Anda di halaman 1dari 16

STATISTIK PARAMETRIK

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Prof. Dr. R. Poppy Yaniawati, M.Pd.

untuk Mata Kuliah Praktek Penelitian Profesi I

Oleh :

ARI ANGGARIA SAPUTRA (178060028)


REGINA PRATHAMA W (178060008)
RISMA AYU PUSPITA (178060024)

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN


MATEMATIKA
PASCASARJANA UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam statistik, hipotesis dapat diartikan sebagai pernyataan statistik tentang

parameter populasi. Statistik adalah ukuran-ukuran yang dikenakan pada sampel,

dan parameter adalah ukuran-ukuran yang dikenakan pada populasi. Dengan kata

lain, hipotesis adalah taksiran terhadap parameter populasi, melalui data-data

sampel (Sugiyono, 84). Terdapat perbedaan mendasar pengertian hipotesis menurut

statistik dan penelitian. Dalam penelitian, hipotesis adalah jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian. Menurut Sudjana (2005; 219), “Hipotesis

adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan

hal itu yang sering dituntut untuk melakukan pengecekannya”.

Hipotesis yang akan diuji dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu hipotesis

deskriptif (pada satu sampel), komparatif dan hubungan. Menguji hipotesis itu

adalah menaksir parameter populasi berdasarkan data sampel. Terdapat dua cara

menaksir yaitu, a point estimate yang berdasarkan satu nilai sampel dan interval

estimate atau sering disebut confidence interval berdasarkan nilai interval data

sampel. Jika hipotesisnya adalah rerata nilai ulangan matematika semester gasal

yaitu 65. Hipotesis ini disebut point estimate, karena rerata nilai ulangan

matematika semester gasal ditaksir melalui satu nilai yaitu 65. Bila hipotesisnya

berbunyi rerata nilai ulangan matematika semester gasal antara 4 sampai 9, maka

hal ini disebut interval estimate. Nilai intervalnya adalah 4 sampai dengan 9.
Menaksir parameter populasi yang menggunakan nilai tunggal (point estimate)

akan mempunyai resiko kesalahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang

menggunakan interval estimate. Biasanya dalam penelitian kesalahan taksiran

ditetapkan terlebih dulu, yang digunakan adalah 5% dan 1%. Terdapat beberapa

macam teknik statistik yang dapat digunakan untuk menguji suatu hipotesis. Teknik

statistik mana yang akan dipakai tergantung pada jenis data yang akan dianalisis.

Dalam makalah ini akan dijelaskan teknik statistik parametik dalam menganalisis

hipotesis untuk jenis satu sampel dan dua sampel.

B. Rumusan Masalah

Teknik statistik apa digunakan untuk menganalisis hipotesis jenis satu sampel

dan dua sampel. Serta bagaimana cara menganalisis hipotesisnya sehingga

diperoleh kesimpulan yang sahih.

C. Tujuan Penulisan Makalah

Tujuan makalah ini adalah menggetahui teknik statistik yang digunakan untuk

menganalisis hipotesis jenis satu sampel dan dua sampel. Serta mengetahui cara

menganalisis hipotesisnya sehingga diperoleh kesimpulan yang sahih.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Statistik Parametris

Statistik Parametrik yaitu ilmu statistik yang mempertimbangkan jenis sebaran

atau distribusi data, yaitu apakah data menyebar secara normal atau tidak. Dengan

kata lain, data yang akan dianalisis menggunakan statistik parametrik harus

memenuhi asumsi normalitas. Pada umumnya, jika data tidak menyebar normal,

maka data seharusnya dikerjakan dengan metode statistik non-parametrik, atau

setidak-tidaknya dilakukan transformasi terlebih dahulu agar data mengikuti

sebaran normal, sehingga bisa dikerjakan dengan statistik parametrik.

