Anda di halaman 1dari 132

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Pembelajaran merupakan proses interaksi edukatif antara dua unsur


yaitu siswa yang belajar dan guru yang mengajar, dan berlangsung secara
timbal balik dalam suatu ikatan untuk mencapai tujuan tertentu.
Pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mengajar yang bukan
saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses
pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik,
kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan
perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka. Adapun
tujuan pembelajaran matematika di sekolah diantaranya agar siswa
mempunyai:
 Kemampuan yang berkaitan dengan matematika dapat digunakan dalam
memecahkan masalah matematika, pelajaran lain, ataupun masalah
yang barkaitan dengan kehidupan nyata.
 Kemampuan menggunakan matematika sebagai alat komunikasi.
 Kemampuan menggunakan matematika sebagai cara bernalar yang
dapat dialihgunakan pada setiap keadaan, seperti berpikir kritis, berpikir
logis, berpikir sistematis, bersifat objektif, bersifat jujur, bersifat
disiplin dalam memandang dan menyelesaikan suatu masalah.

Undang-undang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 1 menyebutkan Guru


adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan
pendidikan menengah.
Dalam bidang pendidikan, khususnya persekolahan, evaluasi
mempunyai makna bagi siswa maupun guru, karena evaluasi biasanya

1
dilakukan sebelum, selama, dan setelah kegiatan belajar-mengajar berlangsung.
Makna bagi siswa dapat diketahui apakah ia telah berhasil atau belum dalam
mengikuti kegiatan belajar-mengajar. Jika ia berhasil akan mendapat kepuasan.
Hal ini akan mendorong siswa untuk lebih rajin. Sebaliknya jika tidak berhasil
ia tidak mendapat kepuasan. 2 kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu kesadaran
yang mendorong motivasi belajarnya atau sebaliknya menjadi fruatasi. Makna
bagiguru, ia akan mengetahui kualitas siswanya, secara individual maupun
kelompok. Disamping itu ia dapat mengevaluasi diri mengenai kegiatan belajar
mengajar yang telah dilaksanakannya, kekurangan atau kelebihannya.
Evaluasi dalam pendidikan dapat pula berfungsi sebagai alat untuk
mendiagnose kesulitan belajar siswa dan mengukur keberhasilan belajar
sebagai balikan (feed back) bagi guru. Maka dari itu kami sebagai calon guru
haruslah dapat menyusun alat evaluasi yang baik agar dapat mengukur sejauh
mana keberhasilan pembelajaran yang telah diterapkan.
Kami memilih SMP Nur Kautsar sebagai sekolah untuk membantu
kami melatih kemampuan dalam membuat Alat Evaluasi yang dapat
berkualitas baik. Kami membuat alat evaluasi yang bersifat tes, dengan tipe
soal pilihan ganda dan tipe soal uraian(esay). Dengan Materi “Faktorisasi Suku
Aljabar” pada kelas VIII.
Kami mengharapkan soal yang kami buat dapat memenuhi kriteria
sebagai alat evaluasi test yang berkualitas baik, yaitu mempunyai validitas,
reliabilitas, dan daya beda yang tinggi, serta tingkat kesukaran yang sedang,
dan yang tidak kalah pentingnya, soal tersebut dapat mengukur kompetensi
yang diharapkan tercapai.

I.2 RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam laporan ini adalah:

1. Apakah alat evaluasi yang digunakan memiliki validitas yang baik ?


2. Apakah alat evaluasi yang digunakan memiliki derajat reliabilitas yang
baik?

2
3. Apakah alat evaluasi yang digunakan memilki indeks kesukaran yang
baik?
4. Apakah alat evaluasi yang digunakan memilki efektifitas option yang
baik?
5. Apakah alat evaluasi yang digunakan memilki daya pembeda yang
baik?
6. Bagaimana cara memberikan skor?
7. Bagaimana pendistribusian nilai pada skala sebelas, skala sepuluh,
skala sembilan, skala lima, skala Z (baku), dan skala T (seratus)?
8. Bagaimana peringkat dan taraf serap siswa terhadap materi yang diuji
cobakan?
9. Bagaimana hasil analisis dari keseluruhan data yang telah diolah?

I.3 TUJUAN PELAKSANAAN UJI INSTRUMEN

Tujuan pelaksanaan uji coba soal tes matematika ini yaitu :

1. Tujuan Umum
Untuk menerapkan konsep-konsep yang sudah dipelajari dalam mata
kuliah Evaluasi Pembelajaran Matematika, sebagai salah satu bekal untuk
meningkatkan kualitas output-output dari pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu membuat alat evaluasi yang baik.
b. Mampu mengolah alat evaluasi.
c. Mampu menganalisis alat evaluasi yang diuji cobakan.
d. Mampu mengetahui kelemahan-kelemahan yang terdapat pada
alat evaluasi yang dibuat dan memperbaikinya.

I.4 PROSEDUR EVALUASI

Prosedur evaluasi merupakan langkah-langkah terurut yang harus


ditempuh dalam melaksanakan evaluasi. Langkah-langkah tersebut merupakan

3
tahapan dari awal sampai akhir dalam pelaksanaan evaluasi pendidikan yang
terdiri dari perencanaan (planning), pengumpulan data (collecting), verifikasi
data (verification), analisis data (analysis), dan penafsiran (interpretation).
Berikut adalah prosedur evaluasi yang kami tempuh:
1. Tahap Perencanaan (planning)
Tahap perencanaan (planning) meliputi kegiatan merumuskan tujuan
evaluasi yang dilaksanakan. Dalam tahap inikegiatan yang kami lakukan
adalah penentuan materi tes, pembuatan kisi-kisi soal tes, perumusan tujuan
pembelajaran khusus dan penyusunan format penulisan soal.
2. Tahap Pengumpulan Data (collecting)
Tahap pengumpulan data ini meliputi kegiatan tes itu sendiri yang
dilanjutkan dengan kegiatan pemeriksaan hasil tes dan pemberian skor.
3. Verifikasi data (verification)
Setelah pemberian skor, kemudian diberi nilai serta dikelompokkan
menurut tinggi rendah nilai, jenis kelamin, atau hal lainnya sesuai dengan
tujuan pengelompokkan tersebut.
4. Analisis (analysis)
Setelah diverifikasi, data tersebut dianalisis atau diolah menggunakan
teknik analisis statistik atau analisis non statistik.
5. Tahap Interpretasi (interpretation)
Tahap interpretasi merupakan tahap akhir dari prosedur evaluasi yaitu
kesimpulan atau keputusan hasil evaluasi. Interpretasi dilakukan atas dasar
kriteria tertentu yang telah disusun secara rasional atau telah dibakukan.
Interpretasi hasil evaluasi tersebut bisa berupa pernyataan atau keputusan yang
dinyatakan dengan kata-kata baik-cukup-buruk, tinggi-rendah-sedang, lulus-
tidak lulus, dan lain-lain

4
I.5 ISTILAH-ISTILAH YANG DIGUNAKAN

Untuk menghindari kesalahan penafsiran, maka berikut adalah Istilah-


istilah yang kami gunakan dalam penyusunan laporan ini beserta
penjelasannya:
 Analisis adalah pemisahan materi (data atau informasi) ke dalam
bagian-bagiannya untuk mencari data dan mencari hubungan antara
bagian-bagiannya.
 Bobot adalah bilangan yang dikenakan setiap butir soal yang nilainya
bergantung dari usaha siswa dalm menyelesaikan soal tersebut.
 Data adalah kumpulan informasi yang diperoleh dari sebuah penelitian.
 Daya pembeda adalah kemampuan butir soal untuk membedakan antara
testi yang mengetahui jawabannya dengan testi yang menjawab salah.
 Diagram adalah cara membaca data dengan gambar.
 Efekifitas option adalah keefektifan sebuah option untuk memenuhi
fungsi dan tujuan dari optin tersebut.
 Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis
dan interpretasi informasi atau data untuk menentukan sejauh mana
siswa mencapai tujuan pembelajaran.
 Indeks adalah ukuran atau daya
 Indeks kesukaran adalah bilangan yang menyatakan derajat kesukaran
suatu butir soal.
 Interpretasi adalah keputusan hasil evaluasi.
 Interval (kontinum) adalah batas antara bilangan yang satu dengan
bilangan yang lain.
 Identifikasi adalah penetapan atau penentuan identitas sesuatu
berdasarkan informasi atau keterangan.
 Jenjang kognitif Bloom adalah tingkat kemampuan berfikir berdasarkan
teori Bloom.
 Klasifikasi adalah dikelompokkan berdasarkan sifat tertentu.

5
 Koefisien korelasi adalah bilangan yang menunjukkan besarnya tingkat
kesejajaran dan kesesuaian.
 Koefisien validitas adalah bilangan yang menunjukkan hubungan antara
alat evaluasi yang akan diketahui validitasnya dengan dengan alat ukur
lain yang telah memiliki validitas yang tinggi.
 KR-20 adalah salah satu rumus untuk mencari reliabilitas, perangkat tes
evaluasi dengan proposisi subjek yang menjawab benar dan salah.
 Kriterium adalah kumpulan kriteria-kriteria tertentu.
 Nilai adalah hasil pengolahan dari skor yang diolah dengan
menggunakan aturan dan kriteria tertentu, sehingga dapat
diinterpretasikan.
 Observasi adalah kegiatan mengamati dan meneliti keadaan sekitar.
 Omit adalah testi yang mengabaikan semua option.
 Option adalah alternatif jawaban atau kemungkinan jawaban yang harus
dipilih.
 Option kunci adalah option yang merupakan jawaban yang benar.
 Option pengecoh adalah option lain selain option kunci.
 PAN ( Penilaian Acuan Normatif) adalah cara membandingkan skor
yang diperoleh individu (siswa) dengan skor yang diperoleh siswa
lainnya dalam kelompok tes tersebut.
 PAP (Penilaian Acuan Patokan) adalah cara membandingkan skor yang
diperoleh individu (siswa) dengan suatu standar yang sifatnya mutlak.
 PAP-PAN adalah mengkombinasikan antara system PAP dan PAN.
 Peringkat adalah suatu istilah untuk menyatakan kedudukan seorang
siswa dalam kelompoknya menurut urutan tingkatan.
 Peringkat persen adalah kedudukan seorang siswa dalam kelompoknya
dilihat dari banyaknya persentase siswa yang berada dibawahnya,
termasuk dirinya sendiri.

6
 Peringkat simpangan adalah menggolongkan siswa-siswa dalam suatu
kelompok menjadi kelompok-kelompok kecil yang dibatasi oleh
simpangan baku tertentu.
 Prosedur evaluasi adalah langkah-langkah terurut yang harus ditempuh
dalam melaksanakan evaluasi.
 Reliabilitas adalah suatu alat evaluasi yang memberikan hasil yang
tetap sama (konsisten).
 Sistematis adalah terurut.
 Skor adalah bobot untuk suatu butir soal atau data mentah dari hasil
evaluasi, belum diolah lebih lanjut.
 Taraf serap adalah persentase penguasaan siswa terhadap bahan
pelajaran yang telah dipelajarinya.
 Testi adalah subjek yang dievaluasi.
 Tujuan instruksional adalah tujuan yang ingin dicapai dari setiap
kegiatan instruksional atau pembelajaran.
 Validitas adalah keabsahan atau ketepatan alat evaluasi.
 Validitas butir adalah validitas tiap butir soal.
 Validitas banding adalah validitas yang kriteriumnya terdapat pada
waktu yang bersamaan dengan alat evaluasi yang diselidiki
validitasnya.
 Verifikasi adalah penyaringan atau seleksi.

I.6 RUMUS -RUMUS YANG DIGUNAKAN

1) Rumus untuk menghitung validitas:


a) Koefisien validitas butir soal

𝑵 ∑ 𝑿𝒀 – (∑ 𝑿 )(∑ 𝒀)
𝒓=
√(𝑵 ∑ 𝒙𝟐 − (∑ 𝑿)𝟐 )(𝑵 ∑ 𝒀𝟐 − (∑ 𝒀)𝟐 )

Keterangan: r = koefisien korelasi antara variabel x dan y

7
N = jumlah subjek (testi)
X = skor tiap butir soal
Y = skor total

b) Validitas internal

𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒗𝒂𝒍𝒊𝒅𝒊𝒕𝒂𝒔 𝒃𝒖𝒕𝒊𝒓


𝑽IN =
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒐𝒂𝒍

c) Validitas banding dengan rumus korelasi produk momen

𝑵 ∑ 𝑿𝒀 – (∑ 𝑿 )(∑ 𝒀)
𝒓=
√(𝑵 ∑ 𝒙𝟐 − (∑ 𝑿)𝟐 )(𝑵 ∑ 𝒀𝟐 − (∑ 𝒀)𝟐 )

Keterangan: r = Koefisien korelasi antara variabel x dan y


N = Jumlah subjek (testi)
X = Nilai tes hasil uji coba
Y = Rata-rata ni;ai harian siswa

2) Rumus untuk menghitung reliabilitas


 Menghitung koefisien reabilitas teknik non-belah dua
dengan rumus KR-20

Untuk pilihan ganda


𝑛 𝑠𝑡2 − ∑ 𝑝iqi
r11= ( )( )
𝑛−1 𝑠𝑡2
Keterangan: n = Banyak butir soal
𝑝𝑖 = Proporsi banyak subjek yang menjawab benar
pada butir soal ke – i
𝑞𝑖 = proporsi banyak subjek yang menjawab salah
pada butir soal ke – i
𝑠𝑡2 = Varians skor total
 Menghitung koefisien reabilitas dengan rumus alpha

8
Untuk tes bentuk esay
𝑛 ∑ 𝑠𝑖2
r11= ( ) (1 − 2 )
𝑛−1 𝑠𝑡
Keterangan: n = Banyak butir soal
𝑠𝑖2 = Jumlah varians skor setiap item (soal)
𝑠𝑡2 = Variansi skor total

3) Rumus untuk menghitung Daya pembeda dengan mengunakan


kelompok atas dan kelompok bawah
a. Untuk soal objektif (pilihan ganda)

𝐽𝐵𝐴 −𝐽𝐵𝐵 𝐽𝐵𝐴 −𝐽𝐵𝐵


𝐷𝑃 = atau 𝐷𝑃 =
𝐽𝑆𝐴 𝐽𝑆𝐵

Keterangan: DP = Daya Pembeda

𝐽𝐵𝐴 = Jumlah benar untuk kelompok atas


𝐽𝐵𝐵 = Jumlah benar untuk kelompok bawah
𝐽𝑆𝐴 = Jumlah siswa kelompok atas
𝐽𝑆𝐵 = Jumlah siswa kelompok bawah
b. Untuk soal subjektif (uraian)

𝑋̅𝐴 − 𝑋̅𝐵
𝐷𝑃 =
𝑏

Keterangan: DP = Daya Pembeda

𝑋̅𝐴 = Rata-ratanilai untuk kelompok atas


𝑋̅𝐵 = Rata-ratanilai untuk kelompok bawah
b = bobot soal

4) Rumus untuk menghitung indeks kesukaran butir soal


a. Tipe soal objektif

9
𝐽𝐵𝐴 + 𝐽𝐵𝐵
𝐼𝐾 =
𝐽𝑆𝐴 + 𝐽𝑆𝐵

Keterangan: IK = Indeks Kesukaran


𝐽𝐵𝐴 = Jumlah benar untuk kelompok atas
𝐽𝐵𝐵 = Jumlah benar untuk kelompok bawah
𝐽𝑆𝐴 = Jumlah siswa kelompok atas
𝐽𝑆𝐵 = Jumlah siswa kelompok bawah

b. Tipe soal subjektif

𝑋̅
𝐼𝐾 =
𝑏

Keterangan: IK = Indeks Kesukaran


𝑋̅𝐵 = Rata-rata nilai
b = Bobot soal

5) Rumus skor untuk soal bentuk pilihan ganda (PG)

𝐽S
𝑠 = (𝐽B − )×𝑏
(𝑛 − 1)
Keterangan: S = Skor
JB = Jumlah jawaban benar
JS = Jumlah jawaban salah
b = Bobot
n = Banyak opsi yang disediakan pada setiap butir
soal

6) Rumus untuk menentukan penguasaan siswa

𝑺
𝑻𝑷𝑺 = × 𝟏𝟎𝟎%
𝑺𝑴𝑰

Keterangan: TPS = tingkat penguasaan siswa

10
S = skor yang diperoleh siswa
SMI = skor maksimal ideal

7) Rumus untuk menentukan nilai rerata dan simpangan baku pada


skala sistem PAP:
 Nilai rerata PAP:
1
𝑋̅𝑃𝐴𝑃 = 𝑆𝑀𝐼
2

Keterangan: 𝑋̅𝑃𝐴𝑃 = Nilai rerata PAP


SMI = Skor maksimal ideal
 Simpangan baku PAP:
1
𝑠𝑃𝐴𝑃 = 𝑋̅
3
Keterangan: 𝑠𝑃𝐴𝑃 = Simpangan baku PAP
𝑋̅ = Nilai rerata (PAP)
8) Rumus untuk menentukan nilai rerata dan simpangan baku pada
skala sistem PAN:
 Nilai rerata PAN:
∑ 𝑋𝑖
𝑋̅𝑃𝐴𝑁 =
𝑛

Keterangan: 𝑋̅𝑃𝐴𝑁 = Nilai rerata PAN


∑ 𝑋𝑖 = Jumlah nilai siswa
n = Banyaknya subjek

 Simpangan baku PAN:

∑(𝑋𝑖 − 𝑥̅ )2
𝑠𝑃𝐴𝑁 = √
𝑛

Keterangan: 𝑠𝑃𝐴𝑁 = Simpangan baku PAN


𝑋̅ = Nilai rerata (PAN)
𝑋𝑖 = Nilai seriap subjek

11
n = Banyaknya subjek

9) Rumus untuk menentukan nilai rerata dan nilai simpangan baku


pada skala sistem PAP-PAN (kombinasi)
 Nilai rerata PAP-PAN:
1
𝑋̅𝑘𝑜𝑚𝑏𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 = (𝑋̅ + 𝑋̅𝑃𝐴𝑁 )
2 𝑃𝐴𝑃

Keterangan: 𝑋̅𝑃𝐴𝑁 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑃𝐴𝑁


𝑋̅𝑃𝐴𝑃 = Nilai rerata PAP

 Simpangan baku PAP-PAN:


1
𝑠𝑘𝑜𝑚𝑏𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 = (𝑠 + 𝑠𝑃𝐴𝑁 )
2 𝑃𝐴𝑃

Keterangan: 𝑠𝑃𝐴𝑃 = Simpangan baku PAP


𝑠𝑃𝐴𝑁 = Simpangan baku PAN

10) Rumus untuk menentukan nilai baku pada skala baku

X−X̅
z=
s

Keterangan : z = Nilai baku


X = Skor aktual
̅
X = Rerata skor aktual
s = Simpangan baku
11) Rumus untuk menentukan skor T pada skala 100:
x−x̅
T = 50 + 10z Atau T = 50 + 10( )
s

Keterangan : T = Nilai dalam skala seratus


X = Skor aktual
̅
X = Rerata skor aktual
12) Rumus untuk menentukan peringkat:
a. Peringkat sederhana:

12
Menentukan nomor urut peringkat yang menyatakan skor yang
sama:
1
𝑟𝑎𝑛𝑘 = (∑ 𝑋𝑖 )
𝑛
Keterangan: n = Banyaknya skor yang sama
Xi = Nomor urut pada skor yang sama

b. Peringkat persen:
𝐽𝑆 − 𝑃𝑆
𝑃𝑃 = × 100
𝐽𝑆
Keterangan: PP = Peringkat Persen
JS = Jumlah Siswa
PS = Peringkat (Sederhana)

13) Rumus untuk menentukan taraf serap:


 Tipe soal pilihan ganda:

𝐽𝑆𝐵 × 100%
𝑇𝑆𝐵 =
𝑛
Keterangan:
𝑇𝑆𝐵 = Taraf serap butir soal
𝐽𝑆𝐵 = Jumlah siswa yang menjawab benar
n = Banyaknya testi/subjek
 Tipe soal esay:
𝐽𝑆
𝑇𝑆𝐵 = × 100%
𝑏
Keterangan:
𝑇𝑆𝐵 = Taraf serap butir soal
JS = Jumlah bobot siswa
b = Bobot dari seluruh siswa yang menjawab sempurna

13
I.7 SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam laporan hasil uji


coba soal tes matematika adalah sebagai berikut:
Bab I pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, prosedur evaluasi, tujuan pelaksanaan uji instrumen evaluasi
matematika, istilah-istilah yang digunakan, rumus-rumus yang digunakan dan
sistematika penulisan.

