PENDAHULUAN
1
dilakukan sebelum, selama, dan setelah kegiatan belajar-mengajar berlangsung.
Makna bagi siswa dapat diketahui apakah ia telah berhasil atau belum dalam
mengikuti kegiatan belajar-mengajar. Jika ia berhasil akan mendapat kepuasan.
Hal ini akan mendorong siswa untuk lebih rajin. Sebaliknya jika tidak berhasil
ia tidak mendapat kepuasan. 2 kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu kesadaran
yang mendorong motivasi belajarnya atau sebaliknya menjadi fruatasi. Makna
bagiguru, ia akan mengetahui kualitas siswanya, secara individual maupun
kelompok. Disamping itu ia dapat mengevaluasi diri mengenai kegiatan belajar
mengajar yang telah dilaksanakannya, kekurangan atau kelebihannya.
Evaluasi dalam pendidikan dapat pula berfungsi sebagai alat untuk
mendiagnose kesulitan belajar siswa dan mengukur keberhasilan belajar
sebagai balikan (feed back) bagi guru. Maka dari itu kami sebagai calon guru
haruslah dapat menyusun alat evaluasi yang baik agar dapat mengukur sejauh
mana keberhasilan pembelajaran yang telah diterapkan.
Kami memilih SMP Nur Kautsar sebagai sekolah untuk membantu
kami melatih kemampuan dalam membuat Alat Evaluasi yang dapat
berkualitas baik. Kami membuat alat evaluasi yang bersifat tes, dengan tipe
soal pilihan ganda dan tipe soal uraian(esay). Dengan Materi “Faktorisasi Suku
Aljabar” pada kelas VIII.
Kami mengharapkan soal yang kami buat dapat memenuhi kriteria
sebagai alat evaluasi test yang berkualitas baik, yaitu mempunyai validitas,
reliabilitas, dan daya beda yang tinggi, serta tingkat kesukaran yang sedang,
dan yang tidak kalah pentingnya, soal tersebut dapat mengukur kompetensi
yang diharapkan tercapai.
2
3. Apakah alat evaluasi yang digunakan memilki indeks kesukaran yang
baik?
4. Apakah alat evaluasi yang digunakan memilki efektifitas option yang
baik?
5. Apakah alat evaluasi yang digunakan memilki daya pembeda yang
baik?
6. Bagaimana cara memberikan skor?
7. Bagaimana pendistribusian nilai pada skala sebelas, skala sepuluh,
skala sembilan, skala lima, skala Z (baku), dan skala T (seratus)?
8. Bagaimana peringkat dan taraf serap siswa terhadap materi yang diuji
cobakan?
9. Bagaimana hasil analisis dari keseluruhan data yang telah diolah?
1. Tujuan Umum
Untuk menerapkan konsep-konsep yang sudah dipelajari dalam mata
kuliah Evaluasi Pembelajaran Matematika, sebagai salah satu bekal untuk
meningkatkan kualitas output-output dari pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu membuat alat evaluasi yang baik.
b. Mampu mengolah alat evaluasi.
c. Mampu menganalisis alat evaluasi yang diuji cobakan.
d. Mampu mengetahui kelemahan-kelemahan yang terdapat pada
alat evaluasi yang dibuat dan memperbaikinya.
3
tahapan dari awal sampai akhir dalam pelaksanaan evaluasi pendidikan yang
terdiri dari perencanaan (planning), pengumpulan data (collecting), verifikasi
data (verification), analisis data (analysis), dan penafsiran (interpretation).
Berikut adalah prosedur evaluasi yang kami tempuh:
1. Tahap Perencanaan (planning)
Tahap perencanaan (planning) meliputi kegiatan merumuskan tujuan
evaluasi yang dilaksanakan. Dalam tahap inikegiatan yang kami lakukan
adalah penentuan materi tes, pembuatan kisi-kisi soal tes, perumusan tujuan
pembelajaran khusus dan penyusunan format penulisan soal.
2. Tahap Pengumpulan Data (collecting)
Tahap pengumpulan data ini meliputi kegiatan tes itu sendiri yang
dilanjutkan dengan kegiatan pemeriksaan hasil tes dan pemberian skor.
3. Verifikasi data (verification)
Setelah pemberian skor, kemudian diberi nilai serta dikelompokkan
menurut tinggi rendah nilai, jenis kelamin, atau hal lainnya sesuai dengan
tujuan pengelompokkan tersebut.
4. Analisis (analysis)
Setelah diverifikasi, data tersebut dianalisis atau diolah menggunakan
teknik analisis statistik atau analisis non statistik.
5. Tahap Interpretasi (interpretation)
Tahap interpretasi merupakan tahap akhir dari prosedur evaluasi yaitu
kesimpulan atau keputusan hasil evaluasi. Interpretasi dilakukan atas dasar
kriteria tertentu yang telah disusun secara rasional atau telah dibakukan.
Interpretasi hasil evaluasi tersebut bisa berupa pernyataan atau keputusan yang
dinyatakan dengan kata-kata baik-cukup-buruk, tinggi-rendah-sedang, lulus-
tidak lulus, dan lain-lain
4
I.5 ISTILAH-ISTILAH YANG DIGUNAKAN
5
Koefisien korelasi adalah bilangan yang menunjukkan besarnya tingkat
kesejajaran dan kesesuaian.
Koefisien validitas adalah bilangan yang menunjukkan hubungan antara
alat evaluasi yang akan diketahui validitasnya dengan dengan alat ukur
lain yang telah memiliki validitas yang tinggi.
KR-20 adalah salah satu rumus untuk mencari reliabilitas, perangkat tes
evaluasi dengan proposisi subjek yang menjawab benar dan salah.
Kriterium adalah kumpulan kriteria-kriteria tertentu.
Nilai adalah hasil pengolahan dari skor yang diolah dengan
menggunakan aturan dan kriteria tertentu, sehingga dapat
diinterpretasikan.
Observasi adalah kegiatan mengamati dan meneliti keadaan sekitar.
Omit adalah testi yang mengabaikan semua option.
Option adalah alternatif jawaban atau kemungkinan jawaban yang harus
dipilih.
Option kunci adalah option yang merupakan jawaban yang benar.
Option pengecoh adalah option lain selain option kunci.
PAN ( Penilaian Acuan Normatif) adalah cara membandingkan skor
yang diperoleh individu (siswa) dengan skor yang diperoleh siswa
lainnya dalam kelompok tes tersebut.
PAP (Penilaian Acuan Patokan) adalah cara membandingkan skor yang
diperoleh individu (siswa) dengan suatu standar yang sifatnya mutlak.
PAP-PAN adalah mengkombinasikan antara system PAP dan PAN.
Peringkat adalah suatu istilah untuk menyatakan kedudukan seorang
siswa dalam kelompoknya menurut urutan tingkatan.
Peringkat persen adalah kedudukan seorang siswa dalam kelompoknya
dilihat dari banyaknya persentase siswa yang berada dibawahnya,
termasuk dirinya sendiri.
6
Peringkat simpangan adalah menggolongkan siswa-siswa dalam suatu
kelompok menjadi kelompok-kelompok kecil yang dibatasi oleh
simpangan baku tertentu.
Prosedur evaluasi adalah langkah-langkah terurut yang harus ditempuh
dalam melaksanakan evaluasi.
Reliabilitas adalah suatu alat evaluasi yang memberikan hasil yang
tetap sama (konsisten).
Sistematis adalah terurut.
Skor adalah bobot untuk suatu butir soal atau data mentah dari hasil
evaluasi, belum diolah lebih lanjut.
Taraf serap adalah persentase penguasaan siswa terhadap bahan
pelajaran yang telah dipelajarinya.
Testi adalah subjek yang dievaluasi.
Tujuan instruksional adalah tujuan yang ingin dicapai dari setiap
kegiatan instruksional atau pembelajaran.
Validitas adalah keabsahan atau ketepatan alat evaluasi.
Validitas butir adalah validitas tiap butir soal.
Validitas banding adalah validitas yang kriteriumnya terdapat pada
waktu yang bersamaan dengan alat evaluasi yang diselidiki
validitasnya.
Verifikasi adalah penyaringan atau seleksi.
𝑵 ∑ 𝑿𝒀 – (∑ 𝑿 )(∑ 𝒀)
𝒓=
√(𝑵 ∑ 𝒙𝟐 − (∑ 𝑿)𝟐 )(𝑵 ∑ 𝒀𝟐 − (∑ 𝒀)𝟐 )
7
N = jumlah subjek (testi)
X = skor tiap butir soal
Y = skor total
b) Validitas internal
𝑵 ∑ 𝑿𝒀 – (∑ 𝑿 )(∑ 𝒀)
𝒓=
√(𝑵 ∑ 𝒙𝟐 − (∑ 𝑿)𝟐 )(𝑵 ∑ 𝒀𝟐 − (∑ 𝒀)𝟐 )
8
Untuk tes bentuk esay
𝑛 ∑ 𝑠𝑖2
r11= ( ) (1 − 2 )
𝑛−1 𝑠𝑡
Keterangan: n = Banyak butir soal
𝑠𝑖2 = Jumlah varians skor setiap item (soal)
𝑠𝑡2 = Variansi skor total
𝑋̅𝐴 − 𝑋̅𝐵
𝐷𝑃 =
𝑏
9
𝐽𝐵𝐴 + 𝐽𝐵𝐵
𝐼𝐾 =
𝐽𝑆𝐴 + 𝐽𝑆𝐵
𝑋̅
𝐼𝐾 =
𝑏
𝐽S
𝑠 = (𝐽B − )×𝑏
(𝑛 − 1)
Keterangan: S = Skor
JB = Jumlah jawaban benar
JS = Jumlah jawaban salah
b = Bobot
n = Banyak opsi yang disediakan pada setiap butir
soal
𝑺
𝑻𝑷𝑺 = × 𝟏𝟎𝟎%
𝑺𝑴𝑰
10
S = skor yang diperoleh siswa
SMI = skor maksimal ideal
∑(𝑋𝑖 − 𝑥̅ )2
𝑠𝑃𝐴𝑁 = √
𝑛
11
n = Banyaknya subjek
X−X̅
z=
s
12
Menentukan nomor urut peringkat yang menyatakan skor yang
sama:
1
𝑟𝑎𝑛𝑘 = (∑ 𝑋𝑖 )
𝑛
Keterangan: n = Banyaknya skor yang sama
Xi = Nomor urut pada skor yang sama
b. Peringkat persen:
𝐽𝑆 − 𝑃𝑆
𝑃𝑃 = × 100
𝐽𝑆
Keterangan: PP = Peringkat Persen
JS = Jumlah Siswa
PS = Peringkat (Sederhana)
𝐽𝑆𝐵 × 100%
𝑇𝑆𝐵 =
𝑛
Keterangan:
𝑇𝑆𝐵 = Taraf serap butir soal
𝐽𝑆𝐵 = Jumlah siswa yang menjawab benar
n = Banyaknya testi/subjek
Tipe soal esay:
𝐽𝑆
𝑇𝑆𝐵 = × 100%
𝑏
Keterangan:
𝑇𝑆𝐵 = Taraf serap butir soal
JS = Jumlah bobot siswa
b = Bobot dari seluruh siswa yang menjawab sempurna
13
I.7 SISTEMATIKA PENULISAN
Bab IV pemberian skor dan nilai terdiri dari penskoran tipe soal
objektif, uraian dan skor total; dan penilaian dengan menggunakan Sistem
PAP, PAN dan Kombinasi PAP-PAN skala sebelas, skala sepuluh, skala
sembilan, skala lima, skala Z (baku), skala T (seratus).
