Disusun Oleh
DANU ARIYANTO
NIM 1820161017
a) Hidung
Hidung terdiri dari hidung eksterna dan rongga hidung di belakang hidung eksterna.
Hidung eksterna terdiri dari tulang kartilago sebelah bawah dan tulang hidung di
sebelah atas ditutupi bagian luarnya dengan kulit dan pada bagian dalamnya dengan
membran mukosa.Rongga hidung memanjang memanjang dari nostril pada bagian
depan ke apertura posterior hidng, yang keluar ke nasofaring bagian belakang.Septum
nasalis memisahkan kedua rongga hidung. Septum nasalis merupakan struktur tipis
yang terdiri dari tulang kartigo, biasanya membengkok ke satu sisi atau salah satu sisi
yang lain, dan keduanya dilapisi oleh membran mukosa. Dinding Lateral dari rongga
hidung sebagian dibentuk oleh maksila, palatum dan os sphenoid.Konka superior,
Inferior dan media (turbinasi hidung) merupakan tiga buah tulang yang melengkung
lembut melekat pada dinding lateral dan menonjol ke dalam rongga hidung. Ketiga
tulang tersebut tertutup oleh membran mukosa. Sinus paranasal merupakan ruang
pada tulang kranial yang berhubungan melalui ostium ke dalam rongga hidung. Sinus
tersebut ditutupi oleh membran mukosa yang berlanjut dengan rongga hidung.
Ostium ke dalam rongga hidung. Lubang hidung, sinus sphenoid, diatas konkha
superior. (Syaifuddin, 2008)
b) Faring
Faring atau tenggorok merupakan struktur sperti tuba yang menghubungkan
hidung dan rongga mulut ke laring. Adenoid atau tonsil faring terletk dalam langit-
langit nasofaring . Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus
respiration dan digestif (Brunner & Suddarth. 2002)
c) Laring
Laring merupakan pangkal tenggorok merupakan jalinan tulang rawan yamg
dilengkapi dengan otot, membrane, jaringan ikat, dan ligamentum . Sebelah atas
pintu masuk laring membentuk tepi epiglottis, lipatan dari epiglottis ariteroid dan piat
intararitenoid, dan sebelah tepi bawah kartilago krikoid. Fugsi laring sebagai
vokalalisasi yang menilabtaknsistem pernapasan yang meliputi pusat khusus
pengaturan bicara dalam kortek serebri, pusat respirasi di dalam batang otak,
artikulasi serta resonansi dari mulut dan rongga hidung. (Syaifuddin, 2008)
d) Trakea
Trakea adalah tabung berbentuk pipa seperti huruf C yang dibentuk oleh tulang-
tulang rawan yang disempurnakan oleh selaput, terletak di antara vertebrae servikalis
VI sampai ke tepi bawah ketilago krikoidea vertebra torakalis V. Panjangnya kira-
kira 13 cm dan diameter 2,5 cm dilapisi oleh otot polos, mempunyai dinding
fibroealitis yang tertanam dalam balok-balok hialin yang mempertahankan trakea
tetap terbuka.
e) Bronkus
Bronkus merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus terdapat pada ketinggian
vertebra torakalis IV dan V. Bronkus mempunyai struktur sama dengan trakea dan
dilapisi oleh sejenis sel yang sama dengan trakea dan berjalan ke bawah kearah
tumpuk paru. Bagian bawah trakea mempunyai cabang 2, kiri dan kanan yang
dibatasi oleh garis pembatas.
f) Pulmo (Paru-paru)
Pulmo atau paru merupakan salah satu organ pernapasan yang berada didalam
kantong yang dibentuk oleh pleura parietalis dan pleura viseralis. Kedua paru sangat
lunak, elastic, dan berada dalam rongga torak. Sifatnya ringan dan terapung di dalam
air. Paru berwarna biru keabu-abuan dan berbintik-bintik karena partikel-partikel
debu yang masuk termakan oleh fagosit. Fungsi utama paru-paru adalah untuk
pertukaran gas antara udara atmosfer dan darah. Dalam menjalankan fungsinya, paru-
paru ibarat sebuah pompa mekanik yang berfungsi ganda, yakni menghisap udara
atmosfer ke dalam paru (inspirasi) dan mengeluarkan udara alveolus dari dalam
tubuh (ekspirasi). ( Syafudin, 2008)
2. Fisiologi Pernafasan
Ada tiga langkah dalam proses oksigenasi, yakni : ventilasi, perfusi dan difusi (Potter
& Perry, 2006).
