Anda di halaman 1dari 7

Diklat Pengawasan Bendungan, Balai Diklat IX Surabaya

BAB IV
PEKERJAAN PENGUJIAN SEMENTASI

6.1 Maksud dan Tujuan

Pengujian sementasi perlu diadakan dengan maksud untuk memperoleh data yang akan dipakai
sebagai referensi dalam pelaksanaan sementasi (grouting). Data yang diperlukan dan harus
dipakai dalam pelaksanaan sementasi antara lain :

 Nilai Lugeon formasi batuan fondasi


 Tekanan injeksi
 Perbandingan campuran material grouting (perbandingan air : semen)
 Kemampuan injeksi
 Daya serap formasi batuan (grout take)

Faktor-faktor tersebut di atas, akan sangat berguna untuk menyusun desain sementasi. Secara
ringkas dapat diuraikan sebagai berikut:

 Nilai Lugeon (Lu)


Nilai Lugeon diperoleh dari uji permeabilitas bertekanan (packer test).
 Tekanan Injeksi (P)
Tekanan injeksi merupakan hal yang penting di dalam pelaksanaan sementasi.
Penggunaan tekanan yang melebihi kekuatan batuan fondasi justru akan merusak
fondasi itu sendiri dan oleh karena itu kriteria tekanan harus ditentukan di dalam
desain pekerjaan grouting.
 Perbandingan campuran material injeksi
Bubur semen atau grout yang stabil merupakan kriteria yang harus dipenuhi pada
pelaksanaan sementasi. Yang dimaksudkan dengan bubur semen yang stabil adalah
sifat bubur semen yang setelah selesai proses pembekuan, penyusutannya tidak
boleh lebih dari 10%. Oleh karena itu berdasarkan pengujian sementasi ini akan
diperoleh gambaran tentang sifat bubur semen yang akan diinjeksikan ke dalam
formasi batuan fondasi. Bilamana dipandang perlu, bubur semen ditambah aditive
tertentu agar dapat diinjeksikan lebih jauh.
 Kemampuan injeksi
Kemampuan injeksi atau penetrasi campuran bubur semen dapat dikaji berdasarkan
hasil yang diperoleh pada pengujian sementasi. Hasil evaluasi dari kemampuan
injeksi ini dapat menentukan kriteria spasi konstruksi sementasi serta urutan
bagaimana pekerjaan injeksi lubang sementasi.
 Daya serap formasi batuan (grout take)
Dari uji sementasi, dapat diketahui kemampuan formasi batuan fondasi dalam
menyerap bubur semen yang diinjeksikan.

6.2 Pola Pengujian Sementasi

Pengujian sementasi harus dilakukan dengan pola lubang yang telah ditentukan. Hal ini
diperlukan guna memperoleh hal-hal sebagai berikut :

 Pola lubang sementasi

4-1
Diklat Pengawasan Bendungan, Balai Diklat IX Surabaya

 Urutan pelaksanaan
 Prosedur
 Campuran bubur semen
 Tekanan

6.2.1 Pola Lubang Sementasi

Pola lubang sementasi yang akan dipakai merupakan gabungan segi tiga dan segi empat seperti
ditampilkan pada Gambar 4-1 berikut :

KGT-1 KGT-2
2m

2m CH-3
POROS GALIAN INTI
2m
KGT-5 CH-2 CH-1 BENDUNGAN

KGT-4 KGT-3

Gambar 4-1 Pola Lubang Uji Sementasi

6.2.2 Urutan Pelaksanaan

Urutan pelaksanaan dan kedalaman lubang uji sementasi diatur sebagai berikut :
Lubang Grouting Kedalaman Total Inklinasi
KGT-1 20 m Vertikal
KGT-2 20 m Vertikal
KGT-3 20 m Vertikal
KGT-4 20 m Vertikal
KGT-5 20 m Vertikal
CH-1 25 m Lubang pengecekan, vertikal
CH-2 25 m Lubang pengecekan, vertikal
CH-3 25 m Lubang pengecekan, vertikal

Kedalaman Lubang Grouting ditentukan berdasarkan desain lubang grouting terdalam.

6.2.3 Prosedur Pelaksanaan

Prosedur pelaksanaan pada setiap lubang sementasi :

 Pemboran
 Pencucian
 Pengujian kelulusan air (Lugeon Test)
 Injeksi bubur semen
 Tekanan Injeksi Maksimum

4-2
Diklat Pengawasan Bendungan, Balai Diklat IX Surabaya

6.2.3.1 Pemboran

Pemboran dilakukan dengan “rotary boring machine” dengan diameter NX. Pengambilan contoh
batuan perlu dilakukan dan dideskripsi sesuai dengan ketentuan sebagai berikut :

 Jenis batuan
 Sifat fisik
 Sistem kekar
 Ketidaksinambungan (discontinuity)
 RQD
 Kelas batuan

Contoh batuan yang terambil disusun secara berurutan di dalam kotak contoh. Dalam satu kotak
contoh akan memuat contoh batuan sepanjang 5 m.

Pada awal dan akhir pemboran, harus diukur permukaan air tanahnya.

6.2.3.2 Pencucian

Pencucian dimaksudkan untuk membersihkan lubang bor terhadap tahi bor (cutting). Pekerjaan
ini dilakukan selama 5-10 menit.

6.2.3.3 Pengujian Kelulusan Air (Lugeon Test)

Pengujian kelulusan air (Lugeon Test) dilakukan dengan variasi tekanan sebagai berikut (lihat
Tabel 4.1) :

Tabel 4.1 Distribusi Tekanan Dalam Uji Kelulusan Air


Kedalaman bor Tahap Tekanan, P (kg/cm2) *
0-5m 1 0.5 – 1 – 1.5 – 1 - 0.5
5 – 10 m 2 0.5 – 1 – 2 – 1 - 0.5
10-15 m 3 0.5 – 1.5 – 2.5 – 1.5 - 0.5
15-20 m 4 1–2–3–2–1
* Sesuai arahan Direksi
Setiap tekanan dilakukan selama 10 menit. Air yang dipakai dipersyaratkan tidak keruh.
Kelulusan air dinyatakan dengan satuan Lugeon.

Rumus dan penentuan Lugeon dipakai metode Holsby (1976) dan SNI 2411:2008 sebagai
berikut :
10.Q
Lu = l/m/menit/pada 10 bar
p.L

4-3
Diklat Pengawasan Bendungan, Balai Diklat IX Surabaya

Dimana : Q = Debit air yang terinjeksikan (liter/meter/menit)


L = Panjang lubang yang diuji (m)
p = Tekanan efektif pada zona yang diuji (kg/cm2)
(p = pm+ps dengan pm adalah tekanan manometer, ps adalah h tinggi
tekanan air yang telah dikonversikan ke dalam satuan kg/ cm2)

6.2.3.4 Injeksi Bubur Semen

Injeksi bubur semen dimulai dari campuran encer berangsur-angsur diubah menjadi kental sesuai
kriteria berikut (Tabel 4.2) :
Tabel 4.2 Kriteria Bubur Injeksi
Campuran (*) Jumlah terinjeksi dalam waktu 30 menit
4:1 200 l harus dikentalkan menjadi 3 : 1
3:1 200 l harus dikentalkan menjadi 2 : 1
2:1 200 l harus dikentalkan menjadi 1 : 1
1:1 Sampai selesai
(*) Ditentukan oleh Direksi
Injeksi bubur semen (cement grouting) dinyatakan selesai apabila volume injeksi ≤ 20 liter
dalam waktu 30 menit.

6.2.3.5 Tekanan Injeksi Maksimum

Tekanan injeksi maksimum ditentukan seperti Tabel 4.3 berikut:


Tabel 4.3 Tekanan Maksimum Injeksi
Kedalaman, m Tekanan Maksimum, P max (kg/cm2)*
0–5 0.5
5 – 10 1.5
10 – 15 2.5
15 – 20 3.5
20 – 25 4.5

* Sesuai dengan spesifikasi teknis atau ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi dengan
persetujuan Direksi Pekerjaan

6.3 Peralatan

6.3.1 Mesin Bor (Boring Machine)

Mesin bor yang dipakai adalah “Rotary Boring Machine” yang dilengkapi tabung penginti (core
barrel) double atau triple. Adapun spesifikasi teknis dari mesin bor yang dipakai adalah :
Kapasitas mesin bor : 50 – 100 m
Tekanan mesin : 15 bar
Pompa mesin bor : 200 l/menit (minimum)

4-4
Diklat Pengawasan Bendungan, Balai Diklat IX Surabaya

6.3.2 Pompa sementasi (Grout Pump)

Untuk menjamin kestabilan injeksi disarankan pompa yang dipakai adalah jenis mono/helical.
Apabila pompa ini tidak tersedia, maka dapat dipakai jenis duplex atau triplex cylinder. Tekanan
pompa yang disyaratkan adalah mampu memberikan tekanan konstan pada 10 kg/cm2.

6.3.3 Karet Packer

Untuk melaksanakan pengujian kelulusan air dan injeksi dipakai pipa injeksi yang dilengkapi
dengan karet packer.
Karet packer dapat dipilih jenis mekanik, pneumatik ataupun jenis hidro. Penentuan jenis karet
packer disesuaikan dengan kondisi batuan dan akan diarahkan oleh Konsultan Supervisi dengan
persetujuan Direksi Pekerjaan.

6.3.4 Mesin Pencampur Bubur Semen

Mesin pencampur bubur semen atau grout mixer mempunyai fungsi untuk menyampurkan air
dan semen sehingga menjadi campuran yang homogen. Rotasi mesin disyaratkan paling tidak
1500 sampai 2000 rpm.

6.3.5 Mesin Penggerak Bubur Semen (Agitator)

Mesin penggerak bubur semen atau agitator berfungsi menggerakkan bubur semen yang telah
menjadi emulsi sehingga tidak sempat menggumpal selama injeksi. Rotasi mesin penggerak
disyaratkan 100-200 rpm.

