarkan struktur tubuhnya, Tumbuhan Lumut
telah berkormus.(batang akar dan daunnya sudah bisa dibedakan)
 Lebih tepatnya lumut merupakan peralihan antara tumbuhan bertalus
dengan tumbuhan berkormus.
ADAPTASI LUMUT

Lumut melakukan adaptasi yang memungkinkan untuk tumbuh di tanah


yaitu,
 Pertama tumbuhnya diselubungi oleh kutikula lilin yang menolong
tubuhnya menyimpan air.
 Kedua, gamet-gametnya berkembang dalam metangia, sebagai
akibatnya zigot hasil vertilisasinya berkembang didalam jaket pelindung.
 Oleh karena lumut belum memiliki jaringan pengangkut, maka air
masuk ke tubuh lumut secara imbibisi.
 Setelah air masuk ke tubuh lumut, kemudian didistribusikan ke bagian-
bagiantumbuhan secara Osmose dengan gaya kapilaritas maupun aliran
sitoplasma.
 Sistem pengangkutan air seperti itu menyebabkan lumut hanya dapat
hidup di rawa dan tempat-tempat teduh.
 Lumut tidak pernah berukuran tinggi dan besar, kebanyakan hanya 1-2
cm, dan seringkali besarnya kurang dari 20cm.
SEKILAS PAKU
 Paku-pakuan merupakan golongan tumbuhan yang benar-benar telah
berkormus (mempunyai akar, batang dan daun).
 Paku-pakuan merupakan kelompok tumbuhan berpembuluh yang
paling sederhana.
 Kurang lebih 550 juta tahun yang lalu (zaman karbon) hutan paku
raksasamendominasi permukaan bumi.
 Semua anggota divisi paku-pakuan memiliki 4 struktur penting yang
tidak terdapat pada ganggang tingkat tinggi dan terkompleks sekalipun, yaitu
1. lapisan pelindung sel (jaket steril) yang terdapat di sekeliling
organ reproduksi,
2. embrio multiseluler. Yang terdapat dalam arkegonia,
3. kutikula pada bagian luar membungkus epidermis
4. sistem transfor internal yang mengangkut air dan zat makanan
dari dalam tanah, sistem ini sama baiknya seperti pengorganisasian
transfor air dan zat makanan pada tumbuhan tingkat tinggi.
JADI
 Ciri
tumbuhan lumut (Bryophyta) merupakan tumbuhan darat sejati, bentuknya
kecil dan panjang, menyukai tempat-tempat yang lembab atau basah seperti
di bebatuan, tanah, dan dinding tua, merupakan peralihan antara
tumbuhan berthallus dan tumbuhan berkormus, mempunyai kloroflas untuk
fotosintesis, tidak mempunyai berkas pengangkut, reproduksi secara
seksual dengan perpaduan antara sel sperma dan sel telur, berkembangbiak
secara kawin (generatif) dan tidak kawin (vegetatif).
 Tumbuhan
lumut tubuhnya masih berupa thallus, artinya tidak memiliki akar,
batang, dan daun sejati, akan tetapi memiliki bagian yang menyerupai
akar yang disebut rhizoid.
 Ciri
khas tumbuhan paku adalah mempunyai akar, batang dan daun, umumnya
tumbuh di tempat lembab (higrofit), belum menghasilkan bunga, daunnya
yang masih muda yang merupakan kumpulan kotak spora. Sporangium yang
berkumpul akan membentuk sorus yang kebanyakan terletak pada bagian
bawah daun, reproduksi secara aseksual dengan sporofit, dan reproduksi
seksual dengan gametofit, dan pada batang sudah terdapat epidermis,
korteks dan stele.
 Tumbuhan
paku merupakan jenis tumbuhan kormus, artinya telah memiliki akar,
batang, dan daun sejati serta berkembangbiak dengan menggunakan spora.
PERSAMAAN TUMBUHAN LUMUT DAN PAKU
1. Sama-sama melakukan fotosintesis.
2. Sama-sama melakukan reproduksi generatif dan vegetatif.
3. Daur hidup mengalami pergiliran keturunan.
4. Sporofit merupakan keturunan generatif.
5. Berkembangbiak dengan spora.
6. Sama-sama memiliki klorofil.
7. Sama-sama menyukai habitat yang lembab.
8. Kebanyakan tinggal di daerah tropis
Tumbuhan Lumut Dan Paku

Ratings: (0)|Views: 3,377|Likes: 4


Published by DiewaNatha KromoPawiro

More info:
Published by: DiewaNatha KromoPawiro on Jul 09, 2011
Copyright:Attribution Non-commercial