Bab II persiapan dan pelaksanaan uji instrumen evaluasi matematika


terdiri dari tahap persiapan dan tahap pelaksanaan uji instrumen.

Bab III perhitungan kualitas instrumen evaluasi matematika terdiri dari


validitas, yaitu validitas butir, validitas internal dan validitas banding;
reliabilitas yaitu realibilitas tipe soal objektif dan subjektif; daya pembeda
yaitu daya pembeda tipe soal objektif dan subjektif; indeks kesukaran yaitu
indeks kesukaran tipe soal objektif dan subjektif; dan efektivitas option.

Bab IV pemberian skor dan nilai terdiri dari penskoran tipe soal
objektif, uraian dan skor total; dan penilaian dengan menggunakan Sistem
PAP, PAN dan Kombinasi PAP-PAN skala sebelas, skala sepuluh, skala
sembilan, skala lima, skala Z (baku), skala T (seratus).

Bab V peringkat dan taraf serap terdiri dari peringkat yang


meliputiperingkat sederhana, peringkat persen, peringkat dengan simpangan
baku dantaraf serap butir soal objektif, subjektif, dan taraf serap umum.

Bab VI penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran.

14
BAB II
PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN UJI
INSTRUMEN

II.1 PERSIAPAN UJI INSTRUMEN

Tahap awal pada pelaksanaan Uji coba alat evaluasi dimulai dengan
mempersiapkan surat pengantar dari Universitas Pasundan. Berbekal surat
tersebut langkah selanjutnya menentukan sekolah mana yang akan kami
jadikan tempat untuk menguji coba alat evaluasi lalu kami memutuskan untuk
memilih SMP Nur Kautsar Bandung sebagai tempat uji coba.
Kemudian kami berdiskusi dengan guru mata pelajaran disekolah
tersebut guna mendapatkan deskripsi awal mengenai ruangan belajar siswa,
kemampuan siswa, nilai murni ulangan terakhir yang dicapai siswa dan kisi-
kisi mata pelajaran yang sedang diajarkan. Tahap persiapan ini penting untuk
dilakukan karena menunjang keberhasilan observasi kami.Untuk waktu
pelaksanaan uji coba kami sesuaikan dengan materi yang kami ajukan. Setelah
berkonsultasi dengan pihak sekolah dalam hal ini guru matematika, barulah
kami melakukan berbagai persiapan sebagai berikut :
1. Penentuan waktu dan tempat pelaksanaan Uji Instrumen
Waktu pengujian Uji Instrumen adalah 14 Mei 2014 dan tempat uji
cobadikelas 8A SMP Nur Kautsar Bandung.
2. Penentuan materi tes
Materi tes yang diujicobakan kepada siswa kelas 8A di SMP Nur
Kautsar Bandung adalah Faktorisasi Suku Aljabar, karena kebetulan
materi ini adalah materi yang diberikan oleh Ibu Mega.
3. Pembuatan kisi-kisi soal tes matematika.
Kisi-kisi soal yang kami buat memuat soal sebanyak 17 yang terdiri
dari 15 soal berbentuk pilihan ganda dan 2 berbentuk uraian (sesuai
yang telah direkomendasikan).Kemudian soal tersebut dikonsultasikan

15
ke guru Matematika SMP Nur Kautsar, beliau berpendapat bahwa soal
yang kami buat cukup menantang melihat kemampuan siswanya yang
memiliki kemampuan menengah kebawah.
4. Perumusan tujuan pembelajaran khusus
Perumusan tujuan pembelajaran khusus dilakukan secara terperinci
meliputi kognitif ( berdasarkan Jenjang Kognitf Bloom).
5. Penyusunan format penulisan soal
Format penulisan soal kami susun sesuai dengan Kompetensi Dasar dan
dengan memperhatikan validitas muka yang baik.

II.2 PELAKSANAAN UJI INSTRUMEN

Pada hari pelaksanaan observasi yaitu 14 Mei 2014, kami berangkat dan
harus berada disekolah sebelum pukul delapan pagi. Kelas yang kami observasi
adalah satu kelas yaitu kelas 8A yang berjumlah 36 Orang. Tetapi saat kami
melakukan uji coba ada siswa yang tidak hadir sebanyak 7 orang. Kami mulai
observasi dari pukul 8:00 sampai pukul 09:20. Saat kami memasuki ruang
kelas 8A kami memperkenalkan diri dan memberitahukan tujuan kami datang
ke sekolah mereka sebelum tes berlangsung serta memberikan ulasan singkat
tentang materi yang akan diuji cobakan kepada siswa. Pelaksanaan tes ini
berjalan lancar tanpa ada hambatan sedikit pun, bahkan guru matematika kelas
VIII SMP Nur Kautsar ini mendukung dalam pelakasanaannya.

16
BAB III
ANALISIS HASIL UJI COBA MELALUI TES

III.1 ANALISIS VALIDITAS

Suatu alat evaluasi disebut valid (absah, sahih, akurat) apabila alat
tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Oleh karena itu
keabsahannya tergantung pada sejauh mana ketepatan alat evaluasi itu dalam
melaksanakan fungsinya. Dengan demikian suatu alat evaluasi disebut valid
jika dapat mengevaluasi dengan tepat sesuatu yang dievaluasi itu.
1. Validitas Teoritik
Validitas teoritik (logik) yaitu berkenaan dengan validitas isi,
muka, dan konstruks yang ditentukan berdasarkan pertimbangan
(judgement) para ahli atau orang yang dianggap ahli dalam bidangnya.
Salah satu penjamin mutu untuk kualitas validitas logik ini adalah
dengan cara menyusun instrumen evaluasi menggunakan kisi-kisi, tidak
langsung menyusun butir soal saja.
Validitas isi adalah keakuratan instrumen evaluasi ditinjau dari
ketepatan dan kebenaran materi evaluasi, kesesuaian dengan
kompetensi dasar, dan kondisi siswa yang dievaluasi. Validitas isi ini
diebut pula validitas kurikuler karena materi evaluasi harus disesuaikan
dengan kandungan materi dalam kurikulum yang berlaku.
2. Validitas Empirik
Setelah kualitas instrumen evaluasi dipertimbangkan-dinilai
telah memadai kualitas validitas logiknya, barulah dilaksanakan ujicoba
untuk mengetahui validitas empiriknya, yaitu validitas instrumen
evaluasi yang ditentukan setelah instrumen diujicobakan. Dari hasil
ujicoba tersebut, dengan menggunakan rumus tertentu dapat ditentukan
validitas butir soal, validitas internal, validitas eksternal yaitu validitas
banding dan validitas ramal yang ditentukan berdasarkan perhitungan
korelasi.

17
Cara menentukan tingkat (indeks) validitas butir adalah dengan
menghitung koefisien korelasi antara data skor pada tiap butir soal
tertentu dengan skor total, untuk validitas internal dengan cara
menghitung nilai rerata dari validitas butir, validuitas kriterium dengan
menghitung koefisien korelasi antara alat evaluasi yang akan diketahui
validitasnya dengan validitas instrumen evaluasi lain yang telah
dilaksanakan dan diasumsikan telah memiliki validitas yang tinggi
(baik). Cara mencari koefisien validitas dapat digunakan 3 macam cara,
yaitu dengan menggunakan rumus korelasi produk moment memakai
simpangan, angka kasar (raw score), dan korelasi metode rank.
Untuk menentukan koefisien korelasi dapat dihitung dengan
menggunakan sciencetific calculator atau program soft ware anates.
Suatu alat evaluasi yang baik akan mencerminkan kemampuan
sebenarnya dari testi yang dievaluasi dan bisa membedakan antara
siswa yang pandai, siswa yang kemampuannya sedang, dan siswa yang
kemampuannya kurang. Dari beberapa persiapan dan pelaksanaan uji
coba yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka diperolehlah
data hasil uji coba sebagai bahan analisis yang akan kami paparkan
dalam bab ini. Melalui analisis hasil uji coba ini diharapkan dapat
diketahui sejauh mana kualitas alat evaluasi yang telah kami buat dan
uji cobakan.
Untuk mendapatkan alat evaluasi yang kualitasnya baik perlu
diperhatikan beberapa kriteria yang harus dipenuhi.Alat evaluasi yang
baik dapat ditinjau dari hal-hal berikut ini.
a. Validitas
b. Reliabilitas
c. Daya pembeda
d. Indeks kesukaran
e. Efektifitas option

Berikut kami uraikan :

18
a. Validitas

Secara umum dapat dikatakan bahwa suatu alat untuk


mengevaluasi karakteristik X valid, apabila yang dievaluasi itu
karakteristik X pula, dengan hasil evaluasi yang mencerminkan keadaan
sebenarnya dari karakteristik itu.Alat evaluasi yang valid untuk suatu
tujuan belum tentu valid untuk tujuan(karakteristik) lain.Dengan kata
lain suatu alat evaluasi disebut valid (absah atau sahih) apabila alat
tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi.Dalam
menentukan validitas suatu alat evaluasi hendaklah dilihat dari berbagai
aspek, diantaranya validitas isi, validitas muka (luar), validitas ramal,
dan validitas banding.Secara umum semua validitas di atas dapat
dikelompokan ke dalam dua jenis berdasarkan pelaksanaannya, yaitu
validitas logik (teoritik) dan validitas empirik.
1) Validitas Teoritik
Validitas teoritik atau validitas logik adalah validitas alat
evaluasi yang dilakukan berdasarkan pertimbangan teoritik atau
logika.
a) Validitas Isi
Validitas isi suatu alat evaluasi artinya ketepatan alat
tersebut ditinjau dari segi materi yang dievaluasikan, yaitu
materi (bahan) yang dipakai sebagai alat evaluasi tersebut yang
merupakan sampel representatif dari pengetahuan yang harus
dikuasai.
b) Validitas Muka
Validitas muka suatu alat evaluasi disebut pula validitas
bentuk soal (pertanyaan, pernyataan, suruhan) atau validitas
tampilan, yaitu keabsahan susunan kalimat atau kata-kata dalam
soal sehingga jelas pengertiannya atau tidak menimbulkan
penafsiran lain.
c) Validitas Konstruksi Psikologik

19
Validitas konstruksi ini berkenaan dengan aspek sikap,
kepribadian, motivasi, minat, bakat.Berupa evaluasi nontes.
2) Validitas Kriterium
Validitas kriterium adalah validitas yang ditinjau dalam
hubungannya dengan krierium tertentu.Validitas ini diperoleh
melalui suatu observasi atau pengalaman yang bersifat
empirik.Kriterium itu digunakan untuk menentukian tinggi-
rendahnya koefisien validitas alat evaluasi yang dibuat melalui
perhitungan korelasi.Yang termasuk validitas krierium ini yaitu:

a) Validitas Butir Soal


b) Validitas Internal
c) Validitas Banding
Untuk menentukan ingkat (indeks) validitas kriterium ini
ialah dengan menghitung koefisien korelasinya.Cara
mencari koefisien validitas dapat digunakan tiga macam
rumus, yaitu:
a) Korelasi produk moment memakai simpangan.
b) Korelasi produk moment memakai angka kasar.
c) Korelasi metode rank.
Tabel 3.1.1 Bagian Pertama
Hasil Tes Matematika SMP Nur Kautsar Kelas VIII

No. Subjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
2 B 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
3 C 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
4 D 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
5 E 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
6 F 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
7 G 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
8 H 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0
9 I 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
10 J 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0
11 K 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0

20
12 L 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
13 M 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
14 N 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1
15 O 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0
16 P 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0
17 Q 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0
18 R 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1
19 S 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
20 T 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0
21 U 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0
22 V 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0
23 W 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0
24 X 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0
25 Y 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1
26 Z 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0
27 Aa 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0
28 Ab 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0
29 Ac 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0
jumlah 23 23 21 24 18 21 23 14 6 6

Tabel 3.1.1 Bagian Kedua


Hasil Tes Matematika SMP Nur Kautsar Kelas VIII

No. Subjek 11 12 13 14 15 16 17 total


1 A 0 1 0 1 0 20 5 36
2 B 0 1 0 0 0 20 0 30
3 C 0 1 1 0 0 10 5 25
4 D 0 0 0 0 0 10 1 20
5 E 1 0 0 1 0 5 5 20
6 F 0 1 1 0 0 5 5 20
7 G 1 0 0 1 0 5 5 20
8 H 1 1 0 1 0 5 5 18
9 I 0 0 0 0 0 5 5 18
10 J 0 1 1 0 0 10 0 17
11 K 0 0 0 0 1 5 5 16
12 L 1 1 0 0 0 5 1 16
13 M 1 1 0 1 0 5 0 15
14 N 1 0 1 0 0 5 0 14
15 O 1 0 0 0 0 5 0 14
16 P 0 1 0 1 0 5 0 14
17 Q 1 0 0 0 0 5 0 13
18 R 0 0 1 0 0 5 0 12
19 S 0 0 0 0 0 2 1 11
20 T 0 0 1 0 0 1 5 11
21 U 1 0 0 1 0 5 1 10
22 V 0 0 0 0 0 5 0 9

21
23 W 0 0 0 0 0 5 1 9
24 X 1 0 1 0 1 1 0 8
25 Y 0 0 1 1 1 0 0 8
26 Z 0 0 0 0 0 0 0 7
27 Aa 0 1 0 0 0 0 0 6
28 Ab 0 1 0 0 0 0 0 4
29 Ac 0 1 1 0 0 0 0 4
jumlah 10 12 9 8 3 154 50 425

a) Validitas Butir Soal


Tabel 3.1.2 Bagian Pertama
Data X per butir soal

X1² X2² X3² X4² X5² X6² X7² X8² X9²


1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 0 0
1 1 1 1 1 1 1 0 1
1 1 1 1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 1 0
0 0 1 1 1 1 1 0 0
1 1 1 1 1 1 1 0 0
1 1 1 1 0 0 1 0 0
1 1 1 0 0 0 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 0 0
1 1 1 1 0 1 0 1 0
1 1 1 1 0 1 1 1 1
1 1 0 1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 0 1 1 0 1
1 1 0 0 1 1 1 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 0
0 1 1 1 0 1 0 0 0
0 0 0 1 0 0 1 0 0

22
0 1 0 0 1 1 0 1 0
0 0 0 1 1 1 0 0 0
0 1 1 1 0 0 1 0 0
1 1 0 1 0 0 1 0 0
1 1 1 0 0 1 1 1 1
1 0 1 1 1 0 0 1 0
1 0 0 1 1 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 1 0 0
Jumlah ( ∑) kuadrat dari tiap X
23 23 21 24 18 21 23 14 6

Tabel 3.1.2 Bagian Kedua


Data X per butir soal

X10² X11² X12² X13² X14² X15² X16² X17²

0 0 1 0 1 0 400 25
0 0 1 0 0 0 400 0
1 0 1 1 0 0 100 5
1 0 0 0 0 0 100 1
0 1 0 0 1 0 25 25
0 0 1 1 0 0 25 25
0 1 0 0 1 0 25 25
0 1 1 0 1 0 25 25
1 0 0 0 0 0 25 25
0 0 1 1 0 0 100 0
0 0 0 0 0 1 25 5
0 1 1 0 0 0 25 1
0 1 1 0 1 0 25 0
1 1 0 1 0 0 25 0
0 1 0 0 0 0 25 0
0 0 1 0 1 0 25 0
0 1 0 0 0 0 25 0

23
1 0 0 1 0 0 25 0
0 0 0 0 0 0 4 1
0 0 0 1 0 0 1 25
0 1 0 0 1 0 25 1
0 0 0 0 0 0 25 0
0 0 0 0 0 0 25 1
0 1 0 1 0 1 1 0
1 0 0 1 1 1 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 0 0
0 0 1 1 0 0 0 0
Jumlah ( ∑) kuadrat dari tiap X
6 10 12 9 8 3 1506 230

Table 3.1.3
Data Y per Butir Soal
JUMLAH(Y) Y²
36 1296
30 900
25 625
20 400
20 400
20 400
20 400
18 324
18 324
17 289
16 256
16 256
15 225
14 196

24
14 196
14 196
13 169
12 144
11 121
11 121
10 100
9 81
9 81
8 64
8 64
7 49
6 36
4 16
4 16
∑: 425 ∑: 7745

Keterangan:
0,90 ≤ rxy <1,00  Validitas Sangat Tinggi
0,70 ≤ rxy <0,90  Validitas Tinggi
0,40 ≤ rxy <0,70  Validitas Sedang
0,20 ≤ rxy <0,40  Validitas Rendah
0,00 ≤ rxy <0,20  Validitas Sangat Rendah
rxy<0,00  Tidak Valid
𝒏 ∑ 𝒙𝒚− ∑ 𝒙.∑ 𝒚
Rxy =
√(𝒏 ∑ 𝒙𝟐 −(∑ 𝒙)𝟐 ) (𝒏 ∑ 𝒚𝟐 − (∑ 𝒚)𝟐 )

25
Tabel 3.1.4
Perhitungan Validitas Tiap Butir Soal

Uji Validitas Soal Nomor 1: 𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)


𝑟𝑥𝑦 =
∑𝑥 √𝑁 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2 )(𝑁 ∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌)2 )

29(360)−(23)(425)
= 23 ∑ 𝑥 2 𝑟𝑥𝑦 =
√(29(23)−(23)2 )(29(7745)−(425)2 )
10440−9775
= 23 ∑𝑦 𝑟𝑥𝑦 =
√(667−529)(224605−180625)
665
= 425 ∑ 𝑦2 𝑟𝑥𝑦 =
√(138)(43980)
665
= 7745 ∑ 𝑥𝑦 = 360 𝑟𝑥𝑦 =
√6069240
665
𝑟𝑥𝑦 = 2463,58

𝑟𝑥𝑦 = 0,26 𝑣𝑎𝑙𝑖𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ


Uji Validitas Soal Nomor 𝑁 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√𝑁 ∑ 𝑋 2 −(∑ 𝑋)2 )(𝑁 ∑ 𝑌 2 −(∑ 𝑌)2 )
2:∑ 𝑥 = 23 ∑ 𝑥 2 =
29(374)−(23)(425)
23 ∑ 𝑦 = 425 ∑ 𝑦2 = 𝑟𝑥𝑦 =
√(29(23)−(23)2 )(29(7745)−(425)2 )
7745 ∑ 𝑥𝑦 = 374 10846−9775
𝑟𝑥𝑦 =
√(667−529)(224605−180625)
1071
𝑟𝑥𝑦 =
√(138)(43980)
1071
𝑟𝑥𝑦 =
√6069240
1071
𝑟𝑥𝑦 =
2463,58

𝑟𝑥𝑦 = 0,43 𝑣𝑎𝑙𝑖𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑑𝑎𝑛𝑔


Uji Validitas Soal Nomor 𝑁 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√𝑁 ∑ 𝑋 2 −(∑ 𝑋)2 )(𝑁 ∑ 𝑌 2 −(∑ 𝑌)2 )
3:∑ 𝑥 = 21 ∑ 𝑥 2 =
29(355)−(21)(425)
21 ∑ 𝑦 = 425 ∑ 𝑦2 = 𝑟𝑥𝑦 =
√(29(21)−(21)2 )(29(7745)−(425)2 )
7745 ∑ 𝑥𝑦 = 355 10295−8925
𝑟𝑥𝑦 =
√(609−441)(224605−180625)
1670
𝑟𝑥𝑦 =
√(168)(43980)
1670
𝑟𝑥𝑦 = 7388640

