Anda di halaman 1dari 17

BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Jenis Virus
Klasifikasi

Group

Ordo

Famili

Genus

Spesies

: V (-) ssRNA

: Mononegavirales

: Paramyxoviridae

: Rubulavirus

: Mumps Virus
b. Morfologi

Merupakan virus yang beramplop dan memiliki suatu nukleokapsid/ kapsid. Kapsid ditutupi oleh
amplop. Berdiameter 150-300 nm dan panjang 1000-10000 nm. Permukaannya tertutupi oleh
tonjolan-tonjolan yang terlihat menyerupai paku-paku yang besar. Kapsidnya berfilamen dan
memiliki panjang 600-1000 nm dan lebar 18 nm.

Penyakit gondongan atau dalam istilah kedokteran dikenal dengan parotitis atau mumps
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus (Paramyxovirus) dan menyerang
jaringan kelenjar dan saraf. Penyakit ini sering menyerang anak-anak usia 5-10 tahun dengan
gejala khas rasa nyeri dan bengkak pada salah satu atau kedua kelenjar leher (parotis).
Seorang anak akan mendapatkan kekebalah tubuh terhadap virus Paramyxovirus dari ibunya
sampai usia 12-15 bulan saja. Itupun jika ibu pernah menderita gondongan atau mendapatkan
imunisasi sebelumnya.
B.Penularan Langsung
Virus penyebab gondongan dapat menyebar melalui kontak langsung dengan percikan ludah,
bahan muntah dan urine. Virus masuk ke dalam tubuh melalui hidung atau mulut. Virus
memperbanyak diri di saluran napas atas dan menyebar ke kelenjar getah bening lokal. Masa
ini dikenal dengan masa inkubasi dan berlangsung selama 12-25 hari. Kemudian virus akan
menyebar ke seluruh tubuh dengan lokasi yang dituju adalah kelenjar parotis, ovarium
(indung telur) pada wanita atau testis (buah zakar) pada laki-laki, pankreas, tiroid, ginjal,
jantung atau otak.
Penyakit beguk / mumps dapat menular dari satu orang ke orang lainnya melalui
droplet ludah atau kontak langsung dengan bahan yang terkontaminasi oleh ludah
yang terinfeksi. Orang yang sudah pernah terinfeksi mumps virus tidak akan
terinfeksi untuk kedua kalinya. Hal ini karena mumps virus hanya memilliki satu jenis
antigen virus yang dapat menyerang korbannya.

Penularan Tidak Langsung


Penyakit gondongan merupakan penyakit menular dan umumnya diderita oleh anak-anak.
Penyakit ini penyebarannya mirip dengan virus flu, yaitu melalui udara. Penyebaran virus
gondongan juga bisa terjadi secara tidak langsung atau melalui media perantara, misalnya
kita memakai gelas atau handuk yang juga dipakai oleh penderita gondongan, dll.
Gondong disebarkan oleh tetesan air liur atau lendir dari mulut, hidung, atau tenggorokan
dari orang yang terinfeksi, biasanya ketika seseorang batuk, bersin atau berbicara. Item yang
digunakan oleh orang yang terinfeksi, seperti cangkir atau kaleng minuman ringan, juga dapat
terkontaminasi dengan virus, yang dapat menyebar ke orang lain jika mereka butir dibagi.
Selain itu, virus dapat menyebar ketika seseorang dengan item gondok menyentuh atau
permukaan tanpa mencuci tangan mereka dan orang lain kemudian menyentuh permukaan
yang sama dan menggosok mulut atau hidung. Kebanyakan gondok transmisi kemungkinan
terjadi sebelum kelenjar ludah mulai membengkak dan dalam waktu 5 hari setelah
pembengkakan dimulai. Oleh karena itu, CDC merekomendasikan mengisolasi pasien
gondok selama 5 hari setelah kelenjar mereka mulai membengkak(1).

