Anda di halaman 1dari 12

Contoh Makalah Bank Syariah

Diposkan pada 6 Mei 2015 oleh sarahsidik

DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR………………………………………………………………………
…………………….

DAFTAR
ISI……………………………………………………………………………………
……………………

BAB I :
PENDAHULUAN…………………………………………………………………
………………..

BAB II :
PEMBAHASAN……………………………………………………………………
…………………

1. Pengertia Dan Sejarah


Berdiri…………………………………………………………………..
2. Fungsi Bank
Syariah………………………………………………………………………
………..
3. Tujuan Bank Syariah
4. Ciri Bank Syariah
5. Produk Jasa Yang Ditawarkan
6. Perkembangan Bank Syariah Di Indonesia

BAB III : PENUTUP

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “BANK
SYARIAH”. Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN.

Dan pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata
kuliah bank dan lembaga keuangan Bapak Dede Djuniardi, S.E., M.M yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan saran sehingga makalah ini dapat disusun
dengan baik.
“ TAK ADA GADING YANG TAK RETAK ”, sebagai sebuah makalah tidak
lepas dari kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
dari semua pihak yang berkepentingan, guna penyempurnaan makalah ini. Dan
kami berharap semoga makalah ini dapat digunakan oleh pembaca dengan baik.

Kuningan, Desember 2014

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

Seperti sudah di jelaskan sebelum nya, bahwa jenis bank jika dilihat dari cara
menentukan harga terbagi menjadi dua macam, yaitu bank yang berdasarkan
prinsip konvensional dan ank yang berdasarkan prinsip syariah. Hal utama yang
menjadi perbedaan antara kedua jenis bank ini adalah dalam penentuan harga, baik
untuk harga jual maupun harga beli. Dalam bank konvensionl penentuan harga
selalu didasarkan kepada bunga, sedangkan dalam bank syariah didasarkan pada
konsep islam, yaitu kerja sama dalam skema bagi hasil, baik untung maupun rugi.

Kehadiran bank yang berdasarkan syariah di indonesia masih relatif baru, yaitu
baru pada awal tahun 1990-an, meskipun masyarakat indonesia merupakan
masyarakat muslim terbesar di dunia. Prakarsa untuk mendirikan Bank Syariah di
Indonesia dilakukan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada 18-20 agustus
1990. Namun, diskusi tentang Bank Syariah sebagai basis ekonomi Islam Sudah
mulai dilakukan pada awal tahun 1990.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Dan Sejarah Berdirinya Bank Syariah

1. Pengertian Bank Syariah

Bank syari’ah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan


operasionalissinya pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut dengan Bank tanpa
bunga, adalah lembaga keuangan/perbangkan yang operasional dan produknya
dikembangkan berlandaskan pada Al Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Dengan kata
lain, Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran
uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syari’at Islam.
Antonio dan perwataadmadja membedakannya menjadi dua pengertian, yaitu Bank
Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syariat Islam. Bank Syari’ah
adalah,

1) Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syari’at Islam

2) Bank yang tata cara beroperasinya mengacu pada ketentuan-ketentun Al


qur’an dan Hadits

Sementara Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syari’ah Islam adalah Bank
yang dalam operasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan syari’at Islam,
khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam. Dikatakan lebih
lanjut, dalam tata cara bermuamalah itu harus dijahui oleh hal-hal dan praktek-
praktek yang dikhawatirkan mengandung unsure riba untuk diisi dengan kegiatan-
kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan.

2. Sejarah Berdirinya Bank Syariah

Awal mula kegiatan bank syariah yang pertama kali dilakukan adalah di Pakistan
dan Malaysia pada sekitar tahun 1940-an. Kemudian di Mesir pada tahun 1963
berdiri Islamic Rural Bank di desa It Ghamr Bank. Bank ini beroperasi di pedesaan
Mesir dan masih berskala kecil.

