Segala puji dan syukur, penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus, atas berkat dan
anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah Pendidikan agama
khatolik dengan judul “PERAN AGAMA BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DI
KABUPATEN TTU”.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Pendidikan Agam Kristen Khatolik dan mengajak orang kristen yang belum mengenal
kasih Allah dan taat kepada firmanNya, mengetahui peran agama dalam masyarakat serta
dapat memiliki iman yang teguh dan kokoh dalam melewati hari-harinya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulis makalah ini masih terbatas dan jauh
dari sempurna, hal ini disebabkan keterbatsan pengetahuan, pengalaman, dan waktu yang
dimiliki. Namun demikian penulis telah berusaha agar makalah ini bermanfaat bagi penulis,
dan bagi pembaca sekalian untuk menjadi manusia yang memiliki iman yang teguh dan
kokoh.
penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... 1
DAFTAR ISI..................................................................................................................... 2
BAB I. PENDAHULUAN :
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 33
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
nyatanya di berbagai bidang seperti politik, moral, kesenian, ilmu pengetahuan,
budaya, 4rgan, berbagai keprihatinan di masyarakat, termasuk kerukunan umat
beragama. Dengan demikian proses ini mengandung 4rgani pemahaman iman,
pergumulan iman, penghayatan iman dan hidup nyata. Proses semacam ini diharapkan
semakin memperteguh dan mendewasakan iman mahasiswa sehingga menjadi saksi
Kristus di tengah masyarakat.
Kalau menurut menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia definisi agama adalah
4rgani yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang
Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia
serta lingkungannya.
4
Meskipun di dunia ini jumlah agama adalah sangat banyak, namun di 5rganism5
pemerintah hanya mengakui 6 agama saja. Diantaranya adalah Islam, Katolik, Protestan,
Hindhu, Budha, dan Kong Hu Cu.
Agama dapat juga dikatakan sebagai sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan,
5rgani budaya, dan pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan
tatanan/perintah dari kehidupan. Banyak agama memiliki narasi, simbol, dan sejarah suci
5
yang dimaksudkan untuk menjelaskan makna hidup dan / atau menjelaskan asal usul
kehidupan atau alam semesta. Dari keyakinan mereka tentang kosmos dan sifat manusia,
orang memperoleh moralitas, etika, hukum agama atau gaya hidup yang disukai. Menurut
beberapa perkiraan, ada sekitar 4.200 agama di dunia. Banyak agama yang mungkin telah
mengorganisir perilaku, kependetaan, definisi tentang apa yang merupakan kepatuhan atau
keanggotaan, tempat-tempat suci, dan kitab suci. Praktek agama juga dapat mencakup
ritual, khotbah, peringatan atau pemujaan tuhan, dewa atau dewi, pengorbanan, festival,
pesta, trance, inisiasi, jasa penguburan, layanan pernikahan, meditasi, doa, 6rgan, seni,
tari, masyarakat layanan atau aspek lain dari budaya manusia. Agama juga mungkin
mengandung mitologi.
Untuk mengkaji dan mengulas tentang peran dan fungsi agama dalam kehidupan
manusia, maka diperlukan subpokok bahasan yang saling berhubungan, sehingga
penyusun membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa sesungguhnya masyarakat dan agama.
2. Bagaimana peran dan fungsi agama dalam kehidupan masyarakat.
3. Apakah ada kendala-kendala yang mempengaruhi perananan agama bagi masyarkat
di kabupaten Timor Tengah Utara.
4. Upaya-upaya apa yang dilakukan oleh pimpinan agama di kabupaten TTU untuk
menigkatkan kesejahteraan.
6
1.3. Tujuan dan manfaat penulisan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Agama Khatolik dan
menjawab pertanyaan yang ada pada rumusan masalah.
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan penyusun
dan pembaca tentang peran dan fungsi agama dalam kehidupan manusia.