14
BAB II
PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN UJI
INSTRUMEN
Tahap awal pada pelaksanaan Uji coba alat evaluasi dimulai dengan
mempersiapkan surat pengantar dari Universitas Pasundan. Berbekal surat
tersebut langkah selanjutnya menentukan sekolah mana yang akan kami
jadikan tempat untuk menguji coba alat evaluasi lalu kami memutuskan untuk
memilih SMP Nur Kautsar Bandung sebagai tempat uji coba.
Kemudian kami berdiskusi dengan guru mata pelajaran disekolah
tersebut guna mendapatkan deskripsi awal mengenai ruangan belajar siswa,
kemampuan siswa, nilai murni ulangan terakhir yang dicapai siswa dan kisi-
kisi mata pelajaran yang sedang diajarkan. Tahap persiapan ini penting untuk
dilakukan karena menunjang keberhasilan observasi kami.Untuk waktu
pelaksanaan uji coba kami sesuaikan dengan materi yang kami ajukan. Setelah
berkonsultasi dengan pihak sekolah dalam hal ini guru matematika, barulah
kami melakukan berbagai persiapan sebagai berikut :
1. Penentuan waktu dan tempat pelaksanaan Uji Instrumen
Waktu pengujian Uji Instrumen adalah 14 Mei 2014 dan tempat uji
cobadikelas 8A SMP Nur Kautsar Bandung.
2. Penentuan materi tes
Materi tes yang diujicobakan kepada siswa kelas 8A di SMP Nur
Kautsar Bandung adalah Faktorisasi Suku Aljabar, karena kebetulan
materi ini adalah materi yang diberikan oleh Ibu Mega.
3. Pembuatan kisi-kisi soal tes matematika.
Kisi-kisi soal yang kami buat memuat soal sebanyak 17 yang terdiri
dari 15 soal berbentuk pilihan ganda dan 2 berbentuk uraian (sesuai
yang telah direkomendasikan).Kemudian soal tersebut dikonsultasikan
15
ke guru Matematika SMP Nur Kautsar, beliau berpendapat bahwa soal
yang kami buat cukup menantang melihat kemampuan siswanya yang
memiliki kemampuan menengah kebawah.
4. Perumusan tujuan pembelajaran khusus
Perumusan tujuan pembelajaran khusus dilakukan secara terperinci
meliputi kognitif ( berdasarkan Jenjang Kognitf Bloom).
5. Penyusunan format penulisan soal
Format penulisan soal kami susun sesuai dengan Kompetensi Dasar dan
dengan memperhatikan validitas muka yang baik.
Pada hari pelaksanaan observasi yaitu 14 Mei 2014, kami berangkat dan
harus berada disekolah sebelum pukul delapan pagi. Kelas yang kami observasi
adalah satu kelas yaitu kelas 8A yang berjumlah 36 Orang. Tetapi saat kami
melakukan uji coba ada siswa yang tidak hadir sebanyak 7 orang. Kami mulai
observasi dari pukul 8:00 sampai pukul 09:20. Saat kami memasuki ruang
kelas 8A kami memperkenalkan diri dan memberitahukan tujuan kami datang
ke sekolah mereka sebelum tes berlangsung serta memberikan ulasan singkat
tentang materi yang akan diuji cobakan kepada siswa. Pelaksanaan tes ini
berjalan lancar tanpa ada hambatan sedikit pun, bahkan guru matematika kelas
VIII SMP Nur Kautsar ini mendukung dalam pelakasanaannya.
16
BAB III
ANALISIS HASIL UJI COBA MELALUI TES
Suatu alat evaluasi disebut valid (absah, sahih, akurat) apabila alat
tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Oleh karena itu
keabsahannya tergantung pada sejauh mana ketepatan alat evaluasi itu dalam
melaksanakan fungsinya. Dengan demikian suatu alat evaluasi disebut valid
jika dapat mengevaluasi dengan tepat sesuatu yang dievaluasi itu.
1. Validitas Teoritik
Validitas teoritik (logik) yaitu berkenaan dengan validitas isi,
muka, dan konstruks yang ditentukan berdasarkan pertimbangan
(judgement) para ahli atau orang yang dianggap ahli dalam bidangnya.
Salah satu penjamin mutu untuk kualitas validitas logik ini adalah
dengan cara menyusun instrumen evaluasi menggunakan kisi-kisi, tidak
langsung menyusun butir soal saja.
Validitas isi adalah keakuratan instrumen evaluasi ditinjau dari
ketepatan dan kebenaran materi evaluasi, kesesuaian dengan
kompetensi dasar, dan kondisi siswa yang dievaluasi. Validitas isi ini
diebut pula validitas kurikuler karena materi evaluasi harus disesuaikan
dengan kandungan materi dalam kurikulum yang berlaku.
2. Validitas Empirik
Setelah kualitas instrumen evaluasi dipertimbangkan-dinilai
telah memadai kualitas validitas logiknya, barulah dilaksanakan ujicoba
untuk mengetahui validitas empiriknya, yaitu validitas instrumen
evaluasi yang ditentukan setelah instrumen diujicobakan. Dari hasil
ujicoba tersebut, dengan menggunakan rumus tertentu dapat ditentukan
validitas butir soal, validitas internal, validitas eksternal yaitu validitas
banding dan validitas ramal yang ditentukan berdasarkan perhitungan
korelasi.
17
Cara menentukan tingkat (indeks) validitas butir adalah dengan
menghitung koefisien korelasi antara data skor pada tiap butir soal
tertentu dengan skor total, untuk validitas internal dengan cara
menghitung nilai rerata dari validitas butir, validuitas kriterium dengan
menghitung koefisien korelasi antara alat evaluasi yang akan diketahui
validitasnya dengan validitas instrumen evaluasi lain yang telah
dilaksanakan dan diasumsikan telah memiliki validitas yang tinggi
(baik). Cara mencari koefisien validitas dapat digunakan 3 macam cara,
yaitu dengan menggunakan rumus korelasi produk moment memakai
simpangan, angka kasar (raw score), dan korelasi metode rank.
Untuk menentukan koefisien korelasi dapat dihitung dengan
menggunakan sciencetific calculator atau program soft ware anates.
Suatu alat evaluasi yang baik akan mencerminkan kemampuan
sebenarnya dari testi yang dievaluasi dan bisa membedakan antara
siswa yang pandai, siswa yang kemampuannya sedang, dan siswa yang
kemampuannya kurang. Dari beberapa persiapan dan pelaksanaan uji
coba yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka diperolehlah
data hasil uji coba sebagai bahan analisis yang akan kami paparkan
dalam bab ini. Melalui analisis hasil uji coba ini diharapkan dapat
diketahui sejauh mana kualitas alat evaluasi yang telah kami buat dan
uji cobakan.
Untuk mendapatkan alat evaluasi yang kualitasnya baik perlu
diperhatikan beberapa kriteria yang harus dipenuhi.Alat evaluasi yang
baik dapat ditinjau dari hal-hal berikut ini.
a. Validitas
b. Reliabilitas
c. Daya pembeda
d. Indeks kesukaran
e. Efektifitas option
18
a. Validitas
19
Validitas konstruksi ini berkenaan dengan aspek sikap,
kepribadian, motivasi, minat, bakat.Berupa evaluasi nontes.