a) Ventilasi
Ventilasi merupakan proses untuk menggerakan gas kedalam dan keluar paru-
paru. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan throak yang elastic dan
persarafan yang utuh. Otot pernapasan yang utama adalah diagfragma(Potter & Perry,
2006). Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan ke paru-paru,
jumlahnya sekitar 500 ml. Udara yang masuk dan keluar terjadi kare.na adanya
perbedaan tekanan antara intrapleural lebih negative (752 mmHg) daripada tekanan
atmofer (760 mmHg) sehingga udara akan masuk ke alveoli.
1. Kerja Pernapasan
Pernafasan adalah upaya yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan
membuat paru berkontraksi. Kerja pernafasan ditentkan oleh tingkat kompliansi
paru, tahanan jalan nafas, keberadaan ekspirasi yang aktif, dan penggunaan otot-
otot bantu pernafasan.
Kompliansi menurun pada penyakit, seperti edema pulmonar, interstisial,
fibrosis pleura, dan kelainan struktur traumatic, atau congenital seperti kifosis
atau fraktur iga.
Tahanan jalan nafas dapat mengalami peningkatan akibat obstruksi jalan
nafas, penyakit di jalan nafas kecil (seperti asma), dan edema trakeal. Jika
tahanan meningkat, jumlah udara, jumlah udara yang melalui jalan nafas
anatomis menurun. Ekspirasi merupakan proses pasif normal yang bergantung
pada property recoil elastic dan membutuhkan sedikit kerja otot atau tidak sama
sekaliVolume Paru
Volume paru normal diukur melalui pemeriksaan fungsi pulmonary.
Spirometer mengukur volume paru yang memasuki atau yang meninggalkan
paru-paru. Variasi volume paru dapat dihubungkan dengan status kesehatan,
seperti kehamilan, latihan fisik, obesitas, atau kondisi paru yang obstruktif.
Jumlah surfaktan, tingkat kompliansi, dan kekuatan otot bantu pernafasan
mempengaruhi tekanan dan volume di dalam paru-paru.
2. Tekanan
Gas bergerak ke dalam dan keluar paru karena ada perubahan tekanan.
Tekanan intrapleura bersifat negative atau kurang dari tekanan atmosfer yakni
760 mmHg pada permukaan laut. Supaya udara mengalir ke dalam paru-paru,
maka tekanan intrapleura harus lebih negative dengan gradient tekanan antara
atmosfer dan alveoli
b) Perfusi
Perfusi paru adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru untuk
dioksigenasi, di mana pada sirkulasi paru adalah darah dioksigenasi yang mengalir
dalam arteri pulmonaris dri ventrikel kanan jantung. Darah ini memperfusi paru
bagian respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida
di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah jantung. Sirkulasi
paru bersifat fleksibel dan dapat mengakodasi variasi volume darah yang besar
sehingga dapat dipergunakan jika sewaktu-waktu terjadi penurunan volume atau
tekanan darah sistemik.
c) Difusi
Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi yang
lebih tinggi kedaerah degan konsentrasi yang lebih rendah. Difusi gas pernafasan
terjadi di membrane kapiler alveolar dan kecepatan difusi dapat dipegaruhi oleh
ketebalan membrane.
3. Konsep Dasar
a. Pengertian
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar.Keberadaan
oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme
dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. ( Andarmoyo,
sulistyo 2012).
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme
untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Oksigen akan digunakan
dalam metabolisme sel membentuk ATP (Adenosin Trifosfat) yang merupakan sumber
energi bagi sel tubuh agar berfungsi secara optimal. Terapi oksigen merupakan salah satu
terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen adalah
untuk memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya
bernafas dan mengurangi stress pada miokardium( Potter & Perry 2006).
Kebutuhan Oksigen
Kapasitas (daya muat) udara dalam paru-paru adalah 4.500-5.000 ml (4,5-5,1). Udara yang
diproses dalam paru-paru hanya sekitar 10% ( 500ml), yakni yang dihirup (inspirasi) dan
yang dihembuskan (ekspirasi) pada pernafasan biasa (Mubarak, 2008).
