Anda di halaman 1dari 25

PORTOFOLIO

KRISIS HIPERTENSI

Oleh:
Dr. Himatun Istijabah

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


RSU MUHAMMADIYAH SITI AMINAH BUMIAYU
BREBES

2017
LEMBAR PENGESAHAN

PORTOFOLIO

“Krisis Hipertensi”

Oleh :
Dr. Himatun Istijabah

Untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program internsip


dokter Indonesia di RSU Muhammadiyah Siti Aminah Bumiayu, Kabupaten
Brebes periode Februari 2017 – Februari 2018

Disetujui dan disahkan


Pada tanggal, September 2017

Peserta Program Internsip Pendamping Program Internsip

Dr. Himatun Istijabah Dr. Nia Tri Mulyani

Pembimbing,

Dr. Rahmat Santosa, Sp. PD


BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO

Pada hari ini, tanggal September 2017, telah dipresentasikan oleh:


Nama Peserta : Dr. Himatun Istijabah
Judul : Hipertensi Urgensi
Nama Pendamping : Dr.Nia Tri Mulyani
Nama Wahana : RSU Muhammadiyah Siti Aminah Bumiayu

No. Nama Peserta Tanda Tangan


1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
6. 6.
7. 7.
8. 8.
9. 9.
10. 10.
11. 11.
12. 12.
13. 13.
14. 14.
15. 15.
16. 16.
17. 17.

Berita acara ini ditulis dan disampaikan dengan sesungguhnya.


Pendamping,

Dr. Nia Tri M.


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO ............................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1


BAB II LAPORAN KASUS ............................................................................... 2
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi .................................................................................................... 10
B. Klasifikasi ............................................................................................... 10
C. Epidemiologi ............................................................................................ 11
D. Patofisiologi ............................................................................................ 12
E. Penegakan Diagnosis ................................................................................ 13
F. Penatalaksanaan ....................................................................................... 16
G. Prognosis ................................................................................................... 19

BAB IV KESIMPULAN ................................................................................... 20


DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 21
BAB I
PENDAHULUAN

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang paling umum dijumpai


dalam kedokteran primer dan merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi.
Lebih dari 1 (satu) miliar penduduk dunia menderita hipertensi (Wijaya & Siregar,
2013). Sekitar 1% dari penderita hipertensi berkembang menjadi krisis hipertensi
(Lubis, 2013). Hipertensi bertanggungjawab pada sedikitnya 45% kematian pada
penderita penyakit jantung, dan 51% kematian pada penderita stroke. Selain itu,
WHO memperkirakan adanya kenaikan tren mortalitas penyakit kardiovaskular
dalam rentang tahun 2008 – 2030 seperti yang tertera pada gambar berikut (WHO,
2013).

Gambar 1. Tren Mortalitas Penyakit Tidak Menular dan Penyakit Tidak Menular Dunia Tahun
2008 – 2030 (WHO, 2013)

Seperlima pasien hipertensi yang datang ke Unit Gawat Darurat (UGD)


adalah pasien krisis hipertensi. Populasi krisis hipertensi bekisar antara 2%-7%
pada total populasi hipertensi, meskipun populasi saat ini masih terus menurun
hingga 1%. Skill klinis untuk membedakan apakah pasien menderita hipertensi
urgensi (tanpa kerusakan organ target) atau emergensi (dengan kerusakan organ
target) sangat penting untuk memilih tatalaksana yang tepat. Diagnosis klinis
yang tidak tepat akan berakibat pada over atau undertreatment.
BAB II
LAPORAN KASUS

Nama Peserta dr. Himatun Istijabah


Topik Krisis Hipertensi – Hipertensi Urgensi
Tanggal Kasus 6 Agustus 2017
Nama Pendamping dr. Nia Tri Mulyani
Tanggal Presentasi 2017
Tempat Presentasi
OBYEK PRESENTASI
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi: Wanita, 31 tahun, nyeri kepala cekot-cekot, dada berdebar (-), nyeri
dada (-), nyeri ulu hati (-), sesak nafas (-), kelemahan anggota gerak (-), mual (-),
muntah (-), pandangan kabur (-), pembengkakan anggota gerak (-)
Tujuan: Diagnostik dan Manajemen
Bahan Bahasan Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara Membahas Presentasi Kasus Diskusi Email Pos
1. Diagnosis Kerja: Krisis Hipertensi – Hipertensi Urgensi