6.3.6 Pengukur Tekanan

Pengukur tekanan atau pressure gauge harus dikalibrasi sebelum dipakai. Pembagian skala alat
ini disyaratkan 0,2 kg/cm2 dan mempunyai besaran maksimum sampai dengan 10 kg/cm2.

6.3.7 Perangkat Injeksi (By Pass Assembly)

Alat ini mengatur injeksi sedemikian rupa sehingga bubur semen dari agitator dapat dikontrol
tekanannya dan bubur semen yang tidak terinjeksikan dapat dialirkan kembali ke agitator.

6.4 Pengujian Laboratorium

Yang dimaksud dengan pengujian laboratorium disini adalah pengujian bubur semen dengan
memakai peralatan yang disiapkan di perancah sementasi (grout plant), meliputi :

 Visual
 Sedimentasi
 Kekentalan
 Berat jenis

4-5
Diklat Pengawasan Bendungan, Balai Diklat IX Surabaya

Waktu penyiapan dilakukan pagi hari dan sore hari, sesuai dengan kebutuhan.

6.4.1 Visual

Contoh bubur semen ditaruh di dalam mangkok plastik kira-kira setebal 2,5 - 3 cm. Setelah
membeku, contoh ini dipecahkan.
Kalau pada permukaan contoh yang dipecah menunjukkan kenampakan yang massif, maka
campuran cukup baik tetapi apabila menunjukkan perlapisan maka campuran ini tidak sempurna.

6.4.2 Sedimentasi

Dari pengujian sedimentasi akan diperoleh besarnya semen yang akan mengendap dalam waktu
2 jam dinyatakan dalam persen.
Alat yang dipakai gelas ukur 1000 ml, dengan prosedur :
 Campuran grout dimasukkan ke dalam gelas ukur.
 Catat waktu mulai.
 Setelah dua jam dicatat bagian yang bening, misalnya A,
Sedimentasi : A x 100 %
1000

6.4.3 Kekentalan

Perbandingan semen dan air akan menunjukkan kekentalan bubur semen.


Alat yang dipakai Tabung Marsh (Marsh Funnel), Gelas Ukur 100 ml dan stopwatch, dengan
prosedur :

 Isilah Tabung Marsh dengan bubur semen dan tutuplah lubang di bagian bawah
dengan ibu jari.
 Gelas ukur ditaruh di bawahnya.
 Bukalah ibu jari dan tekanlah stopwatch tanda start.
 Bubur semen akan tertampung pada gelas ukur.
 Setelah mencapai 1000 ml stopwatch ditekan tanda berhenti.
 Catat waktunya.

Waktu yang tercatat mencerminkan kekentalan bubur semen.

6.4.4 Berat Jenis (Mud Balance)

Alat yang dipakai yaitu Mud Balance, dengan prosedur :

 Isilah tabung Mud Balance sehingga penuh.


 Tutuplah tabung dengan penutupnya.
 Tempelkan neraca.
 Aturlah anak timbangan sehingga seimbang
 Catatlah hasilnya.

4-6
Diklat Pengawasan Bendungan, Balai Diklat IX Surabaya

Hasil yang tercatat menunjukkan berat jenis bubur sementasi.

6.5 Evaluasi

6.5.1 Spasi Lubang Grouting

Konsultan Supervisi akan memeriksa :


 Contoh inti bor memakai HCL dan phenolphtalin.
 Bandingkan hasil inti bor KGT.1 – KGT.2 – KGT.3 – KGT.4 – KGT.5.
Adakah pengaruh grout pada KGT.2 – KGT.3 – KGT.4 dan KGT.5.
Adakah pengaruh grout pada CH.1 – CH.2 – CH.3.

Phenolphtalin dapat membantu menentukan banyaknya pengaruh semen secara kualitatif.

 Bandingkan hasil Lugeon Test KGT.1 – KGT.2 – KGT.3 – KGT.4 – KGT.5.


Adakah penurunan harga Lugeon unit.
 Bandingkan hasil Lugeon antara KGT.1 sampai KGT.5 dengan CH.1 – CH.2 dan
CH.3.
Dari hasil tersebut, dapat ditentukan spasi lubang sementasi.

6.5.2 Tekanan Grouting

Dengan membandingkan tekanan maksimum pada tiap-tiap tahap terhadap hasil uji kelulusan air,
dapat dievaluasi sifat tekanannya (apakah tekanan grouting melampaui kekuatan batuan atau
tidak). Disamping itu, perlu dicatat kemungkinan adanya gejala “up lift” pada pelaksanaan
sementasi.

6.5.3 Campuran Bubur Sementasi

Campuran bubur sementasi yang disarankan adalah seperti tersebut di bawah ini :
Nilai Lu batuan fondasi Campuran awal bubur semen (air : semen)
Lu < 10 4:1
10 ≤ Lu ≤ 100 3:1
Lu > 100 2:1

6.6 Penutup

Hasil dari Pengujian Sementasi pada rencana pembangunan bendungan harus disupervisi oleh
Ahli Sementasi agar dapat diperoleh data yang memadai untuk desain sementasi.

4-7

Anda mungkin juga menyukai