Nilai-Nilai Normal Perkembangan pada Pernafasan
Keterangan Bayi Dewasa
Frekuensi pernafasan (RR) 30- 60 x 16-20x
f. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi
Saat melakukan inspeksi perawat melakukan oservasi dari ujung kepala sampai kaki
klien untuk mengkaji kulit dan warna membarn mukosa, penampilan umum, tingkat
kesadaran, keadekuatan sirkulasi sistemik, pola pernapasan dan gerakan dinding
dada.
b) Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengkaji beberapa daerah. Dengan palpasi, jenis dan jumlah
kerja thorak, daearah nyeri, tekan dapat diketahui dan perawat dapat mengidentifikasi
taktil fremitis, getaran dada, angkatan dada dan titik impuls maksimal.
c) Perkusi
Perkusi adalah tindakan mengetuk-ngetuk suatu objek untuk menentukan adanya
udara, cairan, atau benda padat di jaringan yang berada di bawah objek tersebut.
d) Auskultasi
Penggunaan auskultasi memampukan perawat mengidentifikasi bunyi paru dan
jantung yang normal maupun yang tidak normal.
2. pemeriksaan Laboratorium
a) Elektrokardiogram
Elektrokardiogram ( EKG ) menghasilkan rekaman grfaik aktivitas listrik jantung,
mendeteksi transmisi impuls dan posisi listrik jantung.
b) Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara
efisien.
c) Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler alveolar
dan keadekuatan oksigenasi.
d) Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
e) Pemeriksaan sinar x dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses abnormal.
f) Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda asing yang
menghambat jalan nafas.
g. Penatalaksanaan medis
1. Penatalaksanaan medis
a) Pemantauan Hemodinamika
b) Pengobatan bronkodilator
c) Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh dokter, misal:
nebulizer, kanula nasal, masker untuk membantu pemberian oksigen jika
diperlukan.
d) Penggunaan ventilator mekanik
e) Fisoterapi dada
2. Penatalaksanaan keperawatan
1) Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
a) Pembersihan jalan nafas
b) Latihan batuk efektif
c) Pengisafan lender
d) Jalan nafas buatan
2) Pola Nafas Tidak Efektif
a) Atur posisi pasien ( semi fowler )
b) Pemberian oksigen
c) Teknik bernafas dan relaksasi
3) Gangguan Pertukaran Gas
a) Atur posisi pasien ( posisi fowler )
b) Pemberian oksigen
c) Pengisapan lender
3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Keadekuatan sirkulasi, ventelasi, perfusi, dan transport gas – gas pernapasan kejaringan
dipengaruhi oleh empat tipe factor :
a. Faktor fisiologis
Tabel 1. Proses Fisiologis yang Mempengaruhi Oksigenasi (Potter & Perry, 2006)
b. Faktor Perilaku
a) Nutrisi
Nutrisi mempengaruhi fungsi kardiopulmonar dalam beberapa cara. Klien yang
mengalami kekurangan gizi mengalami kelemahan otot pernafasan. Kondisi ini
menyebabkan kekekuatan otot dan kerja pernapasan menurun.
b) Latihan Fisik
Latihan fisik meningkatkan aktivitas metabolism tubuh dan kebutuhan oksigen.
Frekuensi dan kedalaman pernapasan meningkat, memampukan individu untuk
mengatasi lebih banyak oksigen dan mengeluarkan kelebihan karbondoksida.
c) Merokok
Dikaitkan dengan sejumlah penyakit termasuk penyakit jantung, penyakit paru
obstrukti kronis, dan kanker paru.
d) Penyalahgunaan Substansi
Penggunaan alcohol dan obat-obatan secara berlebihan akan menggganggu
oksigenasi jaringan. Kondisi ini sering kali memiliki asupan nutrisi yang
buruk.Kondisi ini menyebabkan penurunan asupan makanan kaya gizi yang
kemudian menyebabkan penurunan prosuksi hemoglobin.
c. Faktor Lingkungan
a) Abestosis merupakan penyakit paru yang memperoleh di tempat kerja dan
berkembang setelah individu terpapar asbestosis.