2) Validitas Kriterium
Validitas kriterium adalah validitas yang ditinjau dalam
hubungannya dengan krierium tertentu.Validitas ini diperoleh
melalui suatu observasi atau pengalaman yang bersifat
empirik.Kriterium itu digunakan untuk menentukian tinggi-
rendahnya koefisien validitas alat evaluasi yang dibuat melalui
perhitungan korelasi.Yang termasuk validitas krierium ini yaitu:
No. Subjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
2 B 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
3 C 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
4 D 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
5 E 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
6 F 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
7 G 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
8 H 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0
9 I 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
10 J 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0
11 K 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0
20
12 L 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
13 M 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
14 N 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1
15 O 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0
16 P 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0
17 Q 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0
18 R 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1
19 S 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
20 T 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0
21 U 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0
22 V 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0
23 W 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0
24 X 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0
25 Y 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1
26 Z 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0
27 Aa 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0
28 Ab 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0
29 Ac 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0
jumlah 23 23 21 24 18 21 23 14 6 6
21
23 W 0 0 0 0 0 5 1 9
24 X 1 0 1 0 1 1 0 8
25 Y 0 0 1 1 1 0 0 8
26 Z 0 0 0 0 0 0 0 7
27 Aa 0 1 0 0 0 0 0 6
28 Ab 0 1 0 0 0 0 0 4
29 Ac 0 1 1 0 0 0 0 4
jumlah 10 12 9 8 3 154 50 425
22
0 1 0 0 1 1 0 1 0
0 0 0 1 1 1 0 0 0
0 1 1 1 0 0 1 0 0
1 1 0 1 0 0 1 0 0
1 1 1 0 0 1 1 1 1
1 0 1 1 1 0 0 1 0
1 0 0 1 1 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 1 0 0
Jumlah ( ∑) kuadrat dari tiap X
23 23 21 24 18 21 23 14 6
0 0 1 0 1 0 400 25
0 0 1 0 0 0 400 0
1 0 1 1 0 0 100 5
1 0 0 0 0 0 100 1
0 1 0 0 1 0 25 25
0 0 1 1 0 0 25 25
0 1 0 0 1 0 25 25
0 1 1 0 1 0 25 25
1 0 0 0 0 0 25 25
0 0 1 1 0 0 100 0
0 0 0 0 0 1 25 5
0 1 1 0 0 0 25 1
0 1 1 0 1 0 25 0
1 1 0 1 0 0 25 0
0 1 0 0 0 0 25 0
0 0 1 0 1 0 25 0
0 1 0 0 0 0 25 0
23
1 0 0 1 0 0 25 0
0 0 0 0 0 0 4 1
0 0 0 1 0 0 1 25
0 1 0 0 1 0 25 1
0 0 0 0 0 0 25 0
0 0 0 0 0 0 25 1
0 1 0 1 0 1 1 0
1 0 0 1 1 1 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 0 0
0 0 1 1 0 0 0 0
Jumlah ( ∑) kuadrat dari tiap X
6 10 12 9 8 3 1506 230
Table 3.1.3
Data Y per Butir Soal
JUMLAH(Y) Y²
36 1296
30 900
25 625
20 400
20 400
20 400
20 400
18 324
18 324
17 289
16 256
16 256
15 225
14 196
24
14 196
14 196
13 169
12 144
11 121
11 121
10 100
9 81
9 81
8 64
8 64
7 49
6 36
4 16
4 16
∑: 425 ∑: 7745
Keterangan:
0,90 ≤ rxy <1,00 Validitas Sangat Tinggi
0,70 ≤ rxy <0,90 Validitas Tinggi
0,40 ≤ rxy <0,70 Validitas Sedang
0,20 ≤ rxy <0,40 Validitas Rendah
0,00 ≤ rxy <0,20 Validitas Sangat Rendah
rxy<0,00 Tidak Valid
𝒏 ∑ 𝒙𝒚− ∑ 𝒙.∑ 𝒚
Rxy =
√(𝒏 ∑ 𝒙𝟐 −(∑ 𝒙)𝟐 ) (𝒏 ∑ 𝒚𝟐 − (∑ 𝒚)𝟐 )
25
Tabel 3.1.4
Perhitungan Validitas Tiap Butir Soal
29(360)−(23)(425)
= 23 ∑ 𝑥 2 𝑟𝑥𝑦 =
√(29(23)−(23)2 )(29(7745)−(425)2 )
10440−9775
= 23 ∑𝑦 𝑟𝑥𝑦 =
√(667−529)(224605−180625)
665
= 425 ∑ 𝑦2 𝑟𝑥𝑦 =
√(138)(43980)
665
= 7745 ∑ 𝑥𝑦 = 360 𝑟𝑥𝑦 =
√6069240
665
𝑟𝑥𝑦 = 2463,58
26
𝑟𝑥𝑦 = 0,61 𝑣𝑎𝑙𝑖𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑑𝑎𝑛𝑔
Uji Validitas Soal Nomor 𝑁 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√𝑁 ∑ 𝑋 2 −(∑ 𝑋)2 )(𝑁 ∑ 𝑌 2 −(∑ 𝑌)2 )
4:∑ 𝑥 = 24 ∑ 𝑥 2 =
29(377)−(24)(425)
24 ∑ 𝑦 = 425 ∑ 𝑦2 = 𝑟𝑥𝑦 =
√(29(24)−(24)2 )(29(7745)−(425)2 )
7745 ∑ 𝑥𝑦 = 377 10933−10200
𝑟𝑥𝑦 =
√(696−576)(224605−180625)
733
𝑟𝑥𝑦 =
√(120)(43980)
733
𝑟𝑥𝑦 =
√5277600
733
𝑟𝑥𝑦 = 2297,30
27
Uji Validitas Soal Nomor 𝑁 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√𝑁 ∑ 𝑋 2 −(∑ 𝑋)2 )(𝑁 ∑ 𝑌 2 −(∑ 𝑌)2 )
7:∑ 𝑥 = 23 ∑ 𝑥 2 =
29(372)−(23)(425)
23 ∑ 𝑦 = 425 ∑ 𝑦2 = 𝑟𝑥𝑦 =
√(29(23)−(23)2 )(29(7745)−(425)2 )
7745 ∑ 𝑥𝑦 = 372 10788−9775
𝑟𝑥𝑦 =
√(667−529)(224605−180625)
1013
𝑟𝑥𝑦 =
√(138)(43980)
1013
𝑟𝑥𝑦 =
√6069240
1013
𝑟𝑥𝑦 = 2463,58
28
6 ∑ 𝑦 = 425 ∑ 𝑦2 = 𝑟𝑥𝑦 =
29(97)−(6)(425)
√(29(6)−(6)2 )(29(7745)−(425)2)
7745 ∑ 𝑥𝑦 = 97
2813−2450
𝑟𝑥𝑦 =
√(174−36)(224605−180625)
363
𝑟𝑥𝑦 =
√(138)(43980)
363
𝑟𝑥𝑦 =
√6069240
363
𝑟𝑥𝑦 =
2463,58
29
90
𝑟𝑥𝑦 =
√(180)(43980)
90
𝑟𝑥𝑦 =
√7916400
90
𝑟𝑥𝑦 =
2813,60
30
26509
𝑟𝑥𝑦 = 29626,89
Tabel 3.1.5
Validitas Internal
Validitas Tiap Butir Soal rxy Keterangan
V1 0,26 Validitas Rendah
V2 0,43 Validitas Sedang
V3 0,61 Validitas Sedang
V4 0,31 Validitas Rendah
V5 0,38 Validitas Rendah
V6 0,47 Validitas Sedang
V7 0,41 Validitas Sedang
V8 0,26 Validitas Rendah
V9 0,41 Validitas Sedang
V10 0,14 Validitas Sangat Rendah
V11 0,01 Validitas Sangat Rendah
V12 0,28 Validitas Rendah
V13 0,03 Validitas Sangat Rendah
V14 0,25 Validitas Rendah
V15 -0,18 Tidak Valid
V16 0,89 Validitas Tinggi
31
V17 0,54 Validitas Sedang
∑= 5,5 -
5,5
= = 0,32
17
Jadi , Validitas Internal Rendah.
Tabel 3.1.6
Validitas Banding
NO SUBJEK X Y X² Y² XY
1 A 36 70 1296 4900 2520
2 B 30 15 900 225 450
3 C 25 90 625 8100 2250
4 D 20 20 400 400 400
5 E 20 0 400 0 0
6 F 20 80 400 6400 1600
7 G 20 15 400 225 300
8 H 18 30 324 900 540
9 I 18 95 324 9025 1620
10 J 17 65 289 4225 1105
11 K 16 20 256 400 320
12 L 16 55 256 3025 880
13 M 15 50 225 2500 750
14 N 14 5 196 25 70
15 O 14 35 196 1225 490
16 P 14 60 196 3600 840
17 Q 13 25 169 625 325
32
18 R 12 100 144 10000 1200
19 S 11 20 121 400 220
20 T 11 45 121 2025 495
21 U 10 25 100 625 250
22 V 9 35 81 1225 315
23 W 9 35 81 1225 315
24 X 8 10 64 100 80
25 Y 8 15 64 225 120
26 Z 7 20 49 400 140
27 Aa 6 20 36 400 120
28 Ab 4 10 16 100 40
29 Ac 4 10 16 100 40
∑ 425 1075 7745 62625 17795
𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√𝑁 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2 )(𝑁 ∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌)2 )
29(17795) − (425)(1075)
𝑟𝑥𝑦 =
√29 (7745) − (180625)(29(62625) − (1155625)
516055 − 456875
𝑟𝑥𝑦 =
√(224605 − 180625)(1816125 − 115625)
59180
𝑟𝑥𝑦 =
√(43980)(1700500)
59180
𝑟𝑥𝑦 =
√7478799
59180
𝑟𝑥𝑦 =
273473,92
𝑟𝑥𝑦 = 0,21
Jadi Validitas Banding Rendah.
33
III.2 ANALISIS RELIABILITAS
KR- 20
Dalam uji instrumen ini untuk menghitung reliabilitasnya pun tidak
menggunakan rumus KR-20.Karena meskipun tes yang dilakukan adalah
power test, tapi butir-butir soal tidaklah homogen. Sehingga tidak
diperkenankan menggunakan rumus KR-20.Demikian pula untuk rumus KR-
21.
a) Menghitung Reliabilitas Objektif dengan menggunakan KR 20
Tabel 3.2.1 Bagian Pertama
Persiapan Penggunaan Rumus KR-20
No. Subjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
2 B 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
3 C 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
4 D 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
5 E 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
6 F 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
7 G 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
8 H 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0
9 I 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
10 J 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0
11 K 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0
12 L 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
13 M 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
34
14 N 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1
15 O 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0
16 P 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0
17 Q 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0
18 R 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1
19 S 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
20 T 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0
21 U 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0
22 V 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0
23 W 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0
24 X 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0
25 Y 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1
26 Z 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0
27 Aa 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0
28 Ab 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0
29 Ac 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0
Np 23 23 21 24 18 21 23 14 6 6
Nq 6 6 8 5 11 8 6 15 23 23
pi 0,79 0,79 0,72 0,83 0,62 0,72 0,79 0,48 0,21 0,21
qi 0,21 0,21 0,28 0,17 0,38 0,28 0,21 0,52 0,79 0,79
piqi 0,16 0,16 0,20 0,14 0,23 0,20 0,16 0,25 0,16 0,16
35
8 H 1 1 0 1 0 8 64
9 I 0 0 0 0 0 8 64
10 J 0 1 1 0 0 7 49
11 K 0 0 0 0 1 6 36
12 L 1 1 0 0 0 10 100
13 M 1 1 0 1 0 10 100
14 N 1 0 1 0 0 9 81
15 O 1 0 0 0 0 9 81
16 P 0 1 0 1 0 9 81
17 Q 1 0 0 0 0 8 64
18 R 0 0 1 0 0 7 49
19 S 0 0 0 0 0 8 64
20 T 0 0 1 0 0 5 25
21 U 1 0 0 1 0 4 16
22 V 0 0 0 0 0 4 16
23 W 0 0 0 0 0 3 9
24 X 1 0 1 0 1 7 49
25 Y 0 0 1 1 1 8 64
26 Z 0 0 0 0 0 7 49
27 Aa 0 1 0 0 0 6 36
28 Ab 0 1 0 0 0 4 16
29 Ac 0 1 1 0 0 4 16
∑ 𝑋𝑡 ∑ 𝑋𝑡2
Np 10 12 9 8 3
= 221 = 1875
Nq 19 17 20 21 26 ∑ 𝑃𝑖𝑄𝑖 = 2,78
36
Cara untuk mencari s2 adalah dengan menggunakan rumus statistika, yaitu:
(∑ 𝑥)2
∑ 𝑥2 −
𝑠2 = 𝑛
𝑛
(221)2
1875 −
𝑠𝑡2 = 29
29
48841
1875 − 29
𝑠𝑡2 =
29
1875 − 1684,17
𝑠𝑡2 =
29
1875 − 1684,17
𝑠𝑡2 =
29
190,83
𝑠𝑡2 =
29
𝑠𝑡2 = 6,580
1 A 20 5 25
2 B 20 0 20
3 C 10 5 15
37
4 D 10 1 11
5 E 5 5 10
6 F 5 5 10
7 G 5 5 10
8 H 5 5 10
9 I 5 5 10
10 J 10 0 10
11 K 5 5 10
12 L 5 1 6
13 M 5 0 5
14 N 5 0 5
15 O 5 0 5
16 P 5 0 5
17 Q 5 0 5
18 R 5 0 5
19 S 2 1 3
20 T 1 5 6
21 U 5 1 6
22 V 5 0 5
23 W 5 1 6
24 X 1 0 1
25 Y 0 0 0
26 Z 0 0 0
27 Aa 0 0 0
28 Ab 0 0 0
29 Ac 0 0 0
∑𝑥𝑖 154 50 204
∑𝑥𝑖2 1506 230 2400
𝑠𝑡 4,87 2,22
38
∑𝑠𝑖2
𝑠𝑖2 23,73 4,95
= 28,68
𝑠𝑡2 = 33,27
Tabel 3.2.3
Perhitungan Reliabilitas Soal Uraian Menggunakan Cronbach Alpha
(∑x)2 (∑x)2
∑𝑥 2 − ∑𝑥 2 −
2
𝑠16 = 𝑛 2
𝑠17 = 𝑛
𝑛 𝑛
(154)2 (50)2
1506 − 230 −
2
𝑠16 = 29 2
𝑠17 = 29
29 29
23716 2500
1506 − 230 −
2
𝑠16 = 29 2
𝑠17 = 29
29 29
2
1506 − 817,79 2
230 − 86,20
𝑠16 = 𝑠17 =
29 29
2
688,21 2
143,8
𝑠16 = 𝑠17 =
29 29
2 2
𝑠16 = 23,73 𝑠17 = 4,95
(∑ 𝑋)2
∑ 𝑋2 −
𝑆𝑡2 = 𝑛
𝑛
(240)2
2400 − 29
𝑆𝑡2 =
29
41616
2400 − 29
𝑠𝑡2 =
29
2400 − 1435,03
𝑠𝑡2 =
29
964,97
𝑠𝑡2 =
29
𝑠𝑡2 = 33,27
Maka, nilai koefisien reliabilitas untuk soal uraian adalah:
𝑛 ∑ 𝑆𝑖2
𝑟11 =( ) (1 − 2 )
𝑛−1 𝑆𝑡
39
2 28,68
𝑟11 = ( ) (1 − )
2−1 33,27
2
𝑟11 = ( ) (1 − 0,86)
2−1
𝑟11 = 2(0,14)
𝑟11 = 0,28 Derajat Reliabilitas Rendah
Objektif Uraian
𝐽𝐵𝐴 − 𝐽𝐵𝐵 𝑋̅𝐴 − 𝑋̅𝐵
𝐷𝑃 = 𝐷𝑃 =
𝐽𝑆𝐴 𝑏
Keterangan :
JBA = Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab dengan benar.