Makalah ini disusun menjadi tiga bab, yaitu bab pendahuluan, bab pembahasan, dan bab
penutup. Adapun bab pendahuluan terbagi atas : latar belakang, rumusan makalah, tujuan
dan manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Sedangkan bab
pembahasan dibagi berdasarkan subbab yang berkaitan dengan manusia dalam
pandangan Khatolik serta fungsi dan tanggung jawab manusia dalam Khatolik. Terakhir,
bab penutup terdiri atas kesimpulan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 805) Leksikal adalah berkaitan dengan
kata; berkaitan dengan leksem; berkaitan dengan kosa kata. Jadi, dapat ditarik
kesimpulan bahwa Makna Leksikal adalah makna yang berkaitan dengan kata, leksem,
ataupun kosakata. Sedangkan menurut Abdul Chaer (20012: 60) makna leksikal adalah
bentuk ajektif yang diturunkan dengan bentuk nomina leksikon (vokabuler, kosa kata,
perbendaharaan kata). Kemudian dalam beberapa buku pelajaran bahasa sering dikatakan
bahwa makna leksikal adalah makna seperti yang terdapat dalam kamus. Makna leksikal
biasanya dipertentangkan atau diaposisikan dengan makna gramatikal. Kalau makna
leksikal itu berkenaan dengan makna leksem atau kata yang sesuai dengan referennya,
maka makna gramatikal adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses
gramatikal seperti proses afiksasi, reduplikasi, dan proses komposisi.
Jadi, makna Leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, sesuai dengan hasil
observasi alat indera / makna yg sungguh-sungguh nyata dlm kehidupan kita. Contoh:
Kata tikus, makna leksikalnya adalah binatang yang menyebabkan timbulnya penyakit
(Tikus itu mati diterkam kucing).
8
3. Menurut H. Moenawar Chalil definisi Agama adalah perlibatan yang merupakan
tingkah laku manusia dalam berhubungandengan kekuatan supranatural tersebut
sebagai konsekuensi otos pengakuannya.
4. Menurut Hendro Puspito definisi Agama adalah 9rgani nilai yang mengatur
hubungan manusia dan alam semesta yangberkaitan dengan keyakinan.
5. Menurut Jappy Pellokild definisi Agama adalah percaya adanya tuhan yang maha-
esa dan 9rgan-hukumnya.
6. Menurut Anthony F.C. Wallace defenisi agama adalah seperangkat upacara yang
diberi yang diberi rasionalisasi lewat mitos dan menggerakan kekuatan supernatural
dengan maksud untuk mencapai terjadinya perubahan keadaan pada manusia dan
semesta.
b. Karl Marx
Masyarakat adalah suatu struktur yang menderita ketegangan organisasi ataupun
perkembangan karena adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terpecah-
pecah secara ekonomis.
c. Max Weber
Masyarakat adalah suatu struktur atau aksi yang pada pokoknya ditentukan oleh
harapan dan nilai-nilai yang dominan pada warganya.
d. Koentjaraningrat
Masyarakat adalah kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia yang terikat oleh
suatu 9rgani adat istiadat tertentu.
e. Mayor Polak
9
Masyarakat adalah wadah segenap antarhubungan social yang terdiri dari banyak sekali
kolektivitas serta kelompok, dan tiap-tiap kelompok terdiri lagi atas kelompok-
kelompok yang lebih kecil (subkelompok).
g. Paul B. Horton
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relative mandiri, yang hidup
bersama-sama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki
kebudayaan yang sama dan melakukan sebagian besar kegiatan dalam kelompok itu.
Pada bagian lain Horton mengemukakan bahwa masyarakat adalah suatu organisasi
manusia yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya.
10
Agama adalah adalah tingkat yang paling tinggi dan paling umum dari
budaya manusia.
Masyarakat adalah sekelompok orang yang ada dalam suatu daerah dimana
daerah itu sudah ada pemimpin.
11
BAB III
PEMBAHASAN
Islam : 86,1%
Protestan : 5,7%
Katolik : 3%
Hindu : 1,8 %
Budha : 3,4%
12
dari India, Tiongkok, Portugal, Arab, dan Belanda. Bagaimanapun, hal ini sudah berubah
sejak beberapa perubahan telah dibuat untuk menyesuaikan kultur di Indonesia.
13
B. Fungsi-Fungsi Agama Tentang Agama
Agama bukanlah suatu entitas independen yang berdiri sendiri. Agama terdiri
dari berbagai dimensi yang merupakan satu kesatuan. Masing-masingnya tidak dapat
berdiri tanpa yang lain. seorang ilmuwan barat menguraikan agama ke dalam lima
dimensi komitmen. Seseorang kemudian dapat diklasifikasikan menjadi seorang
penganut agama tertentu dengan adanya perilaku dan keyakinan yang merupakan
wujud komitmennya. Ketidakutuhan seseorang dalam menjalankan lima dimensi
komitmen ini menjadikannya religiusitasnya tidak dapat diakui secara utuh.
