Anda di halaman 1dari 17

Page 1 of 17

MODUL NYERI TELAN

I. Pendahuluan
Modul nyeri telan dilaksanakan di semester 6, setelah mahasiswa
mendapatkan modul pemeriksaan fisik kepala dan leher, terutama
pemeriksaan telinga, pemeriksaan fungsi pendengaran, rongga mulut dan
saraf kranialis. Dalam modul ini mahasiswa akan belajar melakukan proses
klinik pada pasien dengan keluhan gangguan pendengaran.
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan
klinik untuk menentukan diagnosis dan penatalaksanaan masalah
pasien simulasi dengan keluhan utama nyeri telan
b. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan
klinik untuk menentukan diagnosis dan penatalaksanaan masalah
pasien (simulasi) secara terstruktur dan komprehensif, untuk kasus
tonsilitis akut.
 No. ICPC-2 : R76. Tonsillitis acute
 No. ICD-10 : J03. Acute tonsillitis
 J35. Chronic tonsilitis
 Tingkat Kemampuan 4A

II. Ilustrasi Kasus


Seorang anak laki-laki berusia 11 tahun dibawa ibunya ke Puskesmas
dengan keluhan sakit saat menelan.

III. Pengelolaan
a. Anamnesis
Seperti prosedur pemeriksaan klinis pada umumnya, anamnesis
menggunakan Sacred Seven dan Fundamental Four. Dalam anamnesis
ada beberapa hal yang perlu ditekankan sesuai keluhan utama pasien.
Keluhan:
 Rasa kering di tenggorokan sebagai gejala awal.
 Nyeri pada tenggorok, terutama saat menelan.
 Rasa nyeri semakin lama semakin bertambah sehingga anak menjadi
tidak mau makan.
 Nyeri dapat menyebar sebagai referred pain ke telinga.
 Demam yang dapat sangat tinggi sampai menimbulkan kejang pada
bayi dan anak-anak.
 Sakit kepala, badan lesu, dan nafsu makan berkurang.
 Plummy voice / hot potato voice: suara pasien terdengar seperti orang
yang mulutnya penuh terisi makanan panas. (Catatan pakar: Ini
biasanya ditemukan pada abses peritonsiler/epiglottitis).
 Mulut berbau (foetor ex ore) dan ludah menumpuk dalam kavum oris
akibat nyeri telan yang hebat (ptialismus).
Page 2 of 17

 Pada tonsilitis kronik, pasien mengeluh ada penghalang / mengganjal


di tenggorok, tenggorok terasa kering dan pernafasan berbau
(halitosis).
 Pada Angina Plaut Vincent (Stomatitis ulseromembranosa) gejala yang
timbul adalah demam tinggi (39˚C), nyeri di mulut, gigi dan kepala,
sakit tenggorokan, badan lemah, gusi mudah berdarah dan
hipersalivasi.
 Adanya batuk/pilek yang menyertai penting untuk memperkirakan
penyebabnya faringitis/tonsillitis adalah bakterial atau viral.

Faktor Risiko
 Usia” terutama pada anak.
 Penurunan daya tahan tubuh.
 Rangsangan menahun (misalnya rokok, makanan tertentu).
 Higiene rongga mulut yang kurang baik.
 Riwayat alergi

Hasil anamnesis dari kasus:


1. Keluhan utama (termasuk lokasi keluhan utama):

Nyeri saat menelan

Riwayat Penyakit Sekarang:


2. Awitan dan kronologis:
Lima hari yang lalu, saat pulang dari kegiatan perkemahan yang
dilaksanakan di sekolah, pasien mengeluhkan tenggorokannya terasa
kering. Sejak tiga hari yang lalu pasien demam disertai lemah dan
nafsu makan yang berkurang. Pasien tidak batuk/pilek. Pasien hanya
minum obat turun panas, tetapi demam timbul lagi. Keluhan di
tenggorokan semakin berat: tadinya nyeri saat menelan makanan,
kemudian nyeri timbul meskipun hanya untuk menelan ludah yang
sepertinya memenuhi mulut. Nyeri juga dirasakan di kedua telinga.
Sejak kemarin ibu pasien mencium bahwa bau mulut pasien tidak
sedap dan pasien menjadi tidak bisa berbicara dengan jelas.