1670
𝑟𝑥𝑦 = 2718,20

26
𝑟𝑥𝑦 = 0,61 𝑣𝑎𝑙𝑖𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑑𝑎𝑛𝑔
Uji Validitas Soal Nomor 𝑁 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√𝑁 ∑ 𝑋 2 −(∑ 𝑋)2 )(𝑁 ∑ 𝑌 2 −(∑ 𝑌)2 )
4:∑ 𝑥 = 24 ∑ 𝑥 2 =
29(377)−(24)(425)
24 ∑ 𝑦 = 425 ∑ 𝑦2 = 𝑟𝑥𝑦 =
√(29(24)−(24)2 )(29(7745)−(425)2 )
7745 ∑ 𝑥𝑦 = 377 10933−10200
𝑟𝑥𝑦 =
√(696−576)(224605−180625)
733
𝑟𝑥𝑦 =
√(120)(43980)
733
𝑟𝑥𝑦 =
√5277600
733
𝑟𝑥𝑦 = 2297,30

𝑟𝑥𝑦 = 0,31 𝑣𝑎𝑙𝑖𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ


Uji Validitas Soal Nomor 𝑁 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√𝑁 ∑ 𝑋 2 −(∑ 𝑋)2 )(𝑁 ∑ 𝑌 2 −(∑ 𝑌)2 )
5:∑ 𝑥 = 18 ∑ 𝑥 2 =
29(303)−(18)(425)
18 ∑ 𝑦 = 425 ∑ 𝑦2 = 𝑟𝑥𝑦 =
√(29(18)−(18)2 )(29(7745)−(425)2 )
7745 ∑ 𝑥𝑦 = 303 8787−7650
𝑟𝑥𝑦 =
√(522−324)(224605−180625)
1137
𝑟𝑥𝑦 =
√(198)(43980)
1137
𝑟𝑥𝑦 =
√8708040
1137
𝑟𝑥𝑦 = 2950,93

𝑟𝑥𝑦 = 0,38 𝑣𝑎𝑙𝑖𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ


Uji Validitas Soal Nomor 𝑁 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√𝑁 ∑ 𝑋 2 −(∑ 𝑋)2 )(𝑁 ∑ 𝑌 2 −(∑ 𝑌)2 )
6:∑ 𝑥 = 21 ∑ 𝑥 2 =
29(352)−(21)(425)
21 ∑ 𝑦 = 425 ∑ 𝑦2 = 𝑟𝑥𝑦 =
√(29(21)−(21)2 )(29(7745)−(425)2 )
7745 ∑ 𝑥𝑦 = 352 10208−8925
𝑟𝑥𝑦 =
√(609−441)(224605−180625)
1283
𝑟𝑥𝑦 =
√(168)(43980)
1283
𝑟𝑥𝑦 =
√7388640
1283
𝑟𝑥𝑦 = 2718,20

𝑟𝑥𝑦 = 0,47 𝑣𝑎𝑙𝑖𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑑𝑎𝑛𝑔

27
Uji Validitas Soal Nomor 𝑁 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√𝑁 ∑ 𝑋 2 −(∑ 𝑋)2 )(𝑁 ∑ 𝑌 2 −(∑ 𝑌)2 )
7:∑ 𝑥 = 23 ∑ 𝑥 2 =
29(372)−(23)(425)
23 ∑ 𝑦 = 425 ∑ 𝑦2 = 𝑟𝑥𝑦 =
√(29(23)−(23)2 )(29(7745)−(425)2 )
7745 ∑ 𝑥𝑦 = 372 10788−9775
𝑟𝑥𝑦 =
√(667−529)(224605−180625)
1013
𝑟𝑥𝑦 =
√(138)(43980)
1013
𝑟𝑥𝑦 =
√6069240
1013
𝑟𝑥𝑦 = 2463,58

𝑟𝑥𝑦 = 0,41 𝑣𝑎𝑙𝑖𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑑𝑎𝑛𝑔


Uji Validitas Soal Nomor 𝑁 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√𝑁 ∑ 𝑋 2 −(∑ 𝑋)2 )(𝑁 ∑ 𝑌 2 −(∑ 𝑌)2 )
8:∑ 𝑥 = 14 ∑ 𝑥 2 =
29(233)−(14)(425)
14 ∑ 𝑦 = 425 ∑ 𝑦2 = 𝑟𝑥𝑦 =
√(29(14)−(14)2 )(29(7745)−(425)2 )
7745 ∑ 𝑥𝑦 = 233 6757−5950
𝑟𝑥𝑦 =
√(406−196)(224605−180625)
807
𝑟𝑥𝑦 =
√(210)(43980)
807
𝑟𝑥𝑦 =
√9235800
807
𝑟𝑥𝑦 = 3039,04

𝑟𝑥𝑦 = 0,26 𝑣𝑎𝑙𝑖𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ


Uji Validitas Soal Nomor 𝑁 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√𝑁 ∑ 𝑋 2 −(∑ 𝑋)2 )(𝑁 ∑ 𝑌 2 −(∑ 𝑌)2 )
9:∑ 𝑥 = 6 ∑ 𝑥 2 =
29(120)−(6)(425)
6 ∑ 𝑦 = 425 ∑ 𝑦2 = 𝑟𝑥𝑦 =
√(29(6)−(6)2 )(29(7745)−(425)2)
7745 ∑ 𝑥𝑦 = 120 3480−2450
𝑟𝑥𝑦 =
√(174−36)(224605−180625)
1030
𝑟𝑥𝑦 =
√(138)(43980)
1030
𝑟𝑥𝑦 =
√6069240
1030
𝑟𝑥𝑦 = 2463,58

𝑟𝑥𝑦 = 0,41 𝑣𝑎𝑙𝑖𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑑𝑎𝑛𝑔


Uji Validitas Soal Nomor 𝑁 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√𝑁 ∑ 𝑋 2 −(∑ 𝑋)2 )(𝑁 ∑ 𝑌 2 −(∑ 𝑌)2 )
10:∑ 𝑥 = 6 ∑ 𝑥 2 =

28
6 ∑ 𝑦 = 425 ∑ 𝑦2 = 𝑟𝑥𝑦 =
29(97)−(6)(425)
√(29(6)−(6)2 )(29(7745)−(425)2)
7745 ∑ 𝑥𝑦 = 97
2813−2450
𝑟𝑥𝑦 =
√(174−36)(224605−180625)
363
𝑟𝑥𝑦 =
√(138)(43980)
363
𝑟𝑥𝑦 =
√6069240
363
𝑟𝑥𝑦 =
2463,58

𝑟𝑥𝑦 = 0,14 𝑣𝑎𝑙𝑖𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑛𝑔𝑎𝑡 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ


Uji Validitas Soal Nomor 𝑁 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√𝑁 ∑ 𝑋 2 −(∑ 𝑋)2 )(𝑁 ∑ 𝑌 2 −(∑ 𝑌)2 )
11:∑ 𝑥 = 10 ∑ 𝑥 2 =
29(148)−(10)(425)
10 ∑ 𝑦 = 425 ∑ 𝑦2 = 𝑟𝑥𝑦 =
√(29(10)−(10)2 )(29(7745)−(425)2 )
7745 ∑ 𝑥𝑦 = 148 4292−4250
𝑟𝑥𝑦 =
√(290−100)(224605−180625)
42
𝑟𝑥𝑦 =
√(190)(43980)
42
𝑟𝑥𝑦 =
√8356200
42
𝑟𝑥𝑦 = 2890,70

𝑟𝑥𝑦 = 0,01 𝑣𝑎𝑙𝑖𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑛𝑔𝑎𝑡 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ


Uji Validitas Soal Nomor 𝑁 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√𝑁 ∑ 𝑋 2 −(∑ 𝑋)2 )(𝑁 ∑ 𝑌 2 −(∑ 𝑌)2 )
12:∑ 𝑥 = 12 ∑ 𝑥 2 =
29(205)−(12)(425)
12 ∑ 𝑦 = 425 ∑ 𝑦2 = 𝑟𝑥𝑦 =
√(29(12)−(12)2 )(29(7745)−(425)2 )
7745 ∑ 𝑥𝑦 = 205 5945−5100
𝑟𝑥𝑦 =
√(348−144)(224605−180625)
845
𝑟𝑥𝑦 =
√(204)(43980)
845
𝑟𝑥𝑦 = 9871920

845
𝑟𝑥𝑦 = 2995,31

𝑟𝑥𝑦 = 0,28 𝑣𝑎𝑙𝑖𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ


Uji Validitas Soal Nomor 𝑁 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√𝑁 ∑ 𝑋 2 −(∑ 𝑋)2 )(𝑁 ∑ 𝑌 2 −(∑ 𝑌)2 )
13:∑ 𝑥 = 9 ∑ 𝑥 2 =
29(135)−(9)(425)
9 ∑ 𝑦 = 425 ∑ 𝑦2 = 𝑟𝑥𝑦 =
√(29(9)−(9)2 )(29(7745)−(425)2 )
7745 ∑ 𝑥𝑦 = 135 3915−3825
𝑟𝑥𝑦 =
√(261−81)(224605−180625)

29
90
𝑟𝑥𝑦 =
√(180)(43980)
90
𝑟𝑥𝑦 =
√7916400
90
𝑟𝑥𝑦 =
2813,60

𝑟𝑥𝑦 = 0,03 𝑣𝑎𝑙𝑖𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑛𝑔𝑎𝑡 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ


Uji Validitas Soal Nomor 𝑁 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√𝑁 ∑ 𝑋 2 −(∑ 𝑋)2 )(𝑁 ∑ 𝑌 2 −(∑ 𝑌)2 )
14:∑ 𝑥 = 8 ∑ 𝑥 2 =
29(141)−(8)(425)
8 ∑ 𝑦 = 425 ∑ 𝑦2 = 𝑟𝑥𝑦 =
√(29(8)−(8)2 )(29(7745)−(425)2)
7745 ∑ 𝑥𝑦 = 141 4089−3400
𝑟𝑥𝑦 =
√(232−64)(224605−180625)
689
𝑟𝑥𝑦 =
√(168)(43980)
689
𝑟𝑥𝑦 =
√7388640
689
𝑟𝑥𝑦 = 2718,20

𝑟𝑥𝑦 = 0,25 𝑣𝑎𝑙𝑖𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ


Uji Validitas Soal Nomor 𝑁 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√𝑁 ∑ 𝑋 2 −(∑ 𝑋)2 )(𝑁 ∑ 𝑌 2 −(∑ 𝑌)2 )
15:∑ 𝑥 = 3 ∑ 𝑥 2 =
29(32)−(3)(425)
3 ∑ 𝑦 = 425 ∑ 𝑦2 = 𝑟𝑥𝑦 =
√(29(3)−(3)2 )(29(7745)−(425)2)
7745 ∑ 𝑥𝑦 = 32 928−1275
𝑟𝑥𝑦 =
√(87−9)(224605−180625)
−347
𝑟𝑥𝑦 =
√(78)(43980)
−347
𝑟𝑥𝑦 =
√3430440
−347
𝑟𝑥𝑦 = 1852.14

𝑟𝑥𝑦 = −0,18 𝑣𝑎𝑙𝑖𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑣𝑎𝑙𝑖𝑑


Uji Validitas Soal Nomor 𝑁 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√𝑁 ∑ 𝑋 2 −(∑ 𝑋)2 )(𝑁 ∑ 𝑌 2 −(∑ 𝑌)2 )
16:∑ 𝑥 = 154 ∑ 𝑥 2 =
29(3171)−(154)(425)
1506 ∑𝑦 = 𝑟𝑥𝑦 =
√(29(1506)−(154)2 )(29(7745)−(425)2 )
425 ∑ 𝑦2 = 91959−65450
𝑟𝑥𝑦 =
7745 ∑ 𝑥𝑦 = 3171 √(43674−23716)(224605−180625)
26509
𝑟𝑥𝑦 =
√(19958)(43980)
26509
𝑟𝑥𝑦 =
√877752840

30
26509
𝑟𝑥𝑦 = 29626,89

𝑟𝑥𝑦 = 0,89 𝑣𝑎𝑙𝑖𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖


Uji Validitas Soal Nomor 𝑁 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√𝑁 ∑ 𝑋 2 −(∑ 𝑋)2 )(𝑁 ∑ 𝑌 2 −(∑ 𝑌)2 )
17:∑ 𝑥 = 50 ∑ 𝑥 2 =
29(986)−(50)(425)
230 ∑ 𝑦 = 425 ∑ 𝑦2 = 𝑟𝑥𝑦 =
√(29(230)−(50)2 )(29(7745)−(425)2 )
7745 ∑ 𝑥𝑦 = 986 28594−21250
𝑟𝑥𝑦 =
√(6670−2500)(224605−180625)
7344
𝑟𝑥𝑦 =
√(4170)(43980)
7344
𝑟𝑥𝑦 =
√183396600
7344
𝑟𝑥𝑦 = 13542,40

𝑟𝑥𝑦 = 0,54 𝑣𝑎𝑙𝑖𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑑𝑎𝑛𝑔

Tabel 3.1.5
Validitas Internal
Validitas Tiap Butir Soal rxy Keterangan
V1 0,26 Validitas Rendah
V2 0,43 Validitas Sedang
V3 0,61 Validitas Sedang
V4 0,31 Validitas Rendah
V5 0,38 Validitas Rendah
V6 0,47 Validitas Sedang
V7 0,41 Validitas Sedang
V8 0,26 Validitas Rendah
V9 0,41 Validitas Sedang
V10 0,14 Validitas Sangat Rendah
V11 0,01 Validitas Sangat Rendah
V12 0,28 Validitas Rendah
V13 0,03 Validitas Sangat Rendah
V14 0,25 Validitas Rendah
V15 -0,18 Tidak Valid
V16 0,89 Validitas Tinggi

31
V17 0,54 Validitas Sedang
∑= 5,5 -

Validitas Internal ( Xrxy) = 0,32


Kesimpulan : Jadi , Validitas Internal Rendah

Validias internal merupakan rata-rata dari validitas butir soal.Rumusnya adalah


:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑣𝑎𝑙𝑖𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑠𝑜𝑎𝑙
V𝑎𝑙𝑖𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑛𝑎𝑙 = 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑜𝑎𝑙

5,5
= = 0,32
17
Jadi , Validitas Internal Rendah.
Tabel 3.1.6
Validitas Banding
NO SUBJEK X Y X² Y² XY
1 A 36 70 1296 4900 2520
2 B 30 15 900 225 450
3 C 25 90 625 8100 2250
4 D 20 20 400 400 400
5 E 20 0 400 0 0
6 F 20 80 400 6400 1600
7 G 20 15 400 225 300
8 H 18 30 324 900 540
9 I 18 95 324 9025 1620
10 J 17 65 289 4225 1105
11 K 16 20 256 400 320
12 L 16 55 256 3025 880
13 M 15 50 225 2500 750
14 N 14 5 196 25 70
15 O 14 35 196 1225 490
16 P 14 60 196 3600 840
17 Q 13 25 169 625 325

32
18 R 12 100 144 10000 1200
19 S 11 20 121 400 220
20 T 11 45 121 2025 495
21 U 10 25 100 625 250
22 V 9 35 81 1225 315
23 W 9 35 81 1225 315
24 X 8 10 64 100 80
25 Y 8 15 64 225 120
26 Z 7 20 49 400 140
27 Aa 6 20 36 400 120
28 Ab 4 10 16 100 40
29 Ac 4 10 16 100 40
∑ 425 1075 7745 62625 17795

𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√𝑁 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2 )(𝑁 ∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌)2 )

29(17795) − (425)(1075)
𝑟𝑥𝑦 =
√29 (7745) − (180625)(29(62625) − (1155625)
516055 − 456875
𝑟𝑥𝑦 =
√(224605 − 180625)(1816125 − 115625)
59180
𝑟𝑥𝑦 =
√(43980)(1700500)
59180
𝑟𝑥𝑦 =
√7478799
59180
𝑟𝑥𝑦 =
273473,92
𝑟𝑥𝑦 = 0,21
Jadi Validitas Banding Rendah.

33
III.2 ANALISIS RELIABILITAS

Reliabilitas suatu alat ukur atau alat evaluasi dimaksudkan sebagai


suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten). Hasil
pengukuran itu harus tetap sama (relative sama ) jika pengukurannya diberikan
pada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu
yang berbea, dan tempat yang berbeda pula. Tidak dipengaruhi oleh pelaku,
situasi, dan kondisi.

KR- 20
Dalam uji instrumen ini untuk menghitung reliabilitasnya pun tidak
menggunakan rumus KR-20.Karena meskipun tes yang dilakukan adalah
power test, tapi butir-butir soal tidaklah homogen. Sehingga tidak
diperkenankan menggunakan rumus KR-20.Demikian pula untuk rumus KR-
21.
a) Menghitung Reliabilitas Objektif dengan menggunakan KR 20
Tabel 3.2.1 Bagian Pertama
Persiapan Penggunaan Rumus KR-20
No. Subjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
2 B 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
3 C 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
4 D 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
5 E 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
6 F 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
7 G 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
8 H 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0
9 I 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
10 J 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0
11 K 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0
12 L 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
13 M 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0

34
14 N 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1
15 O 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0
16 P 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0
17 Q 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0
18 R 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1
19 S 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
20 T 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0
21 U 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0
22 V 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0
23 W 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0
24 X 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0
25 Y 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1
26 Z 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0
27 Aa 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0
28 Ab 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0
29 Ac 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0
Np 23 23 21 24 18 21 23 14 6 6
Nq 6 6 8 5 11 8 6 15 23 23
pi 0,79 0,79 0,72 0,83 0,62 0,72 0,79 0,48 0,21 0,21
qi 0,21 0,21 0,28 0,17 0,38 0,28 0,21 0,52 0,79 0,79
piqi 0,16 0,16 0,20 0,14 0,23 0,20 0,16 0,25 0,16 0,16

Tabel 3.2.1 Bagian Kedua


Persiapan Penggunaan Rumus KR-20
No. Subjek 11 12 13 14 15 𝒙𝒕 𝒙𝟐𝒕
1 A 0 1 0 1 0 11 165
2 B 0 1 0 0 0 10 100
3 C 0 1 1 0 0 10 100
4 D 0 0 0 0 0 9 81
5 E 1 0 0 1 0 10 100
6 F 0 1 1 0 0 10 100
7 G 1 0 0 1 0 10 100

35
8 H 1 1 0 1 0 8 64
9 I 0 0 0 0 0 8 64
10 J 0 1 1 0 0 7 49
11 K 0 0 0 0 1 6 36
12 L 1 1 0 0 0 10 100
13 M 1 1 0 1 0 10 100
14 N 1 0 1 0 0 9 81
15 O 1 0 0 0 0 9 81
16 P 0 1 0 1 0 9 81
17 Q 1 0 0 0 0 8 64
18 R 0 0 1 0 0 7 49
19 S 0 0 0 0 0 8 64
20 T 0 0 1 0 0 5 25
21 U 1 0 0 1 0 4 16
22 V 0 0 0 0 0 4 16
23 W 0 0 0 0 0 3 9
24 X 1 0 1 0 1 7 49
25 Y 0 0 1 1 1 8 64
26 Z 0 0 0 0 0 7 49
27 Aa 0 1 0 0 0 6 36
28 Ab 0 1 0 0 0 4 16
29 Ac 0 1 1 0 0 4 16