Make Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub

Vektor
Skema/Siklus Penularan Virus
Masa tunas (masa inkubasi) penyakit Gondong sekitar 12-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari.
Adapun tanda dan gejala yang timbul setelah terinfeksi dan berkembangnya masa tunas dapat
digambarkan sdebagai berikut(1) : Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami
gejala: demam (suhu badan 38.5 – 40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu
makan, nyeri rahang bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku rahang (sulit
membuka mulut). Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang
diawali dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar mengalami
pembengkakan. Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur
mengempis. Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula) dan
kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada pria akil balik adalanya terjadi pembengkakan buah
zakar (testis) karena penyebaran melalui aliran darah.

Make Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub

Gondong disebabkan oleh virus mumps, yang termasuk dalam keluarga virus yang dikenal
sebagai paramyxovirus. Virus ini merupakan penyebab infeksi pada kelenjar parotis paling
umum, terutama pada anak-anak. Saat virus penyebab gondongan masuk ke dalam tubuh, virus
bergerak dari saluran pernapasan (hidung, mulut dan tenggorokan) ke kelenjar air liur parotis,
lalu tumbuh dan berkembang biak disana. Proses ini menyebabkan kelenjar parotis menjadi
bengkak sehingga terlihat membesar. Di samping itu, virus ini ternyata juga bisa memasuki
cairan serebrospinal (CSF), yang merupakan cairan yang mengelilingi dan melindungi otak dan
sumsum tulang belakang. Selain memasuki CSF (cerberospinal fluid), virus ini bisa menyebar ke
bagian tubuh lainnya, seperti otak, pankreas, testikel (anak laki-laki dan pria) dan ovarium (pada
anak perempuan dan wanita). Tentunya menimbulkan peradangan di organ-organ yang
disinggahinya itu. Bagaimana virus mumps menyebar ke orang lain? Virus mumps termasuk
virus yang ditularkan melalui udara yang dapat menular melalui tetesan air liur dan lendir
pernapasan. Beberapa contoh penularannya sebagai berikut: Penderita batuk atau bersin dan
melepaskan tetesan kecil air liur yang terkontaminasi, virus akan menyebar kepada siapa saja
yang menghirup tetesan air liur ini. Penderita menyentuh hidung atau mulutnya, kemudian
mentransfer virus ke objek, seperti gagang pintu, remote, handphone, atau meja kerja. Jika
seseorang menyentuh objek tersebut sesaat kemudian, dan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu
mengusap hidung atau mulut, maka virus akan menyebar ke saluran pernafasannya. Berbagi atau
memakai bersama peralatan makan, seperti cangkir, sendok atau piring dengan orang yang
terinfeksi juga menjadi sarana penularan yang efektif. Berbagi makanan dan minuman dengan
seseorang yang terinfeksi. Berciuman dengan orang yang terinfeksi. Penting!!! Seorang penderita
gondongan biasanya paling menular sejak beberapa hari sebelum kelenjar parotisnya
membengkak sampai beberapa hari kemudian. Karena hal inilah, disarankan bagi penderita untuk
menghindari pekerjaan atau sekolah selama lima hari setelah gejala gondongan muncul. Bahkan
sumber lain menyebutkan bahwa gondongan bisa menular selama 15 hari (6 hari sebelum gejala
mulai muncul, dan sampai 9 hari setelah gejala mulai terasa).
Sumber: Penyebab Gondongan, Cara Penularan, dan Pencegahan - Mediskus

Nama Penyakit
Penyakit yang timbul sebagai akibat dari infeksi mumps virus adalah penyakit beguk,
yang dalam bahasa Inggrisnya disebut mumps. Virus ini akan menyerang kelenjar air
liur ( kelenjar parotid). Kelenjar ini terletak di daerah telinga. Penyakit mumps lebih
sering ditemukan pada anak-anak yang berusia 5 sampai 15 tahun ( ada juga sumber
yang menyebutkan anak usia 2 hingga 12 tahun ), namun demikian penyakit ini dapat
menyerang berbagai macam usia. Masa inkubasi dari penyakit mumps ini adalah
antara 14-21 hari (rata-rata 18 hari). Penyakit mumps jarang sekali dijumpai dapat
menyebabkan kematian.
Gambar : Salivary glands 1. Parotid gland

2. Submandibular gland

3. Sublingual gland

Komplikasi beguk terjadi satu minggu setelah gejala penyakit ini muncul. Berikut
adalah penyakit-penyakit yang ditimbulkan akibat komplikasi dari penyakit beguk :

Orchitis (pembengkakan testis) dapat terjadi pada 10–20% penderita laki-laki, tetapi sterilitas
jarang terjadi

Inflamasi otak ( jarang terjadi )


Pankreakitis ( kerusakan pada kelenjar pancreas di dalam perut). Resiko terkena adalah 1 per 30
penderita mumps.

