Anda di halaman 1dari 9

Derajat kerut indeks cole.

Tanah merupakan hasil evolusi dan mempunyai susunan teratur yang unik yang terdiri
dari lapisan-lapisan yang berkembang secara genetik. Proses-proses pembentukan tanah
atau perkembangan tanah dapat dilihat sebagai penambahan, pengurangan, perubahan atau
translokasi (Rizki, 2012).
Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik, organik,udara dan
air. Bahan anorganik secara garis besar dibagi atas golongan fraksi tanah yaitu:
1. Pasir (0,05 mm – 2,00 mm) bersifat tidak plastis dantidak liat,daya menahan air
rendah,ukurannya yang menyebabkan pori makro lebih banyak, perkolasi cepat,sehingga
aerasi dan draianse tanh pasiran relatif lebih baik.
2. Debu (0,002mm – 0,05mm) sebenarnya merupakan pasir mikrodan sebagian besar adalah
kuarsa. Fraksi debu mempunyai sedikit sifat plastis dan kohesi yang baik.
3. Liat (<0,002 mm) berbentuk mika atau lempeng, bila dibasahi amat lengket dan sangat
plastis, sofat mengembang dan mengerut yang besar. Bila kering menciut banyak menyerap
energi panas, bila dibasahi terjadi pengembangan volume dan terjadi pelepasan yang disebut
sebagai panas pembasahan (Hardjowigeno, 1987).

Beberapa tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut (bila kering).
Akibatnya pada musim kering karena tanah mengerut maka menjadi pecah-pecah. Sifat
mengembang dan mengerutnya tanah disebabkan oleh kandungan mineral liat montmorillonit
yang tinggi (Hardjowigeno,1987)
Derajat kerut tanah adalah kemapuan tanah untuk mengembang dan mengerut. Tanah
mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut (bila kering).Tanah yang banyak
mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang kasar, mudah diolah, mudah merembaskan
air dan disebut sebagai tanah ringan. Sebaliknya tanah yang banyak mengandung liat akan
sulit meloloskan air, aerasi jelek, lengket dan sukar pengolahannya sehingga disebut tanah
berat (Sarief, 1986)
Tanah mempunyai ciri khas dan sifat-sifat yang berbeda-beda diantara tanah di suatu
tempat dengan tempat yang lain. Sifat-sifat tanah itu meliputi fisika dan sifat kimia. Beberapa
sifat fisika tanah antara lain tekstur, struktur, dan kadar lengas tanah. Untuk sifat kimia
menunjukan sifat yang dipengaruhi oleh adanya unsur maupun senyawa yang terdapat di
dalam tanah tersebut. Beberapa contoh sifat kimia yaitu pH, kadar bahan organik dan
Kapasitas Pertukaran Kation (KPK). Setiap tanah memiliki sifat mengembang dan mengkerut
(Aji, 2012).
Tanah dapat terbagi menjadi beberapa jenis yang masing-masing memiliki sifat yang
berbeda-beda. Ada jenis tanah yang mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan
mengkerut (bila kering). Akibatnya pada musim kering karena tanah mengerut maka tanah
menjadi pecah-pecah. Sifat mengembang dan mengerutnya tanah disebabkan oleh kandungan
mineral liat montmorillonit yang tinggi. Besarnya pengembangan dari pengerutan tanah
dinyatakan dalam nilai COLE (Coefficient Of Linear Extensibility) atau PVC (Potential
Volume Change = Swell index = index pengembangan). Istilah COLE banyak digunakan
dalam bidang ilmu tanah (pedology) sedang PVC digunakan dalam bidang engineering
(pembuatan jalan, gedung-gedung dsb) (Hardjowigeno, 1993)
Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang kasar, mudah
diolah, mudah merembaskan air dan disebut sebagai tanah ringan. Sebaliknya tanah yang
banyak mengandung liat akan sulit meloloskan air, aerasi jelek, lengket dan sukar
pengolahannya sehingga disebut tanah berat (Sarief, 1986)

