Anda di halaman 1dari 6

Syarif Rahman Hasibuan

1806269442
Dasar Kesehatan Masyarakat

Pendekatan kesehatan masyarakat berdasarkan bukti merupakan penembangan, penerapan dan


evaluasi dari program dan kebijakan yang efektif dalam prinsip penerapan kesehatan masyarakat
secara ilmiah, termasuk pengguaan data dan sistem informasi yang sistematik serta penggunaan
teori ilmu perilaku dan model perencanaan program yang tepat.
Analisis penyebab masalah kesehatan serta pilihan intervensi dapat diperoleh berdasarkan
masalah-masalah yang terjadi dan bukti yang ada.
Riegelman (2010) dalam bukunya Public Health 101, menjelaskan empat pertanyaan dasar yang
diperlukan untuk melakukan pendekatan kesehatan masyarakat berbasis bukti. Pertanyaan ini
disebut P.E.R.I. yaitu:

- Problem: Apa masalah kesehatan yang terjadi?


- Etiology: Apa penyebabnya?
- Recommendations: Apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampaknya?
- Implementation: Bagaimana kita dapat menyelesaikan masalah yang terjadi?

1. Problem
A. Mendeskripsikan masalah kesehatan :
- Cari tahu angka kejadian kematian (mortality) dan kecacatan (morbidity). Hal ini
disebut dampak akibat penyakit atau burden of disease
- Cari tahu cara penyebaran atau distribusi penyakit terhadap suatu populasi dengan
mengamati orang dan tempat. Hal ini disebut disebut distribusi dari penyakit atau
distribution of disease.
- Cari pola dan hubungan sebab akibat pada frekuensi kejadian penyakit. Hal ini
disebut kelompok yang berhubungan atau group association. Berdasarkan
kelompok inilah dapat dibuat hipotesis tentang etiologi atau penyebab suatu
penyakit.
- Hal yang diamati dari seseorang yaitu karakteristik demografi seperti usia, jenis
kelamin, ras, dan sosial ekonomi, termasuk perilaku, seperti merokok, olahraga,
paparan radiasi, dan penggunaan obat-obatan.
- Hal yang diamati dari tempat yaitu lokasi geografis, seperti kota atau negara
bagian, termasuk hubungan antar orang, seperti universitas komunitas atau situs
internet bersama
- Ketika penyakit muncul sering muncul pada kelompok tertentu, hal ini lah yang
disebut indikator risiko atau risk indicators. Indikator risiko berbeda dengan
faktor risiko. Faktor risiko adalah orang-orang yang berpotensi mengalami
penyakit. Indikator risiko adalah tanda-tanda seperti karakteristik, ciri, ataupun
ukuran yang berpotensi mengalami penyakit.

B. Hal yang diperlukan untuk mengetahui angka kejadian


- Numerator atau populasi yang berisiko digunakan untuk mencari angka kejadian
suatu penyakit. Contohnya, ketika kita ingin mencari tahu angka kejadian kanker
payudara, maka numeratornya adalah populasi wanita yang berisiko sedangkan
ketika kita mencari angka kejadian kanker prostat maka numeratornya adalah
populasi laki-laki yang berisiko.
- Terdapat dua tipe dasar angka kejadian yaitu insiden atau incidents dan prevalensi
atau prevalence
- Angka insiden adalah jumlah kasus baru penyakit yang berkembang selama
setahun dibagi dengan jumlah individu yang berpotensi memiliki penyakit.
Persamaan berikut dapat digunakan untuk mencari angka ini :

Angka insiden berbeda dengan angka kematian. Misalnya, angka kejadian kanker
paru-paru adalah 100 orang dari 100.000 orang yang berisiko dalam satu tahun,
sedangkan angka kematiannya 95 orang dari 100.000 orang yang berisiko dalam
satu tahun. Walau berbeda, kedua angka ini sangat penting. Hal ini dikarenakan
kemungkinan seseorang mati karena penyakit ini telah didiagnosa. Hal ini disebut
kasus kematian atau case fatality. Berdasarkan contoh kanker paru-paru tadi,
kemungkinan mati karena paru-paru kanker yaitu tingkat moralitas dibagi dengan
angka insidensi adalah 95 persen, yang menunjukkan bahwa kemungkinan
kematian akibat kanker paru-paru tinggi
Angka prevalensi adalah jumlah individu yang memiliki penyakit pada waktu
tertentu dibagi dengan jumlah individu yang berpotensi memiliki penyakit.
Persamaan berikut dapat digunakan untuk mencari angka ini :