JBB = Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab dengan benar.
JS A = Jumlah siswa kelompok atas.
JS B = Jumlah siswa kelompok bawah.
X A = Rataan atas
X B = Rataan bawah
b= Bobot
40
Tabel 3.3.1
Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda
Korelasi Kriteria
DP ≤ 0,00 Daya Pembeda Sangat Jelek
0,00 <DP ≤ 0,20 Daya Pembeda Jelek
0,20 <DP ≤ 0,40 Daya Pembeda Cukup
0,40 <DP ≤ 0,70 Daya Pembeda Baik
0,70 <DP ≤ 1,00 Daya Pembeda Sangat Baik
Pembagian Hasil Tes Menjadi Kelompok Atas dan Kelompok Bawah Soal
Objektif (Pilihan Ganda)
No Subjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
2 B 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
3 C 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
4 D 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
5 E 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
6 F 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
7 G 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
8 H 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0
9 I 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
10 J 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0
11 K 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0
12 L 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
13 M 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
14 N 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1
15 O 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0
16 P 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0
17 Q 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0
18 R 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1
41
19 S 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
20 T 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0
21 U 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0
22 V 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0
23 W 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0
24 X 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0
25 Y 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1
26 Z 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0
27 Aa 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0
28 Ab 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0
29 Ac 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0
No
Subjek 11 12 13 14 15
1 A 0 1 0 1 0
2 B 0 1 0 0 0
3 C 0 1 1 0 0
4 D 0 0 0 0 0
5 E 1 0 0 1 0
6 F 0 1 1 0 0
7 G 1 0 0 1 0
8 H 1 1 0 1 0
9 I 0 0 0 0 0
10 J 0 1 1 0 0
11 K 0 0 0 0 1
12 L 1 1 0 0 0
13 M 1 1 0 1 0
14 N 1 0 1 0 0
15 O 1 0 0 0 0
16 P 0 1 0 1 0
42
17 Q 1 0 0 0 0
18 R 0 0 1 0 0
19 S 0 0 0 0 0
20 T 0 0 1 0 0
21 U 1 0 0 1 0
22 V 0 0 0 0 0
23 W 0 0 0 0 0
24 X 1 0 1 0 1
25 Y 0 0 1 1 1
26 Z 0 0 0 0 0
27 Aa 0 1 0 0 0
28 Ab 0 1 0 0 0
29 Ac 0 1 1 0 0
Tabel 3.3.3
Daya Pembeda Soal Objektif (Pilihan Ganda)
Daya pembeda soal 𝐽𝐵𝐴 − 𝐽𝐵𝐵
𝐷𝑃 =
no 1 𝐽𝑆𝐴
13−9
DP= 14
4
𝐷𝑃 =
14
𝐷𝑃 = 0,29 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑑𝑎 𝐶𝑢𝑘𝑢𝑝
Daya pembeda soal 𝐽𝐵𝐴 − 𝐽𝐵𝐵
𝐷𝑃 =
no 2 𝐽𝑆𝐴
13−9
DP= 14
4
𝐷𝑃 =
14
𝐷𝑃 = 0,29 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑑𝑎 𝐶𝑢𝑘𝑢𝑝
Daya pembeda soal 𝐽𝐵𝐴 − 𝐽𝐵𝐵
𝐷𝑃 =
no 3 𝐽𝑆𝐴
14−6
DP= 14
8
𝐷𝑃 =
14
𝐷𝑃 = 0,57 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑑𝑎 𝐵𝑎𝑖𝑘
43
Daya pembeda soal 𝐽𝐵𝐴 − 𝐽𝐵𝐵
𝐷𝑃 =
no 4 𝐽𝑆𝐴
13−10
DP= 14
3
𝐷𝑃 =
14
𝐷𝑃 = 0,21 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑑𝑎 𝐶𝑢𝑘𝑢𝑝
Daya pembeda soal 𝐽𝐵𝐴 − 𝐽𝐵𝐵
𝐷𝑃 =
no 5 𝐽𝑆𝐴
11−7
DP= 14
4
𝐷𝑃 =
14
𝐷𝑃 = 0,29 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑑𝑎 𝐶𝑢𝑘𝑢𝑝
Daya pembeda soal 𝐽𝐵𝐴 − 𝐽𝐵𝐵
𝐷𝑃 =
no 6 𝐽𝑆𝐴
12−9
DP= 14
3
𝐷𝑃 =
14
𝐷𝑃 = 0,29 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑑𝑎 𝐶𝑢𝑘𝑢𝑝
Daya pembeda soal 𝐽𝐵𝐴 − 𝐽𝐵𝐵
𝐷𝑃 =
no 7 𝐽𝑆𝐴
13−9
DP=
14
3
𝐷𝑃 =
14
𝐷𝑃 = 0,21 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑑𝑎 𝐶𝑢𝑘𝑢𝑝
Daya pembeda soal 𝐽𝐵𝐴 − 𝐽𝐵𝐵
𝐷𝑃 =
no 8 𝐽𝑆𝐴
8−5
DP= 14
3
𝐷𝑃 =
14
𝐷𝑃 = 0,21 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑑𝑎 𝐶𝑢𝑘𝑢𝑝
Daya pembeda soal 𝐽𝐵𝐴 − 𝐽𝐵𝐵
𝐷𝑃 =
no 9 𝐽𝑆𝐴
3−2
DP= 14
1
𝐷𝑃 =
14
44
𝐷𝑃 = 0,21 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑑𝑎 𝐽𝑒𝑙𝑒𝑘
Daya pembeda soal 𝐽𝐵𝐴 − 𝐽𝐵𝐵
𝐷𝑃 =
no 10 𝐽𝑆𝐴
4−2
DP= 14
2
𝐷𝑃 =
14
𝐷𝑃 = 0,14 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑑𝑎 𝐽𝑒𝑙𝑒𝑘
Daya pembeda soal 𝐽𝐵𝐴 − 𝐽𝐵𝐵
𝐷𝑃 =
no 11 𝐽𝑆𝐴
6−3
DP= 14
3
𝐷𝑃 =
14
𝐷𝑃 = 0,21 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑑𝑎 𝐶𝑢𝑘𝑢𝑝
Daya pembeda soal 𝐽𝐵𝐴 − 𝐽𝐵𝐵
𝐷𝑃 =
no 12 𝐽𝑆𝐴
8−4
DP= 14
4
𝐷𝑃 =
14
𝐷𝑃 = 0,29 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑑𝑎 𝐶𝑢𝑘𝑢𝑝
Daya pembeda soal 𝐽𝐵𝐴 − 𝐽𝐵𝐵
𝐷𝑃 =
no 13 𝐽𝑆𝐴
4−5
DP= 14
−1
𝐷𝑃 =
14
𝐷𝑃 = −0,07 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑑𝑎 𝑆𝑎𝑛𝑔𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑙𝑒𝑘
Daya pembeda soal 𝐽𝐵𝐴 − 𝐽𝐵𝐵
𝐷𝑃 =
no 14 𝐽𝑆𝐴
5−3
DP= 14
2
𝐷𝑃 =
14
𝐷𝑃 = 0,14 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑑𝑎 𝐽𝑒𝑙𝑒𝑘
Daya pembeda soal 𝐽𝐵𝐴 − 𝐽𝐵𝐵
𝐷𝑃 =
no 15 𝐽𝑆𝐴
1−2
DP= 14
45
−1
𝐷𝑃 =
14
𝐷𝑃 = −0,07 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑑𝑎 𝑆𝑎𝑛𝑔𝑎𝑡 𝐽𝑒𝑙𝑒𝑘
Tabel 3.3.4
Pembagian Hasil Tes Menjadi Kelompok Atas dan Kelompok Bawah Soal
Subjektif (Uraian)
No Subjek 16 17
1 A 20 5
2 B 20 0
3 C 10 5
4 D 10 1
5 E 5 5
6 F 5 5
7 G 5 5
8 H 5 5
9 I 5 5
10 J 10 0
11 K 5 5
12 L 5 1
13 M 5 0
14 N 5 0
15 O 5 0
16 P 5 0
17 Q 5 0
18 R 5 0
19 S 2 1
20 T 1 5
21 U 5 1
22 V 5 0
23 W 5 1
46
24 X 1 0