Kelimanya terdiri dari perbuatan, perkataan, keyakinan, dan sikap yang
melambangkan (lambang=simbol) kepatuhan (=komitmen) pada ajaran agama.
Agama mengajarkan tentang apa yang benar dan yang salah, serta apa yang baik dan
yang buruk.
Agama berasal dari Supra Ultimate Being, bukan dari kebudayaan yang
diciptakan oleh seorang atau sejumlah orang. Agama yang benar tidak dirumuskan
oleh manusia. Manusia hanya dapat merumuskan kebajikan atau kebijakan, bukan
kebenaran. Kebenaran hanyalah berasal dari yang benar yang mengetahui segala
sesuatu yang tercipta, yaitu Sang Pencipta itu sendiri. Dan apa yang ada dalam agama
selalu berujung pada tujuan yang ideal. Ajaran agama berhulu pada kebenaran dan
bermuara pada keselamatan. Ajaran yang ada dalam agama memuat berbagai hal
yang harus dilakukan oleh manusia dan tentang hal-hal yang harus dihindarkan.
Kepatuhan pada ajaran agama ini akan menghasilkan kondisi ideal.
14
mau mematuhi ajaran agama yang melarang mereka melakukan hal yang menurutnya
menghalangi kesenangan mereka, dan mereka merasionalisasikan perbuatan irasional
mereka itu dengan justifikasi sosial-intelektual. Mereka menganggap segi intelektual
ataupun sosial memiliki nilai keberhargaan yang lebih. Akibatnya, mereka menutup
indera penangkap informasi yang mereka miliki dan hanya mengandalkan
intelektualitas yang serba terbatas.
Mereka memahami dunia dalam batas rasio saja. Logika yang mereka miliki
begitu terbatasnya, hingga abstraksi realita yang bersifat supra-rasional tidak mereka
akui. Dan hasilnya, mereka terpenjara dalam realitas yang serba empiri. Semua harus
terukur dan terhitung. Walaupun mereka sampai sekarang masih belum memahami
banyaknya fungsi alam yang bekerja dalam mekanisme supra rasional, keterbatasan
kerangka berpikir yang mereka miliki menegasikan semua hal yang tidak dapat
ditangkap secara inderawi.
Padahal, pembatasan diri dalam realita yang hanya bersifat empiri hanya akan
membatasi potensi manusia itu sendiri. Dan hal ini menegasikan tujuan hidup yang
selama ini diagungkan para penganut realita rasio-saja, yaitu aktualisasi diri dan
segala potensinya.
Agama, dengan sandaran yang kuat pada realitas supra rasional, membebaskan
manusia untuk mengambil segala hal yang terbaik yang dapat dihasilkannya dalam
hidup. Semua-apakah hal itu bersifat empiri-terukur, maupun yang belum dapat
diukur. Empirisme bukanlah suatu hal yang ditolak agama. Agama yang benar, yang
bersifat universal, mencakup segi intelektual yang luas, yang diantaranya adalah
empirisme. Agama tidak mereduksi intelektualitas manusia dengan membatasi
kuantitas maupun kualitas suatu idea. Agama yang benar, memberi petunjuk pada
manusia tentang bagaimana potensi manusia dapat dikembangkan dengan sebesar-
besarnya. Dan sejarah telah membuktikan hal tersebut.
Kesalahan yang dibuat para penilai agama-lah yang kemudian menyebabkan
realita ajaran ideal ini menjadi terlihat buruk. Beberapa peristiwa sejarah yang
menonjol mereka identikan sebagai kesalahan karena agama. Karena keyakinan pada
ajaran agama. Padahal, kerusakan yang ditimbulkan adalah justru karena jauhnya
orang dari ajaran agama. Kerusakan itu timbul saat agama-yang mengajarkan
15
kemuliaan- disalahgunakan oleh manusia pelaksananya untuk mencapai tujuan yang
terlepas dari ajaran agama itu sendiri, terlepas dari pelaksanaan keseluruhan
dimensinya.
Pelembagaan Agama
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan agama? Kami mengupamakan sebagai
sebuah telepon. Jika manusia adalah suatu pesawat telepon, maka agama adalah
media perantara seperti kabel telepon untuk dapat menghubungkan pesawat telepon
kita dengan Telkom atau dalam hal ini Tuhan. Lembaga agama adalah suatu
organisasi, yang disahkan oleh pemerintah dan berjalan menurut keyakinan yang
dianut oleh masing-masing agama. Penduduk Indonesia pada umumnya telah menjadi
penganut formal salah satu dari lima agama resmi yang diakui pemerintah. Lembaga-
lembaga keagamaan patut bersyukur atas kenyataan itu. Namun nampaknya belum
bisa berbangga. Perpindahan penganut agama suku ke salah satu agama resmi itu
banyak yang tidak murni.
Kasus-kasus itu tidak hanya terjadi di Indonesia atau Asia dan Afrika pada
umumnya tetapi juga terjadi di Eropa pada saat agama monoteis mulai diperkenalkan.
Di Indonesia “tradisi” saling memanfaatkan berlanjut pada zaman orde
Baru.Pemerintah orde baru tidak mengenal penganut di luar lima agama resmi. Inilah
pemaksaan tahap kedua. Penganut di luar lima agama resmi, termasuk penganut
agama suku, terpaksa memilih salah satu dari lima agama resmi versi pemerintah.
16
Namun ternyata masalah belum selesai. Kenyataannya banyak orang yang
menjadi penganut suatu agama tetapi hanya sebagai formalitas belaka. Dampak
keadaan demikian terhadap kehidupan keberagaan di Indonesia sangat besar. Para
penganut yang formalitas itu, dalam kehidupan kesehariannya lebih banyak
mempraktekkan ajaran agam suku, yang dianut sebelumnya, daripada agama barunya.
Pra rohaniwan agama monoteis, umumnya mempunyai sikap bersebrangan dengan
prak keagamaan demikian. Lagi pula pengangut agama suku umumnya telah dicap
sebagai kekafiran. Berbagai cara telah dilakukan supaya praktek agama suku
ditinggalkan, misalnya pemberlakukan siasat/disiplin gerejawi. Namun nampaknya
tidak terlalu efektif. Upacara-upacara yang bernuansa agama suku bukannya semakin
berkurang tetapi kelihatannya semakin marak di mana-mana terutama di desa - desa.
Anehnya sebab bukan hanya orang yang masih tinggal di kampung yang
menyambut angin segar itu dengan antusias tetapi ternyata orang yang lama tinggal di
kotapun menyambutnya dengan semangat membara. Bahkan di kota-kotapun sering
ditemukan praktek hidup yang sebenarnya berakar dalam agama suku. Misalnya
pemilihan hari-hari tertentu yang diklaim sebagai hari baik untuk melaksanakan suatu
upacara. Hal ini semakin menarik sebab mereka itu pada umumnya merupakan
pemeluk yang “ fanatik” dari salah satu agama monoteis bahkan pejabat atau
pimpinan agama.
17
Menurut Elizabeth K. Nottingham (1954), kaitan agama dalam masyarakat
dapat mencerminkan tiga tipe, meskipun tidak menggambarkan keseluruhannya
secara utuh.
18
Agama melalui wahyu atau kitab sucinya memberikan petunjuk kepada manusia
untuk memenuhi kebutuhan mendasar, yaitu selamat di dunia dan akhirat. Dalam
perjuangannya, tentu tidak boleh lalai. Untuk kepentingan tersebut, perlu jaminan
yang memberikan rasa aman bagi pemeluknya. Maka agama masuk dalam sistem
kelembagaan dan menjadi sesuatu yang rutin. Agama menjadi salah satu aspek
kehiduapan semua kelompok sosial, merupakan fenomena yang menyebar mulai dari
bentuk perkumpulan manusia, keluarga, kelompok kerja, yang dalam beberapa hal
penting bersifat keagamaan.
Lembaga ibadah haji dimulai dari terlibatnya berbagai peristiwa. Ada nama-
nama penting seperti Adam a.s, Ibrahim a.s, Siti Hajar, dan juga syetan; tempatnya
adalah Masjidil-Haram, Mas’a, Arafah, Masy’ar, Mina, serta Ka’bah yang merupakan
symbol penting; ada peristiwa kurban, pakaian ihram, tawaf, sa’I, dan
sebagainya.organisasi keagamaan yang tumbuh secara khusus, bermula dari
pengalaman agama tokoh kharismatik pendiri organisasi keagamaan yang terlembaga.