∑ 𝑋𝑡 ∑ 𝑋𝑡2
Np 10 12 9 8 3
= 221 = 1875

Nq 19 17 20 21 26 ∑ 𝑃𝑖𝑄𝑖 = 2,78

pi 0,34 0,41 0,31 0,28 0,10 𝑥𝑡 𝑥𝑡2


qi 0,66 0,59 0,69 0,72 0,90 11 165
piqi 0,22 0,24 0,21 0,20 0,09 10 100

36
Cara untuk mencari s2 adalah dengan menggunakan rumus statistika, yaitu:
(∑ 𝑥)2
∑ 𝑥2 −
𝑠2 = 𝑛
𝑛
(221)2
1875 −
𝑠𝑡2 = 29
29
48841
1875 − 29
𝑠𝑡2 =
29
1875 − 1684,17
𝑠𝑡2 =
29
1875 − 1684,17
𝑠𝑡2 =
29
190,83
𝑠𝑡2 =
29
𝑠𝑡2 = 6,580

Maka, nilai koefisien reliabilitas untuk soal objektif adalah:


𝑛 𝑠𝑡2 − ∑𝑝𝑖𝑞𝑖
𝑟11 = ( )( )
𝑛−1 𝑠𝑡2
15 6,580 − 2,78
𝑟11 = ( )( )
15 − 1 6,580
15 3,8
𝑟11 = ( ) ( )
14 6,580
𝑟11 = (1,071)(0,577)
𝑟11 = 0,617 Derajat Reliabilitas Tinggi
Table 3.2.2
Persiapan Reliabilitas soal uraian (Menggunakan Cronbach Alpha)

No. Subjek 16 17 Skor Total

1 A 20 5 25
2 B 20 0 20
3 C 10 5 15

37
4 D 10 1 11
5 E 5 5 10
6 F 5 5 10
7 G 5 5 10
8 H 5 5 10
9 I 5 5 10
10 J 10 0 10
11 K 5 5 10
12 L 5 1 6
13 M 5 0 5
14 N 5 0 5
15 O 5 0 5
16 P 5 0 5
17 Q 5 0 5
18 R 5 0 5
19 S 2 1 3
20 T 1 5 6
21 U 5 1 6
22 V 5 0 5
23 W 5 1 6
24 X 1 0 1
25 Y 0 0 0
26 Z 0 0 0
27 Aa 0 0 0
28 Ab 0 0 0
29 Ac 0 0 0
∑𝑥𝑖 154 50 204
∑𝑥𝑖2 1506 230 2400
𝑠𝑡 4,87 2,22

38
∑𝑠𝑖2
𝑠𝑖2 23,73 4,95
= 28,68
𝑠𝑡2 = 33,27

Tabel 3.2.3
Perhitungan Reliabilitas Soal Uraian Menggunakan Cronbach Alpha
(∑x)2 (∑x)2
∑𝑥 2 − ∑𝑥 2 −
2
𝑠16 = 𝑛 2
𝑠17 = 𝑛
𝑛 𝑛
(154)2 (50)2
1506 − 230 −
2
𝑠16 = 29 2
𝑠17 = 29
29 29
23716 2500
1506 − 230 −
2
𝑠16 = 29 2
𝑠17 = 29
29 29
2
1506 − 817,79 2
230 − 86,20
𝑠16 = 𝑠17 =
29 29
2
688,21 2
143,8
𝑠16 = 𝑠17 =
29 29
2 2
𝑠16 = 23,73 𝑠17 = 4,95

(∑ 𝑋)2
∑ 𝑋2 −
𝑆𝑡2 = 𝑛
𝑛
(240)2
2400 − 29
𝑆𝑡2 =
29
41616
2400 − 29
𝑠𝑡2 =
29
2400 − 1435,03
𝑠𝑡2 =
29
964,97
𝑠𝑡2 =
29
𝑠𝑡2 = 33,27
Maka, nilai koefisien reliabilitas untuk soal uraian adalah:
𝑛 ∑ 𝑆𝑖2
𝑟11 =( ) (1 − 2 )
𝑛−1 𝑆𝑡

39
2 28,68
𝑟11 = ( ) (1 − )
2−1 33,27
2
𝑟11 = ( ) (1 − 0,86)
2−1
𝑟11 = 2(0,14)
𝑟11 = 0,28 Derajat Reliabilitas Rendah

III.3 ANALISIS DAYA PEMBEDA (DP)

Daya pembeda merupakan kemampuan soal yang dapat membedakan


siswa yang memilki kemampuan tinggi (pandai) dengan siswa yang memilki
kemampuan yang rendah (bodoh).Pengertian daya pembeda dari sebuah butir
soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu
membedakan antara testi yang mengetahui jawaban dengan benar dengan testi
yang tidak dapat menjawab soal tersebut dengan benar. Cara menentukan Daya
Pembeda menggunakan rumus :

Objektif Uraian
𝐽𝐵𝐴 − 𝐽𝐵𝐵 𝑋̅𝐴 − 𝑋̅𝐵
𝐷𝑃 = 𝐷𝑃 =
𝐽𝑆𝐴 𝑏
Keterangan :
JBA = Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab dengan benar.
JBB = Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab dengan benar.
JS A = Jumlah siswa kelompok atas.
JS B = Jumlah siswa kelompok bawah.

X A = Rataan atas
X B = Rataan bawah
b= Bobot

40
Tabel 3.3.1
Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda
Korelasi Kriteria
DP ≤ 0,00 Daya Pembeda Sangat Jelek
0,00 <DP ≤ 0,20 Daya Pembeda Jelek
0,20 <DP ≤ 0,40 Daya Pembeda Cukup
0,40 <DP ≤ 0,70 Daya Pembeda Baik
0,70 <DP ≤ 1,00 Daya Pembeda Sangat Baik

Tabel 3.3.2 Bagian Pertama

Pembagian Hasil Tes Menjadi Kelompok Atas dan Kelompok Bawah Soal
Objektif (Pilihan Ganda)

No Subjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
2 B 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
3 C 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
4 D 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
5 E 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
6 F 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
7 G 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
8 H 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0
9 I 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
10 J 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0
11 K 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0
12 L 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
13 M 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
14 N 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1
15 O 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0
16 P 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0
17 Q 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0
18 R 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1

41
19 S 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
20 T 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0
21 U 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0
22 V 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0
23 W 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0
24 X 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0
25 Y 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1
26 Z 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0
27 Aa 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0
28 Ab 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0
29 Ac 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0

Tabel 3.3.2 Bagian Kedua


Pembagian Hasil Tes Menjadi Kelompok Atas dan Kelompok Bawah Soal
Objektif (Pilihan Ganda)

No
Subjek 11 12 13 14 15
1 A 0 1 0 1 0
2 B 0 1 0 0 0
3 C 0 1 1 0 0
4 D 0 0 0 0 0
5 E 1 0 0 1 0
6 F 0 1 1 0 0
7 G 1 0 0 1 0
8 H 1 1 0 1 0
9 I 0 0 0 0 0
10 J 0 1 1 0 0
11 K 0 0 0 0 1
12 L 1 1 0 0 0
13 M 1 1 0 1 0
14 N 1 0 1 0 0
15 O 1 0 0 0 0
16 P 0 1 0 1 0

42
17 Q 1 0 0 0 0
18 R 0 0 1 0 0
19 S 0 0 0 0 0
20 T 0 0 1 0 0
21 U 1 0 0 1 0
22 V 0 0 0 0 0
23 W 0 0 0 0 0
24 X 1 0 1 0 1
25 Y 0 0 1 1 1
26 Z 0 0 0 0 0
27 Aa 0 1 0 0 0
28 Ab 0 1 0 0 0
29 Ac 0 1 1 0 0

Tabel 3.3.3
Daya Pembeda Soal Objektif (Pilihan Ganda)
Daya pembeda soal 𝐽𝐵𝐴 − 𝐽𝐵𝐵
𝐷𝑃 =
no 1 𝐽𝑆𝐴
13−9
DP= 14
4
𝐷𝑃 =
14
𝐷𝑃 = 0,29 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑑𝑎 𝐶𝑢𝑘𝑢𝑝
Daya pembeda soal 𝐽𝐵𝐴 − 𝐽𝐵𝐵
𝐷𝑃 =
no 2 𝐽𝑆𝐴
13−9
DP= 14
4
𝐷𝑃 =
14
𝐷𝑃 = 0,29 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑑𝑎 𝐶𝑢𝑘𝑢𝑝
Daya pembeda soal 𝐽𝐵𝐴 − 𝐽𝐵𝐵
𝐷𝑃 =
no 3 𝐽𝑆𝐴
14−6
DP= 14
8
𝐷𝑃 =
14
𝐷𝑃 = 0,57 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑑𝑎 𝐵𝑎𝑖𝑘

43
Daya pembeda soal 𝐽𝐵𝐴 − 𝐽𝐵𝐵
𝐷𝑃 =
no 4 𝐽𝑆𝐴
13−10
DP= 14
3
𝐷𝑃 =
14
𝐷𝑃 = 0,21 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑑𝑎 𝐶𝑢𝑘𝑢𝑝
Daya pembeda soal 𝐽𝐵𝐴 − 𝐽𝐵𝐵
𝐷𝑃 =
no 5 𝐽𝑆𝐴
11−7
DP= 14
4
𝐷𝑃 =
14
𝐷𝑃 = 0,29 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑑𝑎 𝐶𝑢𝑘𝑢𝑝
Daya pembeda soal 𝐽𝐵𝐴 − 𝐽𝐵𝐵
𝐷𝑃 =
no 6 𝐽𝑆𝐴
12−9
DP= 14
3
𝐷𝑃 =
14
𝐷𝑃 = 0,29 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑑𝑎 𝐶𝑢𝑘𝑢𝑝
Daya pembeda soal 𝐽𝐵𝐴 − 𝐽𝐵𝐵
𝐷𝑃 =
no 7 𝐽𝑆𝐴
13−9
DP=
14
3
𝐷𝑃 =
14
𝐷𝑃 = 0,21 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑑𝑎 𝐶𝑢𝑘𝑢𝑝
Daya pembeda soal 𝐽𝐵𝐴 − 𝐽𝐵𝐵
𝐷𝑃 =
no 8 𝐽𝑆𝐴
8−5
DP= 14
3
𝐷𝑃 =
14
𝐷𝑃 = 0,21 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑑𝑎 𝐶𝑢𝑘𝑢𝑝
Daya pembeda soal 𝐽𝐵𝐴 − 𝐽𝐵𝐵
𝐷𝑃 =
no 9 𝐽𝑆𝐴
3−2
DP= 14
1
𝐷𝑃 =
14

44
𝐷𝑃 = 0,21 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑑𝑎 𝐽𝑒𝑙𝑒𝑘
Daya pembeda soal 𝐽𝐵𝐴 − 𝐽𝐵𝐵
𝐷𝑃 =
no 10 𝐽𝑆𝐴
4−2
DP= 14
2
𝐷𝑃 =
14
𝐷𝑃 = 0,14 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑑𝑎 𝐽𝑒𝑙𝑒𝑘
Daya pembeda soal 𝐽𝐵𝐴 − 𝐽𝐵𝐵
𝐷𝑃 =
no 11 𝐽𝑆𝐴
6−3
DP= 14
3
𝐷𝑃 =
14
𝐷𝑃 = 0,21 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑑𝑎 𝐶𝑢𝑘𝑢𝑝
Daya pembeda soal 𝐽𝐵𝐴 − 𝐽𝐵𝐵
𝐷𝑃 =
no 12 𝐽𝑆𝐴
8−4
DP= 14
4
𝐷𝑃 =
14
𝐷𝑃 = 0,29 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑑𝑎 𝐶𝑢𝑘𝑢𝑝
Daya pembeda soal 𝐽𝐵𝐴 − 𝐽𝐵𝐵
𝐷𝑃 =
no 13 𝐽𝑆𝐴
4−5
DP= 14
−1
𝐷𝑃 =
14
𝐷𝑃 = −0,07 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑑𝑎 𝑆𝑎𝑛𝑔𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑙𝑒𝑘
Daya pembeda soal 𝐽𝐵𝐴 − 𝐽𝐵𝐵
𝐷𝑃 =
no 14 𝐽𝑆𝐴
5−3
DP= 14
2
𝐷𝑃 =
14
𝐷𝑃 = 0,14 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑑𝑎 𝐽𝑒𝑙𝑒𝑘
Daya pembeda soal 𝐽𝐵𝐴 − 𝐽𝐵𝐵
𝐷𝑃 =
no 15 𝐽𝑆𝐴
1−2
DP= 14

45
−1
𝐷𝑃 =
14
𝐷𝑃 = −0,07 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑑𝑎 𝑆𝑎𝑛𝑔𝑎𝑡 𝐽𝑒𝑙𝑒𝑘

Tabel 3.3.4
Pembagian Hasil Tes Menjadi Kelompok Atas dan Kelompok Bawah Soal
Subjektif (Uraian)

No Subjek 16 17
1 A 20 5
2 B 20 0
3 C 10 5
4 D 10 1
5 E 5 5
6 F 5 5
7 G 5 5
8 H 5 5
9 I 5 5
10 J 10 0
11 K 5 5
12 L 5 1
13 M 5 0
14 N 5 0
15 O 5 0
16 P 5 0
17 Q 5 0
18 R 5 0
19 S 2 1
20 T 1 5
21 U 5 1
22 V 5 0
23 W 5 1

46
24 X 1 0
25 Y 0 0
26 Z 0 0
27 Aa 0 0
28 Ab 0 0
29 Ac 0 0

∑ 𝑋̅𝐴 8,12 3

∑ 𝑋̅𝐵 2,43 0,57

Tabel 3.3.5
Daya Pembeda Soal Subjektif (Uraian)
Daya pembeda soal 𝑋̅𝐴 − 𝑋̅𝐵
𝐷𝑃 =
no 16 𝑏
8,21 − 2,43
𝐷𝑃 =
20
5,79
𝐷𝑃 =
20
𝐷𝑃 = 0,29 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑑𝑎 𝐶𝑢𝑘𝑢𝑝
Daya pembeda soal 𝑋̅𝐴 − 𝑋̅𝐵
𝐷𝑃 =
no 17 𝑏
3 − 0,57
𝐷𝑃 =
20
2,43
𝐷𝑃 =
20
𝐷𝑃 = 0,12 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑑𝑎 𝐽𝑒𝑙𝑒𝑘

47
III.4 ANALISIS INDEKS KESUKARAN (IK)

Sejalan dengan asumsi Galton mengenai kemampuan tertentu


(karakteristik) dalam hal ini kemampuan matematik, dari sekelompok siswa
yang dipilih secara random (acak) akan berdistribusi normal, maka hasil
eveluasi dari suatu perangkat tes yang baik akan menghasilkan skor atau nilai
yang membentuk distribusi normal. Hal ini mempunyai implikasi bahwa soal
yang baik akan menghasilkan skor yang berdistribusi normal pula, sehingga
sejalan dengan distribusi yang telah diuraikan pada pembicaran mengenai daya
pembeda.

Menghitung Indeks Kesukaran dengan menggunakan rumus :

Objektif Uraian

𝐽𝐵𝐴 + 𝐽𝐵𝐵 𝑋̅
𝐽𝑆𝐴 + 𝐽𝑆𝐵 𝑏

Dari hasil yang didapat pada tabel 3.3.2 dan tabel 3.3.4 maka dengan
menggunakan rumus tersebut didapat indeks kesukaran sebagai berikut:
Tabel 3.4.1
Indeks Kesukaran Soal Objektif
Indeks kesukaran no 𝐽𝐵𝐴 + 𝐽𝐵𝐵
𝐼𝐾 =
1 𝐽𝑆𝐴 + 𝐽𝑆𝐵
13 + 9
𝐼𝐾 =
14 + 14
𝐼𝐾 = 0,78 (𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑚𝑢𝑑𝑎ℎ)
Indeks kesukaran no 𝐽𝐵𝐴 + 𝐽𝐵𝐵
𝐼𝐾 =
2 𝐽𝑆𝐴 + 𝐽𝑆𝐵
13 + 6
𝐼𝐾 =
14 + 14
𝐼𝐾 = 0,67 (𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑑𝑎𝑛𝑔)
Indeks kesukaran no 𝐽𝐵𝐴 + 𝐽𝐵𝐵
𝐼𝐾 =
3 𝐽𝑆𝐴 + 𝐽𝑆𝐵

(Baik)

48
14 + 6
𝐼𝐾 =
14 + 14
𝐼𝐾 = 0,71 (𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑚𝑢𝑑𝑎ℎ)
Indeks kesukaran no 𝐽𝐵𝐴 + 𝐽𝐵𝐵
𝐼𝐾 =
4 𝐽𝑆𝐴 + 𝐽𝑆𝐵
13 + 10
𝐼𝐾 =
14 + 14
𝐼𝐾 = 0,82 (𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑚𝑢𝑑𝑎ℎ)
Indeks kesukaran no 𝐽𝐵𝐴 + 𝐽𝐵𝐵
𝐼𝐾 =
5 𝐽𝑆𝐴 + 𝐽𝑆𝐵
11 + 7
𝐼𝐾 =
14 + 14
𝐼𝐾 = 0,64 (𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑑𝑎𝑛𝑔)
Indeks kesukaran no 𝐽𝐵𝐴 + 𝐽𝐵𝐵
𝐼𝐾 =
6 𝐽𝑆𝐴 + 𝐽𝑆𝐵
12 + 8
𝐼𝐾 =
14 + 14
𝐼𝐾 = 0,71(𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑚𝑢𝑑𝑎ℎ)
Indeks kesukaran no 𝐽𝐵𝐴 + 𝐽𝐵𝐵
𝐼𝐾 =
7 𝐽𝑆𝐴 + 𝐽𝑆𝐵
13 + 9
𝐼𝐾 =
14 + 14
𝐼𝐾 = 0,78 (𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑚𝑢𝑑𝑎ℎ)
Indeks kesukaran no 𝐽𝐵𝐴 + 𝐽𝐵𝐵
𝐼𝐾 =
8 𝐽𝑆𝐴 + 𝐽𝑆𝐵
8+5
𝐼𝐾 =
14 + 14
𝐼𝐾 = 0,46 (𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑑𝑎𝑛𝑔)
Indeks kesukaran no 𝐽𝐵𝐴 + 𝐽𝐵𝐵
𝐼𝐾 =
9 𝐽𝑆𝐴 + 𝐽𝑆𝐵
13 + 2
𝐼𝐾 =
14 + 14
𝐼𝐾 = 0,17 (𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑠𝑢𝑘𝑎𝑟)
Indeks kesukaran no 𝐽𝐵𝐴 + 𝐽𝐵𝐵
𝐼𝐾 =
10 𝐽𝑆𝐴 + 𝐽𝑆𝐵
4+2
𝐼𝐾 =
14 + 14
𝐼𝐾 = 0,21 (𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑠𝑢𝑘𝑎𝑟)

49
Indeks kesukaran no 𝐽𝐵𝐴 + 𝐽𝐵𝐵
𝐼𝐾 =
11 𝐽𝑆𝐴 + 𝐽𝑆𝐵
6+3
𝐼𝐾 =
14 + 14
𝐼𝐾 = 0,32 (𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑑𝑎𝑛𝑔)
Indeks kesukaran no 𝐽𝐵𝐴 + 𝐽𝐵𝐵
𝐼𝐾 =
12 𝐽𝑆𝐴 + 𝐽𝑆𝐵
8+4
𝐼𝐾 =
14 + 14
𝐼𝐾 = 0,42 (𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑑𝑎𝑛𝑔)
Indeks kesukaran no 𝐽𝐵𝐴 + 𝐽𝐵𝐵
𝐼𝐾 =
13 𝐽𝑆𝐴 + 𝐽𝑆𝐵
4+5
𝐼𝐾 =
14 + 14
𝐼𝐾 = 0,32 (𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑑𝑎𝑛𝑔)
Indeks kesukaran no 𝐽𝐵𝐴 + 𝐽𝐵𝐵
𝐼𝐾 =
14 𝐽𝑆𝐴 + 𝐽𝑆𝐵
5+3
𝐼𝐾 =
14 + 14
𝐼𝐾 = 0,28 (𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑠𝑢𝑘𝑎𝑟)
Indeks kesukaran no 𝐽𝐵𝐴 + 𝐽𝐵𝐵
𝐼𝐾 =
15 𝐽𝑆𝐴 + 𝐽𝑆𝐵
1+2
𝐼𝐾 =
14 + 14
𝐼𝐾 = 0,10 (𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑠𝑢𝑘𝑎𝑟)