Ciri-ciri statistik parametrik :

 Data dengan skala interval dan rasio

 Data menyebar/berdistribusi normal

 Sampel diambil secara random

 Sampel mempunyai varians yang sama

Keunggulan Statistik Parametris:

1. Syarat syarat parameter dari suatu populasi yang menjadi sampel biasanya

tidak diuji dan dianggap memenuhi syarat, pengukuran terhadap data

dilakukan dengan kuat.

2. Observasi bebas satu sama lain dan ditarik dari populasi yang berdistribusi

normal serta memiliki varian yang homogen.

Kelemahan Statistik Parametris :


1. Populasi harus memiliki varian yang sama.

2. Variabel-variabel yang diteliti harus dapat diukur setidaknya dalam skala

interval.

3. Dalam analisis varian ditambahkan persyaratan rata-rata dari populasi

harus normal dan bervarian sama, dan harus merupakan kombinasi linear

dari efek-efek yang ditimbulkan.

Dalam makalah ini hanya akan dijelaskan mengenai Uji t-test untuk data satu

sampel dan dua sampel.

B. Teknik Statistik Parametris Hipotesis Satu Sampel

Rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis deskriptif ( satu sampel) yang

datanya interval atau rasio adalah seperti berikut:

𝑥̅ −𝜇0
𝑡= 𝑠
√𝑛

Dimana:

T : nilai t yang dihitung, selanjutnya disebut t hitung

𝑥̅ : rata-rata xi

𝜇0 : nilai yang dihipotesiskan

S : simpangan baku

N : jumlah anggota sampel

Terdapat dua macam pengujian hipotesis deskriptif, yaitu dengan uji dua pihak

(two tail test) dan uji satu pihak (one tail test). Uji satu pihak ada dua macam yaitu
uji pihak kanan dan uji pihak kiri. Jenis uji mana yang akan digunakan tergantung

pada bunyi kalimat hipotesisnya.

1. Uji Dua Pihak

Digunakan bila hipotesis nol (Ho) berbunyi “sama dengan” dan hipotesis

alternatifnya (Ha) berbunyi “tidak sama dengan”. Uji dua pihak dapat di

gambarkan seperti berikut:

Dalam pengujian hipotesis yang menggunakan uji dua pihak ini berlaku

ketentuan, bahwa bila harga t hitung, berada pada daerah penerimaan Ho atau

terletak di antara harga tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan

demikian bila harga t hitung lebih kecil atau sama dengan (≤) dari harga

tabel maka Ho diterima (Sugiyono, 97).

2. Uji Pihak Kiri

Digunakan bila hipotesis nol (Ho) berbunyi “lebih besar atau sama dengan

(≥)” dan hipotesis alternatifnya (Ha) berbunyi “lebih kecil (<)”. Uji pihak kiri

dapat digambarkan seperti berikut:


Dalam uji pihak kiri ini berlaku ketentuan, bila harga t hitung jatuh pada

daerah penerimaan Ho lebih besar atau sama dengan (≥) dari t tabel, maka

Ho diterima dan Ha ditolak.

3. Uji Pihak Kanan

Uji pihak kanan digunakan apabila hipotesis nol (Ho) berbunyi “ lebih

kecil atau sama dengan (≤)” dan hipotesis alternatifnya (Ha) berbunyi “Lebih

besar (>)”. Uji pihak kanan dapat digambarkan sebagai berikut:

Dalam uji pihak kanan ini berlaku ketentuan, bila harga t hitung jatuh pada

daerah penerimaan Ho lebih kecil atau sama dengan (≤) dari t tabel, maka

Ho diterima dan Ha ditolak.


C. Contoh Penggunaan Teknik Statistik Parametris Hipotesis Satu Sampel

Contoh kasus yang menggunakan uji dua pihak:

Telah dilakukan pengumpulan data untuk menguji hipotesis yang

menyatakan bahwa daya tahan baterai androin merek X adalah 4 jam/hari.