25 Y 0 0
26 Z 0 0
27 Aa 0 0
28 Ab 0 0
29 Ac 0 0
∑ 𝑋̅𝐴 8,12 3
Tabel 3.3.5
Daya Pembeda Soal Subjektif (Uraian)
Daya pembeda soal 𝑋̅𝐴 − 𝑋̅𝐵
𝐷𝑃 =
no 16 𝑏
8,21 − 2,43
𝐷𝑃 =
20
5,79
𝐷𝑃 =
20
𝐷𝑃 = 0,29 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑑𝑎 𝐶𝑢𝑘𝑢𝑝
Daya pembeda soal 𝑋̅𝐴 − 𝑋̅𝐵
𝐷𝑃 =
no 17 𝑏
3 − 0,57
𝐷𝑃 =
20
2,43
𝐷𝑃 =
20
𝐷𝑃 = 0,12 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑑𝑎 𝐽𝑒𝑙𝑒𝑘
47
III.4 ANALISIS INDEKS KESUKARAN (IK)
Objektif Uraian
𝐽𝐵𝐴 + 𝐽𝐵𝐵 𝑋̅
𝐽𝑆𝐴 + 𝐽𝑆𝐵 𝑏
Dari hasil yang didapat pada tabel 3.3.2 dan tabel 3.3.4 maka dengan
menggunakan rumus tersebut didapat indeks kesukaran sebagai berikut:
Tabel 3.4.1
Indeks Kesukaran Soal Objektif
Indeks kesukaran no 𝐽𝐵𝐴 + 𝐽𝐵𝐵
𝐼𝐾 =
1 𝐽𝑆𝐴 + 𝐽𝑆𝐵
13 + 9
𝐼𝐾 =
14 + 14
𝐼𝐾 = 0,78 (𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑚𝑢𝑑𝑎ℎ)
Indeks kesukaran no 𝐽𝐵𝐴 + 𝐽𝐵𝐵
𝐼𝐾 =
2 𝐽𝑆𝐴 + 𝐽𝑆𝐵
13 + 6
𝐼𝐾 =
14 + 14
𝐼𝐾 = 0,67 (𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑑𝑎𝑛𝑔)
Indeks kesukaran no 𝐽𝐵𝐴 + 𝐽𝐵𝐵
𝐼𝐾 =
3 𝐽𝑆𝐴 + 𝐽𝑆𝐵
(Baik)
48
14 + 6
𝐼𝐾 =
14 + 14
𝐼𝐾 = 0,71 (𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑚𝑢𝑑𝑎ℎ)
Indeks kesukaran no 𝐽𝐵𝐴 + 𝐽𝐵𝐵
𝐼𝐾 =
4 𝐽𝑆𝐴 + 𝐽𝑆𝐵
13 + 10
𝐼𝐾 =
14 + 14
𝐼𝐾 = 0,82 (𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑚𝑢𝑑𝑎ℎ)
Indeks kesukaran no 𝐽𝐵𝐴 + 𝐽𝐵𝐵
𝐼𝐾 =
5 𝐽𝑆𝐴 + 𝐽𝑆𝐵
11 + 7
𝐼𝐾 =
14 + 14
𝐼𝐾 = 0,64 (𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑑𝑎𝑛𝑔)
Indeks kesukaran no 𝐽𝐵𝐴 + 𝐽𝐵𝐵
𝐼𝐾 =
6 𝐽𝑆𝐴 + 𝐽𝑆𝐵
12 + 8
𝐼𝐾 =
14 + 14
𝐼𝐾 = 0,71(𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑚𝑢𝑑𝑎ℎ)
Indeks kesukaran no 𝐽𝐵𝐴 + 𝐽𝐵𝐵
𝐼𝐾 =
7 𝐽𝑆𝐴 + 𝐽𝑆𝐵
13 + 9
𝐼𝐾 =
14 + 14
𝐼𝐾 = 0,78 (𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑚𝑢𝑑𝑎ℎ)
Indeks kesukaran no 𝐽𝐵𝐴 + 𝐽𝐵𝐵
𝐼𝐾 =
8 𝐽𝑆𝐴 + 𝐽𝑆𝐵
8+5
𝐼𝐾 =
14 + 14
𝐼𝐾 = 0,46 (𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑑𝑎𝑛𝑔)
Indeks kesukaran no 𝐽𝐵𝐴 + 𝐽𝐵𝐵
𝐼𝐾 =
9 𝐽𝑆𝐴 + 𝐽𝑆𝐵
13 + 2
𝐼𝐾 =
14 + 14
𝐼𝐾 = 0,17 (𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑠𝑢𝑘𝑎𝑟)
Indeks kesukaran no 𝐽𝐵𝐴 + 𝐽𝐵𝐵
𝐼𝐾 =
10 𝐽𝑆𝐴 + 𝐽𝑆𝐵
4+2
𝐼𝐾 =
14 + 14
𝐼𝐾 = 0,21 (𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑠𝑢𝑘𝑎𝑟)
49
Indeks kesukaran no 𝐽𝐵𝐴 + 𝐽𝐵𝐵
𝐼𝐾 =
11 𝐽𝑆𝐴 + 𝐽𝑆𝐵
6+3
𝐼𝐾 =
14 + 14
𝐼𝐾 = 0,32 (𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑑𝑎𝑛𝑔)
Indeks kesukaran no 𝐽𝐵𝐴 + 𝐽𝐵𝐵
𝐼𝐾 =
12 𝐽𝑆𝐴 + 𝐽𝑆𝐵
8+4
𝐼𝐾 =
14 + 14
𝐼𝐾 = 0,42 (𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑑𝑎𝑛𝑔)
Indeks kesukaran no 𝐽𝐵𝐴 + 𝐽𝐵𝐵
𝐼𝐾 =
13 𝐽𝑆𝐴 + 𝐽𝑆𝐵
4+5
𝐼𝐾 =
14 + 14
𝐼𝐾 = 0,32 (𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑑𝑎𝑛𝑔)
Indeks kesukaran no 𝐽𝐵𝐴 + 𝐽𝐵𝐵
𝐼𝐾 =
14 𝐽𝑆𝐴 + 𝐽𝑆𝐵
5+3
𝐼𝐾 =
14 + 14
𝐼𝐾 = 0,28 (𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑠𝑢𝑘𝑎𝑟)
Indeks kesukaran no 𝐽𝐵𝐴 + 𝐽𝐵𝐵
𝐼𝐾 =
15 𝐽𝑆𝐴 + 𝐽𝑆𝐵
1+2
𝐼𝐾 =
14 + 14
𝐼𝐾 = 0,10 (𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑠𝑢𝑘𝑎𝑟)
50
Tabel 3.4.2
Indeks Kesukaran Soal Subjektif
Indeks kesukaran no 𝑋̅
𝐼𝐾 =
16 𝑏
5,32
𝐼𝐾 =
20
𝐼𝐾 = 0,26 (𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑠𝑢𝑘𝑎𝑟)
Indeks kesukaran no 𝑋̅
𝐼𝐾 =
17 𝑏
1,96
𝐼𝐾 =
20
𝐼𝐾 = 0,09 (𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑠𝑢𝑘𝑎𝑟)
51
III.5 ANALISIS EFEKTIFITAS OPSI (EO)
JS A JS B
1
JPA JPB 0,25
2n - 1
Dengan :
52
JPA = Jumlah pemilih kelompok atas
JPB = Humlah pemilih kelompok bawah
n = Banyak option pengecoh
JSA = Jumlah subjek pada kelompok atas
JSB = Jumlah subjek pada kelompok bawah
Ada pakar lain yang mengemukakan bahwa rumus diatas terlalu
meyulitkan, ia berpendapat bahwa selain jumlah pemilih
kelompok bawah harus lebih banyak dari jumlah pemilih
kelompok atas untuk option pengecoh, option pengecoh itu harus
dipilih minimum oleh 5% peserta tes pada kedua kelompok siswa.
(iii) Jika peserta tes mengabaikan semua option (tidak memilih)
disebut omit. Option tersebut disebut efektif. Jika omit ini
jumlahnya tidak lebih dari 10% jumlah siswa pada kelompok atas
dan kelompok bawah.
Tabel 3.5.1
Sebaran Pemilih Pada Setiap Butir Soal
No. Option
Kelompok omit
Soal a b c d
1 Kelompok Atas 13 0 0 1 0
Kelompok Bawah 9 0 3 2 0
2 Kelompok Atas 0 13 1 0 0
Kelompok Bawah 0 9 2 3 0
3 Kelompok Atas 0 0 0 14 0
Kelompok Bawah 3 4 1 6 0
4 Kelompok Atas 1 13 0 0 0
Kelompok Bawah 3 10 1 0 0
5 Kelompok Atas 1 1 1 11 0
Kelompok Bawah 2 1 4 7 0
6 Kelompok Atas 12 2 0 0 0
Kelompok Bawah 8 4 0 2 0
53
7 Kelompok Atas 0 13 1 0 0
Kelompok Bawah 0 9 1 4 0
8 Kelompok Atas 1 8 4 1 0
Kelompok Bawah 2 6 3 3 0
9 Kelompok Atas 7 3 3 1 0
Kelompok Bawah 7 1 1 5 0
10 Kelompok Atas 4 0 6 4 0
Kelompok Bawah 7 2 3 2 0
11 Kelompok Atas 6 0 6 2 0
Kelompok Bawah 5 2 3 4 0
12 Kelompok Atas 5 0 1 8 0
Kelompok Bawah 4 4 2 4 0
13 Kelompok Atas 3 3 4 4 0
J
Kelompok Bawah 4 3 2 5 0
14 Kelompok Atas 7 5 1 1 0
Kelompok Bawah 6 3 2 2 1
15 Kelompok Atas 5 4 1 4 0
Kelompok Bawah 3 7 2 2 0
54
Soal Nomor 1
Opsi
Kelompok Omit
a b c d
Kelompok Atas 13 0 0 1 0
Kelompok Bawah 9 0 3 2 0
Jawaban (a)
1) Untuk option (a) sebagai kunci jawaban, jumlah pemilih kelompok atas
lebih banyak daripada jumlah pemilih kelompok bawah dan jumlah
pemilih kedua kelompok itu sebanyak :
13+9
. 𝑋 100 % = 0,79 = 79 %
28
Nilai tersebut lebih dari 0,75. Jadi option tersebut di kategorikan efektif,
dengan soal tersebut dikategorikan terlalu mudah.
2) Untuk option (b) sebagai pengecoh berfungsi tidak efektif, sebab
jumlah pemilih kelompok atas dan jumlah pemilih kelompok bawah
adalah sama.
3) Untuk option (c) sebagai pengecoh berfungsi efektif, sebab :
Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
0 + 3 = 3, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 3 > 1,17 , 3>1,4
4) Untuk option (d) sebagai pengecoh berfungsi efektif, karena :
Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
1 + 2 = 3, sedangkan nilai
55
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 3 > 1,17 , 3>1,4
Soal Nomor 2
Opsi
Kelompok Omit
a b c d
Kelompok Atas 0 13 1 0 0
Kelompok Bawah 0 9 2 3 0
Jawaban (b)
56
Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
0 + 3 = 3, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 3 > 1,17 , 3>1,4
Soal Nomor 3
Opsi
Kelompok Omit
a b c d
Kelompok Atas 0 0 0 14 0
Kelompok Bawah 3 4 1 6 0
Jawaban (d)
57
3) Untuk option (c) sebagai pengecoh berfungsi efektif, sebab:
Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
0 + 4 = 4, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 4 > 1,17 , 4>1,4
4) Untuk option (d) sebagai kunci jawaban, jumlah pemilih kelompok atas
lebih banyak dari pada jumlah pemilih kelompok bawah dan jumlah
pemilih kedua kelompok itu sebanyak :
14 + 6
𝑋 100 % = 0,71 = 71 %
28
Nilai tersebut kurang dari 0,75. Jadi option tersebut di kategorikan
efektif, dengan soal tersebut dikategorikan mudah.
Soal Nomor 4
Opsi
Kelompok Omit
a b c d
Kelompok Atas 1 13 0 0 0
Kelompok Bawah 3 10 1 0 0
Jawaban (b)
58
2) Untuk option (a) sebagai kunci jawaban, jumlah pemilih kelompok atas
lebih banyak daripada jumlah pemilih kelompok bawah dan jumlah
pemilih kedua kelompok itu sebanyak :
13 + 10
𝑋 100 % = 0,82 = 82 %
28
Nilai tersebut lebih dari 0,75. Jadi option tersebut di kategorikan efektif,
dengan soal tersebut dikategorikan terlalu mudah.
Soal Nomor 5
Opsi
Kelompok Omit
a b c d
Kelompok Atas 1 1 1 11 0
Kelompok Bawah 2 1 4 7 0
Jawaban (d)
59
1 + 2 = 3, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 3 > 1,17 , 3>1,4
2) Untuk option (b) sebagai pengecoh berfungsi efektif, sebab :
Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
1 + 1 = 2, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 2 > 1,17 , 2>1,4
3) Untuk option (c) sebagai pengecoh berfungsi efektif, karena :
Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
1 + 4 = 5, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 5 > 1,17 , 5>1,4
4) Untuk option (d) sebagai kunci jawaban, jumlah pemilih kelompok atas
lebih banyak daripada jumlah pemilih kelompok bawah dan jumlah
pemilih kedua kelompok itu sebanyak :
11 + 7
𝑋 100 % = 0,64 = 64 %
28
Nilai tersebut kurang dari 0,75. Jadi option tersebut di kategorikan
efektif, dengan soal tersebut dikategorikan mudah.
60
Soal Nomor 6
Opsi
Kelompok Omit
a b c d
Kelompok Atas 12 2 0 0 0
Kelompok Bawah 8 4 0 2 0
Jawaban (a)
1) Untuk option (a) sebagai kunci jawaban, jumlah pemilih kelompok atas
lebih banyak daripada jumlah pemilih kelompok bawah dan jumlah
pemilih kedua kelompok itu sebanyak :
12 + 8
𝑋 100 % = 0,71 = 71 %
28
Nilai tersebut kurang dari 0,75. Jadi option tersebut di kategorikan
efektif, dengan soal tersebut dikategorikan mudah.
2) Untuk option (b) sebagai pengecoh berfungsi efektif, sebab :
Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
2 + 4 = 6, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 6 > 1,17 , 6>1,4
3) Untuk option (c) sebagai pengecoh berfungsi tidak efektif, sebab
jumlah pemilih kelompok atas dan jumlah pemilih kelompok bawah
adalah sama.
4) Untuk option (d) sebagai pengecoh berfungsi efektif, karena :
Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
0 + 2 = 2, sedangkan nilai
61
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 2 > 1,17 , 2>1,4
Soal Nomor 7
Opsi
Kelompok Omit
a b c d
Kelompok Atas 0 13 1 0 0
Kelompok Bawah 0 9 1 4 0
Jawaban (b)
62
Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
0 + 4 = 4, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 4 > 1,17 , 4>1,4
Soal Nomor 8
Opsi
Kelompok Omit
a b c d
Kelompok Atas 1 8 4 1 0
Kelompok Bawah 2 6 3 3 0
Jawaban (b)
63
Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
4 + 3 = 7, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 7 > 1,17 , 7>1,4
4) Untuk option d sebagai pengecoh berfungsi efektif, karena :
Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
1 + 3 = 4, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 4 > 1,17 , 4>1,4
Soal Nomor 9
Opsi
Kelompok Omit
a b c d
Kelompok Atas 7 3 3 1 0
Kelompok Bawah 7 1 1 5 0
Jawaban (b)
64
Nilai tersebut kurang dari 0,25. Jadi option tersebut di kategorikan
efektif, dengan soal tersebut dikategorikan sukar.
3) Untuk option (c) sebagai pengecoh berfungsi tidak efektif, sebab :
Jumlah pemilih kelompok atas lebih dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
3 + 1 = 4, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 4 > 1,17 , 4 >1,4
4) Untuk option d sebagai pengecoh berfungsi efektif, karena :
Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
1 + 5 = 6, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 6 > 1,17 , 6>1,4
Soal Nomor 10
Opsi
Kelompok Omit
a b c d
Kelompok Atas 4 0 6 4 0
Kelompok Bawah 7 2 3 2 0
Jawaban (d)
65
4 + 7 = 11, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 11 > 1,17 , 11>1,4
2) Untuk option (b) sebagai pengecoh berfungsi efektif, sebab :
Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
0 + 2 = 2, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 2 > 1,17 , 2>1,4
3) Untuk option (c) sebagai pengecoh berfungsi tidak efektif, karena :
Jumlah pemilih kelompok atas lebih dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
6 + 3 = 9, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 9 > 1,17 , 9 >1,4
4) Untuk option (d) sebagai kunci jawaban, jumlah pemilih kelompok atas
lebih banyak daripada jumlah pemilih kelompok bawah dan jumlah
pemilih kedua kelompok itu sebanyak :
4+2
𝑋 100 % = 0,21 = 21 %
28
Nilai tersebut kurang dari 0,25. Jadi option tersebut di kategorikan
efektif, dengan soal tersebut dikategorikan sukar.
66
Soal Nomor 11
Opsi
Kelompok Omit
a b c d
Kelompok Atas 6 0 6 2 0
Kelompok Bawah 5 2 3 4 0
Jawaban (c)
67
Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
2 + 4 = 6, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 6 > 1,17 , 6 >1,4
Soal Nomor 12
Opsi
Kelompok Omit
a b c d
Kelompok Atas 5 0 1 8 0
Kelompok Bawah 4 4 2 4 0
Jawaban (d)
68
3) Untuk option (c) sebagai pengecoh berfungsi efektif, karena :
Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
1 + 2 = 3, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 3 > 1,17 , 3>1,4
4) Untuk option (d) sebagai kunci jawaban, jumlah pemilih kelompok atas
lebih banyak daripada jumlah pemilih kelompok bawah dan jumlah
pemilih kedua kelompok itu sebanyak :
8+4
𝑋 100 % = 0,43 = 43 %
28
Nilai tersebut kurang dari 0,75. Jadi option tersebut di kategorikan
efektif, dengan soal tersebut dikategorikan mudah.
Soal Nomor 13
Opsi
Kelompok Omit
a b c d
Kelompok Atas 3 3 4 4 0
Kelompok Bawah 4 3 2 5 0
Jawaban (d)
69
2) Untuk option (b) sebagai pengecoh berfungsi tidak efektif, sebab
jumlah pemilih kelompok atas dan jumlah pemilih kelompok bawah
adalah sama.
3) Untuk option (C) sebagai pengecoh berfungsi tidak efektif, karena :
Jumlah pemilih kelompok atas lebih dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
4 + 2 = 6, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 6 > 1,17 , 6>1,4
4) Untuk option (a) sebagai kunci jawaban, jumlah pemilih kelompok atas
lebih banyak daripada jumlah pemilih kelompok bawah dan jumlah
pemilih kedua kelompok itu sebanyak :
4+5
𝑋 100 % = 0,32 = 32 %
28
Nilai tersebut kurang dari 0,75. Jadi option tersebut di kategorikan tidak
efektif, dengan soal tersebut dikategorikan terlalu mudah.
Soal Nomor 14
Opsi
Kelompok Omit
a b c d
Kelompok Atas 7 5 1 1 0
Kelompok Bawah 6 3 2 2 1
Jawaban (b)
70
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 13 > 1,17 , 13>1,4
2) Untuk option (b) sebagai kunci jawaban, jumlah pemilih kelompok atas
lebih banyak daripada jumlah pemilih kelompok bawah dan jumlah
pemilih kedua kelompok itu sebanyak :
5+3
𝑋 100 % = 0,29 = 29 %
28
Nilai tersebut kurang dari 0,25. Jadi option tersebut di kategorikan
efektif, dengan soal tersebut dikategorikan sukar.
3) Untuk option (c) sebagai pengecoh berfungsi efektif, sebab :
Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
1 + 2 = 3, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 3 > 1,17 , 3>1,4
4) Untuk option (d) sebagai pengecoh berfungsi efektif, karena :
Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
1 + 2 = 3, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 3 > 1,17 , 3>1,4
5) Untuk omit masih di bawah toleransi, karena jumlahnya tidak lebih dari
10% jumlah pemilih kelompok atas dan bawah.
Omit = 1 dan 10% dari 28 adalah 2,8, sehingga 1 < 1,8.
71
Soal Nomor 15
Opsi
Kelompok Omit
a b c d
Kelompok Atas 5 4 1 4 0
Kelompok Bawah 3 7 2 2 0
Jawaban (c)
72
Jumlah pemilih kelompok atas lebih dari jumlah pemilih
kelompok bawah.
Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah :
4 + 2 = 6, sedangkan nilai
1
0,25 × × 28 = 1,17
2(4 − 1)
Dan 5% dari 28 adalah 1,4 sehingga 6 > 1,17 , 6 >1,4
73
BAB IV
ANALISIS SKALA PENILAIAN
IV.1 SKALA 11
Keterangan :
TPS = Tingkat Penguasaan Siswa
S = Skor yang diperoleh Siswa
SMI = Skor Maksimum Ideal
Tabel 4.1.1
Daftar Penguasaan Siswa
TipeSoal Skorberdasarkan
No Subjek Total TPS
Objektif Uraian TPS
1 A 19,33 25 44,33 63,32 6
2 B 16,67 20 36,67 52,38 5
3 C 16,67 15 31,67 45,24 5
4 D 14 11 25 35,71 4
5 E 16,67 10 26,67 38,1 4
6 F 16,67 10 26,67 38,1 4
74
7 G 16,67 10 26,67 38,1 4
8 H 11,33 10 21,33 30,47 3
9 I 11,33 10 21,33 30,47 3
10 J 8,67 10 18,67 26,67 3
11 K 6 10 16 25,71 3
12 L 16,67 6 22,67 32,38 3
13 M 16,67 5 21,67 30,95 3
14 N 14 5 19 27,14 3
15 O 14 5 19 27,14 3
16 P 14 5 19 27,14 2
17 Q 11,33 5 16,33 23,32 2
18 R 11,33 5 16,33 23,32 2
19 S 14 3 17 24,48 2
20 T 3,33 6 9,33 13,32 1
21 U 0,67 6 6,67 9,52 0
22 V 0,67 5 5,67 8,1 0
23 W -2 6 4 5,71 0
24 X 8,67 0 8,67 12,38 1
25 Y 11,33 0 11,33 16,18 1
26 Z 8,67 0 8,67 12,38 1
27 Aa 6 0 6 8,57 0
28 Ab 0,67 0 0,67 0,95 0
29 ac 0,67 0 0,67 0,95 0
75
Tabel konversi untuk skala 11 sebagai berikut:
Keterangan :
s = Simpangan baku
𝑋̅ = Rata-rata
1
𝑋̅𝑃𝐴𝑃 = (70)
2
𝑋̅𝑃𝐴𝑃 = 35
1
𝑆𝑃𝐴𝑃 = (𝑋̅𝑃𝐴𝑃 )
3
1
𝑆𝑃𝐴𝑃 = (35)
3
𝑆𝑃𝐴𝑃 = 11,66
Dengan mensubstitusikan nilai-nilai yang telah diketahui ke dalam
interval penilai skala sebelas, dapat di buat table konversi sebagai berikut:
76
43,74 ≤ 7 < 49,57
37,91 ≤ 6 < 43,74
32,08 ≤ 5 < 37,91
26,25 ≤ 4 < 32,08
20,42 ≤ 3 < 26,25
14,59 ≤ 2 < 20,42
8,76 ≤ 1 < 14,59
0 < 8,76
Tabel 4.1.2
Persiapan Penghitungan dengan Sistem PAN
no subjek Skor 𝒙𝒊 − 𝒙 ̅ ̅) 𝟐
(𝒙𝒊 − 𝒙
1 A 44,33 26,83 719,84
2 B 36,67 19,17 367,48
3 C 31,67 14,17 200,78
4 D 25 7,5 56,25
5 E 26,67 9,17 84,08
77
6 F 26,67 9,17 84,08
7 G 26,67 9,17 84,08
8 H 21,33 3,83 14,66
9 I 21,33 3,83 14,66
10 J 18,67 1,17 1,36
11 K 16 -1,5 2,25
12 L 22,67 5,17 26,72
13 M 21,67 4,17 17,38
14 N 19 1,5 2,25
15 O 19 1,5 2,25
16 P 19 1,5 2,25
17 Q 16,33 -1,17 1,36
18 R 16,33 -1,17 1,36
19 S 17 -0,5 0,25
20 T 9,33 -8,17 66,74
21 U 6,67 -10,83 117,28
22 V 5,67 -11,83 139,94
23 W 4 -13,5 182,25
24 X 8,67 -8,83 77,96
25 Y 11,33 -6,17 38,06
26 Z 8,67 -8,83 77,96
27 Aa 6 -11,5 132,25
28 Ab 0,67 -16,83 283,24
29 ac 0,67 -16,83 283,24
∑ 3082,26
507,66
∑ 𝑋𝑖
𝑋̅𝑃𝐴𝑁 = 𝑛
507,66
𝑋̅𝑃𝐴𝑁 =
29
𝑋̅𝑃𝐴𝑁 = 17,50
∑(𝑋𝑖 −𝑋̅ )2
𝑆𝑃𝐴𝑁 = √ 𝑛
3082,26
𝑆𝑃𝐴𝑁 = √
29
𝑆𝑃𝐴𝑁 = √106,28
𝑆𝑃𝐴𝑁 = 10,30
78
Dengan mensubstitusikan nilai-nilai yang telah diketahui ke dalam
interval penilai skala sebelas, dapat di buat table konversi sebagai berikut:
79
1
𝑆𝐾𝑂𝑀𝐵𝐼𝑁𝐴𝑆𝐼 = (𝑆𝑃𝐴𝑃 + 𝑆𝑃𝐴𝑁 )
2
1
𝑆𝐾𝑂𝑀𝐵𝐼𝑁𝐴𝑆𝐼 = (11,67 + 10,30)
2
1
𝑆𝐾𝑂𝑀𝐵𝐼𝑁𝐴𝑆𝐼 = (21,97)
2
𝑆𝐾𝑂𝑀𝐵𝐼𝑁𝐴𝑆𝐼 = 10,98
80
Tabel 4.1.3
Perolehan Nilai dengan Menggunakan Skala 11
Sistem Sistem Sistem Kombinasi
No Subjek Skor
PAP PAN PAP-PAN
1 A 44,33 7 10 8
2 B 36,67 5 9 7
3 C 31,67 4 8 6
4 D 25 3 6 5
5 E 26,67 4 7 5
6 F 26,67 4 7 5
7 G 26,67 4 7 5
8 H 21,33 3 6 4
9 I 21,33 3 6 4
10 J 18,67 2 5 4
11 K 27 4 7 5
12 L 22,67 3 6 4
13 M 21,67 3 6 4
14 N 33 5 8 6
15 O 34 5 8 6
16 P 35 5 8 7
17 Q 16,33 2 5 3
18 R 16,33 2 5 3
19 S 36 5 9 7
20 T 9,33 1 3 2
21 U 6,67 0 3 1
22 V 5,67 0 3 1
23 W 4 0 2 1
24 X 8,67 0 3 2
25 Y 11,33 1 4 2
26 Z 8,67 0 3 2
27 Aa 33 5 8 6
28 Ab 0,67 0 2 0
29 ac 0,67 0 2 0
81
IV.2 SKALA 10
82
14 19 2
15 19 2
16 19 2
17 16,33 2
18 16,33 2
19 17 2
20 9,33 1
21 6,67 1
22 5,67 1
23 4 1
24 8,67 1
25 11,33 1
26 8,67 1
27 6 1
28 0,67 1
29 0,67 1
83
4,62 ≤ 3 < 9,77
−0,52 ≤ 2 < 4,62
1 < −0,52
84
Dari data tabel tersebut, diperoleh :
1 orang siswa mendapat nilai 10
1 orang siswa mendapat nilai 9
1 orang siswa mendapat nilai 8
3 orang siswa mendapat nilai 7
5 orang siswa mendapat nilai 6
8 orang siswa mendapat nilai 5
1 orang siswa mendapat nilai 4
6 orang siswa mendapat nilai 3
3 orang siswa mendapat nilai 2
85
6 26,67 5
7 26,67 5
8 21,33 4
9 21,33 4
10 18,67 4
11 16 3
12 22,67 4
13 21,67 4
14 19 4
15 19 4
16 19 4
17 16,33 3
18 16,33 3
19 17 3
20 9,33 2
21 6,67 1
22 5,67 1
23 4 1
24 8,67 2
25 11,33 2
26 8,67 2
27 6 1
28 0,67 1
29 0,67 1
86
IV.3 SKALA 9
Skala Sembilan diambil dari kata “Standard Nine” yang disingkat
Stanin. Seperti halnya skala 11, pada skala ini distribusi yang merupakan kurva
normal dibagi menjadi 9 daerah interval yang sama.
a. Dengan Menggunakan Sistem PAP
Dari skala sebelumnya di dapat 𝑋̅𝑃𝐴𝑃 = 35 dan 𝑆𝑃𝐴𝑃 = 11,66, maka
untuk skala 9 tabel konversinya menjadi:
87
18 16,33 2
19 17 2
20 9,33 1
21 6,67 1
22 5,67 1
23 4 1
24 8,67 1
25 11,33 1
26 8,67 1
27 6 1
28 0,67 1
29 0,67 1
88
Dari tabel konversi tersebut diperoleh nilai siswa sebagai berikut:
Tabel 4.3.2
Perolehan Nilai dengan Menggunakan Sistem PAN
89
5 orang siswa mendapat nilai 6
8 orang siswa mendapat nilai 5
1 orang siswa mendapat nilai 4
6 orang siswa mendapat nilai 3
3 orang siswa mendapat nilai 2
0 orang siswa mendapat nilai 1
90
13 21,67 4
14 19 4
15 19 4
16 19 4
17 16,33 3
18 16,33 3
19 17 3
20 9,33 2
21 6,67 1
22 5,67 1
23 4 1
24 8,67 2
25 11,33 2
26 8,67 2
27 6 1
28 0,67 1
29 0,67 1
Tabel 4.3.4
Perolehan Nilai dengan Menggunakan Skala 9
91
4 D 25 3 6 5
5 E 26,67 4 7 5
6 F 26,67 4 7 5
7 G 26,67 4 7 5
8 H 21,33 3 6 4
9 I 21,33 3 6 4
10 J 18,67 2 5 4
11 K 27 4 7 5
12 L 22,67 3 6 4
13 M 21,67 3 6 4
14 N 33 5 8 6
15 O 34 5 8 6
16 P 35 5 8 7
17 Q 16,33 2 5 3
18 R 16,33 2 5 3
19 S 36 5 9 7
20 T 9,33 1 3 2
21 U 6,67 0 3 1
22 V 5,67 0 3 1
23 W 4 0 2 1
24 X 8,67 0 3 2
25 Y 11,33 1 4 2
26 Z 8,67 0 3 2
27 Aa 33 5 8 6
28 Ab 0,67 0 2 0
29 ac 0,67 0 2 0
92
IV.4 SKALA 5
Skala lima disebut pula skala huruf, karena nilai akhir tidak dinyatakan
dengan angka (bilangan), melainkan dengan huruf A, B, C, D, E.