Di Uni Emirat Arab, baru tahun 1975 dengan berdiri Dubai Islamic Bank. Dikuait
pada tahun 1977 berdiri Kuwait Finance House yang beroperasi tanpa bunga.
Kembali di Mesir pada tahun 1978 berdiri Bank Syariah yang di beri nama Faisal
Islamic Bank. Di Siprus tahun1983 berdiri Faisal Islamic Bank
of Kibris.di Malaysia Bank Syariah lahir tahun 1983 dengan berdirinya Bank Islam
Malaysia Berhad (BIMB) dan pada tahun 1999 lahir pula Bank Bumi Putera
Muamalah. Di Turki negara yang berideologi sekuler Bank Syariah lahir tahun
1984 yaitu dengan hadirnya Daar al-Maal al-Islami serta Faisal Finance Institution
dan mulai beroperasi pada tahun 1985.salah satu negara pelopor utama dalam
melaksanakan sistem perbankan syariah secara nasional adalah pakistan.

1. Fungsi Bank Syariah

Fungsi Bank Syariah Intermediary agent (sama seperti bank konvensional) Fund
atau investment manager. Penyedia jasa perbankan pada umumnya (sama seperti
bank konvensional) sepanjang tidak melanggar syariah Pengelola fungsi sosial
(ZISWA). Alat transmisi kebijakan moneter (sama seperti bank Konvensional).

Berdasarkan filosofis serta tujuan bank Islam maka dirumuskan fungsi dan peran
bank Islam yang diantaranya tercantum dalam pembukaan standar akuntasi yang
dikeluarkan oleh AAOIFFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic
Financial Institution). Fungsi dan peran tersebut yaitu:
1. Manajer investasi, bank Islam dapat mengelola investasi dana nasabah
2. Investor, bank Islam dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun
dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.
3. Penyedia jasa keuangan dan laulintas pembayaran, bank Islam dapat
melakukan kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana lazimnya
institusi perbankan sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
4. Pelaksana kegiatan sosial. Sebagai suatu ciri yang melekat pada entitas
keuangan Islam, bank Islam juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan
dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan, mendistribusikan)
zakat serta dana-dana sosial lainnya.

Dari fungsi dan peran tersebut dapat disimpulkan bahwa hubungan antara bank
Islam dengan nasabahnya baik sebagai dari investor maupun pelaksana dari
investasi merupakan hubungan kemitraan, tidak seperti hubungan pada bank
konvensional yang bersifat debitur-kreditur.

1. Tujuan Bank Syariah

Tujuan Bank Islam Syariah, Perbankan syariah sebagaimana dijelaskan dalam


pasal 3 UU Perbankan syariah, bertujuan “Menunjang pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka meingkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan
kesejahteraan rakyat”. Dalam mencapai tujuan menunjang pelaksannaan
pembangunan nasional, perbankan syariah tetap berpegang pada prinsip syariah
secara menyeluruh (kaffah) dan konsisten (istiqamah)” (Pasal 3 UU Perbankan
syariah dan Penjelasannya).

Bank syariah adalah bank yang aktivitasnya meninggalkan masalah riba. Dengan
demikian, penghindaran bunga yang dianggap riba merupakan salah satu tantangan
yang dihadapi dunia Islam dewasa ini. Suatu hal yang sangat menggembirakan
bahwa belakangan ini para ekonom muslim telah mencurahkan perhatian besar,
guna menemukan cara untuk menggantikan sistem bunga dalam transaksi
perbankan dan membangun model teori ekonomi yang bebas dan pengujiannya
terhadap pertumbuhan ekonomi, alokasi dan distribusi pendapatan. Oleh karena
itu, maka mekanisme perbankan bebas bunga yang biasa disebut dengan bank
syariah didirikan. Tujuan perbankan syariah didirikan dikarenakan pengambilan
riba dalam transaksi keuangan maupun non keuangan (QS. Al-Baqarah 2 : 275).
Dalam sistem bunga, bank tidak akan tertarik dalam kemitraan usaha kecuali bila
ada jaminan kepastian pengembalian modal dan pendapatan bunga (Zaenul Arifin,
2002: 39-40).