2. Keluhan Utama: nyeri kepala cekot-cekot

3. Riwayat Penyakit Sekarang:


Seorang wanita, 31 tahun datang ke UGD RSU Muhammadiyah Siti Aminah
Bumiayu diantar oleh suaminya dengan keluhan nyeri kepala cekot – cekot
yang memberat 1 (satu) hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri kepala
dirasakan mengganggu aktivitas, dengan skala nyeri 6 (enam) berdasarkan
pengakuan pasien. Nyeri tidak berkurang saat pasien beristirahat. Sebelum
datang ke UGD Muhammadiyah Siti Aminah Bumiayu, pasien sempat
memeriksakan diri ke bidan terdekat dan diketahui bahwa tekanan darah
pasien sangat tinggi, sehingga bidan tersebut menyarankan pasien untuk
segera memeriksakan diri ke UGD. Pasien menyangkal adanya keluhan dada
berdebar, nyeri dada, sesak nafas, nyeri ulu hati, kelemahan anggota gerak,
mual, muntah, pandangan kabur, maupun pembengkakan anggota gerak.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Hipertensi : disangkal, pasien mengaku baru mengetahui
bahwa memiliki tekanan darah tinggi saat
memeriksakan diri ke bidan, sebelum datang
ke UGD.
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Hiperkolesterolemia : disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga:
Riwayat Hipertensi diakui oleh pasien, yakni diderita oleh ibu kandung
pasien.
6. Riwayat Pengobatan:
Pasien mengaku tidak sedang mengkonsumsi obat tertentu secara rutin dan
belum pernah mengkonsumsi obat anti hipertensi.
7. Riwayat Pekerjaan:
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga..
8. Riwayat Personal Sosial:
Pasien mengaku gemar mengkonsumsi makanan asin dan berminyak seperti
gorengan. Pasien mengaku tidak rutin melakukan olahraga.
Daftar Pustaka
1. Derhasching, U. dkk. 2013. Hypertensive Emergencies are Associated
with Elevated Markers of Inflammation, Coagulation, Platelet
Activation and Fibrinolysis. J Hum Hypertens. 27: 368 – 373.
2. Kemenkes. 2015. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.02. 02/MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
Kemenkes: Jakarta.
3. Kuppasani, K., Reddi, A. S. 2010. Emergency or Urgency? Effective
Management of Hypertensive Crisis. JAAPA. 23(8): 44 – 49.
4. Lubis, L. 2013. Penatalaksanaan Terkini Krisis Hipertensi Preoperatif.
CDK. 40(10): 733 – 737.
5. Muiesan. L. M. dkk. 2014. An Update on Hypertensive Emergencies
and Urgencies. Journal of Cardiovascular Medicine. 1 – 11.
6. National Heart Foundation of Australia. 2016. Guideline for the
Diagnosis and Management of Hypertension in Adults. Melbourne:
National Heart Foundation of Australia.
7. NHLBI. 2004. The Seventh Report of the Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure. United States: National Institutes of Health.
8. Owens, W. B. 2011. Blood Pressure Control in Acute Cerebrovascular
Disease. J Clin Hypertens (Greenwich). 13(3): 205 – 211.
9. Pak, K. J. dkk. 2014. Acute Hypertension: A Systematic Review and
Appraisal of Guidelines.The Oschner Journal. 14(4): 655 – 663.
10. PERKI. 2016. Panduan Praktik Klinis (PPK) dan Clinical Pathway
Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah. Jakarta: Perhimpunan Dokter
Spesialis Kardiovaskular Indonesia.
11. Rasyid, H. 2016. Kegawatan Hipertensi. Dalam EIMED PAPDI
Kegawatan Penyakit Dalam Buku 2 EIMED Lanjut. Jakarta: Interna
Publishing.
12. Shorr, A. F. dkk. 2012. Severe Acute Hypertension Among Inpatients
Admitted from the Emergency Department. J Hosp Med. 7(3): 203 –
210.
13. Souza, L. M., dkk. 2009. Oral Drugs for Hypertensive Urgencies:
Systematic Review and Meta-Analysis. Sao Paulo Med J. 127(6): 366 –
372.
14. Vaidya, C. K., & Oullette, J. R. 2007. Hypertensive Urgency and
Emergency. Hospital Physician. 43 – 50.
15. van den Bom, B. J. dkk. 2011. Endhotelial Dysfunction, Platelet
Activation, Thrombogenesis and Fibrinolysis in Patients with
Hypertensive Crisis. J Hypertens. 29: 922 – 927.
16. WHO. 2005. EMRO Technical Publications Series 29: Clinical
Guidelines for the Management of Hypertension. WHO Regional Office
for the Eastern Mediterranean: Cairo.
17. WHO. 2013. A Global Brief on Hypertension: Silent Killer, Global
Public Health Crisis. Diakses dari
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/79059/1/WHO_DCO_WHD_20
13.2_eng.pdf?ua=1.
18. Wijaya, I., & Siregar, P. 2013. Hypertensive Crises in the Adolescent:
Evaluation of Suspected Renovascular Hypertension. Acta Medica
Indonesiana – The Indonesian Journal of Internal Medicine. 49 – 54.
Hasil Pembelajaran
Mengetahui definisi, klasifikasi, epidemiologi, patofisiologi, penegakan
diagnosis, tatalaksana dan prognosis Krisis Hipertensi
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. TP
Nomor RM : 20 – 28 - 52
Tanggal Lahir : 18 April 1986
Usia : 31 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Laren, Kec. Bumiayu, Kab. Brebes
Masuk RS : 6 Agustus 2017 pukul 07.30 WIB
Keluar RS : 7 Agustus 2017