Berdasarkan sampel 31 orang yang diambil secara random terhadap pelayanan

totko yang diminta keterangan masing-masing memberikan data sebagai

berikut: 3, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 5, 3, 4, 5, 6, 6, 7, 8, 8, 5, 3, 4, 5, 6, 2, 3, 4, 5, 6, 3,

2, 3, 3.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka:

n = 31; 𝜇0 = 4 𝑗𝑎𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖

kemudian hitung harga rerata dan simpangan baku

∑ 𝑥𝑖 3+2+3+⋯+3+3 144
𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 = 𝑥̅ = = = = 4,645
𝑛 31 31

∑(𝑥𝑖 −𝑥̅ )2
𝑠𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢 = 𝑆 = √ (𝑛−1)
=

(3−4,645)2 +(2−4,645)2 +⋯+(3−4,645)2 +(3−4,645)2


√ (30−1)
=1,81

Jadi rata-rata daya tahan berdiri pramugari berdasarkan sampel 31 responden

adalah 4.645 jam/hari. Selanjutnya rata-rata sampel tersebut akan diuji, apakah

ada perbedaan secara signifikan atau tidak dengan yang dihotesiskan, dimana

dalam hipotesis daya tahan baterai android adalah 4 jam tiap hari.

Kemudian dilakukan pengujian hipotesis sebagai berikut:

𝑥̅ −𝜇0 4,645−4
𝑡= 𝑠 = 1,81 = 1,98
√𝑛 √31
Derajat kebebasan yaitu n – 1 = 31 – 1 = 30. Bila taraf kesalahan ditetapkan

5%, dan pengujian menggunakan uji dua pihak maka harga t tabel adalah =

2,042.

Jadi dapat disimpulkan, karena t hitung lebih kecil dari t tabel dengan demikian

hipotesis nol yang menyatakan bahwa daya tahan baterai android adalah 4 jam

tiap hari diterima.

D. Teknik Statistik Parametris Hipotesis Dua Sampel

Tujuan uji-t dua sampel adalah untuk membandingkan (membedakan) apakah

kedua variabel tersebut sama atau berbeda. Gunanya untuk menguji kemampuan

generalisasi (signifikansi hasil penelitian yang berupa perbanidngan dua rata-rata

sampel).

Hipotesis dua sampel dibagi:

1. Sampel berkorelasi

Sampel yang berkorelasi biasanya terdapat dalam desain penelitian

ekperimen, sebagai contoh: membuat perbandingan kemampuan siswa,

membandingkan kelompok kontrol dan eksperimen, dll.

2. Sampel tidak berkorelasi (independen)

Sampel independen adalah sampel yang berkaitan satu sama lain. Contoh

: membandingkan hasil tes SBMPTN ditinjau lulusan SMA dan SMK,

membandingkan penghasilan PNS dan honorer, dll.

Rumus-rumus yang digunakan dalam menghitung t hitung pada hipotesis 2

sampel yaitu:
1. Rumus I

2. Rumus II
3. Rumus III

Ketentuan Menggunakan Rumus Uji-T:

1. Bila n1 = n2 dan varians homogen gunakan Rumus II atau Rumus III, dk

= n1 + n2 – 2

2. Bila n1 ≠ n2 dan varians homogen gunakan Rumus II, dk = n1 + n2 – 2

3. Bila n1 = n2 dan varians tidak homogen gunakan Rumus II atau Rumus

III, dengan dk = (n1 – 1) atau dk = (n2 – 1)

4. Bila n1 ≠ n2 dan varians tidak homogen gunakan Rumus III, dengan harga

t sebagai pengganti t tabel dihitung dari selisih harga t tabel dengan dk (n1

– 1) dan (n2 – 1) dibagi dua, lalu ditambahkan dengan harga t yang terkecil

5. Gunakan Rumus I bila sampel berkorelasi/berpasangan dengan n1 = n2

untuk membandingkan, misal: sebelum dan sesudah perlakuan, kelompok

kontrol dengan kelompok ekperimen.


