Anda di halaman 1dari 26

PRESENTASI REFERAT

Vaginal Progesterone sama efektif dengan cervical cerclage untuk mencegah persalinan preterm
pada ibu dengan hamil tunggal, riwayat persalinan spontan preterm dan serviks pendek:
perbandingan meta-analisis indirek terbaru

Vaginal progesterone is as effective as cervical cerclage to prevent preterm birth in women with
a singleton gestation, previous spontaneous preterm birth, and a short cervix: updated indirect
comparison meta-analysis

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Bagian Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSUD Panembahan Senopati Bantul

Diajukan Kepada :
dr. Erick Yuane, Sp.OG

Disusun oleh :
Irfan Abdurraafi
20174011109
SMF ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2018

1
LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI REFERAT

Vaginal Progesterone sama efektif dengan cervical cerclage untuk mencegah persalinan preterm
pada ibu dengan hamil tunggal, riwayat persalinan spontan preterm dan serviks pendek:
perbandingan meta-analisis indirek terbaru

Vaginal progesterone is as effective as cervical cerclage to prevent preterm birth in women with
a singleton gestation, previous spontaneous preterm birth, and a short cervix: updated indirect
comparison meta-analysis

Disusun oleh :
Irfan Abdurraafi
20174011109

Telah disetujui dan dipresentasikan


Pada Tanggal 10 Juli 2018

Pembimbing

dr. Erick Yuane, Sp.OG

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................... 3

BAB I .............................................................................................................................................. 4

PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4

BAB II............................................................................................................................................. 7

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................................. 7

BAB III ......................................................................................................................................... 16

PEMBAHASAN ........................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 26

3
BAB I

PENDAHULUAN

Apa tujuan dari journal ini?


Membandingkan manfaat dari vaginal progesterone dan cerclage dalam mencegah
kelahiran preterm dan efek buruk perinatal pada wanita hamil tunggal, riwayat persalinan spontan
premature dan serviks yang pendek saat trimester 2 pada pemeriksaan usg.
Kata Kunci
Vaginal progesterone dan cerclage keduanya berhubungan dengan penurunan risiko
persalinan premature saat usia kehamilan <35 minggu dan <32 minggu dan morbiditas/mortalistas
perinatal secara signifikan dibandingkan dengan placebo/tanpa tindakan. Adjusted indirect
comparison meta-analyses menunjukkan hasil yang tidak signifikan secara statistic pada
perbedaan antara vaginal progesterone dan cerclage dalam mencegah persalinan preterm saat usia
kehamilan <35 minggu dan <32 minggu dan morbiditas/mortalitas perinatal.
Apa nilai tambah journal ini dari yang sudah diketahui sebelumnya?
Journal ini menguatkan bahwa vaginal progesterone dan cerclage keduanya setara efektif
dalam mencegah persalinan preterm dan meningkatkan luaran perinatal pada wanita dengan hamil
tunggal, riwayat persalinan preterm dan serviks pendek pada pemeriksaan usg. Hasil journal ini
seharusnya bisa mengubah pedoman pada beberapa senter rumah sakit yang hanya
merekomendasikan cerclage pada pasien dengan karakteristik yang sama dengan journal ini.
Vaginal progesterone merupakan tatalaksana farmakologi alternatif yang tidak membutuhkan
tindakan anastesi dan operasi.

4
Latar Belakang
Di dunia, sebanyak 11.1% dari persalinan pada tahun 2010 terjadi preterm (14.9 juta bayi).
Di US, persalinan Preterm mengalami penurunan secara stabil sejak 2007-2014. Tahun 2016,
kejadian persalinan preterm meningkat 9.85%, peningkatan 2% sejak 2015 dan terus meningkat
pada tahun berikutnya.
Komplikasi bayi lahir preterm merupakan penyebab utama kematian bayi, sebanyak 35%
dari kematian bayi sejumlah 2.6 Juta terjadi pada tahun 2016. Efek buruk dari kelahiran preterm
dalam waktu yang lama akan terjadi gangguan fungsi neurodevelopmental seperti serebral palsi,
retardasi mental, kekurangan penglihatan dan pendengaran, dan peningkatan risiko penyakit kronis
saat usia dewasa.
Banyak teori mengenai penyebab bayi lahir preterm yang merupakan sindrom dari
beberapa proses patologi, seperti infeksi, gangguan vaskular dan desidua, overdistensi uterus,
gangguan toleransi maternal terhadap fetus, penurunan aksi progesteron, dan penyakit serviks.
Riwayat persalinan spontan preterm diketahui faktor risiko tinggi persalinan spontan preterm.
Meta analisis baru-baru ini melaporkan bahwa secara keseluruhan risiko berulangnya kejadian
persalinan preterm usia kehamilan <37 minggu sebesar 30%. Definisi Serviks pendek adalah
panjang serviks ≤25mm dari hasil usg transvaginal saat usia kehamilan trimester 2 dan juga faktor
risiko penting kejadi persalinan preterm dan saat ini merupakan faktor prediksi yang konsisten
pada kejadian persalinan spontan preterm asimtomatik dengan ibu hamil tunggal atau gemelli.
Kombinasi riwayat persalinan spontan preterm dan serviks pendek dapat meningkatkan
kejadian persalinan spontan preterm berulang. Kejadian persalinan preterm ini meningkat 3x lipat
pada ibu dengan riwayat persalinan preterm dan panjang serviks ≤25mm daripada panjang serviks
>25mm saat trimester 2.
Tahun 2011, meta analisis individual patient data (IPD) mengevaluasi manfaat cerclage
pada pencegahan persalinan preterm dan morbiditas/mortalitas perinatal pada ibu hamil
asimtomatik dengan hamil tunggal, riwayat persalinan pretem, panjang serviks <25mm sebelum
usia kehamilan 24 minggu. Cerclage, dibandingkan dengan non-cerclage didapatkan perbedaan
signifikan berkurangnya risiko persalinan preterm usia kehamilan <37minggu, <35 minggu, <32
minggu dan <28 minggu, juga morbiditas/mortalitas perinatal dan berat bayi lahir <1500gr.
Tahun 2013, meta analisis individual patient data (IPD) lain menyebutkan pemberian
vaginal progesterone pada ibu hamil dengan karakteristik yang sama berhubungan dengan