DAFTAR PUSTAKA

Aji, Soeharto. 2012. Analisis Derajat Kerut


Tanah.http://ajiver.blogspot.com/2012/12/laporanpraktikum-dasar-dasar-
ilmutanah.htmldiakses tanggal 11 April 2013
Akhmad. 2012. Dasar Ilmu Tanah. http://www.scribd.com/doc/87961158/Laporan-Dastan-Derajat-
kerut-tanah.html diakses tanggal 11 April 2013
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah Cetakan 1. Mediyatama Sarana Perkasa: Jakarta.
Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah Dan Redogenesis. Akedemika Presindo : Jakarta.
Poerwowidodo, 1991. Genesa Tanah, Proses Genesa dan Morfologi. Fahutan: Institut Pertanian
Bogor.
Rizki, Akbar. 2012,. Derajat Kerut Tanah.http://duniabarstev.blogspot.com/2012/05/acara-iii-
derajat-kerut-tanah.html, diakses tanggal 11 April 2013
Sarief, Saifuddin.1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana : Bandung.
Soegiman. 1982 . Ilmu Tanah. Bhratara Karya Aksara: Jakarta.

Kandungan Kapur

Pegunungan kapur banyak terdapat di Pulau Jawa. Walaupun kurang subur, tetapi memiliki

fungsi sangat strategis. Batuan kapur banyak dimanfaatkan manusia untuk bahan bangunan dan juga

pertanian. Sebagai bahan bangunan kapur digunakan sebagai penimbun khususnya tanah kapur, sebagai

pondasi bangunan khususnya batu kapur, untuk barang kerajinan dan keramik khususnya batu marmer

dan sebagai bahan campuran adonan semen.

Alam dan manusia telah menyebarluaskan kapur dari sumber batuan kapur ke seluruh bumi.

Kapur memiliki sifat basa yang tinggi sehingga banyak digunakan petani untuk menurunkan keasaman

tanah. Dengan fungsi ini banyak petani menggunakan dolomit untuk disebar di lahan. Selain itu, manusia

berkemungkinan membantu menyebarluaskan secara tidak sengaja ke permuakaan bumi lewat

penggunaan batu kapur untuk berbagai keperluan.

Kapur dalam tanah memiliki asosiasi dengan keberadaan kalsium dan magnesium tanah. Hal ini

wajar, karena keberadaan kedua unsur tersebut sering ditemukan berasosiasi dengan karbonat. Secara

umum pemberian kapur ke tanah dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah serta kegiatan jasad

renik tanah. Bila ditinjau dari sudut kimia, maka tujuan pengapuran adalah menetralkan kemasaman

tanah. Perlu diketahui bahwa tanah yang memiliki kandungan kapur yang tinggi, belum tentu tanah

tersebut juga memiliki tingkat kesuburan yang tinggi. bisa terjadi suatu kapur itu menjadi racun karena
kapur akan menyerap unsur hara dari dalam tanah, dimana unsur hara tersebut dibutuhkan tanaman

untuk pertumbuhannya

Kadar kapur tertinggi sampai terendah adalah tanah alfisol, entisol, vertisol, rendzina, dan

ultisol. Bahan induk pada tanah alfisol ialah kapur dengan jeluk air sekitar 50 m. Adapun bahan induk

pada tanah vertisol ialah kapur dan gamping. Kemudian pada tanah rendzina bahan induknya juga kapur,

karena pengangkatan karst. Bahan induk tanah entisol dan ultisol berturut-turut ialah abu vulkan serta

konglomerat dan breksi.

Kanbdungan Ca dan mg yang tinggi dalam tanah berhubungan dengan taraf perkembangan tanah

tersebut, semakin kuat pelindian / semakin tua tanahnya, akan semakin kecil pula kandungan kedua zat

tersebut. Kadar tinggi berkaitan dengan pH yang netral atau agak kalis. Sebagai unsur hara makro Ca dan

Mg mempunyai fungsi yang penting pada tanaman. Kalsium (Ca) berperan sebagai penyusun dinding sel

tumbuhan dan sering pula menjonjotkan / menetralkan bahan racun dalam jaringan tanaman.

Magnesium (Mg) merupakan komponen dari klorofil dan berperan pula dalam pembentukan lemak dan

minyak pada tumbuhan. Kekurangan kedua zat ini dalam tanah dapat menghambat perkembangan

normal pad jaringan muda.