b) Ansietas
Keadaan yang terus-menerus pada insietas beat akan meningkatkan laju
metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen akan meningkat(Potter & Perry,
2006).
a. Penurunan Kesadaran
b. Hipoksia
c. Cemas dan gelisah
Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif
b. Pola napas tidak efektif
c. Gangguan pertukaran gas
ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN OKSIGENASI
A. PENGKAJIAN
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif
Data Subjektif
- Pasien mengeluh sesak saat bernafas
- Pasien mengeluh batuk tertahan
- Pasien tidak mampu mengeluarkan sekresi jalan nafas
- Pasien merasa ada suara nafas tambahan.
Data Objektif
- Pasien tampak tersengal-sengal dan pernafasan dangkal
- Terdapat bunyi nafas tambahan
- Pasien tampak bernafas dengan mulut
- Penggunaan otot bantu pernafasan dan nafas cuping hidung
- Pasien tampak susah untuk batuk
2) Pola nafas tidak efektif
Data Subjektif
- Pasien mengatakan nafasnya tersengal-sengal dan dangkal
- Pasien mengatakan berat saat bernafas
Data Objektif
- Irama nafas pasien tidak teratur
- Orthopnea
- Pernafasan disritmik
- Letargi
3) Gangguan pernafasan gas
Data Subjektif
- Pasien mengeluh pusing dan nyeri kepala
- Pasien mengeluh susah tidur
- Pasien merasa lelah
- Pasien merasa gelisah
Data Objektif
- Pasien tampak pucat
- Pasien tampak gelisah
- Perubahan pada nadi
- Pasien tampak lelah
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan Jalan Nafas Berhubungan dengan:
- Sekresi kental/belebihan sekunder akibat infeksi, fibrosis kistik atau influenza.
- Imobilitas statis sekresi dan batuk tidak efektif
- Sumbatan jalan nafas karena benda asing
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx 1: bersihan jalan nafas tidak efektif
Tujuan: bersihan jalan nafas efektif
Kreteria hasil:
- Menunjukkan jalan nafas bersih
- Suara nafas normal tanpa suara tambahan
- Tidak ada penggunaan otot bantu nafas
- Mampu melakukan perbaikan bersihan jalan nafas
Intervensi Rasional
Auskultasi dada untuk karakter bunyi nafas Pernafasan mengi, rochi, wheezing
dan adanya secret & Pantau TTV menunjukkan tertahannya secret obstruksi
jalan nafas
Terapi inhalasi dan latihan pernafasan dalam Untuk memudahkan pernafasan dan
dan batuk efektif membantu mengeluarkan secret
Disfungsi pernafasan adalah variable yang
Catat adanya derajat dispnea, geliasah, distres
tergantung pada tahap proses kronis selain
pernafasan, dan penggunaan otot bantu nafas
proses akut yang menimbulkan perawatan di
rumah sakit
Anjurkan intake cairan 3000cc/hari jika tidak Membantu mengencerkan secret
ada kontraindikasi
Beri posisi yang nyaman seperti posisi semi
Memungkinkan ekspansi paru maksimal
fowler
Intervensi rasional
Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Duduk tinggi memungkinkan ekpansi paru dan
Ambulasi pasien sesegera mungkin memudahkan pernafasan
Selidiki kegelisahan dan perubahan mental Dapat menunjukkan peningkatan hipoksia atau
atau tingkat kesadaran komplikasi
Berikan terapi oksigen melalui nasal, masker Memaksimalkan sediaan oksigen khususnya
parsial ventilasi menurun
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Mansjoerc Arif, dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta:Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran UI.
Mubarak, Wahit Iqbal dan Ns. Nurul Chayatin. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia:
Teori Dan Aplikasi Dalam Praktek. Jakarta : penerbit buku kedokteran EGC
Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Kebutuhan Dasar Munusia ( Oksigenasi ).Yogyakarta : Graha Ilmu.
Dochterman & Bullecheck. (2016). Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi 5 Bahaasa
Indonesia. Yogyakarta: Micromedia.
Dochterman & Bullecheck. (2016). Nursing Interventions Classification (NOC) Edisi 6 Bahaasa
Indonesia. Yogyakarta: Micromedia