Muhammadiyah, sebuah organisasi sosial Islam yang dipelopori oleh Kiai Haji
Ahmad Dahlan yang menyebarkan pemikiran Muhammad Abduh dari Tafsir Al-
19
Manar. Ayat suci Al-Quran telah memberi inspirasi kepada Ahmad Dahlan untuk
mendirikan Muhammadiyah. Salah satu mottonya adalah, Muhammadiyah
diapandang sebagai “segolongan dari kaum” mengajak pada kebaikan dan mencegah
perbuatan jahat (amar ma’ruf, nahi ’anil munkar)
A. PERAN AGAMA
1. Masyarakat Beradab dan Sejahtera.
Masyarakat beradab dan sejahtera ditandai baik oleh yang bersifat batiniah
maupun lahiriah, Batiniah berarti manusia perlu meningkatkan keimanan dan
ketakwaannya dengan mengembangkan iman Katolik seturut ajaran Gereja Katolik,
Lahiryah merupakan kesatuan dengan yang batiniah, Perwujudan batiniah yang sejati
seyogianya nampak dalam hidup yang lahirnya, Demikian sebaliknya, Orang tidak
bisa memisahkan secara tegas begitu saja antarkeduanya, Demikian menjadi anggota
Gereja Katolik juga tidak berarti lepas menjadi anggota masyarakat, Mereka tetap
warga masyarakat, warga bangsa yang juga dipanggil untuk membangun
kesejahteraan bersama. Gereja itu tidak diperdirikan oleh Yesus, tetapi ia berdasarkan
pada “peristiwa Yesus”, Ia bertitik tolak dari pewartaan dan perbuatan Yesus,
terlebih kematian dan kebangkitan-Nya, Gereja perlahan-lahan terbentuk oleh karya
Roh, terdiri dari mereka yang menjadi pengikut-pengikut-Nya yang kemudian
dengan gigih mewartakan kematian dan kebangkitan-Nya, Kelompok pengikut-Nya
ini akhirnya menjadi suatu persekutuan iman yang hidup dalam kasih persaudaraan
menjadi Gereja, Gereja tumbuh dan berkembang di masyarakat Yahudi Palestina,
Anggota Gereja itu adalah orang-orang itu yang tinggal di masyarakat pada waktu
20
itu. Dalam perjalanan sejarah Gereja (dan berarti sejarah suatu masyarakat Gereja)
selanjutnya kelompok ini selalu menyesuaikan diri dengan situasi zaman, Kelompok
ini selalu menyesuaikan diri dengan apa yang terjadi dalam masyarakat, Mereka
menjadi pembaharu di dalam dan di luar dirinya demi terwujudnya suatu masyarakat
yang beradab dan sejahtera baik lahir maupun batin, Kelemahan dan kekurangan
manusiawi turut melekat seiring dengan menyejarahnya orang Katolik, Namun,
dalam kelemahan dan kekurangan manusiawi itu ternyata Roh Allah tetap berkarya
di dalam-Nya, Gereja merupakan suatu misteri
B. FUNGSI AGAMA
Dalam kehidupan bermasyarakat, agama memiliki fungsi yang vital, yakni
sebagai salah satu sumber hukum atau dijadikan sebagai norma dan sebagai sesuatu
21
yang menjadi dasar kita mempercayai Allah (iman). Agama telah mengatur
bagaimana gambaran kehidupan sosial yang ideal, yang sesuai dengan fitrah
manusia. Agama juga telah meberikan contoh yang konkret mengenai kisah-kisah
kehidupan sosio-kultural manusia pada masa silam, yang dapat dijadikan contoh
yang sangat baik bagi kehidupan bermasyarakat di masa sekarang. Kita dapat
mengambil hikmah dari dalamnya. Meskipun tidak ada relevansinya dengan
kehidupan masyarakat zaman sekarang sekalipun, setidaknya itu dapat dijadikan
pelajaran yang berharga, misalnya agar tidak terjadi tragedi yang sama di masa yang
akan datang.
Kasus terhangat baru-baru ini adalah mengenai pernikahan antara seorang kyai
berusia 40 tahunan yang dikenal sebagai Syeh Puji yang menikahi gadis berusia 12
tahun! Dalam pandangan Islam, hal ini sah-sah saja. Karena, Rasulullah SAW sendiri
menikahi Aisyah RA saat Aisyah masih berumur 9 tahun! Tetapi bagaimana
pandangan masyarakat umum saat ini tentang kasus pernikahan ’unik’ ini? Banyak
versi pendapat yang menghiasinya. Ada masyarakat umum yang memandang
peristiwa ini sebagai peristiwa yang menghebohkan. Bagaimana ini bisa terjadi?
Disinilah sebenarnya fungsi agama sebagai sumber hukum yang utama dapat
diterapkan. Kita boleh saja berbeda pandangan mengenai peristiwa ini. Tetapi sekali
lagi, agama lah yang harus kita jadikan rujukan.