50
Tabel 3.4.2
Indeks Kesukaran Soal Subjektif
Indeks kesukaran no 𝑋̅
𝐼𝐾 =
16 𝑏
5,32
𝐼𝐾 =
20
𝐼𝐾 = 0,26 (𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑠𝑢𝑘𝑎𝑟)

Indeks kesukaran no 𝑋̅
𝐼𝐾 =
17 𝑏
1,96
𝐼𝐾 =
20
𝐼𝐾 = 0,09 (𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑠𝑢𝑘𝑎𝑟)

51
III.5 ANALISIS EFEKTIFITAS OPSI (EO)

Berdasarkan distribusi pilihan pada setiap option untuk siswa kelompok


atas dan siswa kelompok bawah, dapat ditentukan option yang berfungsi efektif
dan yang tidak. Kriteria option yang berfungsi secara efektif adalah:

a. Untuk Option Kunci


(i) Jumlah pemilih kelompok atas harus lebih banyak daripada
jumlah pemilih kelompok bawah, yaitu siswa yang pandai banyak
yang menjawab benar daripada siswa yang bodoh.
(ii) Jumlah pemilih kelompok atas dan kelompok bawah lebih dari
0,25 tetapi tidak lebih dari 0,75 dari seluruh siswa kelompok atas
dan kelompok bawah. Jika jumlah tersebut kurang dari 0,25
berarti sebagian besar testi kelompok atas dan kelompok bawah
menjawab salah untuk soal tersebut. Soal itu dikategorikan sukar
atau terlalu sukar. Sebaliknya jika jumlah tersebut lebih dari 0,75
soal itu termasuk mudah atau terlalu mudah
b. Option pengecoh
(i) Jumlah pemilih kelompok atas (kurang) daripada jumlah pemilih
kelompok bawah. Hal ini berarti untuk jawaban yang salah siswa
yang bodoh lebih banyak yang memilih daripada siswa yang
pandai. Idealnya siswa pandai tidak memilih jawaban yang salah
dan siswa yang bodoh memilihnya.
(ii) Jumlah pemilih kelompok atas dan kelompok bawah minilmal
sebanyak 0,025 dan seperdua jumlah option pengecoh kali jumlah
kelompok atas dan kelompok bawah. Dirumuskan dalam formula
matematika menjadi

 JS A  JS B 
1
JPA  JPB  0,25 
2n - 1

Dengan :

52
JPA = Jumlah pemilih kelompok atas
JPB = Humlah pemilih kelompok bawah
n = Banyak option pengecoh
JSA = Jumlah subjek pada kelompok atas
JSB = Jumlah subjek pada kelompok bawah
Ada pakar lain yang mengemukakan bahwa rumus diatas terlalu
meyulitkan, ia berpendapat bahwa selain jumlah pemilih
kelompok bawah harus lebih banyak dari jumlah pemilih
kelompok atas untuk option pengecoh, option pengecoh itu harus
dipilih minimum oleh 5% peserta tes pada kedua kelompok siswa.
(iii) Jika peserta tes mengabaikan semua option (tidak memilih)
disebut omit. Option tersebut disebut efektif. Jika omit ini
jumlahnya tidak lebih dari 10% jumlah siswa pada kelompok atas
dan kelompok bawah.
Tabel 3.5.1
Sebaran Pemilih Pada Setiap Butir Soal

No. Option
Kelompok omit
Soal a b c d
1 Kelompok Atas 13 0 0 1 0
Kelompok Bawah 9 0 3 2 0
2 Kelompok Atas 0 13 1 0 0
Kelompok Bawah 0 9 2 3 0
3 Kelompok Atas 0 0 0 14 0
Kelompok Bawah 3 4 1 6 0
4 Kelompok Atas 1 13 0 0 0
Kelompok Bawah 3 10 1 0 0
5 Kelompok Atas 1 1 1 11 0
Kelompok Bawah 2 1 4 7 0
6 Kelompok Atas 12 2 0 0 0
Kelompok Bawah 8 4 0 2 0

53
7 Kelompok Atas 0 13 1 0 0
Kelompok Bawah 0 9 1 4 0
8 Kelompok Atas 1 8 4 1 0
Kelompok Bawah 2 6 3 3 0
9 Kelompok Atas 7 3 3 1 0
Kelompok Bawah 7 1 1 5 0
10 Kelompok Atas 4 0 6 4 0
Kelompok Bawah 7 2 3 2 0
11 Kelompok Atas 6 0 6 2 0
Kelompok Bawah 5 2 3 4 0
12 Kelompok Atas 5 0 1 8 0
Kelompok Bawah 4 4 2 4 0
13 Kelompok Atas 3 3 4 4 0
J
Kelompok Bawah 4 3 2 5 0
14 Kelompok Atas 7 5 1 1 0
Kelompok Bawah 6 3 2 2 1
15 Kelompok Atas 5 4 1 4 0
Kelompok Bawah 3 7 2 2 0

54
Soal Nomor 1
Opsi
Kelompok Omit
a b c d
Kelompok Atas 13 0 0 1 0
Kelompok Bawah 9 0 3 2 0

Jawaban (a)

1) Untuk option (a) sebagai kunci jawaban, jumlah pemilih kelompok atas
lebih banyak daripada jumlah pemilih kelompok bawah dan jumlah
pemilih kedua kelompok itu sebanyak :
13+9
. 𝑋 100 % = 0,79 = 79 %
28

Nilai tersebut lebih dari 0,75. Jadi option tersebut di kategorikan efektif,
dengan soal tersebut dikategorikan terlalu mudah.
2) Untuk option (b) sebagai pengecoh berfungsi tidak efektif, sebab
jumlah pemilih kelompok atas dan jumlah pemilih kelompok bawah
adalah sama.
3) Untuk option (c) sebagai pengecoh berfungsi efektif, sebab :
 Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
 Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
0 + 3 = 3, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 3 > 1,17 , 3>1,4
4) Untuk option (d) sebagai pengecoh berfungsi efektif, karena :
 Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
 Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
1 + 2 = 3, sedangkan nilai

55
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 3 > 1,17 , 3>1,4

Soal Nomor 2
Opsi
Kelompok Omit
a b c d
Kelompok Atas 0 13 1 0 0
Kelompok Bawah 0 9 2 3 0
Jawaban (b)

1) Untuk option (a) sebagai pengecoh berfungsi tidak efektif, sebab


jumlah pemilih kelompok atas dan jumlah pemilih kelompok bawah
adalah sama.
2) Untuk option (b) sebagai kunci jawaban, jumlah pemilih kelompok atas
lebih banyak daripada jumlah pemilih kelompok bawah dan jumlah
pemilih kedua kelompok itu sebanyak :
13 + 9
𝑋 100 % = 0,79 = 79 %
28
Nilai tersebut lebih dari 0,75. Jadi option tersebut di kategorikan efektif,
dengan soal tersebut dikategorikan terlalu mudah.
3) Untuk option (c) sebagai pengecoh berfungsi efektif, sebab :
 Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
 Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
1 + 2 = 3, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 3 > 1,17 , 3>1,4
4) Untuk option (d) sebagai pengecoh berfungsi efektif, karena :

56
 Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
 Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
0 + 3 = 3, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 3 > 1,17 , 3>1,4

Soal Nomor 3
Opsi
Kelompok Omit
a b c d
Kelompok Atas 0 0 0 14 0
Kelompok Bawah 3 4 1 6 0
Jawaban (d)

1) Untuk option (a) sebagai pengecoh berfungsi efektif, karena :


 Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
 Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
0 + 3 = 3, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 3 > 1,17 , 3>1,4
2) Untuk option (b) sebagai pengecoh berfungsi efektif, sebab :
 Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
 Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
0 + 4 = 4, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 4 > 1,17 , 4>1,4

57
3) Untuk option (c) sebagai pengecoh berfungsi efektif, sebab:
 Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
 Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
0 + 4 = 4, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 4 > 1,17 , 4>1,4
4) Untuk option (d) sebagai kunci jawaban, jumlah pemilih kelompok atas
lebih banyak dari pada jumlah pemilih kelompok bawah dan jumlah
pemilih kedua kelompok itu sebanyak :
14 + 6
𝑋 100 % = 0,71 = 71 %
28
Nilai tersebut kurang dari 0,75. Jadi option tersebut di kategorikan
efektif, dengan soal tersebut dikategorikan mudah.

Soal Nomor 4
Opsi
Kelompok Omit
a b c d
Kelompok Atas 1 13 0 0 0
Kelompok Bawah 3 10 1 0 0
Jawaban (b)

1) Untuk option (a) sebagai pengecoh berfungsi efektif, karena :


 Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
 Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
1 + 3 = 4, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 4 > 1,17 , 4 >1,4

58
2) Untuk option (a) sebagai kunci jawaban, jumlah pemilih kelompok atas
lebih banyak daripada jumlah pemilih kelompok bawah dan jumlah
pemilih kedua kelompok itu sebanyak :
13 + 10
𝑋 100 % = 0,82 = 82 %
28
Nilai tersebut lebih dari 0,75. Jadi option tersebut di kategorikan efektif,
dengan soal tersebut dikategorikan terlalu mudah.

3) Untuk option (c) sebagai pengecoh berfungsi efektif, sebab :


 Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
 Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
0 + 1 = 1, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 1 < 1,17 , 1 < 1,4
4) Untuk option (a) sebagai pengecoh berfungsi tidak efektif, sebab
jumlah pemilih kelompok atas dan jumlah pemilih kelompok bawah
adalah sama.

Soal Nomor 5
Opsi
Kelompok Omit
a b c d
Kelompok Atas 1 1 1 11 0
Kelompok Bawah 2 1 4 7 0
Jawaban (d)

1) Untuk option (a) sebagai pengecoh berfungsi efektif, sebab :


 Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
 Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :

59
1 + 2 = 3, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 3 > 1,17 , 3>1,4
2) Untuk option (b) sebagai pengecoh berfungsi efektif, sebab :
 Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
 Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
1 + 1 = 2, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 2 > 1,17 , 2>1,4
3) Untuk option (c) sebagai pengecoh berfungsi efektif, karena :
 Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
 Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
1 + 4 = 5, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 5 > 1,17 , 5>1,4
4) Untuk option (d) sebagai kunci jawaban, jumlah pemilih kelompok atas
lebih banyak daripada jumlah pemilih kelompok bawah dan jumlah
pemilih kedua kelompok itu sebanyak :
11 + 7
𝑋 100 % = 0,64 = 64 %
28
Nilai tersebut kurang dari 0,75. Jadi option tersebut di kategorikan
efektif, dengan soal tersebut dikategorikan mudah.

60
Soal Nomor 6
Opsi
Kelompok Omit
a b c d
Kelompok Atas 12 2 0 0 0
Kelompok Bawah 8 4 0 2 0
Jawaban (a)

1) Untuk option (a) sebagai kunci jawaban, jumlah pemilih kelompok atas
lebih banyak daripada jumlah pemilih kelompok bawah dan jumlah
pemilih kedua kelompok itu sebanyak :
12 + 8
𝑋 100 % = 0,71 = 71 %
28
Nilai tersebut kurang dari 0,75. Jadi option tersebut di kategorikan
efektif, dengan soal tersebut dikategorikan mudah.
2) Untuk option (b) sebagai pengecoh berfungsi efektif, sebab :
 Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
 Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
2 + 4 = 6, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 6 > 1,17 , 6>1,4
3) Untuk option (c) sebagai pengecoh berfungsi tidak efektif, sebab
jumlah pemilih kelompok atas dan jumlah pemilih kelompok bawah
adalah sama.
4) Untuk option (d) sebagai pengecoh berfungsi efektif, karena :
 Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
 Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
0 + 2 = 2, sedangkan nilai

61
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 2 > 1,17 , 2>1,4

Soal Nomor 7
Opsi
Kelompok Omit
a b c d
Kelompok Atas 0 13 1 0 0
Kelompok Bawah 0 9 1 4 0
Jawaban (b)

1) Untuk option (a) sebagai pengecoh berfungsi tidak efektif, sebab


jumlah pemilih kelompok atas dan jumlah pemilih kelompok bawah
adalah sama.
2) Untuk option (b) sebagai kunci jawaban, jumlah pemilih kelompok atas
lebih banyak daripada jumlah pemilih kelompok bawah dan jumlah
pemilih kedua kelompok itu sebanyak :
13 + 9
𝑋 100 % = 0,79 = 79 %
28
Nilai tersebut lebih dari 0,75. Jadi option tersebut di kategorikan efektif,
dengan soal tersebut dikategorikan terlalu mudah.
3) Untuk option (c) sebagai pengecoh berfungsi efektif, sebab :
 Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
 Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
1 + 1 = 2, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 2 > 1,17 , 2>1,4
4) Untuk option (d) sebagai pengecoh berfungsi efektif, karena :

62
 Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
 Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
0 + 4 = 4, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 4 > 1,17 , 4>1,4

Soal Nomor 8
Opsi
Kelompok Omit
a b c d
Kelompok Atas 1 8 4 1 0
Kelompok Bawah 2 6 3 3 0
Jawaban (b)

1) Untuk option (a) sebagai pengecoh berfungsi efektif, sebab :


 Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
 Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
1 + 2 = 3, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 3 > 1,17 , 3>1,4
2) Untuk option (b) sebagai kunci jawaban, jumlah pemilih kelompok atas
lebih banyak daripada jumlah pemilih kelompok bawah dan jumlah
pemilih kedua kelompok itu sebanyak :
8+6
𝑋 100 % = 0,50 = 50 %
28

Nilai tersebut kurang dari 0,75. Jadi option tersebut di kategorikan


efektif, dengan soal tersebut dikategorikan mudah.
3) Untuk option (c) sebagai pengecoh berfungsi efektif, sebab :

63
 Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
 Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
4 + 3 = 7, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 7 > 1,17 , 7>1,4
4) Untuk option d sebagai pengecoh berfungsi efektif, karena :
 Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
 Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
1 + 3 = 4, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 4 > 1,17 , 4>1,4

Soal Nomor 9
Opsi
Kelompok Omit
a b c d
Kelompok Atas 7 3 3 1 0
Kelompok Bawah 7 1 1 5 0
Jawaban (b)

1) Untuk option (a) sebagai pengecoh berfungsi tidak efektif, sebab


jumlah pemilih kelompok atas dan jumlah pemilih kelompok bawah
adalah sama.
2) Untuk option (b) sebagai kunci jawaban, jumlah pemilih kelompok atas
lebih banyak daripada jumlah pemilih kelompok bawah dan jumlah
pemilih kedua kelompok itu sebanyak :
3+1
𝑋 100 % = 0,14 = 14 %
28

64
Nilai tersebut kurang dari 0,25. Jadi option tersebut di kategorikan
efektif, dengan soal tersebut dikategorikan sukar.
3) Untuk option (c) sebagai pengecoh berfungsi tidak efektif, sebab :
 Jumlah pemilih kelompok atas lebih dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
 Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
3 + 1 = 4, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 4 > 1,17 , 4 >1,4
4) Untuk option d sebagai pengecoh berfungsi efektif, karena :
 Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
 Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
1 + 5 = 6, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 6 > 1,17 , 6>1,4

Soal Nomor 10
Opsi
Kelompok Omit
a b c d
Kelompok Atas 4 0 6 4 0
Kelompok Bawah 7 2 3 2 0
Jawaban (d)

1) Untuk option (a) sebagai pengecoh berfungsi efektif, sebab :


 Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
 Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :

65
4 + 7 = 11, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 11 > 1,17 , 11>1,4
2) Untuk option (b) sebagai pengecoh berfungsi efektif, sebab :
 Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
 Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
0 + 2 = 2, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 2 > 1,17 , 2>1,4
3) Untuk option (c) sebagai pengecoh berfungsi tidak efektif, karena :
 Jumlah pemilih kelompok atas lebih dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
 Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
6 + 3 = 9, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 9 > 1,17 , 9 >1,4
4) Untuk option (d) sebagai kunci jawaban, jumlah pemilih kelompok atas
lebih banyak daripada jumlah pemilih kelompok bawah dan jumlah
pemilih kedua kelompok itu sebanyak :
4+2
𝑋 100 % = 0,21 = 21 %
28
Nilai tersebut kurang dari 0,25. Jadi option tersebut di kategorikan
efektif, dengan soal tersebut dikategorikan sukar.

66
Soal Nomor 11
Opsi
Kelompok Omit
a b c d
Kelompok Atas 6 0 6 2 0
Kelompok Bawah 5 2 3 4 0
Jawaban (c)

1) Untuk option (a) sebagai pengecoh berfungsi tidak efektif, sebab :


 Jumlah pemilih kelompok atas lebih dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
 Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
6 + 5 = 11, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 11 > 1,17 , 11 >1,4
2) Untuk option (b) sebagai pengecoh berfungsi efektif, sebab :
 Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
 Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
0 + 2 = 2, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 2 > 1,17 , 2>1,4
3) Untuk option (c) sebagai kunci jawaban, jumlah pemilih kelompok atas
lebih banyak daripada jumlah pemilih kelompok bawah dan jumlah
pemilih kedua kelompok itu sebanyak :
6+3
𝑋 100 % = 0,32 = 32 %
28
Nilai tersebut kurang dari 0,75. Jadi option tersebut di kategorikan
efektif, dengan soal tersebut dikategorikan mudah.
4) Untuk option (d) sebagai pengecoh berfungsi efektif, karena :

67
 Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
 Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
2 + 4 = 6, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 6 > 1,17 , 6 >1,4

Soal Nomor 12
Opsi
Kelompok Omit
a b c d
Kelompok Atas 5 0 1 8 0
Kelompok Bawah 4 4 2 4 0

Jawaban (d)

1) Untuk option (a) sebagai pengecoh berfungsi tidak efektif, sebab :


 Jumlah pemilih kelompok atas lebih dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
 Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
5 + 4 = 9, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 9 > 1,17 , 9 >1,4
2) Untuk option (b) sebagai pengecoh berfungsi efektif, sebab :
 Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
 Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
0 + 4 = 4, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 4 > 1,17 , 4>1,4

68
3) Untuk option (c) sebagai pengecoh berfungsi efektif, karena :
 Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
 Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
1 + 2 = 3, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 3 > 1,17 , 3>1,4
4) Untuk option (d) sebagai kunci jawaban, jumlah pemilih kelompok atas
lebih banyak daripada jumlah pemilih kelompok bawah dan jumlah
pemilih kedua kelompok itu sebanyak :
8+4
𝑋 100 % = 0,43 = 43 %
28
Nilai tersebut kurang dari 0,75. Jadi option tersebut di kategorikan
efektif, dengan soal tersebut dikategorikan mudah.

Soal Nomor 13
Opsi
Kelompok Omit
a b c d
Kelompok Atas 3 3 4 4 0
Kelompok Bawah 4 3 2 5 0
Jawaban (d)

1) Untuk option (a) sebagai pengecoh berfungsi efektif, sebab :


 Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
 Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
3 + 4 = 7, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 7 > 1,17 , 7>1,4

69
2) Untuk option (b) sebagai pengecoh berfungsi tidak efektif, sebab
jumlah pemilih kelompok atas dan jumlah pemilih kelompok bawah
adalah sama.
3) Untuk option (C) sebagai pengecoh berfungsi tidak efektif, karena :
 Jumlah pemilih kelompok atas lebih dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
 Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
4 + 2 = 6, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 6 > 1,17 , 6>1,4
4) Untuk option (a) sebagai kunci jawaban, jumlah pemilih kelompok atas
lebih banyak daripada jumlah pemilih kelompok bawah dan jumlah
pemilih kedua kelompok itu sebanyak :
4+5
𝑋 100 % = 0,32 = 32 %
28
Nilai tersebut kurang dari 0,75. Jadi option tersebut di kategorikan tidak
efektif, dengan soal tersebut dikategorikan terlalu mudah.