Kandungan kapur dari setiap jenis tanah berbeda-beda. Bahkan kandungan kapur dari lapisan

atas tentu berbeda dengan lapisan di bawahnya. Hal ini disebabkan oleh adanya proses pelindian kapur

pada lapisan atas oleh air yang akan diendapkan pada lapisan bawahnya. Selain itu keberadaan kapur

tanah sangat dipengaruhi oleh batuan induk yang ada disuatu lokasi. Dalam percobaan ini dilakukan

analisis kapur dengan menggunakan metode gravimetric yang dikenal dengan penetapan kadar kapur

setara tanah dengan menggunakan alat calcimeter dan khemikalia HCl. CO2 yang menguap dalam

penentuan kapur akan diukur menurut reaksi :

CaCO3 + 2 HCL CaCl2 + H2O + CO2

Perbedaan kadar kapur pada berbagai jenis tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

lain komposisi bahan induk dan iklim. Kedua faktor ini berhubungan dengan kadar lengas tanah,

terbentuknya lapisan-lapisan tanah, dan tipe vegetasi. Faktor-faktor ini merupakan komponen dalam

perkembangan tanah. Pada umumnya batuan kapur/ kwarstik lebih tahan terhadap perkembangan

tanah. Pelarutan dan kehilangan karbonat diperlukan sebagai pendorong dalam pembentukan tanah pada

batuan berkapur. Garam-garam yang mudah larut (seperti Na, K, Ca, Mg-Klorida dan sulfat, NaCO3) dan

garam alkali yang agak mudah larut ( Ca, Mg ) memiliki karbonat yang akan berpindah bersama air, dan

bergantung besarnya air yang dapat mencapai kedalaman tanah tertentu. Hal ini dapat menyebabkan

terjadinya pengayaan garam/ kapur pada horison tertentu dan besarnya sangat bervariasi. Karena

terdapat perbedaan kelarutan dan mobilitas tersebut maka yang terendapkan lebih dahulu adalah
karbonat. Pada kondisi yang ekstrem kerak garam dan kapur dapat terbentuk di permukaan tanah. Dari

sini menunjukan bahwa kadar kapur tanah dapat berbeda-beda.

Pengaruh iklim terhadap pembentukan dan perkembangan profil tanah sangat bergantung pada

besarnya air yang mampu melewati tanah atau terjadi evaporasi yang besar sehingga air tanah naik dari

lapisan tanah dalam ke permukaan tanah. Peristiwa ini berpengaruh terhadap kadar lengas tanah. Besar

kecilnya kadar lengas tanah ini bergantung pada daya infiltrasi air ke dalam tanah, kemampuan tanah

mengikat air, permeabilitas tanah, dan evaporasi alihan tanah dengan tanaman. Hal tersebut akan

mempengaruhi pola vegetasi yang tumbuh.

Tinggi rendahnya kadar kapur dalam tanah berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah.

Sebagai contoh pada tanaman vanili yang dalam pertumbuhannya memerlukan kalsium yang cukup

banyak. Kalsium di sini berfungsi sebagai pengikat daya serap akar terhadap zat-zat hara sehingga dalam

pemilihan tanah untuk budidaya vanili harus memperhatikan keadaan kalsium yang terkandung dalam

tanah.

Tanah berkapur dengan sifat basa yang tinggi sangat berkebalikan dengan tanah yang kaya

akan bahan organik. Bahan organik memiliki sifat asam yang sangat tinggi sehingga kurang baik untuk

pertumbuhan tanaman. Kalau kedu hal ini dipadukan maka hasilnya akan saling melengkapi kekurngan

kedua jenis tanah tersebut. Tanah akan menjadi kaya bahan mineral dan ber pH netral yang baik untuk

pertanaman.

Tanah ultisol memiliki kadar kapur dan bahan organik cukup tinggi sehingga kecenderungan

lebih subur daripada keempat tanah yang lain. Mg da Ca sangat diperlukan tanaman untuk menguatkan

batang.

Kadar Kapur jenis tanah dari yang tertinggi sampai yang terendah adalah Alfisol, Entisol,

Vertisol, Rendzina dan Ultisol. Tanah Entisol tidak berbahan induk kapur seperti karsit, dolomit dan lain-

lain sehingga kadar kapur dalam tanah tidak begitu tinggi. Biasanya tanah Entisol memiliki bahan induk

abu vulkanik dan batuan sediment dan pasir.

Tanah Alfisol berbahan induk yang kaya akan kapur dan mengandung konkresi kapur dan besi.

