Anda di halaman 1dari 4

Nama : Fardyllah Mentari Sudjana

NIM : D1091171023

Jurusan/Prodi : Sipil/Perencanaan Wilayah Kota

Mata Kuliah : Tata Guna dan Pengembangan Lahan

Dosen : Riska Aprilia, ST, MT

1. Pengertian Penggunaan Tanah Perdesaan

Dalam mempertahankan hidup, manusia memanfaatkan segala sesuatu yang ada di


bumi termasuk menggunakan tanah untuk perkebunan dan pertanian. Tanah merupakan salah
satu sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Sehingga dapat
dikatakan jika pengunaan tanah perdesaan adalah segala sesuatu yang mengenai penggunaan
permukaan bumi di kawasan perdesaan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat perdesaan.
Tanah di perdesaan dipergunakan bagi kehidupan sosial seperti berkeluarga, bersekolah, dan
berkreasi serta untuk kegiatan ekonomi masyarakat des seperti industri kecil, perdagangan
dan jasa-jasa.

2. Ciri Khas Penggunaan Tanah Perdesaan

Kota dan desa memiliki perbedaan mencolok dibidang agraris. Penggunaan tanah
perdesaan didominasi untuk kegiatan pertanian. Pertanian yang dimaksud meliputi kegiatan
lain seperti perkebunan, perternakan, perikanan maupun hutan. kegiatan pertanian dan
kegiatan biasanya berada di luar kampung atau permukiman warga akan tetapi untuk kegiatan
perternakan terutama perternakan rakyat biasanya menyatu dengan perkampungan atau
padang rumput. Sedangkan kegiatan perikanan memanfaatkan lahan basah didalam atau
diluar permukiman seperti tambak, sungai, rawa, danau dan lainnya.

3. Klasifikasi Penggunaan Tanah Perdesaan


Penggunaan tanah di pedesaan dibagi menjadi 12 jenis sesuai dengan pemanfaatan
dari masyarakat desa yaitu:
a. permukiman, yaitu lahan yang digunakan untuk mendirikan bagunan dan dihuni
secara menetap.
b. Industri, kegiatan ekonomi dalam proses pengelolaan bahan baku menadi bahan
setengah jadi ataupun bahan jadi.
c. Pertambangan, penggalian atau pengambilan bahan-bahan tambang.
d. Persawahan, lahan pertanian yang digenangi air secara terus-menerus yang dapat
ditanami padi dan diselingi dengan menanam tanaman palawija.
e. Pertanian kering semusim, yaitu lahan pertanian yang tidak memperoleh pengairan
biasanya ditanami dengan tanaman berumur pendek. Biasa juga disebut sebagai
tegalan dan ladang.
f. Kebun, lahan pertanian yang biasa ditanami tanaman keras.
g. Perkebunan, lahan yang ditanami dengan tanaman keras dengan satu jenis dominan.
h. Padang, lahan yang ditumbuhi tanaman rendah yang termasuk ke dalam jenis semak
dan rumput.
i. Hutan, lahan yang ditumbuhi pepohonan rindang yang tajuk pohonnya saling
menutupi atau saling bergesekan.
j. Perairan darat, merupakan areal yang digenangi air tawar secara terus-menerus
bahkan permanen. Contoh dari perairan darat adalah tambak ikan, waduk, danau,
rawa
k. Tanah terbuka, merupakan lahan yang tidak subur sehingga tidak ditumbuhi
tanaman. Dapat berupa lahan bekas garapan atau bekas pertambangan.
l. Serta penggunaan lahan lain yang digunakan untuk sarana desa sepeti jalan dan
bendungan.
4. Evolusi Penggunaan Tanah Di Indonesia

Diperkirakan awal mula penggunaan tanah dimulai dengan pembuatan ladang


berpindah dengan cara membuka hutan. ladang tersebut dibuka pada ketinggian 25 mdpl
yang mana pada ketinggian ini memiliki ketinggian air yang cukup untuk pertanian dan
kehidupan manusia sehari-hari. Sedangkan untuk didaerah yang lebih rendah masih berupa
rawa-rawa.