Soal Nomor 14
Opsi
Kelompok Omit
a b c d
Kelompok Atas 7 5 1 1 0
Kelompok Bawah 6 3 2 2 1
Jawaban (b)

1) Untuk option (a) sebagai pengecoh berfungsi tidak efektif, sebab :


 Jumlah pemilih kelompok atas lebih dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
 Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
7 + 6 = 13, sedangkan nilai

70
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 13 > 1,17 , 13>1,4
2) Untuk option (b) sebagai kunci jawaban, jumlah pemilih kelompok atas
lebih banyak daripada jumlah pemilih kelompok bawah dan jumlah
pemilih kedua kelompok itu sebanyak :
5+3
𝑋 100 % = 0,29 = 29 %
28
Nilai tersebut kurang dari 0,25. Jadi option tersebut di kategorikan
efektif, dengan soal tersebut dikategorikan sukar.
3) Untuk option (c) sebagai pengecoh berfungsi efektif, sebab :
 Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
 Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
1 + 2 = 3, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 3 > 1,17 , 3>1,4
4) Untuk option (d) sebagai pengecoh berfungsi efektif, karena :
 Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
 Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
1 + 2 = 3, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 3 > 1,17 , 3>1,4
5) Untuk omit masih di bawah toleransi, karena jumlahnya tidak lebih dari
10% jumlah pemilih kelompok atas dan bawah.
Omit = 1 dan 10% dari 28 adalah 2,8, sehingga 1 < 1,8.

71
Soal Nomor 15
Opsi
Kelompok Omit
a b c d
Kelompok Atas 5 4 1 4 0
Kelompok Bawah 3 7 2 2 0
Jawaban (c)

1) Untuk option (a) sebagai pengecoh berfungsi tidak efektif, sebab :


 Jumlah pemilih kelompok atas lebih dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
 Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
5 + 3 = 8, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 8 > 1,17 , 8>1,4
2) Untuk option (b) sebagai pengecoh berfungsi efektif, sebab :
 Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
 Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
4 + 7 = 11, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 11 > 1,17 , 11 >1,4
3) Untuk option (c) sebagai kunci jawaban, jumlah pemilih kelompok atas
kurang banyak daripada jumlah pemilih kelompok bawah dan jumlah
pemilih kedua kelompok itu sebanyak :
1+2
𝑋 100 % = 0,11 = 11 %
28
Nilai tersebut kurang dari 0,25. Jadi option tersebut di kategorikan tidak
efektif, dengan soal tersebut dikategorikan sukar.
4) Untuk option (d) sebagai pengecoh berfungsi tidak efektif, karena :

72
 Jumlah pemilih kelompok atas lebih dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
 Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
4 + 2 = 6, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 6 > 1,17 , 6 >1,4

73
BAB IV
ANALISIS SKALA PENILAIAN

Agar skor tersebut bisa diinterpretasikan tentang tingkat penguasaan


atau kedudukan relatifnya dalam kelompok peserta evaluai maka harus di ubah
ke dalam bentuk nilai. Untuk mengubah skor menjadi nilai digunakan teknik
analisis tertentu dan skala penilaian, yaitu dengan menggunakan skala 11, skala
10, skala 9, skala 5, skala baku (z), dan skala 100.

IV.1 SKALA 11

Ada beberapa cara pengolahan nilai dengan menggunakan skala 11 ini,


diantaranya:

a. Dengan Menghitung Persentase Tingkat Penguasaan.


Untuk dapat menentukan tingkat penguasaan testi dalam materi tersebut
yaitu dengan rumus :
𝑆
𝑇𝑃𝑆 = × 100%
𝑆𝑀𝐼

Keterangan :
TPS = Tingkat Penguasaan Siswa
S = Skor yang diperoleh Siswa
SMI = Skor Maksimum Ideal
Tabel 4.1.1
Daftar Penguasaan Siswa
TipeSoal Skorberdasarkan
No Subjek Total TPS
Objektif Uraian TPS
1 A 19,33 25 44,33 63,32 6
2 B 16,67 20 36,67 52,38 5
3 C 16,67 15 31,67 45,24 5
4 D 14 11 25 35,71 4
5 E 16,67 10 26,67 38,1 4
6 F 16,67 10 26,67 38,1 4

74
7 G 16,67 10 26,67 38,1 4
8 H 11,33 10 21,33 30,47 3
9 I 11,33 10 21,33 30,47 3
10 J 8,67 10 18,67 26,67 3
11 K 6 10 16 25,71 3
12 L 16,67 6 22,67 32,38 3
13 M 16,67 5 21,67 30,95 3
14 N 14 5 19 27,14 3
15 O 14 5 19 27,14 3
16 P 14 5 19 27,14 2
17 Q 11,33 5 16,33 23,32 2
18 R 11,33 5 16,33 23,32 2
19 S 14 3 17 24,48 2
20 T 3,33 6 9,33 13,32 1
21 U 0,67 6 6,67 9,52 0
22 V 0,67 5 5,67 8,1 0
23 W -2 6 4 5,71 0
24 X 8,67 0 8,67 12,38 1
25 Y 11,33 0 11,33 16,18 1
26 Z 8,67 0 8,67 12,38 1
27 Aa 6 0 6 8,57 0
28 Ab 0,67 0 0,67 0,95 0
29 ac 0,67 0 0,67 0,95 0

Dari data tabel tersebut, diperoleh :

1 orang mendapat nilai 6


2 orang mendapat nilai 5
4 orang mendapat nilai 4
8 orang mendapat nilai 3
4 orang mendapat nilai 2
4 orang mendapat nilai 1
6 orang mendapat nilai 0

75
Tabel konversi untuk skala 11 sebagai berikut:

Tabel Konversi Skala 11


𝑋̅ + 2,25𝑠 ≤ 10
𝑋̅ + 1,75𝑠 ≤ 9 < 𝑋̅ + 2,25𝑠
𝑋̅ + 1,25𝑠 ≤ 8 < 𝑋̅ + 1,75𝑠
𝑋̅ + 0,75𝑠 ≤ 7 < 𝑋̅ + 1,25𝑠
𝑋̅ + 0,25𝑠 ≤ 6 < 𝑋̅ + 0,75𝑠
𝑋̅ − 0,25𝑠 ≤ 5 < 𝑋̅ + 0,25𝑠
𝑋̅ − 0,75𝑠 ≤ 4 < 𝑋̅ − 0,25𝑠
𝑋̅ − 1,25𝑠 ≤ 3 < 𝑋̅ − 0,75𝑠
𝑋̅ − 1,75𝑠 ≤ 2 < 𝑋̅ − 1,25𝑠
𝑋̅ − 2,25𝑠 ≤ 1 < 𝑋̅ − 1,75𝑠
0 < 𝑋̅ − 2,25𝑠

Keterangan :
s = Simpangan baku
𝑋̅ = Rata-rata

b. Dengan Menggunakan Sistem PAP


1
 𝑋̅𝑃𝐴𝑃 = (𝑆𝑀𝐼)
2

1
𝑋̅𝑃𝐴𝑃 = (70)
2
𝑋̅𝑃𝐴𝑃 = 35
1
 𝑆𝑃𝐴𝑃 = (𝑋̅𝑃𝐴𝑃 )
3
1
𝑆𝑃𝐴𝑃 = (35)
3
𝑆𝑃𝐴𝑃 = 11,66
Dengan mensubstitusikan nilai-nilai yang telah diketahui ke dalam
interval penilai skala sebelas, dapat di buat table konversi sebagai berikut:

Tabel Konversi Skala 11


61,23 ≤ 10
55,40 ≤ 9 < 61,23
49,57 ≤ 8 < 55,40

76
43,74 ≤ 7 < 49,57
37,91 ≤ 6 < 43,74
32,08 ≤ 5 < 37,91
26,25 ≤ 4 < 32,08
20,42 ≤ 3 < 26,25
14,59 ≤ 2 < 20,42
8,76 ≤ 1 < 14,59
0 < 8,76

Dengan melihat skor yang diperoleh, dapat diketahui:


Yang mendapat nilai 10 ada 0 orang
Yang mendapat nilai 9 ada 0 orang
Yang mendapat nilai 8 ada 0 orang
Yang mendapat nilai 7 ada 1 orang
Yang mendapat nilai 6 ada 0 orang
Yang mendapat nilai 5 ada 6 orang
Yang mendapat nilai 4 ada 5 orang
Yang mendapat nilai 3 ada 5 orang
Yang mendapat nilai 2 ada 3 orang
Yang mendapat nilai 1 ada 2 orang
Yang mendapat nilai 0 ada 7 orang

c. Dengan Menggunakan Sistem PAN

Diketahui data untuk nilai 𝑋̅(rata-rata) dan s (simpangan baku)


diperoleh dari skor aktual. Karena itu tidak cukup diketahui SMInya saja.

Tabel 4.1.2
Persiapan Penghitungan dengan Sistem PAN
no subjek Skor 𝒙𝒊 − 𝒙 ̅ ̅) 𝟐
(𝒙𝒊 − 𝒙
1 A 44,33 26,83 719,84
2 B 36,67 19,17 367,48
3 C 31,67 14,17 200,78
4 D 25 7,5 56,25
5 E 26,67 9,17 84,08

77
6 F 26,67 9,17 84,08
7 G 26,67 9,17 84,08
8 H 21,33 3,83 14,66
9 I 21,33 3,83 14,66
10 J 18,67 1,17 1,36
11 K 16 -1,5 2,25
12 L 22,67 5,17 26,72
13 M 21,67 4,17 17,38
14 N 19 1,5 2,25
15 O 19 1,5 2,25
16 P 19 1,5 2,25
17 Q 16,33 -1,17 1,36
18 R 16,33 -1,17 1,36
19 S 17 -0,5 0,25
20 T 9,33 -8,17 66,74
21 U 6,67 -10,83 117,28
22 V 5,67 -11,83 139,94
23 W 4 -13,5 182,25
24 X 8,67 -8,83 77,96
25 Y 11,33 -6,17 38,06
26 Z 8,67 -8,83 77,96
27 Aa 6 -11,5 132,25
28 Ab 0,67 -16,83 283,24
29 ac 0,67 -16,83 283,24
∑ 3082,26
507,66

∑ 𝑋𝑖
 𝑋̅𝑃𝐴𝑁 = 𝑛
507,66
𝑋̅𝑃𝐴𝑁 =
29
𝑋̅𝑃𝐴𝑁 = 17,50

∑(𝑋𝑖 −𝑋̅ )2
 𝑆𝑃𝐴𝑁 = √ 𝑛

3082,26
𝑆𝑃𝐴𝑁 = √
29
𝑆𝑃𝐴𝑁 = √106,28
𝑆𝑃𝐴𝑁 = 10,30

78
Dengan mensubstitusikan nilai-nilai yang telah diketahui ke dalam
interval penilai skala sebelas, dapat di buat table konversi sebagai berikut:

Tabel Konversi Skala 11


40,67 ≤ 10
35,52 ≤ 9 < 40,67
30,37 ≤ 8 < 35,52
25,22 ≤ 7 < 30,37
20,07 ≤ 6 < 25,22
14,92 ≤ 5 < 20,07
9,77 ≤ 4 < 14,92
4,62 ≤ 3 < 9,77
−0,52 ≤ 2 < 4,62
−5,67 ≤ 1 < −0,52
0 < −5,67
Dengan melihat skor yang diperoleh, dapat diketahui:
Yang mendapat nilai 10 ada 1 orang
Yang mendapat nilai 9 ada 2 orang
Yang mendapat nilai 8 ada 5 orang
Yang mendapat nilai 7 ada 4 orang
Yang mendapat nilai 6 ada 5 orang
Yang mendapat nilai 5 ada 3 orang
Yang mendapat nilai 4 ada 1 orang
Yang mendapat nilai 3 ada 5 orang
Yang mendapat nilai 2 ada 3 orang
Yang mendapat nilai 1 ada 0 orang
Yang mendapat nilai 0 ada 0 orang

d. Dengan Menggunakan Sistem Kombinasi PAP-PAN


1
 𝑋̅𝐾𝑂𝑀𝐵𝐼𝑁𝐴𝑆𝐼 = (𝑋𝑃𝐴𝑃 + 𝑋𝑃𝐴𝑁 )
2
1
𝑋̅𝐾𝑂𝑀𝐵𝐼𝑁𝐴𝑆𝐼 = (35 + 17,50)
2
1
𝑋̅𝐾𝑂𝑀𝐵𝐼𝑁𝐴𝑆𝐼 = (52,5)
2
𝑋̅𝐾𝑂𝑀𝐵𝐼𝑁𝐴𝑆𝐼 = 26,25

79
1
 𝑆𝐾𝑂𝑀𝐵𝐼𝑁𝐴𝑆𝐼 = (𝑆𝑃𝐴𝑃 + 𝑆𝑃𝐴𝑁 )
2
1
𝑆𝐾𝑂𝑀𝐵𝐼𝑁𝐴𝑆𝐼 = (11,67 + 10,30)
2
1
𝑆𝐾𝑂𝑀𝐵𝐼𝑁𝐴𝑆𝐼 = (21,97)
2
𝑆𝐾𝑂𝑀𝐵𝐼𝑁𝐴𝑆𝐼 = 10,98

Dengan mensubstitusikan nilai-nilai yang telah diketahui ke dalam


interval penilai skala sebelas, dapat di buat table konversi sebagai berikut:

Tabel Konversi Skala 11


50,95 ≤ 10
45,46 ≤ 9 < 50,95
39,97 ≤ 8 < 45,46
34,48 ≤ 7 < 39,97
28,99 ≤ 6 < 34,48
23,50 ≤ 5 < 28,99
18,01 ≤ 4 < 23,50
12,52 ≤ 3 < 18,01
7,03 ≤ 2 < 12,52
1,54 ≤ 1 < 7,03
0 < 1,54
Dengan melihat skor yang diperoleh, dapat diketahui:
Yang mendapat nilai 10 ada 0 orang
Yang mendapat nilai 9 ada 0 orang
Yang mendapat nilai 8 ada 1 orang
Yang mendapat nilai 7 ada 3 orang
Yang mendapat nilai 6 ada 4 orang
Yang mendapat nilai 5 ada 5 orang
Yang mendapat nilai 4 ada 5 orang
Yang mendapat nilai 3 ada 2 orang
Yang mendapat nilai 2 ada 4 orang
Yang mendapat nilai 1 ada 3 orang
Yang mendapat nilai 0 ada 2 orang

80
Tabel 4.1.3
Perolehan Nilai dengan Menggunakan Skala 11
Sistem Sistem Sistem Kombinasi
No Subjek Skor
PAP PAN PAP-PAN
1 A 44,33 7 10 8
2 B 36,67 5 9 7
3 C 31,67 4 8 6
4 D 25 3 6 5
5 E 26,67 4 7 5
6 F 26,67 4 7 5
7 G 26,67 4 7 5
8 H 21,33 3 6 4
9 I 21,33 3 6 4
10 J 18,67 2 5 4
11 K 27 4 7 5
12 L 22,67 3 6 4
13 M 21,67 3 6 4
14 N 33 5 8 6
15 O 34 5 8 6
16 P 35 5 8 7
17 Q 16,33 2 5 3
18 R 16,33 2 5 3
19 S 36 5 9 7
20 T 9,33 1 3 2
21 U 6,67 0 3 1
22 V 5,67 0 3 1
23 W 4 0 2 1
24 X 8,67 0 3 2
25 Y 11,33 1 4 2
26 Z 8,67 0 3 2
27 Aa 33 5 8 6
28 Ab 0,67 0 2 0
29 ac 0,67 0 2 0

81
IV.2 SKALA 10

Untuk skala 10 skor actual siswa ditransfer ke dalam nilai 1, 2, 3, 4, 5,


6, 7, 8, 9, dan 10.

a. Dengan Menggunakan Sistem PAP


Dari skala sebelumnya di dapat 𝑋̅𝑃𝐴𝑃 = 35 dan 𝑆𝑃𝐴𝑃 = 11,66, maka
untuk skala 10 tabel konversinya menjadi:

Tabel Konversi Skala 10


61,25 ≤ 10
55,42 ≤ 9 < 61,25
49,58 ≤ 8 < 55,42
43,75 ≤ 7 < 49,58
37,91 ≤ 6 < 43,75
32,08 ≤ 5 < 37,91
26,24 ≤ 4 < 32,08
20,41 ≤ 3 < 26,24
14,57 ≤ 2 < 20,41
1 < 14,57

Dari tabel konversi tersebut diperoleh nilai siswa sebagai berikut:


Tabel 4.2.1
Perolehan Nilai dengan Menggunakan Sistem PAP

No skor Skala 10 sistem PAP


1 44,33 7
2 36,67 5
3 31,67 4
4 25 3
5 26.67 5
6 26,67 5
7 26,67 5
8 21,33 3
9 21,33 3
10 18,67 2
11 16 2
12 22,67 3
13 21,67 3

82
14 19 2
15 19 2
16 19 2
17 16,33 2
18 16,33 2
19 17 2
20 9,33 1
21 6,67 1
22 5,67 1
23 4 1
24 8,67 1
25 11,33 1
26 8,67 1
27 6 1
28 0,67 1
29 0,67 1

Dari data table tersebut, diperoleh:


1 orang siswa mendapat nilai 7
4 orang siswa mendapat nilai 5
1 orang siswa mendapat nilai 4
5 orang siswa mendapat nilai 3
8 orang siswa mendapat nilai 2
10 orang siswa mendapat nilai 1

b. Dengan Menggunakan Sistem PAN


Dari skala sebelumnya di dapat 𝑋̅𝑃𝐴𝑁 = 17,50 dan 𝑆𝑃𝐴𝑁 = 10,30 ,
maka untuk skala 10 tabel konversinya menjadi:

Tabel Konversi Skala 10


40.67 ≤ 10
35,52 ≤ 9 < 40,67
30,37 ≤ 8 < 35,52
25,22 ≤ 7 < 30,37
20,07 ≤ 6 < 25,22
14,93 ≤ 5 < 20,07
9,77 ≤ 4 < 14,93

83
4,62 ≤ 3 < 9,77
−0,52 ≤ 2 < 4,62
1 < −0,52

Dari tabel konversi tersebut diperoleh nilai siswa sebagai berikut:


Tabel 4.2.2
Perolehan Nilai dengan Menggunakan Sistem PAN

No skor Skala 10 sistem PAN


1 44,33 10
2 36,67 9
3 31,67 8
4 25 6
5 26.67 7
6 26,67 7
7 26,67 7
8 21,33 6
9 21,33 6
10 18,67 5
11 16 5
12 22,67 6
13 21,67 6
14 19 5
15 19 5
16 19 5
17 16,33 5
18 16,33 5
19 17 5
20 9,33 3
21 6,67 3
22 5,67 3
23 4 2
24 8,67 3
25 11,33 4
26 8,67 3
27 6 3
28 0,67 2
29 0,67 2

84
Dari data tabel tersebut, diperoleh :
1 orang siswa mendapat nilai 10
1 orang siswa mendapat nilai 9
1 orang siswa mendapat nilai 8
3 orang siswa mendapat nilai 7
5 orang siswa mendapat nilai 6
8 orang siswa mendapat nilai 5
1 orang siswa mendapat nilai 4
6 orang siswa mendapat nilai 3
3 orang siswa mendapat nilai 2

c. Dengan Menggunakan Sistem Kombinasi PAP dan PAN


Dari skala sebelumnya di dapat 𝑋̅𝐾𝑂𝑀𝐵𝐼𝑁𝐴𝑆𝐼 = 26,25dan 𝑆𝐾𝑂𝑀𝐵𝐼𝑁𝐴𝑆𝐼 =
10,98 , maka untuk skala 10 tabel konversinya menjadi:

Tabel Konversi Skala 10


50,95 ≤ 10
45,46 ≤ 9 < 50,95
39,97 ≤ 8 < 45,46
34,48 ≤ 7 < 39,97
28,99 ≤ 6 < 34,48
23,50 ≤ 5 < 28,99
18,01 ≤ 4 < 23,50
12,52 ≤ 3 < 18,01
7,03 ≤ 2 < 12,52
1 < 7,03

Dari tabel konversi tersebut diperoleh nilai siswa sebagai berikut:


Tabel 4.2.3
Perolehan Nilai dengan Menggunakan Sistem Kombinasi PAP-PAN
No skor Skala 10 sistem PAN
1 44,33 8
2 36,67 7
3 31,67 6
4 25 5
5 26.67 5

85
6 26,67 5
7 26,67 5
8 21,33 4
9 21,33 4
10 18,67 4
11 16 3
12 22,67 4
13 21,67 4
14 19 4
15 19 4
16 19 4
17 16,33 3
18 16,33 3
19 17 3
20 9,33 2
21 6,67 1
22 5,67 1
23 4 1
24 8,67 2
25 11,33 2
26 8,67 2
27 6 1
28 0,67 1
29 0,67 1

Dari data tebel tersebut diperoleh:


1 orang siswa mendapat nilai 8
1 orang siswa mendapat nilai 7
1 orang siswa mendapat nilai 6
4 orang siswa mendapat nilai 5
8 orang siswa mendapat nilai 4
4 orang siswa mendapat nilai 3
4 orang siswa mendapat nilai 2
6 orang siswa mendapat nilai 1

86
IV.3 SKALA 9
Skala Sembilan diambil dari kata “Standard Nine” yang disingkat
Stanin. Seperti halnya skala 11, pada skala ini distribusi yang merupakan kurva
normal dibagi menjadi 9 daerah interval yang sama.
a. Dengan Menggunakan Sistem PAP
Dari skala sebelumnya di dapat 𝑋̅𝑃𝐴𝑃 = 35 dan 𝑆𝑃𝐴𝑃 = 11,66, maka
untuk skala 9 tabel konversinya menjadi:

Tabel Konversi Skala 9


55,42 ≤ 9
49,58 ≤ 8 < 55,42
43,75 ≤ 7 < 49,58
37,91 ≤ 6 < 43,75
32,08 ≤ 5 < 37,91
26,24 ≤ 4 < 32,08
20,41 ≤ 3 < 26,24
14,57 ≤ 2 < 20,41
1 < 14,57

Dari tabel konversi tersebut diperoleh nilai siswa sebagai berikut:


Tabel 4.3.1
Perolehan Nilai dengan Menggunakan Sistem PAP

No skor Skala 9 sistem PAP


1 44,33 7
2 36,67 5
3 31,67 4
4 25 3
5 26.67 4
6 26,67 4
7 26,67 4
8 21,33 3
9 21,33 3
10 18,67 2
11 16 2
12 22,67 3
13 21,67 3
14 19 2
15 19 2
16 19 2
17 16,33 2

87
18 16,33 2
19 17 2
20 9,33 1
21 6,67 1
22 5,67 1
23 4 1
24 8,67 1
25 11,33 1
26 8,67 1
27 6 1
28 0,67 1
29 0,67 1

Dari data tebel tersebut diperoleh:


1 orang siswa mendapat nilai 7
1 orang siswa mendapat nilai 5
4 orang siswa mendapat nilai 4
5 orang siswa mendapat nilai 3
8 orang siswa mendapat nilai 2
10 orang siswa mendapat nilai 1

b. Dengan Menggunakan Sistem PAN


Dari skala sebelumnya di dapat 𝑋̅𝑃𝐴𝑁 = 17,50 dan 𝑆𝑃𝐴𝑁 = 10,30 ,
maka untuk skala 9 tabel konversinya menjadi:

Tabel Konversi Skala 9


35,52 ≤ 9
30,37 ≤ 8 < 35,52
25,22 ≤ 7 < 30,37
20,07 ≤ 6 < 25,22
14,92 ≤ 5 < 20,07
9,77 ≤ 4 < 14,92
4,62 ≤ 3 < 9,77
-0,52 ≤ 2 < 4,62
1 < -0,52

88
Dari tabel konversi tersebut diperoleh nilai siswa sebagai berikut:
Tabel 4.3.2
Perolehan Nilai dengan Menggunakan Sistem PAN

No skor Skala 9 sistem PAN


1 44,33 9
2 36,67 9
3 31,67 8
4 25 6
5 26.67 7
6 26,67 7
7 26,67 7
8 21,33 6
9 21,33 6
10 18,67 5
11 16 5
12 22,67 6
13 21,67 6
14 19 5
15 19 5
16 19 5
17 16,33 5
18 16,33 5
19 17 5
20 9,33 3
21 6,67 3
22 5,67 3
23 4 2
24 8,67 3
25 11,33 4
26 8,67 3
27 6 3
28 0,67 2
29 0,67 2

Dari data tebel tersebut diperoleh:


2 orang siswa mendapat nilai 9
1 orang siswa mendapat nilai 8
3 orang siswa mendapat nilai 7

89
5 orang siswa mendapat nilai 6
8 orang siswa mendapat nilai 5
1 orang siswa mendapat nilai 4
6 orang siswa mendapat nilai 3
3 orang siswa mendapat nilai 2
0 orang siswa mendapat nilai 1

c. Dengan Menggunakan Sistem Kombinasi PAP dan PAN


Dari skala sebelumnya di dapat 𝑋̅𝐾𝑂𝑀𝐵𝐼𝑁𝐴𝑆𝐼 = 26,25dan 𝑆𝐾𝑂𝑀𝐵𝐼𝑁𝐴𝑆𝐼 =
10,98 , maka untuk skala 9 tabel konversinya menjadi:

Tabel Konversi Skala 9


45,46 ≤ 9
39,97 ≤ 8 < 45,46
34,48 ≤ 7 < 39,97
28,99 ≤ 6 < 34,48
23,50 ≤ 5 < 28,99
18,01 ≤ 4 < 23,50
12,52 ≤ 3 < 18,01
7,03 ≤ 2 < 12,52
1 < 7,03

Dari tabel konversi tersebut diperoleh nilai siswa sebagai berikut:


Tabel 4.3.3
Perolehan Nilai dengan Menggunakan Sistem Kombinasi PAP-PAN

No skor Skala 9 sistem Kombinasi


1 44,33 8
2 36,67 7
3 31,67 6
4 25 5
5 26.67 5
6 26,67 5
7 26,67 5
8 21,33 4
9 21,33 4
10 18,67 4
11 16 3
12 22,67 4

90
13 21,67 4
14 19 4
15 19 4
16 19 4
17 16,33 3
18 16,33 3
19 17 3
20 9,33 2
21 6,67 1
22 5,67 1
23 4 1
24 8,67 2
25 11,33 2
26 8,67 2
27 6 1
28 0,67 1
29 0,67 1

Dari data tebel tersebut diperoleh:


0 orang siswa mendapat nilai 9
1 orang siswa mendapat nilai 8
1 orang siswa mendapat nilai 7
1 orang siswa mendapat nilai 6
4 orang siswa mendapat nilai 5
8 orang siswa mendapat nilai 4
4 orang siswa mendapat nilai 3
4 orang siswa mendapat nilai 2
6 orang siswa mendapat nilai 1

Tabel 4.3.4
Perolehan Nilai dengan Menggunakan Skala 9

No Subjek Skor Sistem Sistem Sistem Kombinasi


PAP PAN PAP-PAN
1 A 44,33 7 10 8
2 B 36,67 5 9 7
3 C 31,67 4 8 6

91
4 D 25 3 6 5
5 E 26,67 4 7 5
6 F 26,67 4 7 5
7 G 26,67 4 7 5
8 H 21,33 3 6 4
9 I 21,33 3 6 4
10 J 18,67 2 5 4
11 K 27 4 7 5
12 L 22,67 3 6 4
13 M 21,67 3 6 4
14 N 33 5 8 6
15 O 34 5 8 6
16 P 35 5 8 7
17 Q 16,33 2 5 3
18 R 16,33 2 5 3
19 S 36 5 9 7
20 T 9,33 1 3 2
21 U 6,67 0 3 1
22 V 5,67 0 3 1
23 W 4 0 2 1
24 X 8,67 0 3 2
25 Y 11,33 1 4 2
26 Z 8,67 0 3 2
27 Aa 33 5 8 6
28 Ab 0,67 0 2 0
29 ac 0,67 0 2 0

92
IV.4 SKALA 5
Skala lima disebut pula skala huruf, karena nilai akhir tidak dinyatakan
dengan angka (bilangan), melainkan dengan huruf A, B, C, D, E.
a. Dengan Menggunakan Sistem PAP
Dari skala sebelumnya di dapat 𝑋̅𝑃𝐴𝑃 = 35 dan 𝑆𝑃𝐴𝑃 = 11,66, maka
untuk skala 5 tabel konversinya menjadi:

Tabel Konversi Skala 5


52,50 ≤ 𝐴
40,83 ≤ 𝐵 < 52,50
29,16 ≤ 𝐶 < 40,83
17,49 ≤ 𝐷 < 29,16
𝐸 < 17,49

Dari tabel konversi tersebut diperoleh nilai siswa sebagai berikut:


Tabel 4.4.1
Perolehan Nilai dengam Menggunakan Sistem PAP

No Skor Skala 5 sistem PAP


1 44,33 A
2 36,67 C
3 31,67 C
4 25 D
5 26.67 D
6 26,67 D
7 26,67 D
8 21,33 D
9 21,33 D
10 18,67 D
11 16 D
12 22,67 D
13 21,67 D
14 19 C
15 19 C
16 19 C
17 16,33 E
18 16,33 E
19 17 C
20 9,33 E
21 6,67 E

93
22 5,67 E
23 4 E
24 8,67 E
25 11,33 E
26 8,67 E
27 6 C
28 0,67 E
29 0,67 E

Dengan melihat skor yang diperoleh, dapat diketahui:


Yang mendapat nilai A ada 1 orang
Yang mendapat nilai B ada 0 orang
Yang mendapat nilai C ada 7 orang
Yang mendapat nilai D ada 10 orang
Yang mendapat nilai E ada 11 orang

b. Dengan Menggunakan Sistem PAN


Dari skala sebelumnya di dapat 𝑋̅𝑃𝐴𝑁 = 17,50 dan 𝑆𝑃𝐴𝑁 = 10,30 ,
maka untuk skala 9 tabel konversinya menjadi:

Tabel Konversi Skala 5


32,95 ≤ 𝐴
22,65 ≤ 𝐵 < 32,95
12,35 ≤ 𝐶 < 22,65
2,05 ≤ 𝐷 < 12,35
𝐸 < 2,05

Dari tabel konversi tersebut diperoleh nilai siswa sebagai berikut:


Tabel 4.4.2
Perolehan Nilai dengan Menggunakan Sistem PAN

No skor Skala 5 sistem PAN


1 44,33 A
2 36,67 A
3 31,67 B
4 25 B
5 26.67 B
6 26,67 B

94
7 26,67 B
8 21,33 B
9 21,33 B
10 18,67 C
11 16 B
12 22,67 B
13 21,67 C
14 19 A
15 19 A
16 19 A
17 16,33 C
18 16,33 C
19 17 A
20 9,33 D
21 6,67 D
22 5,67 D
23 4 D
24 8,67 D
25 11,33 D
26 8,67 D
27 6 A
28 0,67 E
29 0,67 E

Dengan melihat skor yang diperoleh, dapat diketahui:


Yang mendapat nilai A ada 7 orang
Yang mendapat nilai B ada 9 orang
Yang mendapat nilai C ada 4 orang
Yang mendapat nilai D ada 7 orang
Yang mendapat nilai E ada 2 orang

c. Dengan Menggunakan Sistem Kombinasi PAP dan PAN


Dari skala sebelumnya di dapat 𝑋̅𝐾𝑂𝑀𝐵𝐼𝑁𝐴𝑆𝐼 = 26,25 dan
𝑆𝐾𝑂𝑀𝐵𝐼𝑁𝐴𝑆𝐼 = 10,98 , maka untuk skala 9 tabel konversinya menjadi:

Tabel Konversi Skala 5


42,72 ≤ 𝐴
31,74 ≤ 𝐵 < 42,72
20,76 ≤ 𝐶 < 31,74

95
9,78 ≤ 𝐷 < 20,76
𝐸 < 9,78

Dari tabel konversi tersebut diperoleh nilai siswa sebagai berikut:


Tabel 4.4.3
Perolehan Nilai dengan Menggunakan Sistem Kombinasi PAP-PAN

No Skor Skala 5 Sistem Kombinasi PAP-PAN


1 44,33 A
2 36,67 B
3 31,67 C
4 25 C
5 26.67 C
6 26,67 C
7 26,67 C
8 21,33 C
9 21,33 C
10 18,67 D
11 16 C
12 22,67 C
13 21,67 C
14 19 B
15 19 B
16 19 B
17 16,33 D
18 16,33 D
19 17 B
20 9,33 E
21 6,67 E
22 5,67 E
23 4 E
24 8,67 E
25 11,33 D
26 8,67 E
27 6 B
28 0,67 E
29 0,67 E

Dengan melihat skor yang diperoleh, dapat diketahui:


Yang mendapat nilai A ada 1 orang
Yang mendapat nilai B ada 6 orang

96
Yang mendapat nilai C ada 10 orang
Yang mendapat nilai D ada 4 orang
Yang mendapat nilai E ada 8 orang

Tabel 4.4.4
Perolehan Nilai dengan Menggunakan Skala 5

Sistem Sistem Sistem Kombinasi


No Subjek Skor
PAP PAN PAP-PAN
1 A 44,33 A A A
2 B 36,67 C A B
3 C 31,67 C B C
4 D 25 D B C
5 E 26,67 D B C
6 F 26,67 D B C
7 G 26,67 D B C
8 H 21,33 D B C
9 I 21,33 D B C
10 J 18,67 D C D
11 K 27 D B C
12 L 22,67 D B C
13 M 21,67 D C C
14 N 33 C A B
15 O 34 C A B
16 P 35 C A B
17 Q 16,33 E C D
18 R 16,33 E C D
19 S 36 C A B
20 T 9,33 E D E
21 U 6,67 E D E
22 V 5,67 E D E
23 W 4 E D E
24 X 8,67 E D E
25 Y 11,33 E D D
26 Z 8,67 E D E
27 Aa 33 C A B
28 Ab 0,67 E E E
29 ac 0,67 E E E

97
IV.5 SKALA BAKU (Z)

Skala baku (standar) disenut juga skala z, dan nilainya disebut nilai
baku atau nilai z. Nilainya dihitung dengan rumus skala z untuk mengetahui
kedudukan siswa, perolehannya yaitu:
PAP PAN PAP-PAN
̅
𝑿−𝑿 ̅
𝑿−𝑿 ̅
𝑿−𝑿
𝒁= 𝒁= 𝒁=
𝑺 𝑺 𝑺

𝑋̅𝑃𝐴𝑃 = 35 𝑋̅𝑃𝐴𝑁 = 17,50 𝑋̅𝐾𝑂𝑀𝐵𝐼𝑁𝐴𝑆𝐼 = 26,25


𝑆𝑃𝐴𝑃 = 11,66, 𝑆𝑃𝐴𝑁 = 10,30 𝑆𝐾𝑂𝑀𝐵𝐼𝑁𝐴𝑆𝐼 = 10,98

Dengan mensubstitusikan nilai-nilai yang telah diketahui ke dalam


rumus tersebut akan diperoleh nilai siswa sebagai berikut:

Tabel 4.5.1
Perolehan Nilai dengan Skala Baku (z)

Sistem Sistem Sistem Kombinasi PAP-


No Subjek Skor
PAP PAN PAN
1 A 44,33 0,80 2,60 1,64
2 B 36,67 0,14 1,86 0,94
3 C 31,67 -0,28 1,37 0,49
4 D 25 -0,85 0,72 -0,11
5 E 26,67 -0,71 0,89 0,03
6 F 26,67 -0,71 0,89 0,03
7 G 26,67 -0,71 0,89 0,03
8 H 21,33 -1,17 0,37 -0,44
9 I 21,33 -1,17 0,37 -0,44
10 J 18,67 -1,40 0,11 -0,69
11 K 27 -1,62 -0,14 -0,93
12 L 22,67 -1,05 0,50 -0,32
13 M 21,67 -1,14 0,40 -0,41
14 N 33 -1,37 0,14 -0,66
15 O 34 -1,37 0,14 -0,66
16 P 35 -1,37 0,14 -0,66
17 Q 16,33 -1,60 -0,11 -0,90
18 R 16,33 -1,60 -0,11 -0,90
19 S 36 4,45 -0,05 -0,84
20 T 9,33 -2,20 -0,80 -1,54
21 U 6,67 -2,43 -1,05 -1,78
22 V 5,67 -2,43 -1,15 -1,87

98
23 W 4 -2,65 -1,31 -2,03
24 X 8,67 -2,26 -0,86 -1,60
25 Y 11,33 -2,03 -0,60 -1,35
26 Z 8,67 -2,26 -0,86 -1,60
27 Aa 33 -2,48 -1,12 -1,84
28 Ab 0,67 -2,94 -1,63 -2,32
29 ac 0,67 -2,94 -1,63 -2,32

IV.6 SKALA 100

Nilai dengan menggunakan skala 100 disebut skor T yang bergerak


antara interval 10 sampai dengan 90. Nilai dengan menggunakan skala 100 ini
didasari oleh nilai z dengan hubungan:

PAP PAN PAP-PAN


T = 50 + 10𝑧𝑃𝐴𝑃 T = 50 + 10𝑧𝑃𝐴𝑁 T = 50 + 10𝑧𝐾𝑂𝑀𝐵𝐼𝑁𝐴𝑆𝐼

Dengan mensubstitusikan nilai-nilai yang telah diketahui ke dalam


rumus tersebut akan diperoleh nilai siswa sebagai berikut:

Tabel 4.6.1
Perolehan Nilai dengan Menggunakan Skala 100

Sistem Sistem Sistem Kombinasi PAP-


No Subjek Skor
PAP PAN PAN
1 A 44,33 58 76,05 66,46
2 B 36,67 51,43 68,61 59,48
3 C 31,67 47,14 63,75 54,93
4 D 25 41,43 57,28 48,86
5 E 26,67 42,86 58,9 50,38
6 F 26,67 42,86 58,9 50,38
7 G 26,67 42,86 58,9 50,38
8 H 21,33 38,29 53,72 45,52
9 I 21,33 38,29 53,72 45,52
10 J 18,67 36 51,13 43,1
11 K 27 33,71 48,54 40,67
12 L 22,67 39,43 55,02 46,74
13 M 21,67 38,57 54,05 45,83
14 N 33 36,29 51,46 43,4

99
15 O 34 36,29 51,46 43,4
16 P 35 36,29 51,46 43,4
17 Q 16,33 34 48,87 40,97
18 R 16,33 31,71 46,28 38,54
19 S 36 32,29 46,93 39,15
20 T 9,33 28 42,07 34,6
21 U 6,67 25,71 39,48 32,17
22 V 5,67 24,86 38,51 31,26
23 W 4 23,43 36,89 29,74
24 X 8,67 28,29 42,39 34,9
25 Y 11,33 29,71 44,01 36,42
26 Z 8,67 27,43 41,42 33,99
27 Aa 33 25,14 38,83 31,56
28 Ab 0,67 20,57 33,66 26,71
29 ac 0,67 20,57 33,66 26,71