5
penurunan risiko persalinan preterm saat usia kehamilan <32 minggu secara signifikan, juga
morbiditas/mortalitas bayi dan angka rawat bayi baru lahir di neonatal intensive care unit (NICU).
Dua data meta analisis IPD di atas digunakan untuk melakukan adjusted indirect comparison meta
analysis dari vaginal progesterone vs cerclage menggunakan plasebo/ no cerclage. Meta analisis
indirek ini tidak menunjukan perbedaan yang signifikan antara vaginal progesterone dan cerclage
dalam menurunkan persalinan preterm atau efek buruk pada janin pada ibu hamil dengan hamil
tunggal, riwayat persalinan preterm dan panjang serviks <25mm saat trimester 2. Hal ini
menunjukkan keduanya sama manfaat dalam mencegah persalinan preterm dan efek buruk pada
janin. Hingga saat ini, hanya ada 2 randomized controlled trials secara langsung membandingkan
vaginal progesterone dan cerclage pada ibu hamil dengan karakteristik yang sama. Namun,
penelitian ini lemah dalam mendeteksi perbedaan group.
Tahun 2016, studi oleh OPPTIMUM, dilakukan uji efektifitas vaginal progesterone pada
ibu hamil dengan risiko persalinan preterm, melaporkan hasil yang tidak signifikan dalam
mengurangi risiko kejadi persalinan preterm atau mobiditas dan mortalitas neonatal pada seluruh
group dengan panjang serviks <25mm. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengkajian ulang tentang
ekfektifitas vaginal progesterone pada ibu hamil dengan hamil tunggal, riwayat persalinan preterm
dan serviks pendek.
Tujuan studi ini adalah membandingkan manfaat vaginal progesterone dan cerclage dalam
mencegah persalinan preterm dan efek buruk pada janin pada ibu hamil dengan hamil tunggal,
riwayat persalinan preterm dan serviks pendek saat trimester 2 menggunakan adjusted idirect
comparison meta-analytic techniques.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Inkompetensi serviks didefinisikan sebagai kehilangan kehamilan trimester kedua yang
berulang disebabkan oleh faktor intrinsik atau diperoleh kelemahan pada integritas jaringan serviks
dimana leher rahim mengalami penipisan dan dilatasi sebelum waktunya tanpa rasa sakit, dengan
prolaps dan ballooning membrane ke dalam vagina, diikuti oleh pengeluaran janin belum matang.
Inkompetensi serviks terjadi sehingga menyebabkan persalinan prematur, ketuban pecah dini, dan
kelahiran prematur.
Etiologi
Etiologi sebenarnya belum diketahui dengan pasti. Diduga 3 faktor yang memegang
peranan penting dalam terjadinya inkompetensi serviks, yaitu :
a. Faktor kongenital
Akibat perkembangan abnormal jaringan fibromuskular serviks menyebabkan
kelemahan serviks tersebut. Kelainan ini jarang ditemukan. Pada primigravida yang tidak
pernah mengalami trauma pada serviks jarang menderita kelainan ini.
b. Faktor akuisita
Akibat trauma sebelumnya pada serviks uteri yang mencapai ostium uteri
internum, misalnya pada persalinan normal, tindakan cunam yang traumatik, kesulitan
ekstraksi bahu, seksio sesaria di daerah serviks yang terlalu rendah, dilatasi dan kuretase
berlebihan, amputasi serviks, konisasi ataupun kauterisasi. Kelainan ini lebih sering
ditemukan.
c. Faktor fisiologik
Hal ini ditandai dengan pembukaan serviks normal akibat kontraksi uterus yang
abnormal.
Dikemukakan bahwa ibu-ibu hamil yang menggunakan dietilstilbestrol akan berakibat
janin perempuan yang dikandungnya mempunyai resiko tinggi untuk menderita inkompetensi
serviks.
Insiden
Insiden inkompetensi serviks masih belum diketahui secara pasti karena diagnosisnya
ditegakkan secara klinis dan belum ada kriteria objektif yang disetujui secara umum untuk
7
mendiagnosis keadaan tersebut. Secara kasar, suatu studi epidemiologi menunjukkan insiden
terjadinya serviks inkompeten adalah sekitar 0,5% pada populasi pasien obstetri secara umum dan
8% pada wanita dengan abortus trimester kedua sebelumnya.
Hampir 1.300 wanita dengan sejarah non-klasik dari inkompetensi serviks dipelajari dalam
uji coba secara acak sebagai hasil primer persalinan sebelum 33 minggu. Cerclage ditemukan
bermanfaat, meskipun sedikit, bahwa 13 persen wanita dalam kelompok cerclage disampaikan
sebelum 33 minggu dibandingkan 17 persen pada kelompok noncerclage. Jadi untuk setiap 25
prosedur cerclage, satu kelahiran sebelum 33 minggu adalah dicegah.
Anatomi Serviks
Serviks adalah bagian bawah dari uterus dan merupakan suatu struktur fibromuskuler
berbentuk silindris dengan panjang 3-4 cm dan diameter 2.5 cm. Serviks disokong oleh
ligamentum kardinalis serta ligamentum uterosakral. Sebagian bawah dari serviks yang menonjol
ke dalam vagina disebut portio vaginalis, dan muara serviks ke dalam vagina disebut ostium
serviks. Bagian eksterior dari ostium serviks disebut ektoserviks sedangkan bagian proximal dari
ostium serviks disebut endoserviks, yang menghubungkan kavum uteri dengan vagina. Ruang
vagina yang mengelilingi serviks disebut forniks, dan terbagi menjadi forniks anterior, posterior,
dan lateral sesuai dengan kedudukannya masing-masing terhadap serviks.