a. Dengan Menggunakan Sistem PAP
Dari skala sebelumnya di dapat 𝑋̅𝑃𝐴𝑃 = 35 dan 𝑆𝑃𝐴𝑃 = 11,66, maka
untuk skala 5 tabel konversinya menjadi:
93
22 5,67 E
23 4 E
24 8,67 E
25 11,33 E
26 8,67 E
27 6 C
28 0,67 E
29 0,67 E
94
7 26,67 B
8 21,33 B
9 21,33 B
10 18,67 C
11 16 B
12 22,67 B
13 21,67 C
14 19 A
15 19 A
16 19 A
17 16,33 C
18 16,33 C
19 17 A
20 9,33 D
21 6,67 D
22 5,67 D
23 4 D
24 8,67 D
25 11,33 D
26 8,67 D
27 6 A
28 0,67 E
29 0,67 E
95
9,78 ≤ 𝐷 < 20,76
𝐸 < 9,78
96
Yang mendapat nilai C ada 10 orang
Yang mendapat nilai D ada 4 orang
Yang mendapat nilai E ada 8 orang
Tabel 4.4.4
Perolehan Nilai dengan Menggunakan Skala 5
97
IV.5 SKALA BAKU (Z)
Skala baku (standar) disenut juga skala z, dan nilainya disebut nilai
baku atau nilai z. Nilainya dihitung dengan rumus skala z untuk mengetahui
kedudukan siswa, perolehannya yaitu:
PAP PAN PAP-PAN
̅
𝑿−𝑿 ̅
𝑿−𝑿 ̅
𝑿−𝑿
𝒁= 𝒁= 𝒁=
𝑺 𝑺 𝑺
Tabel 4.5.1
Perolehan Nilai dengan Skala Baku (z)
98
23 W 4 -2,65 -1,31 -2,03
24 X 8,67 -2,26 -0,86 -1,60
25 Y 11,33 -2,03 -0,60 -1,35
26 Z 8,67 -2,26 -0,86 -1,60
27 Aa 33 -2,48 -1,12 -1,84
28 Ab 0,67 -2,94 -1,63 -2,32
29 ac 0,67 -2,94 -1,63 -2,32
Tabel 4.6.1
Perolehan Nilai dengan Menggunakan Skala 100
99
15 O 34 36,29 51,46 43,4
16 P 35 36,29 51,46 43,4
17 Q 16,33 34 48,87 40,97
18 R 16,33 31,71 46,28 38,54
19 S 36 32,29 46,93 39,15
20 T 9,33 28 42,07 34,6
21 U 6,67 25,71 39,48 32,17
22 V 5,67 24,86 38,51 31,26
23 W 4 23,43 36,89 29,74
24 X 8,67 28,29 42,39 34,9
25 Y 11,33 29,71 44,01 36,42
26 Z 8,67 27,43 41,42 33,99
27 Aa 33 25,14 38,83 31,56
28 Ab 0,67 20,57 33,66 26,71
29 ac 0,67 20,57 33,66 26,71
100
BAB V
PERINGKAT DAN TARAF SERAP
V.1 PERINGKAT
Peringkat adalah terjemahan dari kata Rank, yaitu suatu istilah untuk
menyatakan kedudukan seorang siswa dalam kelompoknya menurut urutan
tingkatan. Proses penentuan peringkat tersebut disebut ranking, yaitu dengan
cara mengurutkan nilai-nilai siswa (missal dalam suatu kelas) dari mulai skor
yang paling tinggi berangsur-angsur menuju ke skor yang paling rendah,
sehingga dapat dengan mudah dilihat kedudukan siswa dalam kelompoknya.
Dalam laporan ini kami menggunakan 3 cara untuk menentukan
peringkat tersebut, yaitu:
1
𝑟𝑎𝑛𝑘 = (∑ 𝑋𝑖 )
𝑛
101
Keterangan: n = Banyaknya skor yang sama
Xi = Nomor urut pada skor yang sama
Sehingga peringkat sederhana kelas tersebut adalah :
Tabel 5.1.1
Peringkat Siswa Berdasarkan Peringkat Sederhana
102
Aa 6 25
V 5,67 26
W 4 27
Ab 0,67 1
(28 + 29) = 28,5
2
Ac 0,67 1
(28 + 29) = 28,5
2
103
E 26,67 82,75
F 26,67 82,75
G 26,67 82,75
D 25 75,86
L 22,67 72,41
M 21,67 68,96
H 21,33 63,79
I 21,33 63,79
N 19 55,17
O 19 55,17
P 19 55,17
J 18,67 48,72
S 17 44,82
Q 16,33 39,65
R 16,33 39,65
K 16 34,48
Y 11,33 31,03
T 9,33 27,58
X 8,67 22,41
Z 8,67 22,41
U 6,67 17,24
Aa 6 13,79
V 5,67 10,34
W 4 6,89
Ab 0,67 1,72
Ac 0,67 1,72
104
Kelompok bawah sebanyak 15.37% yang berada pada peringkat kurang
̅ − 1s
dari X
̅ = 5,23 dan s =
Dengan menggunakan kalkulator, didapat bahwa X
16,03.
Dengan demikian diperoleh interval :
Interval Peringkat dengan Simpangan Baku
27,8 Kelompok Atas -
7,2 Kelompok Tengah < 27,8
- Kelompok Bawah < 7,2
105
X 8,67 Kelompok Tengah
Z 8,67 Kelompok Tengah
U 6,67 KelompokBawah
Aa 6 KelompokBawah
V 5,67 KelompokBawah
W 4 KelompokBawah
Ab 0,67 KelompokBawah
Ac 0,67 KelompokBawah
106
Kriteria taraf serap menurut E.T. Ruseffendi:
TS ≥ 75% = Taraf serap baik
50% ≤ TS < 75% = Taraf serap cukup
TS < 50% = Taraf serap jelek
107
10 × 100%
𝑇𝑆𝐵 = = 34,48%
29
108
b. Tipe soal uraian (esay):
𝐽𝑆
𝑇𝑆𝐵 = × 100%
𝑏
Keterangan:
JS = Jumlah bobot siswa
b = Bobot dari seluruh siswa yang menjawab sempurna
Perhitungan no. soal 16:
JS = 154
b = 29 x 20 = 580
154
𝑇𝑆𝐵 = × 100% = 26,55%
580
Total taraf serap butir soal PG + Total taraf serap butir soal esay
𝑇𝑆 =
𝑛
762 + 61,03
𝑇𝑆 =
17
TS = 48,41%
Kesimpulannya taraf serap untuk materi Faktorisasi Suku Aljabar adalah jelek.
109
BAB VI
PENUTUP
VI.1 KESIMPULAN
Berdasarkan uji coba yang telah kami lakukan, kami membatasi hanya
mengolah atau menghitung validitas, realibilitas, derajat kesukaran, daya
pembeda, efektivitas opsi, pemberian skor dan nilai, serta taraf serap dan
peringkat.
Hasil pengolahan yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut:
Alat
No. Nilai kriteria No.Soal ∑ 𝒔𝒐𝒂𝒍 Presentase
Evaluasi
1 Validitas 0,90 < rxy ≤ 1,00 Sangat tinggi - 0 0%
0,70 < rxy ≤ 0,90 Tinggi 16(uraian) 1 5,88%
2,3,6,7,9
0,40 < rxy ≤ 0,70 Sedang dan 6 35,29%
17(uraian)
1,4,5,8,12,
0,20 < rxy ≤ 0,40 Rendah 6 35,29%
dan 14
Sangat 10,11, dan
0,00 < rxy ≤ 0,20 3 17,65%
rendah 13
rxy ≤ 0,00 Tidak valid 15 1 5,88%
2 Reliabilitas
a. Pilihan
0,62 tinggi
jamak
b. Uraian 0,28 rendah
3 Daya
0,70 < 𝐷𝑃 ≤ 1,00 Sangat baik - 0 0%
Pembeda
0,40 < 𝐷𝑃 ≤ 0,70 Baik 3 1 5,88%
1,2,4,5,6,7,
8,11,12,
0,20 < 𝐷𝑃 ≤ 0,40 Cukup 10 58,82%
dan
16(uraian)
9,10,14,
0,00 < 𝐷𝑃 ≤ 0,20 Jelek dan 4 23,53%
17(uraian)
DP ≤ 0,00 Sangat jelek 13 dan 15 2 11,76%
4 Indeks IK = 1,00 Terlalu - 0 0%
110
Kesukaran mudah
1,3,4,6, dan
0,70 < 𝐼𝐾 < 1,00 Mudah 5 29,41%
7
2,5,8,11,12,
0,30 < 𝐼𝐾 ≤ 0,70 Sedang 6 35,29%
dan 13
9,10,14,15,
16(uraian),
0,00 < 𝐼𝐾 ≤ 0,30 Sukar 6 35,29%
dan
17(uraian)
IK = 0,00 Terlalu sukar - 0 0%
111
Tingkat penguasaan siswa yang paling besar adalah 63,32 % dan yang
terkecil adalah 0,95 %.
Peringkat yang paling tinggi adalah 1 dan yang paling rendah adalah 28,5
dari jumlah siswa sebanyak 29 siswa.
VI.2 SARAN
Setelah kami melakukan uji coba terhadap SMP Nur Kautsar. Ada
beberapa hal yang mungkin bisa dijadikan sebagai bahan pelajaran bagi siapa
saja yang akan melakukan kegiatan serupa atau bahkan dalam memberikan
evaluasi yang sebenarnya. Adapun hal tersebut sebagai berikut:
1. Dalam menyusun makalah ini kita haruslah menguasai materi evaluasi
pendidikan itu sendiri sehingga dikemudian hari pada saat kita
mengevaluasi siswa tidak menemui kendala yang berarti. Penguasaan
materi evaluasi pendidikan sangat diperlukan untuk bisa menyusun
laporan ini atau bahkan untuk melakukan evaluasi yang sebenarnya kelak
dikemudian hari
2. Sebaiknya dalam pembuatan soal untuk mengevaluasi kita mengetahui
materi apa yang sudah diterima dan materi apa yang belum diberikan
sehingga tidak terjadi human error.. Sebelum memberikan soal tes pada
siswa hendaknya kita re-check dari apa yang kita buat untuk menghindari
human error. Karena soal merupakan sesuatu yang urgen bagi lancarnya
pemprosesan data.
3. Koordinasi dengan pihak sekolah terutama dengan guru yang
bersangkutan haruslah berjalan dengan baik, sehingga dalam proses
observasi evaluasi dapat berjalan dengan lancar.
4. Sebelumya kita harus mengetahui terlebih dahulu apa yang kita hendak
olah dari data hasil uji coba supaya kita dapat mempersiapkan segala
sesuatunya.
5. Bila kita mendapat kesulitan hendaknya kita bertanya kepada yang lebih
bisa dari kita, baik teman sendiri atau kakak tingkat.
112
6. Dalam menyusun makalah sebaiknya tidak ditunda – tunda karena
membutuhkan waktu yang tidak sedikit.
7. Dalam memilih sekolah yang akan di jadikan tempat observasi sebaiknya
jangan yang terlalu jauh dari transportasi umum, sehingga kita tidak
susah untuk menjangkau sekolah tersebut.
8. Kekompakan dan tanggung jawab dalam membuat makalah ini sebaiknya
harus ditanamkan dalam diri masing-masing.
113
DAFTAR PUSTAKA
114
LAMPIRAN 1
SURAT KETERANGAN OBSERVASI
115
116
117
LAMPIRAN 2
KISI-KISI TES MATEMTAIKA
118
119
120
LAMPIRAN 3
NILAI ULANGAN HARIAN
MATEMATIKA KELAS VIII A
121
122
LAMPIRAN 4
SOAL TES MATEMATIKA
123
124
125
126
LAMPIRAN 5
JAWABAN TES MATEMATIKA
127
128
129
130
131
LAMPIRAN 6
HASIL TES MATEMATIKA
132