100
BAB V
PERINGKAT DAN TARAF SERAP

V.1 PERINGKAT
Peringkat adalah terjemahan dari kata Rank, yaitu suatu istilah untuk
menyatakan kedudukan seorang siswa dalam kelompoknya menurut urutan
tingkatan. Proses penentuan peringkat tersebut disebut ranking, yaitu dengan
cara mengurutkan nilai-nilai siswa (missal dalam suatu kelas) dari mulai skor
yang paling tinggi berangsur-angsur menuju ke skor yang paling rendah,
sehingga dapat dengan mudah dilihat kedudukan siswa dalam kelompoknya.
Dalam laporan ini kami menggunakan 3 cara untuk menentukan
peringkat tersebut, yaitu:

a. Peringkat Sederhana (Simple Rank)

Peringkat sederhana merupakan urutan yang dinyatakan dengan nomor


(angka) untuk menunjukan letak kedudukan siswa dalam kelasnya. Dalam
penggunaanya sehari-hari, istilah untuk menentukan peringkat sederhana ini
biasanya dikatakan “peringkat” saja.
Langkah-langkah menentukan peringkat sederhana adalah:
 Urutkan skor dari data yang telah didapat dari yang tertinggi ke
yang terbawah (terkecil).
 Beri nomor urut sesuai dengan urutan dari data skor terurut.
 Untuk nomor urut yang menyatakan satu skor maka nomor urut
tersebut adalah nomor peringkat siswa yang bersangkutan
Untuk dua nomor urut yang menyatakan dua skor yang sama, nomor
peringkat untuk kedua siswa yang bersangkutan adalah rerata dari dua nomor
urut tersebur. Begitu pula untuk tiga nomor urut yang menyatakan tiga skor
yang sama, dan seterusnya, atau dapat ditulis:

1
𝑟𝑎𝑛𝑘 = (∑ 𝑋𝑖 )
𝑛

101
Keterangan: n = Banyaknya skor yang sama
Xi = Nomor urut pada skor yang sama
Sehingga peringkat sederhana kelas tersebut adalah :
Tabel 5.1.1
Peringkat Siswa Berdasarkan Peringkat Sederhana

Subjek Skor terurut Simple Rank


A 44,33 1
B 36,67 2
C 31,67 3
E 26,67 1
(4 + 5 + 6) = 5
3
F 26,67 1
(4 + 5 + 6) = 5
3
G 26,67 1
(4 + 5 + 6) = 5
3
D 25 7
L 22,67 8
M 21,67 9
H 21,33 1
(10 + 11) = 10,5
2
I 21,33 1
(10 + 11) = 10,5
2
N 19 1
(12 + 13 + 14) = 13
3
O 19 1
(12 + 13 + 14) = 13
3
P 19 1
(12 + 13 + 14) = 13
3
J 18,67 15
S 17 16
Q 16,33 1
(17 + 18) = 17,5
2
R 16,33 1
(17 + 18) = 17,5
2
K 16 19
Y 11,33 20
T 9,33 21
X 8,67 1
(22 + 23) = 22,5
2
Z 8,67 1
(22 + 23) = 22,5
2
U 6,67 24

102
Aa 6 25
V 5,67 26
W 4 27
Ab 0,67 1
(28 + 29) = 28,5
2
Ac 0,67 1
(28 + 29) = 28,5
2

b. Peringkat Persen (Percentile Rank)

Peringkat persen menunjukan kedudukan seorang siswa dalam kelas


dilihat dari banyaknya persentase siswa yang berada di bawahnya, termasuk
dirinya sendiri.
Rumus yang digunakan untuk menentukan peringkat persen adalah:
𝐽𝑆 − 𝑃𝑆
𝑃𝑃 = × 100
𝐽𝑆
Keterangan: PP = Peringkat Persen
JS = Jumlah Siswa
PS = Peringkat (Sederhana)
Dengan demikian, sebelum menentukan peringkat persen haruslah
mengetahui jumlah siswa dalam kelas tersebut, dan menentukan peringkat
sederhana terlebih dahulu
Sebagai contoh akan dicari PP dari siswa yang menduduki ranking
ketiga yaitu C.
29 − 3
𝑃𝑃𝐶 = × 100 = 89,65
29
Maka PP dari C adalah 89,65. Artinya ada (89,65% x 29) = 26 siswa
yang prestasinya ada di bawah C.
Sehingga peringkat persen kelas tersebut adalah :
Tabel 5.1.2
Peringkat Siswa Berdasarkan Peringkat Persen

Subjek Skor terurut Peringkat persen


A 44,33 96,55
B 36,67 93,10
C 31,67 89,65

103
E 26,67 82,75
F 26,67 82,75
G 26,67 82,75
D 25 75,86
L 22,67 72,41
M 21,67 68,96
H 21,33 63,79
I 21,33 63,79
N 19 55,17
O 19 55,17
P 19 55,17
J 18,67 48,72
S 17 44,82
Q 16,33 39,65
R 16,33 39,65
K 16 34,48
Y 11,33 31,03
T 9,33 27,58
X 8,67 22,41
Z 8,67 22,41
U 6,67 17,24
Aa 6 13,79
V 5,67 10,34
W 4 6,89
Ab 0,67 1,72
Ac 0,67 1,72

c. Peringkat dengan Simpangan Baku

Peringkat dengan menggunakan simpangan baku menggolongkan


siswa-siswa dalam satu kelompok menjadi kelompok-kelompok kecil yang
dibatasi oleh suatu simpangan baku tertentu. Di sini akan dibahas
pengelompokkan menjadi tiga peringkat. Pengelompokkan menjadi tiga
peringkat dasarnya adalah kurva normal standar, yaitu:
 Kelompok atas sebanyak 15.37% yang berada pada peringkat lebih dari
atau sama dengan ̅
X + 1s
 ̅−
Kelompok tengah sebanyak 68.26% yang berada pada interval dariX
̅ + 1s
1s sampaiX

104
 Kelompok bawah sebanyak 15.37% yang berada pada peringkat kurang
̅ − 1s
dari X
̅ = 5,23 dan s =
Dengan menggunakan kalkulator, didapat bahwa X
16,03.
Dengan demikian diperoleh interval :
Interval Peringkat dengan Simpangan Baku
27,8 Kelompok Atas -
7,2 Kelompok Tengah < 27,8
- Kelompok Bawah < 7,2

Dengan begitu, didapat :


Tabel 5.1.3
Peringkat Siswa dengan Simpangan Baku

Subjek Skor terurut PSB


A 44,33 KelompokAtas
B 36,67 KelompokAtas
C 31,67 KelompokAtas
E 26,67 Kelompok Tengah
F 26,67 Kelompok Tengah
G 26,67 Kelompok Tengah
D 25 Kelompok Tengah
L 22,67 Kelompok Tengah
M 21,67 Kelompok Tengah
H 21,33 Kelompok Tengah
I 21,33 Kelompok Tengah
N 19 Kelompok Tengah
O 19 Kelompok Tengah
P 19 Kelompok Tengah
J 18,67 Kelompok Tengah
S 17 Kelompok Tengah
Q 16,33 Kelompok Tengah
R 16,33 Kelompok Tengah
K 16 Kelompok Tengah
Y 11,33 Kelompok Tengah
T 9,33 Kelompok Tengah

105
X 8,67 Kelompok Tengah
Z 8,67 Kelompok Tengah
U 6,67 KelompokBawah
Aa 6 KelompokBawah
V 5,67 KelompokBawah
W 4 KelompokBawah
Ab 0,67 KelompokBawah
Ac 0,67 KelompokBawah

Dari data tabel tersebut, diperoleh data :


3 orang siswa berada pada kelompok atas
20 orang siswa berada pada kelompok tengah
6 orang siswa berada pada kelompok bawah

V.2 TARAF SERAP

Sebagai salah satu tindak lanjut dari pelaksanaan evaluasi adalah


menentukan taraf serap siswa terhadap materi evaluasi (tes) yang telah
dilaksanakan. Hal ini berguna sebagai balikan (feed back) untuk perbaikan
kualitas alat evaluasi yang kami buat. Dengan menentukan taraf serap siswa,
dapat diketahui materi mana atau konsep-konsep mana yang telah dikuasai dan
belum dikuasai.

Pengertian taraf serap adalah sebagai persentase penguasaan siswa


terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya atau materi tes yang
disajikan. Taraf serap dibagi menjadi:
Taraf serap bidang studi adalah taraf serap untuk setiap pokok/sub
pokok bahasan dalam suatu mata pelajaran, yang diperoleh dengan menentukan
rerata presentase jawaban benar dari semua soal yang disajikan yang berkenaan
dengan pokok/sub pokok bahasan itu..
Taraf serap kelas atau taraf serap umum adalah taraf serap yang
berkenaan dengan seluruh atau beberapa bidang studi dalam suatu kelas
tertentu.

106
Kriteria taraf serap menurut E.T. Ruseffendi:
TS ≥ 75% = Taraf serap baik
50% ≤ TS < 75% = Taraf serap cukup
TS < 50% = Taraf serap jelek

Untuk menghitung taraf serap disesuaikan dengan tipe soal, yaitu:

a. Tipe soal pilihan ganda:


𝐽𝑆𝐵 × 100%
𝑇𝑆𝐵 =
𝑛
Keterangan:
𝑇𝑆𝐵 = Taraf serap butir soal
𝐽𝑆𝐵 = Jumlah siswa yang menjawab benar
n = Banyaknya testi/subjek

Perhitungan no. soal 1, 2, dan 7:


23 × 100%
𝑇𝑆𝐵 = = 79,31%
29
Perhitungan no. soal 3 dan 6:
21 × 100%
𝑇𝑆𝐵 = = 72,41%
29
Perhitungan no. soal 5:
18 × 100%
𝑇𝑆𝐵 = = 62,06%
29
Perhitungan no. soal 4:
24 × 100%
𝑇𝑆𝐵 = = 82,75%
29
Perhitungan no. soal 8:
14 × 100%
𝑇𝑆𝐵 = = 48,27%
29
Perhitungan no. soal 9 dan 10:
6 × 100%
𝑇𝑆𝐵 = = 20,68%
29
Perhitungan no. soal 11:

107
10 × 100%
𝑇𝑆𝐵 = = 34,48%
29

Perhitungan no. soal 12:


12 × 100%
𝑇𝑆𝐵 = = 41,38%
29
Perhitungan no. soal 13:
9 × 100%
𝑇𝑆𝐵 = = 31,03%
29
Perhitungan no. soal 14:
8 × 100%
𝑇𝑆𝐵 = = 27,58%
29
Perhitungan no. soal 15:
3 × 100%
𝑇𝑆𝐵 = = 10,34%
29

Maka kriteria taraf serapnya adalah:


Tabel 5.2.1
Taraf Serap Butir Soal Objektif (Pilihan Ganda)

NomorSoal Taraf Serap Butir (%) Keterangan


1 79,31 Baik
2 79,31 Baik
3 72,41 Cukup
4 82,75 Baik
5 62,06 Cukup
6 72,41 Cukup
7 79,31 Baik
8 48,27 Jelek
9 20,68 Jelek
10 20,68 Jelek
11 34,48 Jelek
12 41,38 Jelek
13 31,03 Jelek
14 27,58 Jelek
15 10,34 Jelek
Total 762

108
b. Tipe soal uraian (esay):
𝐽𝑆
𝑇𝑆𝐵 = × 100%
𝑏
Keterangan:
JS = Jumlah bobot siswa
b = Bobot dari seluruh siswa yang menjawab sempurna
Perhitungan no. soal 16:
JS = 154
b = 29 x 20 = 580
154
𝑇𝑆𝐵 = × 100% = 26,55%
580

Perhitungan no. soal 17:


JS = 50
b = 29 x 5 = 145
50
𝑇𝑆𝐵 = × 100% = 34,48%
145

Maka kriteria taraf serapnya adalah:


Tabel 5.2.2
Taraf Serap Butir Soal Subjektif (Uraian)

Nomor soal Taraf Serap Butir (%) Keterangan


16 26,55 Jelek
17 34,48 Jelek
Total 61,03

Taraf serap umum, materi Faktorisasi Suku Aljabar adalah:

Total taraf serap butir soal PG + Total taraf serap butir soal esay
𝑇𝑆 =
𝑛
762 + 61,03
𝑇𝑆 =
17
TS = 48,41%
Kesimpulannya taraf serap untuk materi Faktorisasi Suku Aljabar adalah jelek.

109
BAB VI
PENUTUP

VI.1 KESIMPULAN

Berdasarkan uji coba yang telah kami lakukan, kami membatasi hanya
mengolah atau menghitung validitas, realibilitas, derajat kesukaran, daya
pembeda, efektivitas opsi, pemberian skor dan nilai, serta taraf serap dan
peringkat.
Hasil pengolahan yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut:

Alat
No. Nilai kriteria No.Soal ∑ 𝒔𝒐𝒂𝒍 Presentase
Evaluasi
1 Validitas 0,90 < rxy ≤ 1,00 Sangat tinggi - 0 0%
0,70 < rxy ≤ 0,90 Tinggi 16(uraian) 1 5,88%
2,3,6,7,9
0,40 < rxy ≤ 0,70 Sedang dan 6 35,29%
17(uraian)
1,4,5,8,12,
0,20 < rxy ≤ 0,40 Rendah 6 35,29%
dan 14
Sangat 10,11, dan
0,00 < rxy ≤ 0,20 3 17,65%
rendah 13
rxy ≤ 0,00 Tidak valid 15 1 5,88%
2 Reliabilitas
a. Pilihan
0,62 tinggi
jamak
b. Uraian 0,28 rendah
3 Daya
0,70 < 𝐷𝑃 ≤ 1,00 Sangat baik - 0 0%
Pembeda
0,40 < 𝐷𝑃 ≤ 0,70 Baik 3 1 5,88%
1,2,4,5,6,7,
8,11,12,
0,20 < 𝐷𝑃 ≤ 0,40 Cukup 10 58,82%
dan
16(uraian)
9,10,14,
0,00 < 𝐷𝑃 ≤ 0,20 Jelek dan 4 23,53%
17(uraian)
DP ≤ 0,00 Sangat jelek 13 dan 15 2 11,76%
4 Indeks IK = 1,00 Terlalu - 0 0%

110
Kesukaran mudah
1,3,4,6, dan
0,70 < 𝐼𝐾 < 1,00 Mudah 5 29,41%
7
2,5,8,11,12,
0,30 < 𝐼𝐾 ≤ 0,70 Sedang 6 35,29%
dan 13
9,10,14,15,
16(uraian),
0,00 < 𝐼𝐾 ≤ 0,30 Sukar 6 35,29%
dan
17(uraian)
IK = 0,00 Terlalu sukar - 0 0%

Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat bahwa :


Soal yang memiliki validitas sangat tinggi sebanyak 0%, tinggi
sebanyak
5,88%, validitas sedang yaitu 35,29%, validitas rendah 35,29%, validitas
sangat rendah 17,65% dan tidak valid 5,88%. Maka kami mengambil
kesimpulan soal yang kami buat sudah cukup dalam mengevaluasi
kemampuan siswa.
Reliabilitas soal tipe objektif dengan nilai 0,62 (Tinggi), dan reliabilitas soal
subjektif dengan nilai 0,28 (Rendah). Secara keseluruhan bentuk tes ini
memiliki reliabilitas cukup atau sedang. Dengan demikian alat ukur ini akan
memberikan hasil yang tetap sama (konsisten, ajeg), tidak terpengaruh oleh
pelaku, situasi dan kondisi.
Untuk daya pembeda dengan kriteria sangat baik 0 %, baik 5,88%,
cukup 58,82%, jelek 23,53%dan sangat jelek 11,76%. Berdasarkan hasil
tersebut, bisa dikatakan alat evaluasi ini kurang efektif karena alat tes yang
baik harus bisa membedakan antara siswa yang pandai, rata-rata, dan yang
bodoh, karena dalam satu kelas terdiri dari ketiga kelompok tersebut.
Indeks Kesukaran dengan kriteria terlalu mudah sebanyak 0%, mudah
sebanyak 29,41% kriteria sedang 35,29% dan kriteria sukar sebanyak 35,29%
dan untuk terlalu sukar 0%. Soal yang diberikan tidak terlalu sukar.
 Pemberian nilai kami menggunakan beberapa skala penilaian yaitu skala
sebelas, sepuluh, sembilan, lima, skala baku dan skala seratus dengan
sistem yang digunakan adalah PAP, PAN, dan kombinasi PAP-PAN.

111
 Tingkat penguasaan siswa yang paling besar adalah 63,32 % dan yang
terkecil adalah 0,95 %.
 Peringkat yang paling tinggi adalah 1 dan yang paling rendah adalah 28,5
dari jumlah siswa sebanyak 29 siswa.

VI.2 SARAN

Setelah kami melakukan uji coba terhadap SMP Nur Kautsar. Ada
beberapa hal yang mungkin bisa dijadikan sebagai bahan pelajaran bagi siapa
saja yang akan melakukan kegiatan serupa atau bahkan dalam memberikan
evaluasi yang sebenarnya. Adapun hal tersebut sebagai berikut:
1. Dalam menyusun makalah ini kita haruslah menguasai materi evaluasi
pendidikan itu sendiri sehingga dikemudian hari pada saat kita
mengevaluasi siswa tidak menemui kendala yang berarti. Penguasaan
materi evaluasi pendidikan sangat diperlukan untuk bisa menyusun
laporan ini atau bahkan untuk melakukan evaluasi yang sebenarnya kelak
dikemudian hari
2. Sebaiknya dalam pembuatan soal untuk mengevaluasi kita mengetahui
materi apa yang sudah diterima dan materi apa yang belum diberikan
sehingga tidak terjadi human error.. Sebelum memberikan soal tes pada
siswa hendaknya kita re-check dari apa yang kita buat untuk menghindari
human error. Karena soal merupakan sesuatu yang urgen bagi lancarnya
pemprosesan data.
3. Koordinasi dengan pihak sekolah terutama dengan guru yang
bersangkutan haruslah berjalan dengan baik, sehingga dalam proses
observasi evaluasi dapat berjalan dengan lancar.
4. Sebelumya kita harus mengetahui terlebih dahulu apa yang kita hendak
olah dari data hasil uji coba supaya kita dapat mempersiapkan segala
sesuatunya.
5. Bila kita mendapat kesulitan hendaknya kita bertanya kepada yang lebih
bisa dari kita, baik teman sendiri atau kakak tingkat.

112
6. Dalam menyusun makalah sebaiknya tidak ditunda – tunda karena
membutuhkan waktu yang tidak sedikit.
7. Dalam memilih sekolah yang akan di jadikan tempat observasi sebaiknya
jangan yang terlalu jauh dari transportasi umum, sehingga kita tidak
susah untuk menjangkau sekolah tersebut.
8. Kekompakan dan tanggung jawab dalam membuat makalah ini sebaiknya
harus ditanamkan dalam diri masing-masing.

113
DAFTAR PUSTAKA

1. Suherman, Erman dan Yaya Sukjaya. 1990. Evaluasi Pendidikan


Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157.
2. Vairil F. Sitanggang, dkk..2011. Laporan Hasil Uji Coba Alat Evaluasi
Matematika. Bandung: Universitas Pasundan
3. Internet

114
LAMPIRAN 1
SURAT KETERANGAN OBSERVASI

115
116
117
LAMPIRAN 2
KISI-KISI TES MATEMTAIKA

118
119
120
LAMPIRAN 3
NILAI ULANGAN HARIAN
MATEMATIKA KELAS VIII A

121
122
LAMPIRAN 4
SOAL TES MATEMATIKA

123
124
125
126
LAMPIRAN 5
JAWABAN TES MATEMATIKA

127
128
129
130
131
LAMPIRAN 6
HASIL TES MATEMATIKA

132

Anda mungkin juga menyukai