Dalam pembentukan tanah larutan-larutan besi terutama dari sumber-sumber bukan kapur dan sedikit

berkapur atau dolomite menyusup ke dalam retakan-retakan dan lubang-lubang batu kapur dalam

sehingga Fe bersentuhan dengan Ca yang mengendap.

Tanah Ultisol merupakan tanah yang memiliki kadar kapur terendah baik secara teoritis.Tanah ini

meliputi tanah-tanah yang mengalami pelapukan intensif dan perkembangan tanah selanjutnya sehingga

terjadi pencucian unsur basa, bahan organik dan silika dengan meninggalkan sesquioksida sebagai sisa

berarana merah. Warna tanah terganstung susunan mineralogi bahan induk. Bahan induk ini barasal dari

batuan induk vulkanik baik tuff maupun batuan beku.


. Tanah Vertisol berbahan induk kapur dan lempung sehingga kedap air. Selain itu terbatas pada

tanah yang bertekstur halus atau terdiri atas bahan-bahan yang mengalami pelapukan seperti batu kapur,

batu napal, tuff, endapan alluvial dan abu vulkanik. Warna tanah dipengaruhi oleh kandungan humus dan

kapur. Tanah yang kaya akan kapur kebanyakan hitam. Kadar kapur yang tinggi mempengaruhi

kejenuhan basa dan KPK tanh tinggi karena banyak menyumbang kation-kation Ca dan Mg. Bentuk kapur

adalah berupa kalsium karbonat (CaCO3). Semakin besar nilai perhitungan yang didapatkan maka

kandungan kapur dalam tanah juga semakin banyak. Factor-faktor yang menentukan kadar/banyaknya

kapur dalam tanah antara lain adalah pH tanah, tekstur tanah, kadar bahan organic tanah, mutu kapur

dan jenis tanaman yang hidup. Faktor pH tanah dapat menunjukkan kejenuhan basa dan pH tanah yang

rendah, maka kapur juga rendah. Tekstur dan kandungan bahan organic menentukan kapasitas adsorpsi

dan besarnya daya penyangga (buffering capacity) dari tanah.

Dari pengalaman penelitian bertahun-tahun baik di luar negeri atau pun di indonesia sendiri

diketahui bahwa pemberian kapur ke dalam tanah masam tidak hanya memperbaiki sifat fisika tanah

tetapi juga mempengaruhi sifat kimia tanah dan biologi tanah. Kimia tanah, pengaruh kapur yang

menonjol trehadap kimia tanah adalah berupa naiknya kadar Ca dan pH tanah, sehingga reaksi tanah

mengarah ke netral. Selain itu akan terjadi penurunan kandungan Al yang akan meracuni tanaman. Selain

itu juga da pengaruh terhadap biologi tanah meskipun tidak secara langsung kan tetapi dengan naiknya

pH tanah dan tersedianya beberapa hara yang diperlukan biologi tanah menyebabkan jasad hidup ini

lebih mudah dalam memperoleh energi dan materi dalam jumlah banyak. Sejalan dengan hal itu, populasi

dan aktivitas mereka pun meningkat dengan penambahan kapur. Akan tetapi yang paling meninjol dari

adalah sifat kapur yang berperan dalam memperbqaiki sifat fisika tanah, dimana agregat akan lebih stabil

dan peromabakan bahan organik akan berjaln lebih lancar.

Adapun reaksi penetralan pH tanah oleh kapur (contoh CaCO3) :

Akan tetapi disisi lain jika suatu tanah kandungan kapur terlalu tinggi tanaman yang tumbuh di

tanah berkapur kadang-kadang kekurangan Besi, Mangan, Seng, Temabaga, dan Boron. Seharusnya untuk

mengatasi hal ini Kalsium Karbonat / Kapur harus dihilangkan, tapi hal ini belum bisa dilakukan,

akibatnya tanaman dipupuk dengan unsur-unsur yang ada yang defisiensi atau dilakukan pemilaihan

jenis tanaman yang cocok dan dapat beradaptasi pada tanah-tanah alkalin. Hal itu satu-satunya cara

praktis yang dapat dilakukan untuk mengatasi tanah dengan kelebiahn kapur.