Keguguran
Kehilangan pendengaran ( hanya terjadi pada salah satu telinga saja, dan biasanya hanya bersifat
sementara).

6. Pada saat dewasa, mumps cenderung menginfeksi ovarium,


menyebabkan oophoritis
7. Encephalitis (sangat jarang, bila terjadi fatal)

Patogenesis
Tidak semua orang yang terinfeksi mengalami keluhan. Sebanyak 30-40% penderita tidak
menunjukkan gejala sakit, tetapi tetap menjadi sumber penularan. Gejala awal penyakit
gondongan berupa demam, rasa lesu, nyeri otot terutama daerah leher, nyeri kepala, nafsu
makan menurun diikuti pembesaran cepat dari satu atau dua kelenjar leher (parotis). Gejala
klasik yang muncul dalam 24 jam adalah anak akan mengeluh sakit telinga dan diperberat
jika mengunyah makanan terutama makanan asam. Demam akan turun dalam 1-6 hari,
dimana suhu tubuh akan kembali normal sebelum pembengkakan kelenjar hilang.
Pembengkakan kelenjar menghilang dalam 3-7 hari. Pada anak laki-laki yang belum pubertas
dapat juga muncul pembengkakan testis pada minggu pertama atau kedua. Testis yang
terserang terasa nyeri, bengkak dan kulit sekitarnya berwarna merah. Jika menyerang indung
telur pada wanita dapat ditemukan keluhan nyeri perut bagian bawah. Komplikasi dapat
berupa infeksi otak (ensefalitis) dan ketulian namun jarang.
Gejala–gejala yang ditimbulkan akibat terinfeksi mumps virus adalah sebagai berikut :
Terjadi pembengkakan pada kelenjar air liur. Pembengkakan dapat terjadi pada salah satu
kelenjar, atau kedua kelenjar sekaligus. Kelenjar yang membengkak akan menyulitkan penderita
untuk membuka mulut, bercakap, makan, dan minum.

Demam yang tinggi


Sakit kepala
Sakit perut
Menggigil
Muntah
Tengkuk terasa tegang
Susah menelan
Gambar :Kelenjar Parotid Yang

Membengkak

Epidermiologi
Pencegahan
Pencegahan adalah solusi terbaik supaya terhindar dari penyakit ini. Cara pencegahan terbaik
untuk parotitis adalah dengan imunisasi MMR (mumps, measles, rubella) yang merupakan
bagian dari jadwal imunisasi rutin rekomendasi IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) 2011.
Vaksin ini merupakan kombinasi dengan vaksin measles (campak) dan rubella (campak
Jerman). Diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada usia 15 bulan dan kemudian usia 5-6 tahun.