22
Berusaha menulis tentang iman adalah sebuah tugas yang menggetarkan. Iman
adalah topik yang sangat besar, namun sekaligus sangat pokok dan mendasar. Iman
adalah blok-blok bangunan dasar kehidupan kekristenan. Iman merupakan
keseluruhan perjalanan hidup kita bersama dengan Allah. Keseluruhan kehidupan
kekristenan kita adalah tentang iman yang bekerja oleh kasih. Iman adalah sesuatu
hal yang sangat dibutuhkan untuk semua masyarakat agar mereka tetap mempercayai
Allah sebagai Tuhan dan tetap menjauh dari hal-hal yang tidak berkenan di mata
Allah.
Namun, iman ini bukan iman kepada iman kita atau iman kepada kemampuan
kita. Iman ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan kemampuan kita untuk
percaya. Iman pada dasarnya berarti menjadi seperti anak kecil di hadapan Allah,
memercayakan diri kepada-Nya dan berserah sepenuhnya. Kita menantikan Dia
melakukan segala sesuatu sesuai dengan apa yang telah Dia janjikan dan kita hidup
di dalam pengharapan karena itulah panggilan Allah bagi kita.
Iman itu nyata, kita bisa berharap dan berdoa minta sesuatu dari Tuhan, tetapi
bagaimana kita dapat merasa yakin bahwa kita akan menerima. Kita dapat memiliki
jaminan bahwa kita akan menerima hal-hal yang kita minta jika kita memiliki iman
Allah, karena iman adalah bukti dari hal-hal yang tidak terlihat dan dasar yang kita
harapkan.
Iman tidak datang dari Logika atau pikiran, atau dari intelek kita atau perasaan
kita. Kita tidakdapat menghasilkan iman, sebab iman ditaruhkan Allah dalam hati
kita, jika kita menggunakan logika, kita tidak akan memperoleh” iman Allah “.
Bahkan Tuhan Yesus yang datang dari Naseret sebagai Jurusalamat Atau Mesias,
kerena orang Farisi menggunakan Logika tentang Keberadaan Tuhan Yesus anak dari
seorang Tukang Kayu, Yusuf dan datang dari Nasaret. Oleh karena itu iman tidak
mengalir dalam hati Orang Farisi Itu Karena menggunakan Logika. Karena itu “
Iman sejati adalah sebuah pemberian dari Allah sendiri Bukan berasal dari Manusia “
Iman tidak datang kepada orang pasif. Kita tahu jelas segala sesuatu yang kita
cari dan kita butuhkan harus diaplikasikan dengan bekerja. Demikian juga dengan
memperoleh iman. Hanya orang-orang rajin mencari iman yang menerima iman dan
23
jawaban-jawaban yang mereka perlukan. Untuk memahami segala sesuatu harus
dilakukan Misalnya, Jika kita ingi lulus ujian kita harus berdoa untuk meminta
petunjuk Tuhan tentang hal-hal yang akan kita pelajari. Selesai berdoa barulah kita
belajar. Tidak mungkin hanya dengan berdoa kita memperoleh nilai yang bagus.
Iman bukan sesuatu yang dapat kita ”usahakan”. Iman adlah karunia yang
diberikan kepada kita oleh Allah sewaktu kita percaya kepada Anak-Nya, Yesus.
Suatu karunia yang dinerikan karena anugrah-Nya yang besar terhadap kita.
Memahami anugrah Allah ini sangat penting bagi kita agar kita dapat memahami cara
kerja iman.
Anugrah Allah adalah konsep yang kerap kali sulit dipahami, khususnya bagi
orang-orang yang baru mulai hidup Kristen. Tabiat manusiawi kita cenderung
mengarahkan kita untuk berpikir bahwa kekristenan itu hanyalah sesuatu agama dan
bukan suatu hubungan dengan Allah yang hidup. Pandangan semacam ini membuat
kekristenan hanya dipatuhi dan dijalankan guna memuaskan Allah yang perfeksionis
dan tidak pribadi nun jauh di langit sana.
Karena itu, Allah mempersiapkan satu anugerah. Anugrah itu adalah Allah
sendiri, datang sebagai manusia untuk melunasi utang kita dengan mati di kayu salib,
mencurahkan darah-Nya bagi anda dan saya.