E. Contoh Penggunaan Teknik Statistik Parametris Hipotesis Dua Sampel

Dilakukan penelitian untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kemampuan

berhitung siswa sebelum dan sesudah belajar menggunakan sempoa. Berdasarkan

25 sampel siswa yang dipilih secara random dapat diketahu bahwa kemampuan

berhitung siswa sebelum dan sesudah belajar menggunakan sempoa adalah sebagai

berikut:

Ho : Tidak terdapat perbedaan nilai kemampuan berhitung siswa

sebelum dan sesudah belajar menggunakan sempoa

Ha : Terdapat perbedaan nilai kemampuan berhitung siswa sebelum dan

sesudah belajar menggunakan sempoa.

Tabel

Nilai Kemampuan Berhitunng 25 Siswa Sebelum dan Sesudah Belajar

Menggunakan Sempoa

Kemampuan Berhitung
No. Responden
Sebelum (X1) Sesudah (X2)

1 75 85

2 80 90

3 65 75

4 70 75

5 75 75

6 80 90

7 60 70

8 80 85
Kemampuan Berhitung
No. Responden
Sebelum (X1) Sesudah (X2)

9 90 95

10 75 70

11 60 65

12 70 75

13 75 85

14 70 65

15 80 95

16 65 65

17 75 80

18 70 80

19 80 90

20 65 60

21 75 75

22 80 85

23 70 80

24 90 95

25 70 75

Rata-rata 𝑥1 = 74,00
̅̅̅ 𝑥
̅̅̅2 = 79,20

Simpangan Baku 𝑆1 = 7,50 𝑆2 = 10,17

Varians 𝑆12 = 56,25 𝑆22 = 103,50


Korelasi antara nilai sebelum dan sesudah belajar menggunakan sempoa r

ditemukan sebesar 0,866. Harga-harga tersebut selanjutnya dimasukkan dalam

Rumus II.

74 − 79,20
𝑡= = −4,952
56,25 103,50 7,5 10,17
√ 25 + 25 − 2(0,866) ( )( )
√25 √25

Harga t tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel dengan dk = n1

+ n2 – 2 = 50 – 2 = 48. Dengan dk 48 dan bila taraf kesalahan ditetapkan sebesar

5%, maka t tabel = 2,013.

Harga t hitung lebih kecil dari t tabel, sehingga Ho diterima dan Ha ditolak.

Jadi terdapat perbedaan kemampuan berhitung siswa sebelum dan sesudah belajar

menggunakan sempoa. Setelah belajar menggunakan sempoa kemampuan

berhitung siswa meningkat.


BAB III

PENUTUP

Statistik Parametrik yaitu ilmu statistik yang mempertimbangkan jenis sebaran

atau distribusi data, yaitu apakah data menyebar secara normal atau tidak. Dengan

kata lain, data yang akan dianalisis menggunakan statistik parametrik harus

memenuhi asumsi normalitas.

Ciri-ciri statistik parametrik yaitu data berskala interval dan rasio, berdistribusi

normal, sampel random, dan mempunyai varians yang sama. Dengan menggunakan

statistik parametrik tidak perlu menguji syarat-syarat parameter populasi menjadi

sampel karena sudah dianggap memenuhi syarat, akan tetapi teknik statistik

parametrik populasinya harus memiliki varians yang sama, variabelnya harus dapat

diukur, rata-rata dari populasi harus normal dan bervarians sama.

Terdapat dua macam pengujian hipotesis deskriptif, yaitu dengan uji dua pihak

(two tail test) dan uji satu pihak (one tail test). Uji satu pihak ada dua macam yaitu

uji pihak kanan dan uji pihak kiri. Jenis uji mana yang akan digunakan tergantung

pada bunyi kalimat hipotesisnya.

Tujuan uji-t dua sampel adalah untuk membandingkan (membedakan) apakah

kedua variabel tersebut sama atau berbeda. Gunanya untuk menguji kemampuan

generalisasi. Pada hipotesis dua sampel terbagi menjadi dua, yaitu sampel

berkorelasi dan sampel tidak berkorelasi.


DAFTAR PUSTAKA

Sugiyono.(2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung:Alfabeta.

Sudjana.(2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Anda mungkin juga menyukai