Penyakit beguk atau mumps dapat dicegah dengan cara imunisasi. Imunisasi pertama
dilakukan pada anak yang berumur satu tahun dan imunisasi yang kedua diberikan
pada saat anak berumur 3 atau 5 tahun. Vaksin ini berlaku sepanjang usia. Imunisasi
ini dinamakan MMR ( untuk pertahanan terhadap Measles, Mumps, dan Rubella).
Pemberian vaksinasi MMR (mumps, morbili, rubella) untuk mencegah penyakit gondong
merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa kanak-kanak, diberikan melalui injeksi
pada usia 15 bulan. Imunisasi MMR dapat juga diberikan kepada remaja dan orang dewasa
yang belum menderita Gondong. Pemberian imunisasi ini tidak menimbulkan efek panas atau
gejala lainnya. Imunisasi MMR didunakan di Amerika Serikat sejak tahun 1967. Advisory
Committee on Immunization Practices (ACIP) menganjurkan penggunaannya untuk anak,
masa remaja, remaja, dan dewasa. Pada saat itu, masyarakat menganggap pencegahan
penyakit gondok bukan merupakan priritas utama dalam pencegahan kesehatan masyarakat
dan dinyatakan ACIP imunisasi MMR adalah merupakan program kesehatan masyarakat
yang kurang efektivitasnya. Namun, pada tahun 1972, ACIP mengeluarkan rekomendasi yang
kuat untuk menunjukkan bahwa imunisasi MMR merupakan program yang sangat penting.
Saat itu ACIP merekomendasikan vaksinasi rutin untuk semua anak-anak berusia 12 tahun
atau lebih.
Pada tahun 1980, telahdinayakan sebagai rekomendasi kuat untuk vaksinasi pada anak-anak,
remaja dan dewasa yang rentan., Setelah itu vaksinasi MMR semakin komprehensif dan
rekomendasi pengundangan undang-undang pada negara bagian sehingga memerlukan
vaksinasi tersebut harus dianjurkan pada saat anak masuk sekolah. Namun, selama 1986 dan
1987, wabah besar terjadi di antara kelompok kohort underimmunized atau orang yang lahir
selama 1967-1977, sehingga terjadi perubahan puncak angka kejadian dari usia 5-9 tahun
bergeser pada usia 10-19 tahun. Dalam tahun 1989, direkomendasikan ACIP pemberian
vaksin campak dan MMR pada anak-anak berusia 4-6 tahun pada saat masuk ke taman
kanak-kanak atau kelas satu. Selama tahun 1988-1998 menurun di antara semua kelompok
umur. Pada tahun 1989-1990, wabah besar terjadi di kalangan siswa di dasar dan sekolah
menengah, sebagian besar siswa di sekolah tersebut telah divaksinasi, menyatakan bahwa
kegagalan vaksinasi. Pada tahun 1991, wabah lain terjadi di sebuah sekolah menengah di
mana sebagian besar siswa yang telah divaksinasi, kejadian ini juga banyak dikaitkan dengan
utama kegagalan vaksinasi.
DAFTAR PUSTAKA
http://ppdsikafkunud.com/gondongan-mumps-atau-parotitis/
https://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/mumps-virus.pdf
https://doktersehat.com/mumps-atau-penyakit-gondong/
https://www.alodokter.com/komunitas/topic/masa-penularan-penyakit-parotitis
https://www.smallcrab.com/kesehatan/1190-mengenal-penyakit-gondongan-atau-mumps-
atau-infectious-parotitis
http://epidemiologiunsri.blogspot.com/2011/11/mumps-by-fairuz-chandra-sulvano.html
Home
Artikel kesehatan
Mengenal Penyakit Gondongan atau Mumps atau Infectious parotitis
Main Menu
Home
Artikel kesehatan
Anak-anak
Diabetes
Kanker
Lanjut usia
Kesehatan kulit
Makanan dan gizi
Seksualitas
Penyakit jantung
Unik dan bermanfaat
Osteoporosis
Peluang usaha
Komputer dan internet
Artikel lain-lain

Artikel terbaru
Manfaat Daging Kepiting Bagi Kesehatan
Penanganan Diare Persisten Berat pada Anak
Sekilas Mengenal Vertigo
Dampak Buruk Pestisida Bagi Kesehatan
Meningitis pada Anak
Tiga Jenis Gangguan Pada Sistem Kekebalan Tubuh Manusia
Gagal Jantung pada Anak
Penyakit Jantung Rematik: Gejala, Penyebab dan Pengobatan
Aspirasi Benda Asing pada Anak
Empat Mitos dan Fakta dalam Perkawinan

Mengenal Penyakit Gondongan atau Mumps atau Infectious parotitis


1. Identifikasi
Merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus, di masyarakat Indonesia
penyakit ini disebut gondongan atau radang kelenjar gondok. Di sebut juga parotitis
infectiosa. Gejala klinis ditandai dengan timbulnya demam, pembengkakan dan melemahnya
satu atau lebih kelenjar ludah. Biasanya kelenjar yang terkena adalah kelenjar parotis,
kelenjar sublingualis dan kelenjar submaksilaris.

Dapat terjadi orchitis unilateral dan menyerang 20-30% dari laki-laki setelah usia pubertas.
Sedangkan pada wanita dapat terjadi mastitis yang mengenai sekitar 31% dari wanita berusia
15 tahun ke atas walaupun dapat terjadi sterilitas namun kasusnya sangat jarang. Kira-kira
40-50% infeksi oleh virus mumps ini dapat menimbulkan gejala pada saluran pernafasan
terutama pada anak usiadi bawah 5 tahun.

Tidak semua parotitis disebabkan oleh infeksi virus mumps; namun infeksi oleh organisme
lain yang juga menyebabkan timbulnya parotitis tidak muncul dalam skala KLB seperti
halnya pada infeksi oleh virus mumps. Infeksi mumps dapat menyebabkan hilangnya
pendengaran sensorineural dengan insidensi kejadian 5/100.000 kasus. Ensefalitis dapat juga
terjadi tetapi sangat jarang (1-2/10.000 kasus); pankreatitis biasanya ringan terjadi pada 4%
dari penderita. Diduga pankreatitis ini dapat menyebabkan terjadinya diabetes, namun belum
terbukti.

Gejala sisa yang permanen berupa paralysis, kejang dan hidrosefalus sangat jarang, seperti
halnya kematian pada penderita mumps juga sangat jarang terjadi. Mumps yang terjadi pada
trimester pertama kehamilan dapat meningkatkan terjadinya aborsi, namun belum terbukti
infeksi mumps dapat menyebabkan kecacatan pada janin.

Infeksi akut oleh virus mumps dibuktikan dengan adanya kenaikan titer antibodi IgG secara
bermakna dari serum akut dan serum konvalesens. Pemeriksaan serologis yang umum
digunakan untuk mendiagnosa adanya infeksi mumps akut atau yang baru saja terjadi adalah
ELISA, tes HI dan CF. Kekebalan terhadap mumps dapat diketahui dengan pemeriksaan EIA,
IFA atau tes netralisasi. Virus dapat diisolasi dari mukosa buccal, 7 hari sebelum dan 9 hari
sesudah terjadi pembesaran kelenjar ludah. Virus dapat juga diisolasi dari air seni 6 hari
sebelum dan 15 hari sesudah terjadinya parotitis.

2. Penyebab Infeksi
Virus mumps (gondok), anggota dari famili Paramyxoviridae, genus Paramyxovirus, yang
sifat antigenisitasnya sama dengan Parainfluenza virus.

3. Distribusi Penyakit
Mumps adalah penyakit yang jarang ditemukan jika dibandingkan dengan penyakit-penyakit
lain yang umum menyerang anak seperti campak, cacar air, walaupun jarang terjadi namun
pada masyarakat yang tidak diimunisasi, dalam suatu penelitian ditemukan 85% diantara
mereka sampai dewasa sudah pernah mengalami infeksi virus mumps.

Kira-kira sepertiga mereka yang rentan yang terpajan dengan infeksi virus mumps merupakan
infeksi tanpa gejala. Kebanyakan infeksi yang terjadi pada anak-anak usia di bawah 2 tahun
bersifat subklinis. Penyakit ini paling sering muncul pada musim dingin dan musim semi.

Di AS, insidensi mumps menurun secara drastis sejak vaksinasi terhadap mumps dilakukan
secara luas. Vaksin mumps pertama kali diijinkan beredar di AS pada tahun 1967. Penurunan
ini terjadi pada semua umur, namun dengan tingginya cakupan imunisasi pada bayi, maka
infeksi virus mumps bergeser pada usia anak yang lebih tua, adolescents dan dewasa muda.

KLB yang terjadi pada tahun 1980 disebabkan rendahnya cakupan imunisasi terhadap
mumps, sehingga yang terserang adalah mereka yang tidak diimunisasi. Sedangkan KLB
yang terjadi belakangan ini terjadi pada masyarakat yang cakupan imunisasinya tinggi.
Selama tahun 1990-an insidensi tahunan mumps menurun secara pasti. Dan pada tahun 1997
di seluruh AS hanya dilaporkan kurang dari 700 kasus setahun.

4. Reservoir: Manusia.

5. Cara Penularan
Penularan terjadi melalui udara, melalui percikan ludah, atau karena kontak langsung dengan
ludah orang yang terinfeksi.

6. Masa Inkubasi
Sekitar 15-18 hari (rata-rata 14-25 hari).

7. Masa Penularan
Virus dapat diisolasi dari ludah 6-7 hari sebelum terjadi parotitis hingga 9 hari sakit.
Penularan tertinggi dapat terjadi antara 2 hari sebelum hingga 4 hari setelah sakit. Infeksi
yang laten dapat menular.

8. Kerentanan dan Kekebalan


Kekebalan yang timbul umumnya seumur hidup. Kekebalan dapat terbentuk setelah
mengalami infeksi yang tidak kelihatan atau infeksi dengan gejala klinis. Sebagian besar
orang dewasa, umumnya yang lahir sebelum tahun 1957, kemungkinan sudah terinfeksi
secara alamiah dan kemungkinan sekali sudah kebal, walaupun mereka tidak menunjukkan
gejala klinis. Ditemukannya antibodi IgG terhadap mumps melalui pemeriksaan serologis
sebagai bukti adanya imunitas terhadap mumps.

9. Cara-cara Pemberantasan

A. Cara-cara pencegahan
1) Berikan penyuluhan kepada masyarakat, anjurkan masyarakat untuk mengimunisasikan
anak-anak mereka yang berusia di atas satu tahun yang lahir pada tahun 1957 atau setelah itu.
2) Vaksin yang dibuat dari virus mumps yang telah dilemahkan (live attenuated) dengan
menggunakan strain virus Jeryl Lynn, sudah beredar di AS sejak tahun 1967 sebagai vaksin
tunggal atau dalam bentuk kombinasi dengan vaksin lain (MMR).

Timbulnya reaksi samping yang berat setelah pemberian imunisasi tergantung dari jenis virus
yang dipakai untuk membuat vaksin. Pada salah satu uji coba yang dilakukan, insidensi
timbulnya demam pada mereka yang diberi imunisasi dibandingkan dengan mereka yang
diberikan placebo sama besar. Di AS dilaporkan bahwa 1% dari mereka yang diimunisasi
mengalami parotitis, 2 minggu setelah diimunisasi. Sedangkan yang jarang sekali terjadi
adalah meningitis aseptik, ensefalitis dan trombositopenia.
Pemberian imunisasi kepada orang yang sudah kebal karena imunisasi atau yang kebal karena
infeksi alamiah tidak meningkatkan risiko timbulnya efek samping pasca imunisasi. Lebih
dari 95% mereka yang diimunisasi kemungkinan kebal seumur hidup. Vaksin mumps dapat
diberikan kapan saja setelah usia satu tahun, dalam bentuk MMR diberikan pada usia 12-15
bulan. Jadwal imunisasi yang dilakukan di AS dengan pemberian 2 dosis MMR, akan
melindungi masyarakat dari infeksi virus mumps. Dosis pertama diberikan pada usia 12 bulan
dan dosis kedua dianjurkan untuk diberikan pada usia 4-5 tahun. Namun pada saat dilakukan
upaya akselerasi jadwal imunisasi MMR dan pada saat dilakukan upaya untuk meningkatkan
cakupan imunisasi dengan “catch-up campaign”, maka dosis kedua diberikan 1 bulan (28
hari) setelah dosis pertama.

Upaya khusus perlu dilakukan untuk memberikan imunisasi kepada anak-anak yang tidak
jelas status imunisasinya sebelum mereka mencapai usia akil baliq. Mereka dengan status
imunosupresi merupakan kontraindikasi pemberian imunisasi vaksin mumps. Namun mereka
yang mendapat pengobatan steroid dengan dosis selang-seling dengan interval satu hari, atau
mereka yang mendapat pengobatan steroid dalam bentuk aerosol atau topikal boleh diberikan
imunisasi mumps.