II. ANAMNESIS
Dilakukan secara auto anamnesis.
Seorang wanita, 31 tahun datang ke UGD RSU Muhammadiyah Siti
Aminah Bumiayu diantar oleh suaminya dengan keluhan nyeri kepala
cekot – cekot yang memberat 1 (satu) hari sebelum masuk rumah sakit.
Nyeri kepala dirasakan mengganggu aktivitas, dengan skala nyeri 6 (enam)
berdasarkan pengakuan pasien. Nyeri tidak berkurang saat pasien
beristirahat. Sebelum datang ke UGD Muhammadiyah Siti Aminah
Bumiayu, pasien sempat memeriksakan diri ke bidan terdekat dan
diketahui bahwa tekanan darah pasien sangat tinggi, sehingga bidan
tersebut menyarankan pasien untuk segera memeriksakan diri ke UGD.
Pasien menyangkal adanya keluhan dada berdebar, nyeri dada, sesak nafas,
nyeri ulu hati, kelemahan anggota gerak, mual, muntah, pandangan kabur,
maupun pembengkakan anggota gerak.
Pasien menyangkal adanya riwayat hipertensi, DM maupun
hiperkolesterolemia yang pernah diderita. Namun, pasien mengaku ayah
kandung juga memiliki hipertensi. Pasien merupakan seorang ibu rumah
tangga yang gemar mengkonsumsi makanan asin dan berminyak, seperti
gorengan. Pasien juga tidak rutin dalam berolahraga.

III. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan Umum : tampak kesakitan
2. Kesadaran : compos mentis
3. GCS : E4V5M6
4. Tanda – tanda Vital:
TD = 240/140 mmHg
N = 100 x/menit
R R = 22 x/menit
T = 36.60 C
5. Status Gizi : kesan gizi cukup
6. Kepala & Leher :
Mata : pupil isokor (+/+), diameter pupil (3 mm/3 mm), refleks
cahaya (+/+), CA (-/-), SI (-/-),
Leher : JVP 5+2 cmH2O (tidak meningkat)
7. Thorax
Pulmo : Inspeksi: simetris (+/+), retraksi (-/-),
Palpasi : fremitus vokal hemitoraks dekstra = hemitoraks
sinistra,
Perkusi : sonor (+/+),
Auskultasi: SD vesikuler (+/+), ST (-/-)
Cor : Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak
Palpasi : pulsasi ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas kanan atas jantung: SIC II LPSD
batas kanan bawah jantung: SIC IV LPSD
batas kiri atas jantung: SIC II LPSS
batas kiri bawah jantung: SIC V LMCS
Auskultasi: S1>S2, reguler, Murmur (-), Gallop (-)
8. Abdomen:
Inspeksi : datar
Auskultasi: BU (+) N
Palpasi : supel, NT (-)
Perkusi : timpani
+/+ −/−
9. Ekstremitas : akral hangat +/+ , pitting edem −/−
−/−
10. Refleks Patologis: −/−

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Laboratorium (6 Agustus 2017)
2. EKG (6 Agustus 2017)
V. DIAGNOSA
Krisis Hipertensi – Hipertensi Urgensi

VI. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan di UGD:
o Infus Asering 20 tpm
o Inj. Ketorolac 2 x 30 mg iv
o Inj. Ranitidine 2 x 50 mg iv
o p.o. Captopril 3 x 25 mg
o p. o. Amlodipin 1 x 5 mg

Follow up Pasien

Tanggal/Jam Catatan Perkembangan Pasien


6/8/2017
09.00 WIB S: nyeri kepala cekot-cekot berkurang
(IGD) O: TD: 180/100 mmHg
A: Hipertensi Urgensi
P: terapi lanjut
14.00 WIB S: nyeri kepala masih dirasakan, namun lebih ringan
(Bangsal) dibandingkan sebelumnya
O: TD: 171/101 mmHg
A: Hipertensi Urgensi
P: terapi lanjut
21.00 WIB S: nyeri kepala masih dirasakan
O: TD: 120/70 mmHg
A: Hipertensi Urgensi
P: terapi lanjut
7/8/2017
07.30 WIB S: nyeri kepala masih dirasakan
O: TD: 110/70 mmHg
A: Hipertensi Urgensi
P: terapi lanjut
14.00 WIB S: nyeri kepala masih dirasakan
O: TD: 120/70 mmHg
A: Hipertensi Urgensi
P: terapi lanjut
21.00 WIB S: nyeri kepala ringan masih dirasakan
O: TD: 120/70 mmHg
A: Hipertensi Urgensi
P: terapi lanjut
23.00 WIB S: nyeri kepala berkurang, mual (-)
(visite dr. Rahmat., Sp. O: TD: 120/70 mmHg
PD) A: Hipertensi Urgensi; TTH
P: BLPL
Terapi pulang:
 Captopril 3 x 25 mg
 Amlodipin 1 x 10 mg
 Antalgin 3 x 1
 Diazepam 5 mg (1/2) + Flunarizin 10 mg (1/2)
 pulv 3 x 1
 Cefadroxil 2 x 500 mg
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Menurut JNC 7, krisis hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan akut
tekanan darah yang sangat tinggi mencapai angka TD >180/120 mmHg
(NHLBI, 2004). Sementara itu, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Indonesia, dalam buku berjudul EIMED PAPDI Kegawatdaruratan Penyakit
Dalam (2016) serta Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia
dalam Panduan Praktik Klinis dan Clinical Pathway Penyakit Jantung dan
Pembuluh Darah (2016) menyebutkan bahwa krisis hipertensi merupakan
peningkatan tekanan darah yang tinggi secara mendadak dengan batasan TDS
≥ 180 mmHg dan TDD ≥ 110 mmHg.

B. Klasifikasi
JNC 7 mengklasifikasikan krisis hipertensi berdasarkan ada atau tidaknya
bukti kerusakan organ sasaran yang progresif menjadi 2 (dua), yaitu:
1. Hipertensi Emergensi
Hipertensi emergensi merupakan krisis hipertensi yang disertai
penyulit akut pada organ target seperti kardiak, serebral dan renal, yang
membutuhkan penurunan TD secepatnya, biasanya dalam hitungan jam,
yang dapat dicapai dengan pemberian anti-hipertensi secara parenteral di
intensive care unit (ICU). Kasus hipertensi yang sering ditemukan di ruang
gawat darurat diantaranya yaitu infark serebri, perdarahan intrakranial, edem
pulmo, congestive heart failure (CHF), infark miokard, gagal ginjal akut
dan eklamsi. Kasus lainnya diantaranya diseksi aorta, ensefalopati hipertensi
(Rasyid, 2016; Muiesan dkk., 2014; NHLBI, 2004), krisis simpatetik
(feokromositoma) (Rasyid, 2016; Muiesan dkk., 2014), aneurisma aorta dan
papiledema (National Heart Foundation of Australia, 2016) .
2. Hipertensi Urgensi
Hipertensi urgensi adalah krisis hipertensi yang tidak disertai penyulit
pada organ target (Rasyid, 2016, Muiesan dkk., 2014). JNC 7 (NHLBI,
2004) dan National Heart Foundation of Australia (2016) mendefinisikan
hipertensi urgensi sebagai kondisi yang berkaitan dengan peningkatan
tekanan darah yang sangat tinggi tanpa disertai disfungsi organ target yang
progresif, tetapi dapat disertai gejala lain seperti nyeri kepala berat,
epistaksis, atau ansietas berat. Pada hipetensi urgensi, TD dapat diturunkan
dalam 24 – 48 jam dengan pemberian antihipertensi secara oral. Hipertensi
urgensi dapat berkembang menjadi hipertensi emergensi bila tidak diobati
dengan segera (Rasyid, 2016).

C. Epidemiologi
Secara global, angka kejadian hipertensi yang mengalami progresi
menjadi krisis hipertensi hanya kurang dari 1 %. Shorr dkk. (2012) menilai
prevalensi krisis hipertensi dalam penelitian kohort retrospektif menggunakan
data yang diperoleh dari 114 rumah sakit tahun 2005 – 2007 . Dari 1.290.804
pasien dewasa, krisis hipertensi terjadi pada 178.131 pasien (13.8 %).
Hipertensi emergensi diderita oleh sekitar 1% dari semua pasien hipertensi
kronik (Kuppasani&Reddi, 2010; Owens, 2011) dan diderita oleh sekitar
27.5% dari seluruh pasien krisis hipertensi yang datang ke Unit Gawat Darurat,
sedangkan 72.5% nya merupakan pasien hipertensi urgensi (Pak dkk., 2014).

D. Patofisiologi
Faktor-faktor yang memicu peningkatan TD menjadi sangat tinggi dan
tiba-tiba pada pasien krisis hpertensi sudah pernah diteliti, namun masih belum
sepenuhnya dipahami (14). Vasokonstriktor humoral dan resistensi perifer
sistemik yang meningkat secara akut menyebabkan peningkatan stres mekanik
pada dinding vaskular, kerusakan endotel, aktivasi platelet dan kaskade
koagulasi, deposisi fibrin, induksi terhadap stres oksidatif serta sitokin-sitokin
pro inflamasi (van den Bom dkk., 2011). Vasokonstriksi dan trombosis,
sebagai akibat dari kerusakan vaskular, memicu terjadinya hipoperfusi, iskemik
organ target serta disfungsi autoregulasi. Peningkatan penanda inflamasi,
koagulasi, aktivasi platelet dan fibrinolisis terjadi pada pasien dengan krisis
hipertensi (Derhascing dkk., 2013).
Peningkatan TD yang tiba-tiba akibat stimuli yang diketahui ataupun
tidak, akan mencetuskan mekanisme-mekanisme hemodinamik (pressure
hypothesis) berupa peningkatan tekanan darah dan mekanisme neurohormonal
(humoral hypothesis) berupa pelepasan mediator endokrin dan parakrin. Pada
peningkatan tekanan darah yang sangat tinggi dan tiba-tiba, akan merangsang
endotel untuk melepaskan nitric oxide (NO), suatu vasodilator poten sebagai
mekanisme kompensasi.Sementara itu, pada vaskular organ target terjadi
vasokonstriksi vasogenik untuk menghambat transmisi tekanan vaskular
sistemik yang tinggi sebagai mekanisme proteksi. Kontraksi otot polos
vaskular yang berkelanjutan akan menyebabkan disfungsi endotel.Disfungsi
endotel menyebabkan berkurangnya NO, sebaliknya terjadi peningkatan
substansi vasokonstriksi seperti angiotensin-II dan endotelin-1, serta
peningkatan molekul adhesi. Selanjutnya terjadi proliferasi miointimal dan
nekrosis fibrinoid. Peningkatan substansi-substansi vasokonstriktor juga akan
memicu pressure natriuresis yang menyebabkan hipovolemia, yang
selanjutnya akan lebih meningkatkan vasokonstriktor-vasokonstriktor tersebut
(Rasyid, 2016).

Gambar 2. Patofisiologi Krisis Hipertensi (Vaidya&Oullette, 2007)


E. Penegakan Diagnosis
Gambar berikut menunjukkan algoritma penegakan diagnosis dan
penanganan pasien dengan krisis hipertensi di Unit Gawat Darurat (UGD):

Gambar 3. Algoritma Penegakan Diagnosis dan Penanganan Krisis Hipertensi di UGD (Muiesan
dkk., 2014)

1. Anamnesis
Gejala yang dialami pasien bisa sangat beragam, mulai dari tanpa
keluhan, cepat lelah, pusing, kepala berat, epistaksis, berdebar – debar, nyeri
dada, sesak nafas, kelemahan atau kelumpuhan sebagian atau seluruh
anggota badan, penurunan kesadaran, defisit neurologis fokal, gangguan
status mental dan gangguan penglihatan (PERKI, 2016; Muiesan dkk.,
2014).

2. Pemeriksaan Fisik
a. Tekanan Darah
Tekanan darah sistolik (TDS) ≥ 180 mmHg atau tekanan darah
diastolik ≥ 110 mmHg (PERKI, 2016). Pengukuran TD dilakukan dua
kali dalam posisi tidur dan duduk. TD diukur dengan manset yang sesuai,
dengan letak cuff yang benar pada kedua lengan (Rasyid, 2016). TD
sebaiknya diukur di kedua lengan, dan jika terdapat perbedaan diantara
kedua lengan tersebut, maka TD ekstremitas inferior harus diukur untuk
mendeteksi adanya diseksi aorta (Muiesan dkk., 2014).
b. Pemeriksaan Kardiovaskular
Pemeriksaan kardiovaskular meliputi auskultasi untuk menentukan
ada atau tidaknya murmur. Bunyi jantung gallop atau ronki di paru
menunjukkan gagal jantung kiri disertai edema paru (Rasyid, 2016).
c. Pemeriksaan Neurologi
Pemeriksaan neurologi meliputi penentuan status kesadaran pasien
serta menilai adanya tanda-tanda fokal dari stroke baik iskemik maupun
pendarahan (Rasyid, 2016).
d. Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan abdomen dilakukan untuk mendeteksi pembesaran
ginjal dan bising arteri renalis (Rasyid, 2016).
e. Pemeriksaan Funduskopi
Pemeriksaan funduskopi dapat membantu untuk mengidentifikasi
adanya eksudat, perdarahan dan atau papiledema (Muiesan dkk., 2014).

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap (Muiesan dkk., 2014)
2) Pemeriksaan kimia darah meliputi tes fungsi ginjal, gula darah dan
elektrolit (Rasyid, 2016)
3) Urinalisis untuk mendeteksi proteinuria, hematuria dan sel silinder
(Rasyid, 2016)
b. Radiologi
1) Foto toraks pada pasien dengan gejala kardiopulmoner untuk
mendeteksi adanya edema paru (Muiesan dkk., 2014) dan
kardiomegali (PERKI, 2016)
2) Elektrokardiografi dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit
jantung koroner, hipertrofi ventrikel kiri dan aritmia (Rasyid, 2016)
3) Ekokardiografi terutama untuk pasien dengan gagal jantung akut
untuk menilai adanya hipertrofi ventrikel kiri dan mengevaluasi fungsi
sistolik dan diastolik ventrikel (PERKI, 2016; Muiesan, dkk., 2014).
F. Tatalaksana
1. Non-Farmakologis
Tabel 1. Modifikasi Gaya Hidup Untuk Hipertensi (Kemenkes, 2015)

2. Farmakologis
a. Hipertensi Urgensi
Peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi urgensi bisa
merupakan refleksi dari terapi hipertensi kronik yang tidak terkontrol.
Pendekatan terapi yang paling utama ialah melalui pemberian
antihipertensi oral yang ditujukan untuk menurunkan tekanan darah
secara bertahap dalam 24 – 48 jam (Muiesan dkk., 2014).
Pemberian kombinasi obat antihipertensi oral dapat meningkatkan
efektivitas penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi urgensi
(Muiesan dkk., 2014). Captopril, propanolol, labetalol, furosemid, dan
beberapa obat antihipertensi kerja pendek digunakan sebagai terapi
utama pasien dengan hipertensi urgensi (WHO, 2005). Namun,
pemberian nifedipin baik secara oral maupun sublingual tidak
direkomendasikan karena dapat menyebabkan penurunan tekanan darah
yang terlalu cepat dan drastis sehingga menyebabkan hipotensi (Muiesan
dkk., 2014). Pemberian nifedipin pada pasien hipertensi urgensi juga
berkaitan dengan kejadian stroke, infark miokard dan kematian (WHO,
2005). Telaah sistematik dan metaanalisis dengan membandingkan antara
penggunaan obat golongan ACEi dan CCB pada pasien hipertensi
urgensi menunjukkan bahwa penggunaan obat oral ACEi memberikan
outcome (efektivitas dan rendahnya efek samping) yang lebih baik
dibandingkan dengan CCB. Oleh karena itu, pemberian oral ACEi
menjadi pilihan utama, kecuali pada pasien hamil (Souza dkk., 2009).
WHO (2005) menyebutkan bahwa beberapa hal yang harus
dievaluasi dan dimonitor pada pasien-pasien dengan hiperetensi urgensi
adalah kerusakan jantung dan ginjal yang diinduksi hipertensi serta
penyebab sekunder dari hipertensi. Hipertensi urgensi dapat berkembang
menjadi hipertensi emergensi bila tidak diobati dengan adekuat (Rasyid,
2016).

b. Hipertensi Emergensi
Hipertensi emergensi membutuhkan penurunan TD yang cepat,
biasanya dalam waktu 1 jam, dengan target penurunan TD rata-rata 20 –
25% dan/atau target TDD 110 – 115 mmHg. Bila target penurunan ini
dapat dicapai dan kondisi pasien stabil, penurunan tekanan darah dapat
dilanjutkan sampai normal dalam 12 – 24 jam berikutnya. Penurunan TD
terlalu cepat atau terlalu rendah akan memperburuk aliran darah ke organ
target. Pada kasus diseksi aorta, target tekanan darah lebih rendah dengan
waktu pencapaian yang lebih singkat (Rasyid, 2016).
Obat antihipertensi yang ideal untuk hipertensi emergensi adalah
obat parenteral yang bekerja cepat serta mudah dititrasi dengan efek
samping minimal. Pemilihan obat disesuaikan dengan penyakit penyerta
yang ada serta organ target yang terkena (Rasyid, 2016).
Tabel 2. Obat Anti-Hipertensi Pilihan pada Kondisi Hipertensi Emergensi dengan
Kerusakan Organ Target Tertentu (Rasyid, 2016)
Tabel 3. Obat Anti-Hipertensi Parenteral untuk Hipertensi Emergensi
(Vaidya&Oullette., 2007)

G. Prognosis
Prognosis krisis hipertensi berdasarkan buku Panduan Praktik Klinis
(PPK) dan Clinical Pathway Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
(PERKI, 2016) adalah sebagai berikut:
Ad vitam : malam
Ad sanationam : malam
Ad fungsionam : malam
BAB IV
KESIMPULAN