Kemudian saat manusia mulai menetap maka pertanian ditingkatkan dengan


pembuatan saluran irigasi. Dalam memenuhi kebutuhan ditaanami pula beberapa tumbuhan
semusim dan umbi-umbian Manusia mulai membuka lahan baru didaerah yang lebih rendah
untuk digunakan sebagai sawah. Sawah pada dataran ini menggunakan sistem sawah tadah
hujan karena jauh dari sumber air dan sulit untuk diairi.

Seiring dengan perkembangan jumlah manusia maka dimulailah membuka lahan


baru salah satunya dengan merambah bagian hutan rawa di daerah pantai. Wilayah ini
merupakan wilayah marginal yang dipaksakan menjadi tempat yang layak huni dan sering
mengalami kekeringan ataupu banjir.

Kebutuhan kayu yang meningkat membuat pembukaan hutan semakin menjauh dan
hutan dipegununggan semakin menipis. Hal ini menyebabkan tanah bekas bukaan hutan
menjadi rusak dan mengalami erosi akibat kegundulan hutan.

5. Pola Penggunaan Tanah Perdesaan


Berdasarkan evolusi penggunaan tanah pola penggunaan tanah perdesaan didominasi
oleh pertanian, permukiman, dan hutan. persawahan berada di ketinggian 25mdpl dan tegalan
dibangun pada daerah yang lebih tinggi dari daerah persawahan. Pada ketinggian 1000mdpl
ditanami oleh tanaman subtropis. Wilayah yang lebih rendah dari persawahan sekitar pada
ketinggian 7mdpl cocok digunakan untuk tambak air payau. Daerah permukiman atau
perkampungan menyebar mengikuti pola topografi wilayah. Konsentrasi permukiman terletak
pada ketinggian 10-25mdpl.

Pola penggunaan lahan perdesaan tersusun berdasarkan penggunaan yang paling


insentif dekat permukiman kemudian berangsur ke penggunaan tanah yang kurang insentif
menjauh dari permukiman. Bagi masyarakat perdesaan sawah merupakan penggunaan lahan
yang paling insentif dibandingkan dengan tegalan dan perkebunan. Sedangkan penggunaan
yang paling tidak insentif dapat dilihat melalui gambar diatas yaitu hutan menjadi bagian
terluar atau terjauh dari suatu perdesaan.
6. Teori dinamika penggunaan tanah pertanian

a. Penggunaan tanah dan Nilai sewa


David Richardo (1821) seorang ahli ekonomi klasik yang mencetuskan istilah sewa
tanah (land rent). Nilai ekonomis sewa tanah berdasarkan hasil bersih dari tanah
tersebut dalam satuan luas dan waktu. Setiap jenis tanah dan produktifitas tanah
memiliki land rent yang berbeda-beda. Semakin subur dan produktif suatu lahan maka
hasil yang didapat juga semakin besar dan berdampak ke harga produk yang juga
semakin mahal. Pada masa teori ini berlaku fakor jarak dan faktor pasar belum
termasuk ke dalam analisa ekonomi.
b. Penggunaan Tanah Von Thunen
Von Thunen merupakan seorang petani asal Jerman. Thunen menemukan teori
tentang model penggunaan dan nilai tanah pertanian. Thunen menjelaskan tentang
hubungan fakor jarak dan pasar terhadap harga sewaa tanah saat itu. Pemilihan jenis
tanaman juga mempengaruhi nilai ongkos angkut ke pasar. Besarnya nilai ekonomi
tersebut dinyatakan sebagai sewa lokasi (location rent).
Besaran dari biaya sewa lokasi setiap satuan jarak tergantung pada tarif ongkos
angkut komoditi. Tarif ongkos angkut tiap komoditi tidak selalu sama. Semakin besar
tarif ongkos angkut maka sewa lokasi menjadi lebih kecil, begitu pula sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai