Anda di halaman 1dari 2

SEMOGA KAU TENANG DI SANA

By: Yohanes Kabul

Pagi yang indah dan penuh pengaharapan.


Kita nikmati kopi pagi yang menghangatkan tubuh, diiringi sang fajar yang mulai mengintip
di balik bukit.Detik-detik waktupun berlalu, mengiringi langkah kita memulai hidup baru dan
tinggalkan yang lama sebagai kenangan. Indahnya kebersamaan yang kita lewati, suka dan
duka yang kita hadapi, membuat kita takan pernah berpisah.

Hingga pada waktu liburan, kami bingung untuk mencari tempat berlibur, kamipun
bersepakat untuk tetap dikampung untuk membantu orang tua kami. Tiga hari kemudian om
ku yang dari pagal mengajak aku untuk berlibur ke kampungnya yaitu dipagal, akupun ikut
dengannya tanpa memberi tahu temanku yang sangat akrab dengan ku, dan aku
menganggapnya saudaraku yaitu “EFRY”. Pada hari itupun aku mengikuti om ku ke pagal.
Disana sangatlah ramai, sampai-sampai aku tidak mengingat kampung halaman ku sendiri
dan Efry hampir aku lupa, apalagi dia tidak pernah mengasih kabar selama aku berada
dipagal. Seminggu kemudian, kakak dari Efry menelpon aku, untuk memberitahukan bahwa
Efry sakit, aku tidak terlalu menghiraukannya karena aku berpikir dia hanya sakit yang biasa-
biasa saja.Tapi sungguh ku tak percaya karena keesokan harinya ada yang menelponku untuk
mengasih kabar bahwa Efry sakitnya parah dan segera rujuk di Rumah Sakit, aku sangat
sedih.

Keesokan harinya aku bergegas untuk menjenguknya di Rumah Sakit di Ruteng. Disana
aku di sambutnya dengan wajah yang gembira dan bersemangat seakan-akan dia tidak sakit.
Aku sangat senang melihatnya, menjelang sore aku pamit dengannya untuk pulang ke pagal
dia menjawabku dengan senyuman manis. Dalam perjalanan pulang aku sangat senang
karena aku merasa dia baik-baik saja. Keesokan paginya aku bangun dengan jiwa yang
semangat dan aku mengambil hp ku untuk mendengarkan lagu, betapa terkejutnya aku dan
sungguh aku tak percaya setelah aku membaca pesan di ponsel ku, bahwa dia sudah tiada
lagi. sekujur tubuh ku lemas dan tanpa sadar hp ku jatuh dari genggaman ku. Setelah
beberapa menit kemudian aku langsung pulang ke Lame memastikan keadaannya. Dari depan
pintu aku melihatnya berbaring di tengah kerumunan orang-orang tak rela di tinggalkanya,
aku benar-benar tidak berdaya.

Hari-hari yang kami lewati bersama, canda-tawa, suka duka yang kami hadapi kini
semua itu tinggal kenangan. Kebersamaan yang dulu indah kini hanya tinggal kenagan. Kini,
hanya tetesan air mata yang ada, karena Engkau sudah menutup mata tak lagi berkata-kata
untuk selamanya, nggak ada kata-kata yang tepat dan nggak ada waktu lagi untuk kita.

Hari-hari yang ku jalani kini semua terasa sunyi dan begitu hampa ku jalani, tapi ku
akan selalu mendoakan dia. Tapi mengapa terlalu pahit ku rasakan semua ini, Tuhan
tolonglah aku. Semua janji kita takan lekat oleh waktu
seandainya dia tidak pergi meninggalkan aku. Aku akan selalu mendoakanmu, walau air mata
ku menetes, semua kisah kita takan ku lupa, akan ku kenang semua itu. Selamat jalan teman,
semoga engkau tenang disana.

Anda mungkin juga menyukai