3. Kualitas dan Kuantitas


Nyeri terasa di belakang mulut/pangkal lidah, meskipun hanya untuk
menelan ludah.
Nyeri berlangsung sepanjang hari dan sangat mengganggu.

4. Faktor yang memperberat dan memperingan


Faktor yang memperberat: untuk menelan makanan
Faktor yang memperingan: setelah minum obat turun panas.

5. Riwayat Penyakit Dahulu (termasuk riwayat pengobatan dan alergi)


Pasien sering mengalami batuk/pilek 2-3 kali dalam 1 tahun
Tidak ada riwayat alergi obat/makanan/minuman/debu dll.
Page 3 of 17

Tidak pernah mengalami sakit berat yang harus dirawat inap.


Pasien mudah jatuh sakit apabila terlalu capai beraktivitas fisik.

6. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal serupa saat ini.
Tidak ada riwayat alergi, hipertensi, diabetes dalam keluarga

7. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien duduk di kelas 5 SD. Orang tua pasien bekerja sebagai
karyawan toko. Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya dan
seorang kakaknya, di rumah sendiri di perkampungan sekitar
Puskesmas.

b. Pemeriksaan Fisik
1. Tonsilitis akut:
a. Tonsil hipertrofik dengan ukuran ≥ T2.
b. Hiperemis dan terdapat detritus di dalam kripte yang memenuhi
permukaan tonsil, baik berbentuk folikel, lakuna, atau
pseudomembran. Bentuk tonsillitis akut dengan detritus yang jelas
disebut tonsilitis folikularis. Bila bercak-bercak detritus ini
menjadi satu, membentuk alur alur maka akan terjadi tonsilitis
lakunaris.
c. Bercak detritus ini dapat melebar sehingga terbentuk membran
semu (pseudomembran) yang menutupi ruang antara kedua tonsil
sehingga tampak menyempit. Temuan ini mengarahkan pada
diagnosis banding tonsilitis difteri.
d. Palatum mole, arkus anterior dan arkus posterior juga tampak
udem dan hiperemis.
e. Kelenjar limfe leher dapat membesar dan disertai nyeri tekan.

2. Tonsilitis kronik:
a. Tonsil membesar dengan permukaan yang tidak rata, kripte melebar
dan berisi detritus.
b. Pembesaran kelenjar limfe submandibula yang mengalami
perlengketan.

3. Tonsilitis difteri:
a. Tampak tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor yang makin
lama makin meluas
b. Tampak pseudomembran yang melekat erat pada dasar tonsil
sehingga bila diangkat akan mudah berdarah.

Berdasarkan rasio perbandingan tonsil dengan orofaring, dengan


mengukur jarak antara kedua pilar anterior dibandingkan dengan jarak
permukaan medial kedua tonsil, maka gradasi pembesaran tonsil dapat
dibagi menjadi (gambar):
1. T0: tonsil sudah diangkat.
Page 4 of 17

2. T1: <25% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring atau


batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai ¼ jarak pilar
anterior uvula.
3. T2: 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaringatau
batas medial tonsil melewati ¼ jarak pilar anterior-uvula sampai ½
jarak pilar anterior-uvula.
4. T3: 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring atau
batas medial tonsil melewati ½ jarak pilar anterior-uvula sampai ¾
jarak pilar anterior-uvula.
5. T4: > 75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring atau
batas medial tonsilmelewati ¾ jarak pilar anterior-uvula sampai uvula
atau lebih.

Gambar gradasi pembesaran tonsil

Hasil pemeriksaan fisik dari kasus:


Tanda vital:
 TD : 100/70
N : 96 kali/menit
 RR : 16 kali/menit
T : 38,5°C (aksiler)

Pemeriksaan head to toe:


1) Kepala :
 status lokalis: rongga mulut dan orofaring:
o Tonsil hipertrofik dengan ukuran T2-T3.
o Hiperemis dan terdapat detritus kekuningan, berbentuk
folikel di dalam kripte yang memenuhi permukaan tonsil
o Palatum mole, arkus anterior dan arkus posterior tampak
udem dan hiperemis.

 status lokalis mata, hidung, telinga d.b.n.