Availability:
Read on Scribd mobile: iPhone, iPad and Android.
Free download as PDF, DOC, TXT or read online for free from Scribd
Flag for inappropriate content|Add to collection
See More
See less

Tumbuhan Lumut dan paku


1 . T u m b u h a n p a k u (Pteridophyta)
Tumbuhan paku (Pteridophyta) adalah divisi dari kingdom Plantae yang
anggotanyamemiliki akar, batang, dan daun sejati, serta memiliki
pembuluh pengangkut. Tumbuhan paku sering disebut juga dengan
kormofita berspora karena berkaitan dengan adanya akar, batang,
daun sejati, serta bereproduksi aseksual dengan spora. Tumbuhan
paku juga disebutsebagai tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta) karena
memiliki pembuluh pengangkut.
A. Ciri-ciri tumbuhan paku
Ciri tumbuhan paku meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh
Ukuran dan bentuk tubuh
Tumbuhan paku memiliki ukuran yang bervariasi dari yang tingginya sekitar
2 cm, misalnya pada tumbuhan paku yang hidup mengapung di air,
sampai tumbuhan paku yang hidup didarat yang tin gginya mencapai
5 m misalnya paku tiang (
Sphaeropteris
). Tumbuhan paku purb a yan g t el ah men j ad i fos il dip erk ir ak an
ad a yan g men cap ai tin gg i 15 m. Ben tuk tumbuhan paku yang
hidup saat ini bervariasi, ada yang berbentuk lembaran, perdu
atau pohon, dan ada yang seperti tanduk rusa.Tumbuhan paku terdiri dari
dua generasi, yaitu generasi sporofit dan generasi gametofit.Generas i
sporofit dan generasi gametofit ini tumbuh bergantian dalam siklus
tumbuahan p ak u . G en er asi spor ofi t ad a l ah tu mbuh an yang
men gh asil k an spo r a s ed angk an g en e r asi gametofit adalah
tumbuhan yang menghasilkan sel gamet (sel kelamin). Pada
tumbuhan paku, sporofit berukuran lebih besar dan generasi hidupnya lebih
lama dibandingkan generasig ameto fit . O l eh k ar en a i tu , g en er asi
sporof it tu mbuhan p ak u dis ebut g en er asi do min a n . Generasi
sporofit inilah yang umumnya kita lihat sebagai tumbuhan paku.
Struktur dan fungsi tubuh tumbuhan paku generasi sporofit
Tumbuhan paku sporofit pada umumnya memiliki akar, batang, dan daun
sejati. Namun, ada beberapa jenis yang tidak memiliki akar dan daun
sejati. Batang tumbuhan paku ada yangtumbuh di bawah tanah disebut
rizom dan ada yang tumbuh di atas permukaan tanah. Batangyang yang
tumbuh di atas tanah ada yang bercabang menggarpu dan ada yang
lurus tidak bercabang. Tumbuhan paku yang tidak memilki akar sejati
memilki akar berupa rizoid yang
Jamur
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari

Jamur kancing (champignon) adalah jamur pangan yang paling populer di dunia.

Jamur atau cendawan adalah tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat
heterotrof.[1] Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler.[1] Tubuhnya terdiri dari benang-benang
yang disebut hifa.[1] Hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebut
miselium.[1] Reproduksi jamur, ada yang dengan cara vegetatif ada juga dengan cara generatif.[1]
Jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya untuk memperoleh
makanannya.[2] Setelah itu, menyimpannya dalam bentuk glikogen.[2] Jamur merupakan
konsumen, maka dari itu jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein,
vitamin, dan senyawa kimia lainnya.[2] Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya.[2] Sebagai
makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit.[2]

Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme.[2] Jamur yang hidup
bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat tertentu yang
bermanfaat bagi simbionnya.[2] Simbiosis mutualisme jamur dengan tanaman dapat dilihat pada
mikoriza, yaitu jamur yang hidup di akar tanaman kacang-kacangan atau pada liken.[2] Jamur
berhabitat pada bermacammacam lingkungan dan berasosiasi dengan banyak organisme.[2]
Meskipun kebanyakan hidup di darat, beberapa jamur ada yang hidup di air dan berasosiasi
dengan organisme air.[2] Jamur yang hidup di air biasanya bersifat parasit atau saprofit, dan
kebanyakan dari kelas Oomycetes.[2]Jamur dibedakan menjadi 4 divisio, yaitu Zygomycota,
Ascomycota, Basidiomycota, dan Deuteromycota.

Anda mungkin juga menyukai