Anda di halaman 1dari 2

Kostum, sebab pakaian harus mengekspresikan sifat lahir dari aktor atau akhir.

d. Pakaian kepala (headdress). Pakaian kepala ini dapat berupa mahkota, topi, kopiah, gaya
rambut, sanggul, gelung, wig, topeng, dan sebagainya. Corak pakaian kepala harus
mendukung kostum tubuh. Juga disesuaikan dengan make up yang dipoleskan, karena akan
melukiskan perasaan secara langsung. Juru kostum juga harus mempelajari gaya sanggul
rambut dari masa ke masa, bentuk ikat kepala dari daerah satu ke daerah lainnya, bentuk topi
baja tentara dari zaman ke zaman, dari satu bangsa ke bangsa yang lainnya, gaya rambut dari
cara menyisir dari satu kurun waktu ke kurun waktu lain. Semua itu akan membantu
menghidupkan peran yang dibawakan oleh aktor di pentas.
e. kostum pelengkap (accessories). Kostum pelengkap ini dimaksudkan untuk memberikan efek
dekoratif, efek watak, atau tujuan lain yang belum dicapai dalam kostum lain. Misalnya :
jenggot, kumis palsu, kaus tangan, hiasan permata, kaca mata hitam (untuk audit), dompet,
ikat pinggang besar (misalnya untuk Mat Kotan), pipa, tongkat, dan sebaginya.

Berdasarkan tipe pakaian itu, maka tata pakaian dapat dikalasifikasikan sebagai berikut.

a. Kostum historis, yaitu kostum yang sesuaikan dengan periode-periode spesifik dalam sejarah.
b. Kostum modern, yaitu kostum yang dipakai oleh masyarakat masa kini.
c. Kostum nasional, yaitu kostum dari daerah-daerah atau tempat spesifik. Dapat sekaligus
kostum nasional dan historis.
d. Kostum tradisional, yaitu kostumyang disesuaikan dengan distilir, kostum wayang orang
dapat dipandang sebagai kostum tradisional.

Di samping kostum tersebut, masing ada kostum fantastis, dan sebaginya. Untuk dapat
menyediakan kostum yang sesuai dengan tepat bagi aktor, maka juru kostum harus:

a. Mempelajari watak peran.


b. Usaha riset periode sejarah dan pakaian nasional yang dibawakan. Sebagai contoh, untuk
membari kostum pada film november 1828, Teguh Karya dan asistennya mengadakan riset
yang mendalam tentang pakaian, bentuk pistol, bentuk ikat kepala, bedil, sanggul, seragam
militer, pakaian lurah, dan sebagainya, dari periode itu. Demikian pula, untuk film Kartini ,
Sjumanjaja mengadakan riset mendalam tentang pakaian periode itu (1990-an). Untuk film
Roro Mendut, Ami Priyono mengadakan riset pula tentang kostum zaman Mataram. Kostum
berfungsi untuk memberikan latar belakang fisik atau pskis.

Dari berbagai ragam rias itu, menghendaki agar seluruhnya ada harmoni. Rias yang harmoni
adalah yang sejalan dengan karakter. Rias yang sekedar memoles, akan menyebabkan karakter
rusak. Orang muda yang berwatak tua, tentu perlu didukung rias khusus. Misalnya jenggot dibuat
putih. Pakaian orang desa, aman Jawa Kuno, mesiran, wali, dukun, dan lain-lain akan mengikat
pada suasa drama.

Anda mungkin juga menyukai