2) Leher :
 pembesaran KGB leher jugularis anterior (+), nyeri tekan (+)
 status lokalis lain d.b.n.
Page 5 of 17

3) Thorax : jantung dan paru d.b.n.


4) Abdomen : d.b.n.
5) Ekstremitas : d.b.n.

c. Pemeriksaan Penunjang
 Idealnya, semua pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mengetahui
secara pasti etiologi. Namun demikian, dalam praktiknya pemeriksaan
penunjang tidak dilakukan karena mahal dan memerlukan waktu
lama. Sebagai alternatifnya, para peneliti menyusun sistem skor untuk
membedakan kemungkinan penybabnya virus atau bakteri (lihat pada
bagian diagnosis).
 Centor criteria adalah seperangkat kriteria yang dikembangkan
sebagai metode cepat untuk mendiagnosis adanya infeksi
Streptococcus grup A atau mendiagnosis faringitis streptokokkal pada
pasien dewasa dengan keluhan nyeri/radang tenggorokan (sore throat).
 Kriteria atau skor Centor:
parameter skor
demam +1
eksudat tonsiler +1
limfadenopati servikalis anterior yang nyeri +1
ketiadaan batuk +1
usia kurang dari 15 tahun +1
usia lebih dari 44 tahun -1
skor total …
 Skor total berada pada rentang – 1 sampai dengan +5
risiko infeksi
skor pemeriksaan penunjang
streptokokus
- 1, 0,
< 10 % tidak perlu
1
2 = 15 %
2,3 Perlu kultur tenggorok
3 = 32 %
Rapid strep testing dan atau kultur tenggorok
4,5 56 %
(dan uji sensitivitas?)

 Pemeriksaan penunjang dilakukan apabila hambatan di atas dapat


diatasi:
1. Darah lengkap
2. Swab tonsil/ faring untuk pemeriksaan mikroskop dengan
pewarnaan Gram

Hasil pemeriksaan penunjang dari kasus:


 Pada kasus ini diperlukan pemeriksaan penunjang karena skor
Centor = +5
parameter skor
demam +1
eksudat tonsiler +1
limfadenopati servikalis anterior yang nyeri +1
ketiadaan batuk +1
usia kurang dari 15 tahun +1
usia lebih dari 44 tahun -1
Page 6 of 17

skor total +5

 Pemeriksaan penunjang yang diperlukan: rapid strep testing dan atau


kultur tenggorok. Hasil: Streptococcus Grup Alfa (+), Penisilin G
Benzatin (+), Amoksisilin (+), Eritromisin (+).

d. Diagnosis dan Diagnosis Banding


 Penegakan diagnosis dilakukan dengan mempertimbangkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan hasil dari pemeriksaan penunjang.
Bila baku emas (gold standard) pemeriksaan penyakit dapat dilakukan,
maka diagnosis dapat ditegakkan dengan lebih jelas. Namun bila tidak,
dapat digunakan kriteria diagnostik penegakan penyakit tersebut.
Diagnosis banding disusun berdasarkan kriteria penyakit yang paling
mendekati diagnosis yang ditegakkan.

Penegakan Diagnosis (Assessment)


Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
untuk diagnosis definitif dengan pemeriksaan penunjang
Diagnosis Klinis:
No. ICPC-2 : R76. Tonsillitis acute
No. ICD-10 : J03. Acute tonsillitis

Diagnosis Banding
 Tidak ada diagnosis banding karena gambaran klinis sudah
jelas.
 Kondisi berikut mudah dibedakan dari tonsillitis akut:
o J35. Chronic tonsilitis (tidak ditemukan tonsil hiperemis seperti
pada tonsillitis akut).
o Infiltrat tonsil (pada umumnya unilateral)
o Limfoma (pada umumnya bilateral, tetapi permukaannya licin, tidak
ditemukan detritus)
o tumor tonsil (pada umumnya unilateral, permukaan tidak
beraturan)

Diagnosis dari kasus: Tonsilitis (folikularis) (bakterial) akut


Diagnosis banding dari kasus: tidak ada diagnosis banding karena
gambaran klinis sudah jelas.

e. Penulisan Resep
 Tatalaksana berdasarkan skor total:
risiko infeksi pemeriksaan
skor antibiotik
streptokokus penunjang
- 1,
< 10 % tidak perlu tidak perlu
0, 1
2 = 15 %
2,3 Perlu kultur tenggorok apabila hasil kulturnya positif
3 = 32 %
Rapid strep testing apabila hasil kulturnya positif
4,5 56 %
dan atau kultur (pilihan antibiotic berdasarkan
Page 7 of 17

tenggorok uji sensitivitas?)

 Penatalaksanaan Komprehensif (Plan):


1. Istirahat cukup
2. Minum cukup
3. Makan makanan lunak dan menghindari makan makanan yang
mengiritasi
4. Menjaga kebersihan mulut
5. Pemberian obat topikal dapat berupa obat kumur antiseptik
6. Pemberian obat oral sistemik:
Perlu ditekankan cara membedakan tonsillitis viral atau bacterial
dengan sistem skoring sehingga mencegah penggunaan berlebihan
antibiotik (mencegah resistensi, efisiensi biaya) dan pemeriksaan
penunjang yang tidak diperlukan (efisiensi waktu dan biaya).

a. Tonsilitis viral.
 analgetika / antipiretik (misalnya, Paracetamol)
 antivirus diberikan bila gejala berat
o Antivirus Metisoprinol diberikan pada infeksi virus dengan
dosis:
 Dewasa: 60-100 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali
pemberian/hari pada orang dewasa
 Anak < 5 tahun: diberikan 50 mg/kgBB dibagi dalam 4-6
kali pemberian/hari.

b. Tonsilitis bakteri
 Bila diduga penyebabnya Streptococcus group A:
o Penisilin G Benzatin 50.000 U/kgBB/IM dosis tunggal atau
o Amoksisilin:
 anak: 50 mg/kgBB dosis dibagi 3 kali/hari selama 10 hari
 dewasa: 3 x 500 mg selama 6-10 hari atau Eritromisin 4 x
500 mg/hari.
 Selain antibiotik juga diberikan Kortikosteroid karena steroid
telah terbukti menunjukkan perbaikan klinis yang dapat
menekan reaksi inflamasi. Steroid yang dapat diberikan berupa
Deksametason, dengan dosis:
o dewasa: 3 x 0,5 mg pada dewasa selama 3 hari
o anak-anak: 0,01 mg/kgBB/hari dibagi 3 kali pemberian selama
3 hari
 Analgetik / antipiretik, misalnya Paracetamol.

c. Tonsilitis difteri
 Anti Difteri Serum diberikan segera tanpa menunggu hasil kultur,
dengan dosis 20.000-100.000 unit tergantung umur dan jenis
kelamin.
Page 8 of 17

 Antibiotik penisilin atau eritromisin 25-50 mg/kgBB/hari.


Antipiretik untuk simptomatis dan pasien harus diisolasi.
 Perawatan harus istirahat di tempat tidur selama 2-3 minggu.

d. Angina Plaut Vincent (Stomatitis ulseromembranosa)

 Antibiotik spektrum luas diberikan selama 1 minggu


 Vitamin C serta vitamin B kompleks.

7. Indikasi dan Kontraindikasi Tonsilektomi


Menurut Health Technology Assessment Kemenkes tahun 2004,
indikasi tonsilektomi, yaitu:

Indikasi absolut:
1. Pembengkakan tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran nafas,
disfagia berat, gangguan tidur dan komplikasi kardiopulmonar
2. Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan
drainase
3. Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam
4. Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk menentukan patologi
anatomi

Indikasi relatif:

1. Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi
antibiotik adekuat
2. Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan
pemberian terapi medis
3. Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptococcus yang
tidak membaik dengan pemberian antibiotik laktamase resisten.

Kontraindikasi relatif tonsilektomi:


1. Gangguan perdarahan
2. Risiko anestesi atau penyakit sistemik yang berat
3. Anemia

Obat yang diberikan pada kasus adalah:


 Karena kemungkinan besar penyebabnya Streptococcus group A:
o Penisilin G Benzatin 50.000 U/kgBB/IM dosis tunggal atau
o Amoksisilin:
 anak: 50 mg/kgBB dosis dibagi 3 kali/hari selama 10 hari
 dewasa: 3 x 500 mg selama 6-10 hari atau Eritromisin 4 x 500
mg/hari.
 Selain antibiotik juga diberikan Kortikosteroid karena steroid telah
terbukti menunjukkan perbaikan klinis yang dapat menekan reaksi
Page 9 of 17

inflamasi. Steroid yang dapat diberikan berupa Deksametason, dengan


dosis:
o dewasa: 3 x 0,5 mg pada dewasa selama 3 hari
o anak-anak: 0,01 mg/kgBB/hari dibagi 3 kali pemberian selama 3
hari
 Analgetik / antipiretik, misalnya Paracetamol.

BB anak= 30 kg. Obat yang diberikan:


 Amoksisilin 1500 mg dibagi 3 kali/hari = 3 x 500 mg/hari selama 10
hari
 Deksametason 0,3 mg dibagi 3 kali/hari = 3 x 0.1 mg/hari selama 3
hari
 Paracetamol (untuk anak 10-33 kg: 15 mg/kg BB SD, setidaknya tiap 4
jam sekali, maksimal 60 mg/kg BB per hari (maks. 2 gram/hari)).
Diberikan: 450 mg perkali minum, diberikan tiap 4 jam atau bila
demam. Diberikan selama 5 hari.

R/ Amoksisilin mg 500 No XXX


s 3 dd cap I
---------------------------------------------
R/ Deksametason mg 0,5 No III
s 3 dd tab 1/3
---------------------------------------------
R/ Paracetamol mg 500 No. X
s.prn 3 dd tab 1/2
---------------------------------------------
Apabila pasien tidak bisa minum tablet, maka dapat diberikan obat sirup:

R/ Amoksisilin forte dry syrup fl No IV


s 3 dd cth II
------------------------------------------------
R/ Deksametason mg 0,5 No III
s 3 dd 1/3
------------------------------------------------
R/ Paracetamol syr 160 mg/5ml fl No. II
s.prn cth III
------------------------------------------------

f. Edukasi
Pasien dan atau keluarga perlu diberikan edukasi mengenai:
1) Penyakit yang dideritanya
2) Penyebab atau pencetusnya
3) Apabila pernah mengalami hal serupa sebelumnya: perubahan
penyakit (apakah membaik atau memburuk)
4) Jenis dan mekanisme kerja obat yang diberikan
Page 10 of 17

5) Pentingnya mentaati aturan pengobatan sampai selesai karena


pengobatan harus adekuat agar membran timpani dapat kembali
normal.
6) Kapan harus datang lagi untuk kontrol:
 Setelah obat habis, untuk mengevaluasi respon atas terapi
7) Kapan harus segera meminta pertolongan dokter meskipun belum
waktunya kontrol
 Apabila keluhan tidak berkurang atau justru bertambah berat
8) Akan dirujuk bila:
 Perlu dilakukan pemeriksaan penunjang di pusat kesehatan yang
mempunyai fasilitas yang diperlukann.
 Terjadi komplikasi tonsilitis akut: abses peritonsiler, septikemia,
meningitis, glomerulonephritis, demam rematik akut.
 Adanya indikasi tonsilektomi.
 Pasien dengan tonsilitis difteri
9) Rencana Tindak Lanjut:
 Memberikan laporan ke dinas kesehatan setempat jika terdapat
kasus tonsilitis difteri
10) Prognosis
 Ad vitam : Bonam
 Ad functionam : Bonam
 Ad sanationam : Bonam
11) Bagaimana mencegah untuk terjadi lagi atau terjadi pada
anak/anggota keluarga yang lain:
 Menghindari pencetus, termasuk makanan dan minuman yang
mengiritasi
 Melakukan pengobatan yang adekuat karena risiko kekambuhan
cukup tinggi.
 Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makan bergizi
dan olahraga teratur.
 Berhenti merokok (pada yang merokok).
 Selalu menjaga kebersihan mulut.
 Mencuci tangan secara teratur.

Edukasi bagi pasien dari kasus: s.d.a

IV. Aktivitas Pembelajaran


Waktu Aktivitas Mahasiswa Trainer Material
5 menit pendahuluan Mendengarkan menjelaskan modul
2x 10 Latihan Melakukan observasi  modul
menit anamnesis anamnesis  kasus
( 2 mhs)  pasien standar

5 menit Umpan balik Mendengarkan memberikan umpan s.d.a


balik
10 menit Perencanaan Mendiskusikan memberikan umpan  modul
Page 11 of 17

pemeriksaan DD, PF & balik  kasus


fisik & penunjang
penunjang
2x 10 Latihan Melakukan observasi  modul
menit pemeriksaan pemeriksaan  kasus
fisik fisik (2 mhs)  pasien standar
 manekuin
 peralatan:
1) Lampu kepala
2) Spatula lidah
3) Lidi kapas
4) Laboratorium
sederhana
untuk
pemeriksaan
darah lengkap
5) Laboratorium
sederhana
untuk
pemeriksaan
mikrobiologi
dengan
pewarnaan
Gram
10 menit Umpan balik Mendengarkan, memberikan umpan s.d.a
mengamati balik (dan
mendemonstrasikan
bila diperlukan)
2x 15 Latihan Melakukan memberikan umpan  modul
menit pemeriksaan pemeriksaan balik ( &  kasus
penunjang penunjang &/ mendemonstrasikan  contoh
interpretasikan bila diperlukan) gambar,contoh
hasil pemeriksaan
darah lengkap,
swab tenggorok

10 menit Diagnosis Mendiskusikan memberikan umpan s.d.a


rencana Dx & balik
tatalaksana tatalaksana,
Penulisan resep
10 menit Tatalaksana Menjelaskan dx, memberikan umpan  modul
tatalaksana dan balik  kasus
memberikan  pasien standar
edukasi (1 mhs)
5 menit evaluasi Bertanya, evaluasi, penutupan  modul
mendengarkan sesi  kasus
 pasien standar
Page 12 of 17

V. Form Penilaian Mahasiswa


No. Kompetensi 0 1 2 3 Bobot
1 Anamnesis Peserta ujian Peserta ujian mampu Peserta ujian mampu Peserta ujian mampu 2
tidak memfasilitasi pasien memfasilitasi pasien memfasilitasi pasien
memfasilitasi untuk menceritakan untuk menceritakan untuk menceritakan
pasien untuk kesakitannya dengan kesakitannya dengan kesakitannya dengan
menceritakan menggali 1-3 dari 7 menggali 4-6 dari 7 menggali SELURUH
kesakitannya. pertanyaan berikut: pertanyaan berikut: pertanyaan berikut:
1. Keluhan utama 1. Keluhan utama 8. Keluhan utama
(termasuk lokasi (termasuk lokasi (termasuk lokasi
keluhan utama) keluhan utama) keluhan utama)
Riwayat Penyakit Riwayat Penyakit Riwayat Penyakit
Sekarang: Sekarang: Sekarang:
2. Awitan dan kronologis 2. Awitan dan kronologis 9. Awitan dan kronologis
3. Kualitas dan Kuantitas 3. Kualitas dan Kuantitas 10. Kualitas dan Kuantitas
4. Faktor yang 4. Faktor yang 11. Faktor yang
memperberat dan memperberat dan memperberat dan
memperingan memperingan memperingan

5. Riwayat Penyakit 5. Riwayat Penyakit 12. Riwayat Penyakit


Dahulu (termasuk Dahulu (termasuk Dahulu (termasuk
riwayat pengobatan riwayat pengobatan riwayat pengobatan
dan alergi) dan alergi) dan alergi)
6. Riwayat Penyakit 6. Riwayat Penyakit 13. Riwayat Penyakit
Keluarga Keluarga Keluarga
7. Riwayat Sosial 7. Riwayat Sosial 14. Riwayat Sosial
Ekonomi Ekonomi Ekonomi

2 Pemeriksaan Peserta ujian Peserta ujian melakukan Peserta ujian melakukan Peserta ujian melakukan 2
Fisik tidak melakukan pemeriksaan fisik sesuai cuci tangan sebelum dan cuci tangan sebelum dan
pemeriksaan fisik masalah klinik pasien, setelah pemeriksaan, setelah pemeriksaan, DAN
yang sesuai namun TIDAK melakukan pemeriksaan melakukan pemeriksaan
dengan masalah melakukan CUCI fisik sesuai masalah klinik fisik sesuai masalah klinik
Page 13 of 17

klinik pasien TANGAN sebelum dan pasien dengan pasien dengan


atau setelah pelakukan menggunakan teknik menerapkan prinsip
pemeriksaan fisik pemeriksaan yang benar sebagai berikut:
Atau tetapi TIDAK RUNUT ● Menggunakan teknik
Peserta ujian melakukan pemeriksaan yang
cuci tangan sebelum dan benar DAN
setelah pemeriksaan, ● Sistematik/runut
melakukan pemeriksaan
fisik sesuai masalah klinik
pasien dengan
menggunakan teknik
pemeriksaan yang
TIDAK BENAR

3 Interpretasi Peserta ujian Peserta ujian dapat Peserta ujian dapat Peserta ujian dapat 2
Pemeriksaan tidak dapat menentukan sebagian menentukan SEBAGIAN menentukan SELURUH
Penunjang menentukan atau seluruh pemeriksaan penunjang pemeriksaan penunjang
(hanya apabila pemeriksaan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan dan yang dibutuhkan DAN
diperlukan) penunjang yang yang dibutuhkan tetapi melakukan interpretasi melakukan interpretasi
diperlukan TIDAK dapat melakukan yang tepat yang tepat
INTERPRETASI YANG
TEPAT

4 Menentukan Peserta ujian Peserta ujian mampu Peserta ujian mampu Peserta ujian mampu 2
diagnosis dan tidak dapat menentukan diagnosis, menentukan diagnosis menentukan diagnosis
diagnosis menentukan tetapi tidak dapat dan satu diagnosis dan dua diagnosis
banding diagnosis dan menentukan diagnosis banding banding dengan tepat
diagnosis bandingnya
banding

5 Tatalaksana Peserta ujian Peserta ujian memilih obat Peserta ujian memilih obat Peserta ujian memilih obat 2
Farmakoterapi memilih obat dengan menerapkan dengan tepat sesuai dengan tepat sesuai
yang tidak tepat beberapa prinsip berikut: seluruh prinsip berikut: seluruh prinsip berikut:
Page 14 of 17

Atau 1. Tepat indikasi 1. Tepat indikasi 1. Tepat indikasi


Peserta ujian 2. Tepat dosis 2. Tepat dosis 2. Tepat dosis
tidak dapat 3. Tepat sediaan 3. Tepat sediaan 3. Tepat sediaan
memilih obat 4. Tepat cara pemberian 4. Tepat cara 4. Tepat cara pemberian
pemberian 5. Tepat harga
5. Tepat harga DAN
TETAPI TIDAK ● menuliskan resep
menuliskan resep dengan dengan lengkap dan
lengkap dan benar. benar.