Dengan mengetahui kandungan kapur dalam tanah maka dapat ditentukan kesuburan tanah

yang sangat berpengaruh terhadap pengelolan lahan, sehingga dapat mengoptimalkan potensi lahan

untuk budidaya pertanian.


DAFTAR PUSTAKA
Amien, I. , A. Sofyan, dan M. Sudjadi. 1985. Pengaruh pengapuran terhadap beberapa sifat kimia tanah
ultisol Banten Jawa Barat. Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk. 4 : 6-10.
Benito, 2001. Kapasitas Pertukaran Kation
(KPK). <http://benito.staff.ugm.ac.id/pertukaran%20kation.html.> . Diakses tanggal 25
Oktober 2007.
Buckman, H.O. dan N.C. Brady. 1974. The Nature and Properties of Soil. Mac Millan Publishing
Company, New Delhi.
Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Soul, M.A. Diha, G.B. Hong, N.H. Bailey. 1986. Dasar-
Dasa Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.
Kompart, E.J. 1970. Exchange able Aluminium as Creation for Liming Leached Minerals Soils. Soilsci, Soc
Amer Proc.
Pearson, R.W.F. Adams, dan R.C. Dinauver. 1967. Soil acidity and liming. Agronomy
Monograph, Wicounsin.
Safuan, La Ode. 2005. Pengapuran Tanah. <> >. Diakses pada tanggal 3 November 2007.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Saduran The Nature and Properties of Soils by Brady. 1983.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Tisdale, S.L., W.L. Nelson, dan J.D. Beacon. 1985. Soils Fertility and Fertilizers. Mac Millan Publishing
Company, New York.

Warna tanah

Warna tanah merupakan gabungan berbagai warna komponen penyusun tanah.Warna tanah
berhubungan langsung secara proporsional dari total campuran warna yang dipantulkan
permukaan tanah. Warna tanah sangat ditentukan oleh luas permukaan spesifik yang dikali
dengan proporsi volumetrik masing-masing terhadap tanah. Makin luas permukaan spesifik
menyebabkan makin dominan menentukan warna tanah, sehingga warna butir koloid tanah
(koloid anorganik dan koloid organik) yang memiliki luas permukaan spesifik yang sangat
luas, sehingga sangat mempengaruhi warna tanah (Hanafiah 2014).
Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya dipengaruhi oleh perbedaan
kandungan bahan organik. Makin tinggi kandungan bahan organik, warna tanah makin gelap.
Sedangkan dilapisan bawah, dimana kandungan bahan organik umumnya rendah, warna
tanah banyak dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya senyawa Fe dalam tanah. Di daerah
berdrainase buruk, yaitu di daerah yang selalu tergenang air, seluruh tanah berwarna abu-abu
karena senyawa Fe terdapat dalam kondisi reduksi ( ). Pada tanah yang berdrainase baik,
yaitu tanah yang tidak pernah terendam air, Fe terdapat dalam keadaan oksidasi ( ) misalnya
dalam senyawa (hematit) yang berwarna merah, atau . 3 (limonit) yang berwarna kuning
cokelat. Sedangkan pada tanah yang kadang-kadang basah dan kadang-kadang kering, maka
selain berwarna abu- abu (daerah yang tereduksi) didapat pula becak-becak karatan merah
atau kuning, yaitu di tempat-tempat dimana udara dapat masuk, sehingga terjadi oksidasi
besi ditempat tersebut. Keberadaan jenis mineral dapat menyebabkan warna lebih
terang. Intensitas warna tanah dipengaruhi tiga faktor yaitu jenis mineral dan
jumlahnya, kandungan bahan organik tanah, kadar air tanah dan tingkat hidratasi.Tanah yang
mengandung mineral feldspar, kaolin, kapur, kuarsa dapat menyebabkan warna putih pada
tanah. Jenis mineral feldspar menyebabkan beragam warna dari putih sampai
merah (Hanafiah 2014).