1. Krisis Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang tinggi secara


mendadak dengan batasan TDS ≥ 180 mmHg dan TDD ≥ 110 mmHg.
2. Krisis Hipertensi diklasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu Hipertensi Urgensi
(tidak disertai kerusakan organ target) dan Hipertensi Emergensi (disertai
kerusakan organ target).
3. Diagnosis Ny. TP pada kasus ini adalah Hipertensi Urgensi.
4. Penatalaksanaan utama yang diberikan pada kasus ini adalah pemberian
antihipertensi oral golongan ACEi (Captopril) dikombinasikan dengan
golongan CCB (Amlodipin).
DAFTAR PUSTAKA

Derhasching, U. dkk. 2013. Hypertensive Emergencies are Associated with


Elevated Markers of Inflammation, Coagulation, Platelet
Activation and Fibrinolysis. J Hum Hypertens. 27: 368 – 373.

Kemenkes. 2015. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


HK.02. 02/MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
Kemenkes: Jakarta.

Kuppasani, K., Reddi, A. S. 2010. Emergency or Urgency? Effective


Management of Hypertensive Crisis. JAAPA. 23(8): 44 – 49.

Lubis, L. 2013. Penatalaksanaan Terkini Krisis Hipertensi Preoperatif. CDK.


40(10): 733 – 737.

Muiesan. L. M. dkk. 2014. An Update on Hypertensive Emergencies and


Urgencies. Journal of Cardiovascular Medicine. 1 – 11.

National Heart Foundation of Australia. 2016. Guideline for the Diagnosis and
Management of Hypertension in Adults. Melbourne: National Heart
Foundation of Australia.

NHLBI. 2004. The Seventh Report of the Joint National Committee on


Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure. United States: National Institutes of Health.

Owens, W. B. 2011. Blood Pressure Control in Acute Cerebrovascular Disease. J


Clin Hypertens (Greenwich). 13(3): 205 – 211.

Pak, K. J. dkk. 2014. Acute Hypertension: A Systematic Review and Appraisal of


Guidelines.The Oschner Journal. 14(4): 655 – 663.

PERKI. 2016. Panduan Praktik Klinis (PPK) dan Clinical Pathway Penyakit
Jantung dan Pembuluh Darah. Jakarta: Perhimpunan Dokter
Spesialis Kardiovaskular Indonesia.

Rasyid, H. 2016. Kegawatan Hipertensi. Dalam EIMED PAPDI Kegawatan


Penyakit Dalam Buku 2 EIMED Lanjut. Jakarta: Interna
Publishing.

Shorr, A. F. dkk. 2012. Severe Acute Hypertension Among Inpatients Admitted


from the Emergency Department. J Hosp Med. 7(3): 203 – 210.
Souza, L. M., dkk. 2009. Oral Drugs for Hypertensive Urgencies: Systematic
Review and Meta-Analysis. Sao Paulo Med J. 127(6): 366 – 372.

Vaidya, C. K., & Oullette, J. R. 2007. Hypertensive Urgency and Emergency.


Hospital Physician. 43 – 50.

van den Bom, B. J. dkk. 2011. Endhotelial Dysfunction, Platelet Activation,


Thrombogenesis and Fibrinolysis in Patients with Hypertensive
Crisis. J Hypertens. 29: 922 – 927.

WHO. 2005. EMRO Technical Publications Series 29: Clinical Guidelines for the
Management of Hypertension. WHO Regional Office for the
Eastern Mediterranean: Cairo.

WHO. 2013. A Global Brief on Hypertension: Silent Killer, Global Public Health
Crisis. Diakses dari
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/79059/1/WHO_DCO_WH
D_2013.2_eng.pdf?ua=1.

Wijaya, I., & Siregar, P. 2013. Hypertensive Crises in the Adolescent: Evaluation
of Suspected Renovascular Hypertension. Acta Medica
Indonesiana – The Indonesian Journal of Internal Medicine. 49 –
54.

Anda mungkin juga menyukai