24
Yesus membayar harga atas dosa-dosa kita untuk menawarkan kepada kita
anugrah keselamatan secara Cuma-Cuma, aslkan kita mau mempercayai Dia. Yang
perlu Anda lakukan hanyalah menerima anugrah yang Cuma-Cuma ini dari Allah.
Pada saat Jemaat Kristen mula-mula terbentuk, sewaktu Roh Kudus pertama
kali dicurahkan, orang-orang percaya mengidentifikasikan diri mereka sebagai orang-
orang yang mengandalkan kemampuan Allah tidak mengandalkan usaha pribadi
mereka. Kita perlu diingatkan secara terus menerus akan ketergantungan kita kepada
Allah karena kita cenderung untuk mengandalkan kemampuan kita sendiri. Kita perlu
mengulanginya berkali-kali karena kita cenderung tergelincir kembali ke dalam
kehidupan Kristen yang mengandalkan kekuatan diri – menetapkan peraturan bagi
diri sendiri, berusaha untuk berperilaku baik, dan mengira bahwa hal-hal ini diamini
oleh Allah.
Saya ingin memastikan bahwa saya tidak berbicara tentang iman yang buta,
atau sikap naif yang terlepas dari realitas. Kita dapat memercayai Allah, bukan
karena kekuatan tertentu yang kita miliki, melainkan semata-mata karena kuasa hebat
dan menakjubkan yang Dia miliki. Hadirat dan kuasa Allah itu nyata dan pasti.
Pengertian akan kemahacukupan dan kuasa Allah ini akan meyakinkan kita dan
menolong kita untuk menjangkau dan berpegang pada-Nya dalam iman.
Paulus mengatakan,”Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak
kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan
akan kekuatan roh, supaya iman kamu jangan tergantung pada hikmat manusia, tetapi
pada kekuatan Allah.”
25
Sewaktu orang menyaksikan kuasa Allah dinyatakan, ada suatu keyakinan
supernatural yang melanda mereka. Mereka bukan ”diyakinkan” oleh khotbah yang
cerdas atau argumentasi yang meyakinkan. Mereka terpesona oleh kuasa Roh Kudus,
yang sungguh-sungguh meyakinkan mereka akan kuasa Allah. Setiap kali terjadi
mukjizat di tengah-tengah kebaktian kami, orang selalu menanggapi tantangan
mimbar. Mereka menyaksikan sesuatu yang benar-benar menempelak mereka dan
berkata ”Wah ! Allah benar-benar ada ditempat ini!” Orang-orang yang sebelumnya
bersikap skeptis dan tidak yakin, tiba-tiba diyakinkan ketika mereka melihat
demonstrasi kuasa Roh Kudus.
Kita berjalan di musim baru. Tantangan besar ada di depan kita, memang.
Namun ketika kita mengenal apa yang Allah rencanakan dan sediakan di musim
baru, semua tantangan itu ternyata merupakan “sarana bagi kemenangan” yang
lebih besar untuk kita alami. Ada rancangan Allah yang besar yang sedang turun bagi
kita di tahun yang baru ini. Hal itu akan terwujud di dalam kita ketika kita mau
berjalan dalam iman senantiasa.
Tuhan memberikan kekuatan baru bagi kita yang berjalan dalam iman.
Imanlah yang membuat kita jadi kuat dan berkemenangan. Sebaliknya, tanpa iman,
kita tidak dapat meraih kekuatan yang Allah sediakan. Dengan iman yang aktif, kita
berjalan dari kemenangan kepada kemenangan yang semakin besar. Kita
menaklukkan wilayah yang semakin luas. Ketika masalah kita taklukkan, iman kita
makin teguh, dan makin berkembang. Kita mengembangkan potensi yang semakin
besar dan semakin berdaya guna bagi Kerajaan Allah. Iman timbul karena percaya
PribadiNya. Apa yang Dia katakan kita percayai. Karena kita memegang firmanNya
di hati, maka Allah menyukai hati kita. Karena itu bangunlah gaya hidup yang
senantiasa mencari wajah Tuhan. Mengenal Tuhan lebih dalam lagi. Membangun
pergaulan yang bersahabat dengan Allah membuat iman kita tumbuh dan kuat.
Dengan merawat hati yang haus akan Tuhan dan murni, kita akan semakin mendalam
dan jadi semakin peka mengalami hadiratNya.
26
3.3 KENDALA-KENDALA YANG MEMPENGARUHI PERANAN AGAMA BAGI
MASYARAKAT DI KABUPATEN TTU
2. Kepentingan Politik
Faktor Politik, Faktor ini terkadang menjadi faktor penting sebagai kendala
dalam mncapai tujuan sebuah kerukunan anta umat beragama khususnya di
Kabupaten TTU, jika bukan yang paling penting di antara faktor-faktor lainnya. Bisa
saja sebuah kerukunan antar agama telah dibangun dengan bersusah payah selama
bertahun-tahun atau mungkin berpuluh-puluh tahun, dan dengan demikian kita pun
hampir memetik buahnya. Namun tiba-tiba saja muncul kekacauan politik yang ikut
memengaruhi hubungan antaragama dan bahkan memorak-porandakannya seolah
petir menyambar yang dengan mudahnya merontokkan “bangunan dialog” yang
sedang kita selesaikan. Seperti yang sedang terjadi di negeri kita saat ini, kita tidak
hanya menangis melihat political upheavels di negeri ini, tetapi lebih dari itu yang
mengalir bukan lagi air mata, tetapi darah; darah saudara-saudara kita, yang mudah-
mudahan diterima di sisi-Nya. Tanpa politik kita tidak bisa hidup secara tertib teratur
dan bahkan tidak mampu membangun sebuah negara, tetapi dengan alasan politik
juga kita seringkali menunggangi agama dan memanfaatkannya.
27
3. Sikap Fanatisme
Di kalangan Islam, pemahaman agama secara eksklusif juga ada dan
berkembang. Bahkan akhir-akhir ini, di Kabupaten TTU telah tumbuh dan
berkembang pemahaman keagamaan yang dapat dikategorikan sebagai Islam radikal
dan fundamentalis, yakni pemahaman keagamaan yang menekankan praktik
keagamaan tanpa melihat bagaimana sebuah ajaran agama seharusnya diadaptasikan
dengan situasi dan kondisi masyarakat. Mereka masih berpandangan bahwa Islam
adalah satu-satunya agama yang benar dan dapat menjamin keselamatan menusia.
Jika orang ingin selamat, ia harus memeluk Islam. Segala perbuatan orang-orang
non-Muslim, menurut perspektif aliran ini, tidak dapat diterima di sisi Allah.
28
3.4 UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN PEMIMPIN AGAMA UNTUK
MENIGKATKAN KESEJAHTERAAN
29
lembaga pendidikan formal, juga oleh keluarga, lembaga-lembaga sosial keagamaan
dan lembaga pendidikan tradisional keagamaan serta tempat-tempat ibadah.
30
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Masyarakat adalah kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia yang
terikat oleh suatu sistem adat istiadat tertentu.
Agama adalah merupakan suatu sistem yang terpadu terdiri atau kenyakinan
dan praktek yang berhubungan dengan hal-hal yang suci dan menyatukan
semua penganutnya dalamsuatu komunitas moral yang di namakan umat.
Peran agama :
Manjadikan masyarakat beradab dan sejahtera
Sebagai pendamping hukum tentang Hak Asasi Manusia dan
Demokrasi
Fungsi agama :
agama memiliki fungsi yang vital, yakni sebagai salah satu sumber hukum
atau dijadikan sebagai norma dan sebagai sesuatu yang menjadi dasar kita
mempercayai Allah (iman).
kendala-kendala yang mempengaruhi perananan agama bagi masyarkat di
kabupaten Timor Tengah Utara :
rendahnya sikap toleransi
kepentingan politik
sikap fanatisme
Upaya-upaya yang dilakukan oleh pimpinan agama di kabupaten TTU untuk
menigkatkan kesejahteraan :
Meningkatkan kualitas kehidupan beragama
Meningkatkan pelayanan dan pemahaman agama serta kehidupan
beragama
Saran
Dengan dibuat nya makalah ini kami mengharapkan kepada pembaca agar bisa
memahami dan dapat menerangkan hubungan antara agama dan masyarakat.
31
Masyarakat juga diharapkan selalu memiliki iman yang kuat agar selalu percaya
kepada Tuhan Allah dan tidak berpaling dari agama masing-masing.
32
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Mubarrak, Zakky, 2008. MPKT Buku Ajar II: Manusia, Akhlak, Budi Pekerti dan
Masyarakat. Depok: Penerbit FEUI
Kaelany, DR, 2009. Islam Agama Universal. Jakarta: Midada Rahma Press
Sumber Internet:
http://www.google.co.id
http://www.wikipedia.or.id/islam
http://www.cmm.or.id
http://www.alrasikh.wordpress.com
33