Wanita hamil atau wanita yang merencanakan hamil tiga bulan lagi, tidak dianjurkan untuk
diberikan imunisasi mumps dengan alasan teoritis dikhawatirkan akan terjadinya kelainan
pada bayi mereka, walaupun secara praktis hal ini tidak pernah terjadi.

B. Penanganan penderita, kontak dan lingkungan


1) Laporan kepada instansi kesehatan setempat: laporan bersifat selektif, Kelas 3B.
2) Isolasi: Lakukan isolasi terhadap saluran pernafasan dan sediakan ruangan khusus selama
9 hari setelah timbulnya parotitis apabila disekitar mereka banyak orang yang rentan (tidak
diimunisasi).
3) Disinfeksi serentak: Lakukan disinfeksi terhadap semua barang-barang yang tercemar oleh
sekret hidung dan tenggorokan.
4) Karantina: Liburkan mereka yang rentan dan yang pernah terpajan dengan penderita dari
sekolah atau pekerjaan selama 12-25 hari setelah terpajan, apabila di lingkungan sekolah atau
pekerjaan mereka banyak anak atau orang yang rentan.
5) Imunisasi kontak: Walaupun pemberian imunisasi setelah seseorang terpajan tidak
melindungi mereka untuk menjadi sakit. Namun terhadap kontak yang telah diimunisasi yang
kemudian tidak sakit maka pemberian imunisasi ini akan melindungi mereka terhadap infeksi
berikutnya. Pemberian IG (Immune Globulin) tidak efektif dan tidak dianjurkan.
6) Investigasi terhadap kontak dan sumber penularan infeksi: cari orang-orang yang rentan
dan kepada mereka harus diimunisasi.
7) Pengobatan khusus: Tidak ada.

C. Cara-cara Penanggulangan KLB


Lakukan imunisasi kepada kelompok yang rentan; khususnya kelompok risiko tinggi;
skrining serologis untuk mengidentifikasi mereka yang rentan, tidak praktis dan tidak perlu,
karena tidak ada risiko apapun kalau imunisasi diberikan kepada mereka yang sudah kebal.

D. Implikasi bencana: Tidak ada.

E. Tindakan Internasional: Tidak ada.

Artikel populer
Manfaat dan Bahaya Seks Ketika Hamil
Pemberian Zinc pada Anak Diare
Gangguan yang sering terjadi pada Sistem Ekskresi
5 Macam Penyakit Akibat Pencemaran Partikel Debu di Udara
21 Jenis Kosmetika yang Mengandung Bahan Kimia Berbahaya
Sepuluh Jenis Batuk pada Anak
Mengenal 6 Macam Gangguan Kulit Non Kanker
Masalah yang Paling Sering Dijumpai pada Bayi Baru Lahir
Penilaian Hasil Pemeriksaan Urine
Berbagai Cara Untuk Mengatasi Mabuk Alkohol
Kelainan dan Penyakit pada Sistem Pernafasan Manusia
Tanda - tanda Kelahiran Bayi
Tips Mengusir Kantuk Secara Alami pada Saat Kerja
Khasiat Buah Mahkota Dewa
Pemberian Vitamin K1 pada Bayi Baru Lahir

Random artikel
Sepuluh Bahaya Merokok Sebelum dan Sesudah Kehamilan
Waspada Makan Berlebih Setelah Lebaran
Berbagai Khasiat Kelapa
Anda Harus Berhati-hati Dengan Enam Jenis Makanan Ini
Manfaat Pepaya untuk Obat
Mengenal Penyakit Para Pertussis
Mengenal Influenza
Pemberian Oralit pada Anak Diare
Pinang Sebagai Obat Luka
Manfaat Kucing-kucingan
Sering Berjemur Bikin Wanita Panjang Umur
Wanita Lebih Suka Warna Pink

↑↑↑
Monday, 01 October 2018 Template designed by LernVid.com

Anda mungkin juga menyukai