Setelah di dalam perjalanan sejarah bank- bank yang telah ada (bank konvesional)
dirasakan mengalami kegagalan menjalankan fungsi utamanya menjembatani
antara pemilik modal atau kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana,
maka dibentuklah bank – bank Islam dengan tujuan – tujuan sebagai berikut :
1. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalah secara islami
khususnya muamalah yang berhubungan dengan perbankan agar terhindar
dari praktek riba atau jenis perdagangan yang mengandung unsur gharar.
2. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap Bank non–Islam
(konvesional) yang menyebabkan ummat Islam berada di bawah kekuasaan
bank.
3. Menjalankan bisnis dan aktivitas perdagangan yang berbasis pada perolehan
keuntungan yang sah menurut islam.
4. Menghindari bunga bank uang yang dilaksanakan bank konvesional.
5. Mendidik dan membimbing masyarakat untuk berpikir secara ekonomis,
berperilaku bisnis dalam meningkatkan kualitas hidup mereka.
6. Menghindari Al Iktinaz yaitu menahan uang (dana) dan membiarkannya
menganggur dan tidak berputar.
7. Untuk membantu menanggulangi (mengentaskan) masalah kemiskinan,
yang pada umumnya merupakan program utama dari negara–negara yang
sedang berkembang.
8. Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi dengan jalan
meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi.
9. Menjaga kestabilan ekonomi/ moneter pemerintah.
10. Berkembangnya lembaga bank dan sistem perbankan yang sehat
berdasarkan efisiensi dan keadilan akan mampu meningkatkan partisipasi
masyarakat sehingga menggalakkan usaha–usaha ekonomi masyarakat
banyak dengan antara lain memperluas jaringan lembaga lembaga keuangan
perbankan.
11. Berusaha membuktikan bahwa konsep perbankan Islam menurut syariah
Islam dapat beroperasi, tumbuh dan berkembang melebihi bank-bank
dengan sistem lain.

Bank syariah didasarkan pada Al – Qur’an dan Hadist sebagai pedoman hidup
umat Islam. Filosofi dan dasar Perbankan Syariah meliputi 3 aspek, yaitu
produktif, adil, dan memiliki akhlak atau moralitas usaha. Produktif berarti harta
yang dipergunakan untuk kemaslahatan dan kesejahteraan. Karenanya harta juga
tidak boleh menganggur dan diperkenankan memperoleh laba. Sedangkan adil
berarti dilarangnya riba dan diharuskan melakukan pembagian hasil dan risiko.

1. Ciri Bank Syariah

Bank Syari’ah mempunyai ciri yang berbeda dengan bank konvensional. ciri-ciri
ini bersifat universal dan kualitatif, artinya Bank Syari’ah beroperasi di mana harus
memenuhi ciri-ciri tersebut. Beban biaya yang telah disepakati pada waktu akad
perjanjian diwujudkan dalam bentuk jumlah nominal yang besarnyan tidak kaku
dan dapat ditawar dalam batas yang wajar.
Penggunaan persentase dalam hal kewajiban untuk melakukan pembayaran selalu
dihindarkan. Karena persentase bersifat melekat pada sisa hutang meskipun utang
pada batas waktu perjanjian telah berakhir. Di dalam kontrak pembiayaan proyek
bank tidak menetapkan perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti (Fiset
Return) yang ditetapkan di muka. Bank Syari’ah menerapkan sistem berdasarkan
atas modal untuk jenis kontrak al mudharabah dan al musyarakah dengan system
bagi hasil (Profit and losery) yang tergantung pada besarnya keuntungan.
Sedangkan penetapan keuntungan di muka ditetapkan pada kontrak jual beli
melalui pembiayaan pemilikan barang (al murabahah dan al bai’u bithaman ajil,
sewa guna usaha (al ijarah), serta kemungkinan rugi dari kontrak tersebut amat
sedikit.
Pegarahan dana masyarakat dalam bentuk deposito atau tabungan oleh penyimpan
dianggap sebagai titipan (al-wadi’ah) sedangkan bagi bank dianggap sebagai
titipan yang diamanatkan sebagai pernyataan dana pada proyek yang dibiayai oleh
bank sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah hingga kepada penyimpan tidak
dijanjikan imbalan yang pasti (fixed return). Bentuk yang lain yaitu giro dianggap
sebagai titipan murni (al-wadiah) karena sewaktu-waktu dapat ditarik kembali dan
dapat dikenai biaya penitipan.
Bank Syari’ah tidak menerapkan jual beli atau sewa-menyewa uang dari mata uang
yang sama dan transaksinya itu dapat menghasilkan keuntungan. Jadi mata uang
itu dalam memberikan pinjaman pada umumnya tidak dalam bentuk tunai
melainkan dalam bentuk pembiayaan pengadaan barang selama pembiayaan,
barang tersebut milik bank.
Adanya dewan syari’ah yang bertugas mengawasi bank dari sudut syari’ah.
Bank Syari’ah selalu menggunakan istilah-istilah dari bahasa arab di mana istilah
tersebut tercantum dalam fiqih Islam. Adanya produk khusus yaitu pembiayaan
tanpa beban murni yang bersifat sosial, di mana nasabah tidak berkewajiban untuk
mengembalikan pembiayaan (al-qordul hasal). Fungsi lembaga bank juga
mempunyai fungsi amanah yang artinya berkewajiban menjaga dan bertanggung
jawab atas keamanan dana yang telah dititipkan dan siap sewaktu-waktu apabila
dana ditarik kembali sesuai dengan perjanjian

Selain karakteristik diatas, Bank Syari’ah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Dalam Bank Syari’ah hubungan bank dengan nasabah adalah hubungan


kontrak (akad) antara investor pemilik dana (shohibul maal) dengan investor
pengelola dana (mudharib) bekerja sama untuk melakukan kerjasama untuk
yang produktif dan sebagai keuntungan dibagi secara adil (mutual invesment
relationship). Dengan demikian dapat terhindar hubungan eskploitatif antara
bank dengan nasabah atau sebaliknya antara nasabah dengan bank.
2. Adanya larangan-larangan kegiatan usaha tertentu oleh Bank Syari’ah yang
bertujuan untuk menciptakan kegiatan perekonomian yang produktif
(larangan menumpuk harta benda (sumber daya alam) yang dikuasai
sebagian kecil masyarakat dan tidak produktif, menciptakan perekonomian
yang adil (konsep usaha bagi hasil dan bagi resiko) serta menjaga
lingkungan dan menjunjung tinggi moral (larangan untuk proyek yang
merusak lingkungan dan tidak sesuai dengan nilai moral seperti miniman
keras, sarana judi dan lain-lain.
3. Kegiatan usaha Bank Syari’ah lebih variatif dibanding bank konvensional,
yaitu bagi hasil sistem jual beli, sistem sewa beli serta menyediakan jasa lain
sepanjang tidak bertentangan dengan nilai dan prinsip-prinsip syari’ah.

1. Produk Jasa Yang Ditawarkan

Pada dasarnya, produk yang ditawarkan perbankan syariah dapat dibagi menjadi
tiga bagian besar yaitu produk penyaluran dana, produk penghimpunan dana dan
produk jasa.

1. Produk Penyaluran Dana

Dalam menyalurkan dana kepada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan
syariah terbagi kedalam tiga kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan
penggunaan yaitu:

 Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang yang


dilakukan dengan prinsip jual beli.
 Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan
dengan prinsip sewa.
 Transaksi pembiyaan untuk usaha kerja sama yang dituju guna mendapatkan
sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil.

Pada kategori pertama dan kedua, tingkat keuntungan bank ditentukan didepan dan
menjadi bagian harga atas barang atau jasa yang dijual. Produk yang termasuk
dalam kelompok ini adalah produk yang menggunakan prinsip jual beli seperti
murabahah, salam dan istishna serta produk yang menggunakan prinsip sewa atau
ijarah. Sedangkan kategori ketiga, tingkat keuntungan bank ditentukan dari
besarnya usaha sesuai dengan prinsip bagi hasil. Pada produk bagi hasil
keuntungan ditentukan oleh nisbah bagi hasil yang disepakati dimuka. Produk
perbankan yang termasuk kedalam kelompok ini adalah musyarakah dan
mudhrabah.

 – Prinsip jual beli (Ba’i)

Prinsip jual beli diadakan sehubung diadanya perpindahan kepemilikan barang atau
benda (transfer of property). Tingkat keuntungan bank ditentukan didepan dan
menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Transaksi jual beli dibedakan
berdasarkan bentuk pembayarannya dan waktu penyerahan barang seperti:

1. Pembiayaan Murabahah

Murabahah adalah transaksi jual beli, dimana bank mendapat sejumlah


keuntungan. Dalam hal ini, bank menjadi penjual dan nasabah menjadi pembeli.
Kedua pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga
jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah
selama berlakunya akad,

1. Salam

Salam adalah transaksi jual beli, dimana barangnya belum ada, sehingga

barang yang menjadi objek transaksi tersebut diserahkan secara tangguh.

Dalam transaksi ini, bank menjadi pembeli dan nasabah menjadi penjual.

1. Istishna

Alur trankasksi Istishna mirip dengan Salam, hanya saja dalam Istishna, Bank
dapat membayar harga pembelian dalam beberapa kali termin pembayaran. Skim
istishna dalam bank syariah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur
dan konstruksi.

 – Prinsip Sewa (Ijarah)

Secara prinsip, Ijarah sama dengan transaksi jual beli. Hanya saja yang menjadi
objek dalam transaksi ini adalah dalam bentuk manfaat. Pada akhir masa sewa
dapat saja diperjanjian bahwa barang yang diambil manfaatnya selama masa sewa
akan dijual belikan antra Bank dan nasabah yang menyewa (Ijarah muntahhiyah
bittamlik/sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan)

 – Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)

Produk pembiayaan syariah yang didasarkan dengan prinsip bagi hasil adalah :

1. Musyarakah

Musyarakah adalah bentuk umum dari usaha bagi hasil. Dalam kerjasama ini para
pihak secara bersama-sama memadukan sumber daya baik yang berwujud ataupun
tidak berwujud untuk menjadi modal proyek kerjasama, dan secara bersama-sama
pula mengelola proyek kerjasama tersebut.

1. Mudarabah

Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan atau deposan bertindak


sebagai pemilik modal, dan bank sebagai mudharib (pengelola). Dana tersebut
digunakan Bank untuk melakukan pembiayaan murabahah atau ijarah seperti yang
dijelaskan terdahulu. Dapat pula dana tersebut digunakan oleh bank untuk
melakukan pembiayaan mudharabah. Hasil usaha ini akan dibagi hasilkan
berdasarkan nisbah yang disepakati.
1. Akad Pelengkap

Untuk memudahkan pelaksanan pembiyaan, biasanya diperlukan juga akad


pelengkap. Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, namun
ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembiyaan. Meskipu tidak ditujukan
mencari keuntungan, dalam akad pelengkap ini dibolehkan untuk meminta
pengganti biaya biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. Besarnya
biaya pengganti ini sekedar untuk menutupi biaya yang benar benar timbul.

 Hiwalah (Alih Utang Piutang)

Hiwalah adalah transaksi pengalihan utang piutang. Dalam praktek perbankan


syariah, fasilitas hiwalah lazimnya untuk membantu supplier mendapatkan modal
tunai agar dapat melanjutkan produksinya, sedangkan bank mendapat ganti biaya
atas jasa.

 Rahn

Rahn, dalam bahasa umum lebih dikenal dengan Gadai. Tujuan akad Rahn adalah
untuk memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan
pembiayaan.

 Qardh

Qardh adalah pinjaman uang. Misalnya dalam hal seorang calon haji membutuhkan
dana pinjaman talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya perjalanan haji.
Bank memberikan pinjaman kepada nasabah calon haji tersebut dan si nasabah
melunasinya sebelum keberangkatan Hajinya.

 Wakalah

Wakalah dalam praktek Perbankan syariah terjadi apabila nasabah memberikan


kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu,
seperti pembukuan L/C, inkaso dan transfer uang.

 Kafalah

Kafalah dalam bahasa umum lebih dikenal dengan istilah Bank Garansi, yang
ditujukan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran. Bank dapat
mensyaratkan nasabah untuk menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini
sebagai Rahn. Bank dapat pula menerima dana tersebut dengan prinsip wadi’ah.
Bank mendapatkan pengganti biaya atas jasa yang diberikan.

2. Produk Penghimpunan Dana


Produk penghimpunan dana dibank syariah dapat berupa giro, tabungan, dan
deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana
masyarakat adalah wadi’ah dan mudharabah.

1. Wadi’ah

Prinsip Wadi’ah yang diterapkan dalam Perbankan syariah adalah Wadiah Yad
Dhamanah yang diterapkan pada produk rekening giro. Dalam konsep Wadi’ah
Yad Dhamanah, Bank dapat mempergunakan dana yang dititipkan, akan tetapi
bank bertanggung jawab penuh atas keutuhan dari dana yang dititipkan.

1. Mudharabah Mutlaqah

Mudarabah Mutlaqah adalah Mudarabah yang tidak disertai dengan pembatasan


penggunaan dana dari Sahibul Mal.

1. Mudarabah Muqayadah on Balance Sheet

Mudarabah Muqayadah on Balance Sheet adalah Aqad Mudarabah yang disertai


dengan pembatasan penggunaan dana dari Sahibul Mal untuk investsi-investasi
tertentu.

1. Mudarabah of Balance Sheet

Dalam Mudarabah of Balance Sheet, Bank bertindak sebagai arranger, yang


mempertemukan nasabah pemilih modal dan nasabah yang akan menjadi
mudharib.

1. Wakalah

Wakalah dalam praktek perbankan syariah dilakukan apabila nasabah memberikan


kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu,
seperti inkaso dan transfer uang.

3. Produk Jasa

Bank syariah dapat melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan kepada nasabah
dengan mendapat imbalan berupa sewa atau keuntungan. Jasa perbankan tersebut
antara lain berupa :

1. Sharf (jual beli valuta asing)

Pada prinsipnya jual beli valuta asing sejalan dengan prinsip Sharf, sepanjang
dilakukan pada waktu yang sama (spot). Bank mengambil keuntungan dari jual
beli valuta asing ini.
1. Ijarah (Sewa)

Jenis kegiatan Ijarah antara lain penyewaan kotak simpanan (safe deposit box) dan
jasa tata-laksana administrasi dokumen (custodian). Bank mendapat imbalan sewa
dari jasa tersebut.

1. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak ukur


keberhasilan eksistensi ekonomi syariah. Bank muamalat sebagai bank syariah
pertama dan menjadi pioneer bagi bank syariah lainnya telah lebih dahulu
menerapkan system ini ditengah menjamurnya bank-bank konvensional. Krisis
moneter yang terjadi pada tahun 1998 telah menenggelamkan bank-bank
konvensional dan banyak yang dilikuidasi karena kegagalan system bunganya.
Sementara perbankan yang menerapkan system syariah dapat tetap eksis dan
mampu bertahan.

Bank Syariah pertama di Indonesia merupakan hasil kerja tim perbankan MUI,
yaitu dengan dibentuknya PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang akte
pendiriannya ditandatangani tanggal 1 November 1991. Bank ini ternyata
berkembang cukup pesat sehingga saat ini BMI sudah memiliki puluhan cabang
yang tersebar di beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Makasar,
dan kota lainnya.

Dalam perkembangan selanjutnya kehadiran Bank Syariah di Indonesia khususnya


cukup menggembirakan. Disamping BMI, saat ini juga telah lahir Bank Syariah
milik pemerintah sperti Bank Syariah Mandiri (BSM). Kemudian berikutnya
berdiri Bank Syariah sebagai cabang dari Bank Konvensional yang sudah ada,
seperti Bank BNI, Bank IFI, dan BPD Jabar. Bank-bank syariah lain yang
direncanakan akan membuka cabang adalah BRI, Bank Niaga, dan Bank Bukopin.

Kehadiran Bank Syariah ternyata tidak hanya dilakukan oleh masyarakat muslim,
tetapi juga bank milik non muslim. Saat ini bank islam sudah tersebar di berbagai
Negara-negara Muslim dan Non Muslim, baik di Benua Amerika, Australia, dan
Eropa. Bahkan banyakperusahaan Dunia seperti ANZ, Chase Chemical Bank, dan
Citibank telah memebuka cabang yang berdasarkan syariah.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan


pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran
uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syari’at Islam. Dalam
perkembangan selanjutnya kehadiran Bank Syariah di Indonesia khususnya cukup
menggembirakan. Disamping BMI, saat ini juga telah lahir Bank Syariah milik
pemerintah sperti Bank Syariah Mandiri (BSM). Kemudian berikutnya berdiri
Bank Syariah sebagai cabang dari Bank Konvensional yang sudah ada, seperti
Bank BNI, Bank IFI, dan BPD Jabar. Bank-bank syariah lain yang direncanakan
akan membuka cabang adalah BRI, Bank Niaga, dan Bank Bukopin.

Kehadiran Bank Syariah ternyata tidak hanya dilakukan oleh masyarakat muslim,
tetapi juga bank milik non muslim. Saat ini bank islam sudah tersebar di berbagai
Negara-negara Muslim dan Non Muslim, baik di Benua Amerika, Australia, dan
Eropa. Bahkan banyakperusahaan Dunia seperti ANZ, Chase Chemical Bank, dan
Citibank telah memebuka cabang yang berdasarkan syariah.

Iklan

Anda mungkin juga menyukai