Proporsi atau persentase individu yang memiliki penyakit diketahui dengan


prevalensi. Walau kanker paru-paru telah menjadi kanker yang paling umum
terjadi, prevalensinya akan rendah, mungkin hanya sepersepuluh dari satu persen
atau bahkan kurang. Hal ini dikarenakan mereka yang mengalami kanker paru-
paru umumnya tidak hidup dalam jangka waktu yang lama sehingga prevalensi
penyakit seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) lebih sering
ditemukan. Prevalensi sering digunakan untuk menghitung total dampak atau
beban masalah kesehatan dalam suatu populasi dan dapat membantu
mengidentifikasi kebutuhan terhadap perawatan.

C. Melihat perubahan jumlah kematian dan kecacatan dari waktu ke waktu


Perubahan jumlah kematian dan kecacatan dapat dilihat dengan pendataan ke dokter
terhadap pasien maupun dengan dokumen kematian, untuk kemudian dianalisis.
Perubahan ini dapat berupa peningkatan jumlah maupun penurunan.
Pada tahun 1930an, para ahli epidemiologi menyimpulkan dari hasil penelitian ini
menggunakan dokumen kematian bahwa kematian akibat kanker paru meningkat
dengan cepat. Peningkatan ini berlanjut hingga tahun 1950an. Kanker terjadi dua
dekade atau lebih setelah peningkatan konsumsi rokok. Namun, tidak dapat dijelaskan
hubungan keduanya. Diperlukan bukti lebih untuk membuat hipotesis hubungan
antara peningkatan konsumsi rokok dan peningkatan kejadian kanker paru-paru.
2. Etiology
Memahami penyebab suatu penyakit merupakan hal mendasar untuk mencegah kecacatan
dan kematian. Hal ini disebut penyebab yang berkontribusi atau contributory cause.
Tedapat tiga syarat untuk mengetahui contributory cause yaitu :
a. Penyebab yang dikaitkan dengan dampak pada tingkat individu. Potensi
penyebab dan potensi dampak terjadi lebih sering terjadi pada individu dengan
karakteristik yang sama dibandingkan hanya dugaan. Misalnya, individu yang
mengalami paru-paru kanker lebih sering terjadi pada perokok daripada individu
yang tidak menderita kanker paru-paru.
b. Penyebab mendahului dampak berdasarkan waktunya. Penyebab potensial
muncul lebih dulu dari pada potensi dampak. Misalnya merokok yang merupakan
penyebab adalah awal sebelum pengembangan menjadi kanker paru-paru.
c. Mengubah penyebab akan mengubah dampak, saat penyebab berkurang atau
dihilangkan, potensi dari dampak juga dikurangi atau dihilangkan. Misal,
mengurangi merokok dapat mengurangi angka kejadian kanker paru-paru.
Tiga syarat tersebut dapat ditentukan menggunakan tiga jenis penelitian yang
berbeda. Tiga jenis penelitian ini yaitu :
a. case control atau retrospective studies
Metode penelitian ini digunakan untuk memenuhi persyaratan pertama.
Prosedurnya yaitu membandingkan antara kelompok orang yang sakit (missal :
kanker paru-paru) dibandingkan dengan kelompok kontrol (orang yang tidak
mengalami kanker paru-paru). Saat kelompok orang yang sakit diketahui adalah
perokok, hal ini menjadi faktor risiko.
b. cohort studies atau prospective studies
Metode penelitian ini digunakan untuk memenuhi persyaratan kedua. Kelompok
orang yang berpotensi menderita karena memiliki penyebab atau faktor risiko
(merokok) dengan mereka yang tanpa potensi menderita, diamati dari waktu ke
waktu untuk melihat adanya perkembangan kanker paru-paru atau tidak.
c. randomized clinical trials atau experimental studies
Menggunakan penelitian acak, prosedurnya yaitu individu diamati secara acak
yang merokok dan tidak merokok. Individu dengan dan tanpa potensi tersebut
kemudian diamati dari waktu ke waktu untuk menentukan adakah pengembangan
penyakit. Penelitian ini membutuhkan tim peneliti yang mengamati individu yang
dipilih secara acak tadi.
3. Recommendations
Rekomendasi didasarkan pada dua jenis kriteria, yaitu kualitas bukti dan besarnya
dampak. Masing-masing kriteria ini diberi skor. Kualitas bukti dinilai berdasarkan tipe
penelitian dan seberapa baik penelitian dilakukan. Randomized clinical trials yang
dilakukan dengan baik dianggap sebagai bukti dengan kualitas tertinggi. Namun, kedua
penelitian lainnya dibutuhkan untuk digunakan sebagai bagian dari rekomendasi. Besaran
dampak berhubungan dengan seberapa besar kecacatan atau kematian akibat penyakit
dapat dihilangkan dengan intervensi. Rekomendasi ini menggabungkan skor dari kualitas
bukti dengan skor untuk dampak intervensi. Berikut ini adalah kategori skor untuk kedua
jenis kriteria rekomendasi :
A = Must—A strong recommendation
B = Should—In general, the intervention should be used unless there are good reasons or
contraindications for not doing so.
C = May—The use of judgment is often needed on an individual-by-individual basis.
Individual recommendations depend on the specifics of an individual’s situation, risk-
taking attitudes, and values.
D = Don’t—There is enough evidence to recommend against using the intervention.
I = Indeterminant, insufficient or I don’t know—The evidence is inadequate to make a
recommendation for or against the use of the intervention at the present time.
Perlu untuk diperhatikan bahwa kesehatan masyarakat dan obat-obatan berbasis bukti bergantung
pada pertimbangan manfaat dan bahaya. Namun, kabar terbaru rekomendasi berbasis bukti
mempertimbangkan biaya. Mari kita lihat beberapa contoh intervensi untuk mencegah merokok,
mendeteksi kanker paru sejak dini, atau menyembuhkan kanker paru-paru :
- Undang-undang yang berisi larangan merokok di tempat umum
- Upaya federal, negara bagian, dan lokal untuk meningkatkan pajak atas produk
tembakau sebagai intervensi kesehatan masyarakat yang efektif untuk mempromosikan
penghentian penggunaan tembakau dan untuk mengurangi inisiasi penggunaan
tembakau di kalangan pemuda
- Pendanaan dan implementasi kampanye media massa jangka panjang menggunakan
siaran berbayar dan pesan media yang dikembangkan melalui penelitian formatif
Rekomendasi ini dibuat oleh CDC (Centers for Disease Control and Prevention). Kemudian
CDC menerbitkan The Guide to Community Prevention Services yaitu panduan untuk mencegah
ke masyarakat. Panduan ini menunjukkan bahwa intervensi berikut ini direkomendasikan bila
skor yang dimiliki A atau B.