6 Komunikasi Peserta ujian Peserta ujian Peserta ujian Peserta ujian 2


dan Edukasi sama sekali tidak menunjukkan menunjukkan menunjukkan
melakukan 4 kemampuan kemampuan kemampuan
prinsip berkomunikasi dengan berkomunikasi dengan berkomunikasi dengan
komunikasi menerapkan salah satu menerapkan 2-3 dari 4 menerapkan seluruh
prinsip berikut: prinsip berikut: prinsip berikut:
1. mampu membina 1. mampu membina 1. mampu membina
hubungan baik hubungan baik hubungan baik
dengan pasien secara dengan pasien secara dengan pasien
verbal non verbal verbal non verbal secara verbal non
(ramah, terbuka, (ramah, terbuka, verbal (ramah,
kontak mata, salam, kontak mata, salam, terbuka, kontak
empati dan empati dan hubungan mata, salam, empati
hubungan komunikasi dua arah, dan hubungan
komunikasi dua respon) komunikasi dua
arah, respon) 2. mampu memberikan arah, respon)
2. mampu memberikan kesempatan pasien 2. mampu memberikan
kesempatan pasien untuk bercerita dan kesempatan pasien
untuk bercerita dan mengarahkan cerita untuk bercerita dan
mengarahkan cerita 3. mampu untuk mengarahkan cerita
3. mampu untuk melibatkan pasien 3. mampu untuk
melibatkan pasien dalam membuat melibatkan pasien
dalam membuat keputusan klinik, dalam membuat
Page 15 of 17

keputusan klinik, pemeriksaan klinik. keputusan klinik,


pemeriksaan klinik. 4. mampu memberikan pemeriksaan klinik.
4. mampu memberikan penyuluhan yang 4. mampu memberikan
penyuluhan yang isinya sesuai dengan penyuluhan yang
isinya sesuai dengan masalah pasien isinya sesuai dengan
masalah pasien masalah pasien

7 Perilaku Peserta ujian Meminta izin secara lisan Meminta izin secara lisan Meminta izin secara lisan 2
profesional tidak meminta dan 1-2 poin berikut : dan 3 poin berikut: dan melakukan di bawah
izin secara lisan 1. melakukan setiap 1. melakukan setiap ini secara lengkap:
dan sama sekali tindakan dengan tindakan dengan 1. melakukan setiap
tidak melakukan berhati-hati dan berhati-hati dan tindakan dengan
poin berikut: teliti sehingga teliti sehingga berhati-hati dan
1. melakukan tidak tidak teliti sehingga
setiap tindakan membahayakan membahayakan tidak
dengan pasien dan diri pasien dan diri membahayakan
berhati-hati sendiri sendiri pasien dan diri
dan teliti 2. memperhatikan 2. memperhatikan sendiri
sehingga tidak kenyamanan kenyamanan 2. memperhatikan
membahayaka pasien pasien kenyamanan
n pasien dan 3. melakukan 3. melakukan pasien
diri sendiri tindakan sesuai tindakan sesuai 3. melakukan
2. memperhatikan prioritas prioritas tindakan sesuai
kenyamanan 4. menunjukan rasa 4. menunjukan rasa prioritas
pasien hormat kepada hormat kepada 4. menunjukan rasa
3. melakukan pasien pasien hormat kepada
tindakan 5. mengetahui 5. mengetahui pasien
sesuai prioritas keterbatasan keterbatasan 5. mengetahui
4. menunjukan dengan merujuk dengan merujuk keterbatasan
rasa hormat atau melakukan atau melakukan dengan merujuk
kepada pasien konsultasi bila konsultasi bila atau melakukan
5. mengetahui diperlukan diperlukan konsultasi bila
keterbatasan diperlukan
Page 16 of 17

dengan
merujuk atau
melakukan
konsultasi bila
diperlukan
Page 17 of 17

VI. Referensi

1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama. Hal.: 421-427
2. Centor RM; Witherspoon JM; Dalton HP; Brody CE; Link K (1981). "The
diagnosis of strep throat in adults in the emergency room". Medical
Decision Making. 1 (3): 239–
246. doi:10.1177/0272989x8100100304. PMID 6763125.
3. McIsaac WJ; Kellner JD; Aufricht P; Vanjaka A; Low DE (7 April
2004). "Empirical Validation of Guidelines for the Management of
Pharyngitis in Children and Adults". Journal of the American Medical
Association. 291 (13): 1587–
1595. doi:10.1001/jama.291.13.1587. PMID 15069046.

Anda mungkin juga menyukai