Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Mata Kuliah Dasar-
Dasar Pengembangan Teori Pendidikan
oleh
RISMK AYU PUSPITA
NIM 178060024
PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN
MATEMATIKA
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2018
Review Terhadap Pendekatan Pembelajaran yang Banyak Diadaptasi di
Indonesia
Menurut Didi Suryadi, mengatakan bahwa “dalam beberapa tahun terakhir ini
paling sedikit terdapat tiga isyu penting mengenai pengajaran matematika yaitu
pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dari Belanda, pendekatan
Open-Ended dari Jepang, dan pendekatan kontesktual dari Amerika Serikat.
Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan oleh Freudenthal dan
kawan-kawan dari Freudenthal Institute, menurut Freudenthal agar matematika
memiliki nilai kemanusiaan maka pembelajarannya harus dikaitkan dengan realita
dekat dengan pengalaman anak serta relevan untuk kehidupan masyarakat. Selain
itu Freudenthal juga berpendapat bahwa matematika sebaiknya tidak dipandang
sebagai suatu bahan ajar yang harus ditransfer secara langsung sebagai matematika
siap pakai, melainkan harus dipandang sebagai suatu aktivitas manusia. Menurut
Treffers (dalam Suryadi) mencoba memformulasikan proses matematisasi, dalam
konteks pendidikan matematika menjadi dua tipe yakni matematisasi horizontal dan
vertikal. Matematika horizontal memuat suatu proses yang diawali dari dunia nyata
menuju dunia smbol, sedangkan matematisasi vertikal mengadung makna suatu
proses perpindahan dalam dunia simbol itu sendiri. Karakteristik pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) yaitu prinsip aktivitas, realitas, tahap
pemahaman, intertwinment, interaksi dan bimbingan.
Pendekatan Open-Ended bermula pada serangkaian penelitian yang
dilakukan oleh para ahli pendidikan matematika di Jepang. Serangkaian penelitian
itu berfokus pada pengembangan metoda evaluasi untuk mengukur keterampilan
berpikir tingkat tinggi dalam pendidikan matematika. Dari serangkaian penelitian
itu menunjukan bahwa penggunaan Open-Ended problems ternyata mengandung
potensi yang sangat besar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika
dan hasil tersebut dituangkan dalam sebuah buku. Dalam buku tersebut dijelaskan
bahwa masalah Open-Ended merupakan masalah yang diformulasikan sedemikian
sehingga memiliki kemungkinan variasi jawaban benar baik dari aspek cara
maupun hasilnya.
Pendekatan kontekstual adalah suatu pendekatan yang memungkinkan
terjadinya proses belajar dan di dalamnya siswa dimungkinkan menerapkan
pemahaman serta kemampuan akademik mereka dalam berbagai variasi konteks, di
dalam maupun luar kelas, untuk menyelesaikan permasalahan nyata atau yang
disimulasikan baik secara sendiri-sendiri maupun berkelompok (Suryadi). Proses
pembelajaran yang bercirikan pendekatan kontekstual yaitu pembelajaran berbasis
masalah (PBM), Self-Regulated Learning (SRL), belajar dengan Multi Konteks,
Authentic Assessment, dan Learning Community.
Dari ketiga pendekatan itu selain ketiganya berbasis teori belajar yang sama
yaitu konstruktivisme, terdapat kesamaan lain yaitu menganut model pembelajaran
berbasis masalah, berorientasi pada siswa, guru lebih berperan sebagai fasilitator,
menganut sistem asesmen yang bersifat menyatu dengan proses pembelajaran, dan
siswa dan guru secara bersama-sama membentuk suatu Learning Community
(Suryadi).
Ketiga pendekatan diatas merupakan isyu-isyu yang berkembang pada saat
kurikulum yang berlaku merupakan kurikulum berbasis kompetensi, sekarang ini
kurikulum yang digunakan yaitu kurikulum 2013 maka pendekatan pembelajaran
yang diadaptasi pun berkembang sesuai kurikulum yang berlaku. Menurut
Musfiqon dan Nurdyansyah, dalam kurikulum 2013 terdapat paradigma baru
mengenai pembelajaran yang tergolong sebagai berikut:
1. Fokus pembelajaran yang paradigmanya ke “materi/isi” bergeser ke “proses”.
2. “Hak mengajar” yang selama ini dimiliki tenaga pendidik bergeser ke peserta
didik.
3. Ekspetasi pembelajaran yang paradigmanya tentang “apa” akan bergeser ke
“seperti apa” dan “bagaimana”.
4. Pengajaran tenaga pendidik yang selama ini bagaikan “seorang expert” akan
bergeser ke “fasilitator”.
5. Dari paradigmanya “peserta didik pasif” menuju ke “peserta didik aktif”
mengkontruksi pengetahuannya sendiri.
6. Kesalahan dalam pembelajaran yang selama ini “tabu”, akan bergeser
menjadi kesalahan sebagai “tools” pembelajaran.
7. Kelas yang bersifat “formal/kaku” akan berubah menjadi kelas yang
“fleksibel dan mengakomodasi”.
8. Penekanan pembelajaran “menonjolkan teori” akan bergeser ke “learning to
do”.
Berdasarkan paradigma baru tersebut maka dalam kurikulum 2013
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan saintifik atau pendekatan berbasis
proses keilmuan. Musfiqon dan Nurdyansyah mengatakan bahwa “pendekatan
saintifik dimaksudkan untuk memberi pemahaman kepada peserta didik untuk
mengetahui, memahami, mempraktikan apa yang sedang dipelajari secara ilmiah.”.
Menurut Mc. Collum (Musfiqon & Nurdyansyah, 2015), komponen-komponen
penting dalam mengajar menggunakan pendekatan saintifik adalah menyajikan
pembelajaran yang dapat meningkatkan rasa keingintahuan, meningkatkan
keterampilan mengamati, melakukan analisis, dan berkomunikasi. Dari keempat
komponen tersebut dapat dijabarkan ke dalam lima praktek pembelajaran yaitu:
Daftar Pustaka
Daryanto. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava
Media.