4. Implementation
Metode dalam menentukan pilihan implementasi yaitu dengan pendekatan “when-who-
how”. Pertama yaitu “kapan” merupakan waktu kejadian penyakit ketika intervensi
berlangsung. Kategori intervensi primary, secondary, dan tertiary. Kemudian “siapa”,
yaitu kepada siapa intervensi akan dilakukan, intervensi dilakukan pada individual di
pusat pelayanan atau sekelompok orang yang berisiko. Serta terakhir “bagaimana”,
prosedur untuk mengimplementasikan intervensi. Terdapat beberapa klasifikasi informasi
(edukasi), motivasi (dorongan), atau obligasi (kewajiban). Berikut kerangka pilihan untuk
melakukan implementasi.

When Who How

Levels 1,Primary – Prior to disease or 1. Individual 1. Information(education)


condition 2.At-risk group 2. Motivation (incentives)
2. Secondary – Prior to 3.General population/ 3. Obligation (requirement)
symptomps community
3. Tertiary – Prior to irreversible
complications
Meaning 1. Primary – Remove underlying 1. Individual often equals 1. Information – Efforts to
of levels cause, increase resistance, or patient care communicate information abd
reduce exposure 2. At-risk implies groups with change behavior on basis of
2. Secondary – Post-exposure common risk factors information
intervention, identify and treat 3. General population includes 2. Motivation –
risk factors or screen for defined populations with and Rewards to encourage or
asymptomatic disease without the risk factor discourage without legal
3. Tertiary – Reverse the course requirement
of disease (cure), prevent 3. Obligation – Required by law or
complications, restore function institutional sanction

Referensi :

Riegelman, R. (2010). Public Health 101. Sudburry : Jones & Bartlett Publishers.

Anda mungkin juga menyukai