Gambar : Anatomi Serviks

8
Gambar : Tampak longitudinal dari serviks.
1. Stroma serviks terbentuk atas jaringan fibromuskuler padat yang diselingi
oleh struktur vaskuler, saraf, dan limfatik:
2. Vaskularisasi serviks: serviks divaskularisasi oleh arteri uterina yang
merupakan cabang arteri iliaka interna. Drainase vena akan menuju ke pleksus
hipogastrikus.
3. Persarafan serviks: terdapat perbedaan persarafan pada ektoserviks dengan
endoserviks. Pada ektoserviks, jumlah ujung saraf sensoris kurang dibandingkan dengan
endoserviks yang memiliki banyak ujung saraf sensoris serta ujung saraf simpatik dan
parasimpatik. Oleh karena itu, harus berhati-hati dengan endoserviks saat melakukan
kuretase sebab ada kemungkinan untuk mencetuskan reaksi vasovagal. Beda halnya
dengan ektoserviks dimana wanita dapat mentoleransi beberapa tindakan seperti biopsi,
elektrokoagulasi dan cryotherapy.
4. Drainase limfatik serviks: sistem limfatik serviks mengalami 3 jalur
drainase yaitu dari bagian lateral ke nodus iliaka eksterna, posterior ke nodus sakral, dan
posterolateral ke nodus iliaka internal.

9
Gambar 3.0 : Menunjukkan perbedaan dilatasi serviks pada inkompetensi serviks
dan pada persalinan normal. Pada persalinan normal dilatasi disertai His atau kontraksi
uterus.
Patofisiologi Terjadinya Pelunakan Serviks Prematur
Perubahan patofisiologi jaringan serviks yang dipanggil pelunakan serviks, adalah
kompleks dan tidak difahami. Apa yang diketahui adalah serviks adalah struktur anatomi dinamik
yang berfungsi selama kehamilan sebagai pertahanan bagi janin dan sekitarnya , dengan vagina
dan dunia luar. Pada waktu gestasi ini, ia terdiri dari struktur yang kuat yang terdiri dari kolagen,
tetapi ketika tiba masanya persalinan, kolagennya mengalami degradasi dan serviks menjadi lunak
dan memulai proses untuk dilatasi. Ini mengakibatkan ketidaksempurnaan dalam proses ini dan;
atau waktu pelunakan yang tidak sesuai waktunya dan menjadikan serviks tidak kompeten lagi
sehingga terjadinya kelahiran prematur atau kesulitan dalam persalinan (distosia).
Infeksi dan inflamasi sangat berhubungan dengan kelahiran prematur dan pelunakan
serviks. Ini berhubungan dengan sifat serviks, dimana peluang untuk terjadinya persalinan
premature berbanding terbalik dengan panjang kanalis servikalis, yang berisi lender yang bersifat
antibakteri. Jika sifat mekanik atau antibakteri leher rahim secara antomi atau fungsional

10
terganggu, misalnya dengan paparan dietilstilbestrol intra-uterin atau dengan operasi atau trauma
pada serviks, kekuatan serviks mungkin tidak cukup untuk mempertahankan kehamilan.
Diagnosis
Diagnosis serviks inkompeten umumnya ditegakkan berdasarkan riwayat satu atau lebih
kegagalan kehamilan pada trimester kedua atau riwayat keguguran berulang pada trimester kedua,
dengan kerugian masing-masing terjadi pada usia kehamilan lebih awal dari yang sebelumnya dan
kurang kontraksi yang menyakitkan atau peristiwa berkaitan lainnya. Namun, dalam penemuan
ultrasonografi terakhir, definisi ini sedang ditantang. Terdapat keraguan bahwa pemeriksaan
ultrasonografi, terutama transvaginal, bermanfaat sebagai alat bantu untuk mendiagnosis
pemendekan serviks atau pencorongan ostium interna dan mendeteksi secara dini serviks yang
inkompeten. Secara umum, panjang serviks sebesar 25mm atau kurang antara 16 dan 18 minggu
gestasi dibuktikan secara prediktif untuk kelahiran prematur pada wanita dengan riwayat
penghentian kehamilan pada midtrimester.

Gambar : Ultrasonografi menunjukkan Ostium Serviks Interna dan Ostium Serviks


Eksterna yang terbuka.

11
Ultrasonografi transvaginal adalah metode yang aman untuk secara objektif menilai panjang
serviks dan lebih unggul berbanding pemeriksaan vagina digital atau USG perut dalam hal ini.
Ultrasonografi transvaginal telah menjadi standar emas atau “gold standard” untuk evaluasi
serviks. Leher rahim pada kehamilan mengikuti pola penipisan dimulai ostium servikal internal
dan berlangsung dalam cara menyalurkan menuju ostium serviks eksternal. Pada sonogram ini
awalnya muncul sebagai “beaking” atau bentuk mencuih dibentuk dinding samping saluran leher
rahim yang berkembang dari ‘Y’ menjadi ruang berbentuk ‘U’. Panjang leher rahim biasanya tetap
stabil hingga awal trimester ketiga dan memendek secara progresif setelah itu.

Gambar : Funneling dari serviks yang membentuk huruf T, Y, V, U (korelasi


antara panjang serviks dengan perubahan pada ostium uteri internum).
Temuan ultrasonografi :
1. Penyempitan atau funneling serviks yang membentuk huruf T, Y, V, U
(hubungannya dengan panjang serviks dengan perubahan pada ostium uteri internum).
2. Panjang serviks < 25 mm
3. Protusi membran amnion

12
4. Adanya bagian fetus dalam serviks atau vagina.

Gambar : Hasil USG yang menunjukkan gambaran funnelling pada serviks


uteri

Penatalaksanaan
Terapi untuk inkompetensi serviks adalah dengan cara bedah dan non-bedah. Pilihan terapi
non-bedah dapat mengurangi risiko kelahiran prematur pada wanita dengan inkompetensi serviks.
Pengurangan aktivitas atau istirahat total di tempat tidur, menghindari hubungan seksual, dan
penghentian penggunaan narkotin atau rokok telah direkomendasikan.
Penatalaksanaan inkompetensi serviks adalah dengan cara bedah yaitu penguatan serviks
yang lemah dengan jahitan yang di sebut ‘cerclage’. Perdarahan, kontraksi uterus, atau ruptur
membran biasanya merupakan kontraindikasi untuk pembedahan. Terdapat beberapa tehnik
‘cerclage’ yang pernah dilakukan seperti McDonalds dan modifikasi Shirodkar. Waktu terbaik
untuk prosedur cerclage serviks adalah pada bulan ketiga (12-14 minggu) kehamilan . Namun,
beberapa wanita mungkin perlu dipasangkan cerclage darurat pada kehamilan lanjut jika terjadi
perubahan seperti pembukaan atau pemendekan serviks. Jika sudah ada riwayat pemasangan
cerclage darurat, pada kehamilan selanjutnya juga wanita ini akan memerlukan pemasangan
cerclage pada serviksnya.

13
Gambar : Tipe dari Cerclage

Gambar : Tipe jahitan Cerclage


Pemasangan cerclage adalah andalan untuk pencegahan kelahiran prematur pada wanita
dengan insufisiensi atau inkompetensi serviks. Pendekatan dan penempatan dari jahitan cerclage
ada berbagai macam dan tidak ada tehnik tunggal yang terbukti lebih unggul dari yang lainnya.
Pendekatan transvaginal yang paling popular adalah tehnik McDonald, yang menggunakan
anestesi local atau regional untuk menempatkan jahitan monofilament (polypropylene) atau tape
serat polyester di persimpagan cervicovaginal. Sebuah speculum tertimbang dimasukkan ke dalam
vagina, dan Sims retractor digunakan untuk retraksi anterior vagina. Serviks ini digenggam lembut
dengan penjepit atau forsep Allis cincin untuk traksi. Dimulai pada posisi jam 12, 4 atau 5 gigitan
berurutan yang diambil secara “tas-string”. Jahitan terikat anterior dan dipangkas.

14
Gambar : Cerlage tipe jahitan McDonald (dengan jahitan seperti dompet, tidak
ada diseksi dan terletak pada os serviks eksterna) dan Shirodkar (dengan jahitan tunggal,
memerlukan diseksi dan letaknya berdekatan os serviks interna)
Manakala prosedur Shirodkar melibatkan penempatan jahitan yang sehampir mungkin
pada os interna setelah diseksi pada rectum dan kandung kemih dari leher rahim. Setelah jahitan
dimasukkan, mukosa ditempatkan diatas simpul jahitan. Prosedur McDonald lebih menjadi favorit
berbanding Shirodkar kerana penempatan jahitan yang lebih mudah.
Dalam pendekatan transabdominal melalui laparotomi atau laparoskopi, jahitan
ditempatkan di wilayah cervicoisthmic setelah pembedahan kandung kemih jauh dari segmen
bawah uterus. Prosedur invasif ini mempunyai risiko tinggi terjadinya komplikasi, misalnya
perdarahan. Umumnya dijadikan pilihan bagi pasien yang gagal bagi penempatan transvaginal,
mempunyai penyakit bawaan dengan serviks hipoplasia, atau memiliki jaringan parut besar dari
operasi sebelumnya atau trauma.

15
BAB III

PEMBAHASAN

Material dan Metode


Indirect comparison meta analysis terbaru ini dilakukan dengan merujuk kepada Preferred
Reporting Items for Systematic Review and meta-analysis (PRISMA) guidelines. Dua penulis
secara independen diambil dan mereview kasus berdasar kelayakan, menilai risiko bias dan
memperoleh data. Semua ketidaksetujuan dalam proses review kasus diselesaikan dalam
konsensus.
Pencarian Literatur dan Seleksi Kasus
Literatur terbaru diambil dari database sejak 1 november 2012 sampai 31 maret 2018,
menggunakan kombinasi keyword yang berhubungan dengan progesterone, servikal cerclage dan
persalinan preterm untuk mengidentifikasi perbandingan RCT vaginal progesterone vs plasebo,
atau cerclage vs no cerclage untuk mencegah persalinan preterm pada ibu hamil dengan hamil
tunggal. Tidak ada pembatasan bahasa dalam pencarian literatur ini.
RCT dianggap layak bila tujuan penelitiannya adalah untuk mencegah persalinan preterm
pada ibu hamil asimtomatik dengan hamil tunggal, riwayat persalinan preterm dan serviks pendek
berdasar USG (<25mm) saat trimester 2 atau dengan kriteria lain asalkan hasil luarannya terdapat
hamil tunggal, riwayat persalinan preterm dan panjang serviks <25mm.
Kriteria ekslusi pada studi ini adalah (1) quasirandomized, (2) penilaian vaginal
progesteron pada ibu dengan ancaman persalinan preterm, perdarahan antepartum di trimester 2,
ketuban pecah dini, (3) evaluasi pemberian vaginal progesteron pada trimester 1 untuk mencegah
abortus, (4) perbandingan teknik cerclage, (5) tidak ada data mengenai ibu hamil dengan hamil
tunggal, riwayat persalinan preterm dan panjang serviks <25mm saat trimester 2.
Pengambilan Dan Perolehan Data
Menghubungi penulis untuk mengakses data Meta analisis IPD yang membandingkan
vaginal progesteron vs plasebo. Penulis studi ini diberikan data tanpa nama, kriteria sampel,
tindakan dan luaran pada setiap RCT. Begitu pula pada meta analisis IPD yang membandingkan
cerclage vs no cerclage.
Pengukuran Luaran
Luaran primer adalah persalinan spontan pada usia kehamilan <35 mingu dan mortalitas
perinatal. Luaran sekunder adalah persalinan preterm pada usia kehamilan <37 minggu, <32
16
minggu dan <28 minggu, respiratori distress syndrome, grade III/IV intraventricular hemorrhage,
necrotizing enterocolitis, neonatal sepsis, bronchopulmunary dysplasia, morbiditas neonatal,
morbiditas dan mortalitas perinatal, alih rawat bayi di NICU dan BBL <2500gr serta <1500gr.
Penilaian Risiko Bias
Penilaian risiko bias untuk pengujian dilakukan berdasarkan 7 domains point dalam
Cochrane Handbook for Systematic Reviews of Interventions (random sequence generation,
allocation concealment, blinding of participants and personnel, blinding of outcome assessment,
incomplete outcome data, selective reporting, and other bias).
Analisa Statistik
Studi perbandingan vaginal progesteron vs plasebo dilakukan 2 tahap meta analisis.
Pertama, estimasi efek didapat dari IPD untuk setiap percobaan, tahap kedua menggabungkan data
dengan menggunakan metode standar meta analisis agregasi data untuk mengumpulkan data RR
dengan 95% CI
Heterogenitas data-data ini diuji dengan quantity I2 untuk vaginal progesterone vs plasebo
dan Mantel-Haenszel Q untuk cerclage vs no cerclage. Adjusted indirect comparison meta-analysis
vaginal progesterone vs cerclage dilakukan berdasarkan metode Bucher et al.
Hasil Penelitian
Hasil Pencarian Data
Total, terdapat 10 penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dengan menyajikan data 769
ibu hamil dengan hamil tunggal, riwayat persalinan spontan preterm dan panjang serviks <25mm
saat trimester 2.

17
Karakteristik dan risiko bias sampel

18
Didapatkan 10 kasus dengan rincian 5 double-blind, placbo-controlled trials, termasuk 265
ibu hamil, membandingan vaginal progesteron vs plasebo. 2 studi mengevaluasi vaginal
progesteron pada ibu hamil dengan serviks pendek (panjang serviks ≤15mm dan antara 10-20mm),
1 pada ibu hamil dengan riwayat riwayat persalinan spontan preterm, 1 pada ibu hamil dengan
riwayat persalinan spontan preterm, malformasi uterin atau hamil kembar dan sisanya ibu hamil
dengan riwayat persalinan spontan preterm, serviks pendek atau hasil positif tes fibronectin fetal
dikombinasikan dengan faktor risiko persalinan pretem lain.
Dosis yang diberikan pada percobaan ini adalah variasi, dari rentang 90-200mg dan
diberikan sejak usia kehamilan 18-25 hingga 34-36 minggu. 30 ibu hamil (25 dari studi oleh
Norman et al dan 5 oleh Hassan et al) dilakukan cerclage setelah randomisasi.
5 percobaan termasuk 504 ibu hamil, membandingkan cerclage vs no cerclage pada ibu
hamil dengan serviks pendek. Usia kehamilan untuk screening panjang serviks bervariasi dari usia
kehamilan 14 minggu dan 24 minggu. 4 percobaan menggunakan teknik McDonald dan 1
menggunakan Shirodkar. Riwayat pelepasan cerclage dimasukkan ke dalam kelompok no cerclage
pada 3 studi berdasar pemeriksaan fisik atau perubahan serviks pada usg. Pada percobaan oleh
Own et al, 99 ibu hamil mendapatkan 17-OHPC (17a-hydroxyprogesterone caproate) dan 1
mendapatkan vaginal progesterone.
10 studi ini termasuk di dalam meta analisis memiliki tingkat randomisasi yang adekuat.
Pada 5 percobaan dalam mengevaluasi vaginal progesterone, dilakukan blinding pada sampel,
tenaga medis dan luaran assesors. Pada 5 percobaan dalam mengevaluasi cerclage, blinding tidak
dapat dilakukan karena intervensi yang tampak nyata. Pada intinya, ke 10 percobaan ini sangat
dipertimbangkan tingkat biasnya.
Perbandingan Vaginal Progesterone dan Cerclage
Semua ibu hamil pada indirect comparison meta analysis (265 vaginal progesterone dan
504 cerclage) dengan hamil tunggal, riwayat persalinan spontan preterm dan panjang serviks
<25mm saat usia kehamilan trimester 2 (kebanyakan dideteksi saat usia kehamilan 16-24 minggu)

19
persentase pasien dengan panjang serviks <16mm adalah 42.6% pada kelompok percobaan vaginal
progesterone dan 30.6% pada kelompok percobaan cerclage.
Ibu hamil pada kelompok vaginal progesterone memiliki karakteristik usia dengan mean
27.0 (SD 6.3) tahun dan BMI 29.4 (SD 6.5)kg/m2, kulit hitam dan kulit putih sebesar 75%.
Karekteristik kelompok cerclage tidak berbeda jauh dengan kelompok vaginal progesterone.
Perbandingan Direk

Pemberian vaginal progesterone pada ibu hamil dengan hamil tunggal, riwayat persalinan
spontan preterm dan panjang serviks <25mm secara signifikan menurunkan risiko persalinan
preterm pada usia kehamilan <35 minggu (RR, 0.68; 95% CI, 0.50-0.93) dan <32 minggu (RR,
0.60; 95% CI, 0.39-0.92), neonatal sepsis (RR, 0.38; 95% CI, 0.15-0.96), neonatal morbidity (RR,
0.29; 95% CI, 0.11-0.81), perinatal morbidity and mortality (RR, 0.43; 95% CI, 0.20-0.94), and
perawatan di NICU (RR, 0.46; 95% CI, 0.30-0.70)
Penggunaan cerclage pada ibu hamil dengan hamil tunggal, riwayat persalinan spontan
preterm dan panjang serviks <25mm secara signifikan menurunkan risiko persalinan preterm pada
usia kehamilan <37 minggu (RR, 0.70; 95% CI, 0.58-0.83), <35 minggu (RR, m0.70; 95% CI,
0.55-0.89), <32 minggu (RR, 0.66; 95% CI, 0.48-0.91), and <28 minggu (RR, 0.64; 95% CI, 0.43-

20
0.96), perinatal morbidity and mortality (RR, 0.64; 95% CI, 0.45-0.91), dan BBL <1500 gr (RR,
0.64; 95% CI, 0.45-0.90).
Vaginal progesterone dan cerclage keduanya memiliki hasil yang tidak signifikan terhadap
perinatal mortality (RR, 0.63; 95% CI, 0.26-1.56 pada vaginal progesterone, and RR, 0.65; 95%
CI, 0.40-1.07 pada cerclage) and respiratory distress syndrome (RR, 0.38; 95% CI, 0.13-1.07 pada
vaginal progesterone, and RR, 0.61, 95% CI, 0.32-1.19 pada cerclage). Kejadian dari grade III/IV
intraventricular hemorrhage, necrotizing enterocolitis, bronchopulmonary dysplasia, dan BBL
<2500 gr tidak memiliki hasil yang signifikan antara kelompok vaginal progesterone dan placebo
dan antara kelompok the cerclage dan no cerclage.
Perbandingan Indirek

21
Adjusted indirect comparisons menunjukkan perbedaan tidak signifikan antara kelompok
vaginal progesterone dan cerclage dalam mencegah persalinan preterm atau efek buruk pada janin.
Penemuan hasil ini konsisten dengan analisa sensitivitas yang mengekslusikan pasien dengan
cointerventions. Pada akhirnya, kedua kelompok percobaan ini dapat menurunkan angka kejadian
persalinan preterm pada usia kehamilan <35 minggu pada ibu hamil dengan panjang serviks
<16mm secara signifikan.
Sejauh ini, hanya ada 2 RCT yang membandingkan secara langsung pemberian vaginal
progesterone dan cerclage pada ibu hamil dengan hamil tunggal, riwayat persalinan spontan
preterm dan serviks pendek. Ionescu et al melalui abstrak penelitiannya menerangkan, ibu hamil
dengan hamil tunggal, riwayat persalinan spontan preterm dan panjang serviks <25mm sebelum
usia kehamilan 24 minggu secara acak diberikan vaginal progesterone 200mg/hari (n=4) atau
cerclage (n=46) tidak berbeda signifikan usia kehamilan saat persalinan. Chandiramani et al
melakukan RCT dengan membandingkan pemberian vaginal progesterone 400mg/hari (n=17) vs
cerclage (n=19) pada kelompok ibu hamil dengan karakteristik yang sama juga tidak menunjukkan
perbedaan signifikan usia kehamilan saat melahirkan.
Penulis ini memaparkan informasi lain penelitiannya di Cochrane tentang penggunaan
cerclage pada ibu hamil dengan hamil tunggal dan risiko tinggi persalinan preterm, bahwa angka
kejadian preterm premature rupture of membrane (PPROM) dan penggunan agen tokolitik lebih
tinggi signifikan pada kelompok cerclage dibandingkan vaginal progesterone (17% vs 2%; RR,
8.00; 95% CI, 1.04-61.42 untuk preterm premature rupture of membranes; and 65% vs 17%; RR,
3.75; 95% CI, 1.93-7.29 untuk penggunaan agen tokolitik).

Kekuatan Dan Kelemahan


Kekuatan pada studi ini diantaranya: (1) ketelitian metodologi indirect meta-analysis; (2)
penggunaan data pasien individual dari direct comparisons vaginal progesterone vs placebo dan
cerclage vs no cerclage untuk digunakan pada indirect comparisons vaginal progesterone vs
cerclage (3) risiko bias yang kecil (4) karakteristik pasien yang homogen (5) ketiadaan data yang
heterogen (6) pengujian sensitivitas terbatas pada pasien yang tidak mendapatkan cointervention
(7) hasil yang konsisten antara hasil studi indirect comparions meta-analysis ini dengan 2
percobaan direct comparisons.

22
Kelemahan pada studi ini adalah (1) OPPTIMUM tidak mengumpulkan data angka
kejadian respiratory distress syndrome, yang merupakan komplikasi terbanyak pada bayi lahir
preterm, yang mengurangi ukuran sampel pada penghitungan morbiditas neonatal dan
morbiditas/mortalitas perinatal pada percobaan vaginal progesterone vs placebo. (2) Data dari 14
pasien dengan hamil tunggal, riwayat persalinan preterm dan panjang serviks <25mm yang
membandingkan shirodkar cerclage, mcdonald cerclage dan bed rest (no cerclage) tidak dapat
ditemukan. (3) Efek samping cerclage pada ibu seperti keputihan, infeksi dan perdarahan tidak
dilaporkan pada IPD meta analisis ini.

Efek Samping pada Ibu dan Luaran Jangka Panjang pada Anak
Perbedaan efek samping dan jangka panjang luaran pada anak merupakan kunci untuk
dokter dan pasien dalam memilih terapi yang optimal. Pemasangan cerclage berhubungan dengan
komplikasi seperti KPD, chorioamnionitis, perdarahan dan laserasi serviks. dan juga cerclage
merupakan tindakan operasi yang biasanya memerlukan general anestesi atau spinal anestesi dan
memiliki risiko komplikasi operasi. Percobaan oleh Owen et al melaporkan bahwa komplikasi
operasi yang berhubungan dengan cerclage itu jarang. Pada Cochrane review, mendapatkan hasil
bahwa cerclage dibandingkan no cerclage yaitu peningkatan kejadian demam pada ibu (6% vs 2%;
RR, 2.39, 95% CI, 1.35-4.23) persalinan sectio cessaria (18% vs 15%; RR, 1.19; 95% CI, 1.01-
1.40). Beberapa sistematik review dan meta analisis yang mengevakuasi manfaat vaginal
progesterone untuk mencgah persalinan preterm pada hamil tunggal dan hamil kembar melaporkan
bahwa angka kejadian efek samping pada ibu, penghentian penggunaan vaginal progesterone
akibat efek samping, dan anomaly kongenital tidak berbeda signifikan antara kelompok vaginal
progesterone dan placebo.
Mengenai luaran jangka panjang pada anak, bukti penelitian sejauh ini tentang paparan
uterus terhadap vaginal progesterone tidak memiliki efek buruk pada perkembangan
neurodevelopment hingga usia 8 tahun. Belum ada studi pada ibu hamil dengan cerclage.

Kemanfaatan Biaya
Bukti dari beberapa studi mengindikasikan bahwa kombinasi screening transvaginal usg
untuk menilai panjang serviks dan pemberian vaginal progesterone pada serviks pendek

23
merupakan tindakan hemat biaya yang dapat menurunkan angka kejadi persalinan preterm dan
morbiditas /mortalitas perinatal.
Terdapat 3 studi yang dipublikasikan melalui abstrak tentang evaluasi pengeluaran biaya
cerclage pada ibu hamil dengan serviks pendek.
Tahun 2011, miller dan Grobman membandingkan 17-OHPC saja dengan cerclage pada
serviks pendek <15mm. Intervensi cerclage menghabiskan lebih banyak biaya daripada 17-OHPC
saja.
Tahun 2015, Eke et al mengevaluasi pengeluaran biaya dari vaginal progesterone
dibandingkan dengan cerclage. Terapi menggunakan vaginal progesterone memberikan kejadian
persalinan preterm lebih rendah dibandingkan cerclage. Dan pada 80% simulasi, vaginal
progesterone lebih hemat dibandingkan cerclage. Penulis pada studi ini menyimpulkan bahwa
vaginal progesterone merupakan strategi terapi serviks pendek yang paling hemat.
Pedoman Praktik Klinik
Hingga saat ini, National Institute for Health and Care Excellence merekomendasikan
untuk menawarkan vaginal progesterone atau cerclage pada ibu hamil dengan hamil tunggal,
riwayat persalinan spontan preterm dan panjang serviks <25mm saat trimester 2. The International
Federation of Gynecology and Obstetrics merekomendasikan vaginal progesterone untuk ibu
hamil dengan hamil tunggal dan panjang serviks ≤25mm tanpa memperhatikan riwayat obstetrik.
The Society for Maternal-Fetal Medicine dan American Congress of Obstetricians and
Gynecologist merekomendasikan pemilihan cerclage pada ibu hamil dengan hamil tunggal,
riwayat persalinan spontan preterm dan panjang serviks <25mm sebelum usia kehamilan 24
minggu. Rekomendasi ini berdasar pada meta analisis IPD yang menilai penggunaan cerclage pada
ibu hamil dengan kriteria tersebut. Studi ini diharapkan dapat merevisi rekomendasi klinis yang
ada saat ini berdasarkan bukti ilmiah dan merekomendasikan vaginal progesterone menjadi
tatalaksana alternative bagi pasien ibu hamil dengan hamil tunggal, riwayat persalinan preterm dan
panjang serviks <25mm sebelum usia kehamilan 24 minggu.
Kesimpulan
Kesimpulan studi ini adalah baik itu vaginal progesterone atau cerclage dapat dipakai untuk
mencegah persalinan preterm dan dapat meningkatkan luaran perinatal pada ibu hamil dengan
hamil tunggal, riwayat persalinan spontan preterm dan serviks pendek saat usg trimester 2. Kriteria

24
luaran lain yang ada seperti efek samping pada ibu, kemanfaatan biaya, luaran jangka panjang
pada anak mungkin menjadi pertimbangan bagi pasien dan dokter dalam mengambil tindakan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Blencowe H, Cousens S, Oestergaard MZ, et al. National, regional, and worldwide estimates of
preterm birth rates in the year 2010 with time trends since 1990 for selected countries: a
systematic analysis and implications. Lancet 2012;379:2162-72.
Martin JA, Hamilton BE, Osterman MJK, Driscoll AK, Drake P. Births: final data for 2016. Natl
Vital Stat Rep 2018;67:1.
United Nations Inter-Agency Group for Child Mortality Estimation (UN IGME). Levels and trends
in child mortality: report 2017, estimates developed by the UN Inter-Agency Group for
Child Mortality Estimation. New York: United Nations Children’s Fund; 2017.
Institute of Medicine, US Committee on Understanding Premature Birth and Assuring Healthy
Outcomes. In: Behrman RE, Butler AS, eds. Preterm birth: causes, consequences, and
prevention. Washington, DC: National Academies Press; 2007.
Saigal S, Doyle LW. An overview of mortality and sequelae of preterm birth from infancy to
adulthood. Lancet 2008;371:261-9.
Mwaniki MK, Atieno M, Lawn JE, Newton CR. Long-term neurodevelopmental outcomes after
intrauterine and neonatal insults: a systematic review. Lancet 2012;379:445-52.
Parkinson JR, Hyde MJ, Gale C, Santhakumaran S, Modi N. Preterm birth and the metabolic
syndrome in adult life: a systematic review and meta-analysis. Pediatrics 2013;131:e1240-
63.
Li S, Zhang M, Tian H, Liu Z, Yin X, Xi B. Preterm birth and risk of type 1 and type 2 diabetes:
systematic review and meta-analysis. Obes Rev 2014;15:804-11.

26

Anda mungkin juga menyukai