2.2 Warna Tanah Sebagai Indikator Kesuburan Tanah


Warna tanah merupakan sebagai indikator dari bahan induk untuk tanah yang baru
berkembang, indikator kondisi iklim untuk tanah yang sudah berkembang lanjut, dan
indikator kesuburan tanah atau kapasitas produktivitas lahan. Secara umum dikatakan bahwa:
makin gelap tanah berarti makin tinggi produktivitasnya, selain ada berbagai pengecualian,
namun secara berurutan sebagai berikut: putih, kuning, kelabu, merah, coklat-kekelabuan,
coklat-kemerahan, coklat, dan hitam. Kondisi ini merupakan integrasi dari
pengaruh kandungan bahan organik yang berwarna gelap, makin tinggi kandungan bahan
organik suatu tanah maka tanah tersebut akan berwarna makin gelap. Intensitas pelindihan
(pencucian dari horison bagian atas ke horison bagian bawah dalam tanah) dari ion-ion hara
pada tanah tersebut, makin intensif proses pelindihan menyebabkan warna tanah menjadi
lebih terang, seperti pada horison eluviasi, dan Kandungan kuarsa yang tinggi menyebabkan
tanah berwarna lebih terang (Hanafiah 2014).
Warna tanah tidak secara langsung berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, tetapi
tak langsung melalui daya pengaruhnya atas suhu dan lengas tanah. Warna tanah merupakan
karakteristik tanah yang penting karena berhubungan dengan kandungan bahan organik:
warna hitam dan hitam kecoklatan (Susanto 2005).
Warna tanah ditentukan dengan membandingkan warna tanah tersebut dengan warna
standar pada buku Munsell Soil Color Chart. Diagram warna baku ini disusun tiga variabel,
yaitu hue, value dan chroma hue adalah warna spektrum yang dominan sesuai dengan
panjang gelombangnya. Value menunjukkan gelap terangnya warna, sesuai dengan
banyaknya sinar yang dipantulkan dan Chroma menunjukkan kemurnian atau kekuatan dari
warna spektrum. Chroma didefiniskan juga sebagai gradasi kemurnian dari warna atau derajat
pembeda adanya perubahan warna dari kelabu atau putih netral ke warna lainnya
(Gusli 2015).

DAFTAR PUSTAKA
Foth,HD dan L.N.Turk .1998.Fundamental of soils science. New York:fifth Ed.John.waley&soil.
Gusli, S. 2015. Penuntun Praktikum Dasar-dasar Ilmu tanah. Makassar: Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin Makassar.
Hakim. N. dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung : Lampung.
Hanafiah, K.A. 2014. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Pers.
Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Yogyakarta: Kanisius

Bahan organik
Pengertian bahan organik mencakup organisme hidup dan mati dari flora dan fauna
tanah serta akar tumbuhan hidup dan mati. Bahan organik tersusun atas bahan-bahan
yang sangat beraneka rupa zat yang ada dalam jaringan tumbuhan dan hewan semula,
sisa organik yang sedang menjalani perombakan, hasil metabolisme mikroorganisme
yang menggunakan sisa organik sebagai sumber energi, hasil sintesis mikrobia berupa
plasma sel dan zat-zat humus, dan sederet panjang derivat zat-zat tersebut yang
mencakup kesudahan kegiatan mikrobia. Dinamika bahan organik ditentukan oleh
pemasukan sisa nabati dan hewani secara sinambung dan pengalihragamannya secara
sinambung pula oleh faktor biolagi sebagai penindak utama dan sampai batas tertentu
juga oleh faktor-faktor kimia dan fisik ( Notohadiprawiro, 2000 ).

Laju dekomposisi bahan organik ditentukan oleh faktor dakhil bahan organiknya sendiri
dan faktor luar (lingkungan). Faktor 1ingkungan berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan metabolisme jasad renik pengurai. Faktor lingkungan yang paling berpengaruh ialah
suhu, kelembaban, pH, dan potensial redoks. Faktor dakhil ialah susunan kimia bahan
organik. Bahan organik yang banyak mengandung selulosa, hemiselulosa, dan
senyawa-senyawa larut air lebih mudah terombak. Sedangkan bahan organik yang
banyak mengandung lignin lebih sulit terombak.

Kononova (1966) dan Schinitzer (1978) membagi bahan organik tanah dua kelompok
yaitu bahan humik dan bahan bukan humik. Bahan humik meliputi fraksi asam humat,
asam fulfat dan humin. Sedangkan bahan bukan humik meliputi senyawa-senyawa
organik seperti karbohidrat, asam amino, peptide, lemak, lilin, lignin, asam nukleat dan
protein ( Agus et.al, 2008 ).

Bahan organik tanah menjalankan berbagai fungsi penting. Ia mempengaruhi


pertumbuhan tumbuhan melalui daya pengaruhnya atas sifat fisik, kimia, dan hayati
tanah. Bahan organik tanah (BOT) memajukan kebaikan struktur dan konsistensi tanah,
serta mempunyai kapasitas pengikatan hara maupun air yang tinggi. Dengan demikian
bahan organik tanah memperbaiki keterolahan, aerasi, permaebilitas, dan daya tanah
menyimpan air.

Bahan organik tanah regosol bergantung pada bahan induknya yaitu abu vulkan, mergel
atau napal dan pasir pantai. Akan tetapi biasanya tanah regosol miskin hydrogen.
Kandungan unsur hara tanah latosol pada umumnya rendah sampai sedang.
Kandungan bahan organic tanah mediteran umumnya rendah sampai sangat rendah.
Pada horizon A atau lapisan tanah atas mengandung paling tinggi 3 persen. Kandungan
bahan organik lapisan tanah atas tanah grumusol pada umumnya rendah, yaitu 1-3,5
persen. Kandungan unsure hara tanah andosol adalah sedang sampai tinggi, yaitu antar
11-20 persen ( Bale,1996 ).

Daftar Pustaka
Agus, C, Dewi W dan Daryono P.2008.Petunjuk Praktikum Ilmu TanahHutan.Laboratorium Tanah
Hutan, Jurusan Budidaya Hutan.Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah
Mada.Yogyakarta.
Bale, Anwar.1996.Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah.Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah
Mada.Yogyakarta.
Notohadiprawito, Tejoyuwono.2000.Tanah dan Lingkungan.Gadjah Mada University
Press.Yogyakarta.

DASAR TEORI
Bahan organik adalah hasil-hasil peruaraian tubuh bekas jasad hidup (tumbuhan dan
binatang) sehingga menunjukkan perbedaan dalam ukuran, bangun, komposisi, dan watak,
fisiokimiawi dari aslinya, yang telah menyatu dengan jarah-jarah penyusun tanah lainnya.
Pemasok bahan organik adalah tumbuhan dan binatang. Sreresah dan bangkai hewan yang
berada di atas dandi dalm tubuh tanah, akan segera diserang oleh binatang pencacah dan
jasad renik pengurai, yang menjadikan sumber energi (Arsyad, 1989).
Bahan organik dalam tanah Alfisol terdiri dari bahan organik kasar dan bahan organik
halus atau humus. Lapisan I pada tanah Alfisol mempunyai humus yang terdiri dari hancuram
bahan organik kasar serta senyawa-senyawa baru yang baru dibentuk dari hancuran bahan
organik tersebut melalui kegiatan mikroorganisme di dalam tanah. Humus merupakan
senyawa yang resisten (tidak mudah hancur), berwarna hitam atau cokelat yang memiliki
daya menahan air dan unsur hara yang tinggi. Humus adalah senyawa kompleks yang agak
resisten, oelapukan berwarna cokelat, amorfus, bersifat koloid dan berasal dari jaringan
tumbuhan atau binatang yang telah dimodifikasikan atau disintesiskan oleh berbagai jasad
mikro. Dalam jaringan tumbuhan terdapat pula lemak, minyak, lilin dan dammar dalam
jumlah yang kecil. Jumlah dan sifat komponen-komponen organik dalam sisa-sisa tumbuhan
sangat berpengaruh menentukan penimbunan bahan organik dalam tanah. Terutama lapisan I
tanah Alfisol memiliki kandungan humus yang lebih banyak sehingga kandungan bahan
organiknya lebih tinggi dari lapisan dibawahnya (Saifuddin,1988).

Bahan organik tanah menjadi salah satu indikator kesehatan tanah karena memiliki
beberapa peranan kunci di tanah. Disamping itu bahan organic tanah memiliki fungsi – fungsi
yang saling berkaitan, sebagai contoh bahan organik tanah menyediakan nutrisi untuk
aktivitas mikroba yang juga dapat meningkatkan dekomposisi bahan organik, meningkatkan
stabilitas agregat tanah, dan meningkatkan daya pulih tanah (Sutanto,2005).

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 1989. Koservasi Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.
Saifuddin, S. 1988. Kimia Fisika Pertanian. CV. Buana. Bandung.
Sutanto.R. 2005. Dasar- Dasar Ilmu Tanah. Kanisius . Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai