Anda di halaman 1dari 15

APLIKASI TEORI MOTIVASI DALAM KAMPUS DAN ORGANISASI

Makalah Ini Di Buat Guna Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Teori Motivasi

DOSEN PENGAMPU: Arizona, M.Pd.

Di Susun Oleh
Kelompok 11
Citra Repsi Tri Rahayu (1720502040)
Maryati (1720502050)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Motivasi terbentuk dari adanya interaksi antara individu dengan situasi yang
dihadapinya. Motivasi bukanlah sebuah sifat pribadi namun lebih ke dorongan
seseorang untuk bekerja atau mencapai suatu tujuan. Di dalam organisasi seorang
pemimpin dituntut untuk mampu memberikan motivasi bagi anggotanya agar dapat
bekerja sama dalam satu organisasi dalam mencapai suatu tujuan, begitupun di
dalam dunia kampus seorang dosen dituntut untuk memberikan ilmu pengetahuan
serta motivasi bagi mahasiswanya dalam mencapai suatu tujuan. Baik itu di kampus
maupun organisasi haruslah ada kerjasama serta komunikasi yang baik antar satu
sama lain. Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu, maka akan banyak
menentukan kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar,
bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.
Motivasi memiliki peranan yang penting dalam proses pendidikan, baik bagi
pengajar maupun mahasiswanya. Dalam proses organisasi, motivasi pun memiliki
peranan yang penting dalam organisasi, baik bagi pemimpin maupun anggotanya.
Tanpa adanya motivasi dalam organisasi dan pendidikan akan sulit untuk keduanya
dalam mencapai tujuannya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagamanakah aplikasi teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow dalam
kampus dan organisasi?
2. Bagaimanakah aplikasi teori penguatan dalam kampus dan organisasi?

C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah:
1. Menyelesaikan tugas mata kuliah Teori Motivasi.
2. Memberikan materi serta memaparkan mengenai aplikasi teori motivasi dalam
kampus dan organisasi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Aplikasi Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow dalam Kampus dan


Organisasi
1. Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow dalam Meningkatkan Belajar
Mahasiswa di Kampus
Determinan yang penting bagi prestasi individu adalah motivasi, motivasi
dapat mempengaruhi perilaku dan prestasi individu. Dalam proses pembelajaran
di perguruan tinggi, dosen sering kali menghadapi masalah mengenai perilaku
mahasiswa, ada mahasiswa yang prestasinya baik dan sebaliknya, ada
mahasiswa yang belajar penuh semangat dan sebaliknya ada yang belajar
seadanya. Motivasi merupakan suatu kekuatan yang mendorong seseorang untuk
melakukan suatu kegiatan. Sedangkan motif yang bersifat potensial dan
aktualisasinya dinamakan motivasi.1
Apabila mahasiswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi, mereka akan
terdorong dan berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dalam
meningkatkan prestasi belajar. Keberhasilan perguruan tinggi dalam
meningkatkan prestasi belajar mahasiswa tidaklah dicapai dengan cara yang
mudah. Hal tersebut hanya dapat terjadi berkat kepiawaian pihak perguruan
tinggi dalam memahami kebutuhan mahasiswa dan kepuasan mahasiswa, selain
kemampuan perguruan tinggi dalam menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif sehingga para mahasiswa merasa termotivasi secara internal.2
Untuk memotivasi individu, maka perlu diketahui seberapa besar tingkat
kebutuhan individu. Kebutuhan merupakan kekuranagn yang dirasakan
seseorang pada suatu waktu tertentu. Kekurangan tersebut dapat bersifat
fisiologis, psikologis, maupun sosiologis. Menurut Maslow, setiap individu

1
Widya Warta, Jurnal Aplikasi Teori Hierarki Kebutuhan Maslow dalam Meningkatkan Motivasi
Belajar Mahasiswa, Januari 2010, No. 01 Tahun XXXIV. ISSN 0854-1981. hlm. 82.
2
Ibid., hlm. 82.

2
memiliki kebutuhan-kebutuhan yang tersusun secara hierarki dari tingkat yang
paling mendasar dan sampai pada tingkatan yang paling tinggi.3
Kampus merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi dan
berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu itu sendiri.
Di lingkungan kampus, seorang mahasiswa akan mendapatkan pembelajaran.
Menurut Robbins, pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang bersifat
permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman.4
Motivasi di kampus adalah proses secara internal yang mengaktifkan,
memandu, dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu melalui
pembelajaran di kampus. Individu akan termotivasi karena berbagai alasan yang
berbeda, dengan intensitas yang berbeda. Motivasi pembelajaran juga
bergantung pada konsekuensi penguatan, kebutuhan manusia, hasil dari
ketidakcocokan, atribusi dari keberhasilan atau kegagalan, atau harapan dari
peluang keberhasilan. Motivasi pembelajaran di kampus dapat meningkat
apabila dosen membangkitkan minat mahasiswa, memelihara rasa ingin tahu,
menggunakan berbagai macam strategi pengajaran, menyatakan harapan dengan
jelas, dan memebrikan umpan balik dengan sering dan segera. Motivasi akan
meningkat apabila dosen memberikan ganjaran atau imbalan yang memiliki
kontingen, spesifik, dan dapat dipercaya.5
Teori Hierarki Kebutuhan Maslow ini diaplikasikan dalam pendidikan,
maka diharapkan dapat mengoptimalkan efektivitas proses pembelajaran di
kampus. Perguruan tinggi dapat memenuhi kebutuhan mahasiswa berdasarkan
susunan hierarki kebutuhan Maslow. Berikut ini aplikasi berdasarkan teori

3
Prof. Dr. Sondang P. Siagian, MPA, Teori Motivasi dan Aplikasinya, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2012), Cet. IV. hlm. 146.
4
Stephen P Robbins dan Timothy A.Judge, Perilaku Organisasi (Organizational Behavior),
(Jakarta: Salemba Empat, 2008). Jilid 1, Edisi kedua belas. hlm. 69.
5
Widya Warta, Jurnal Aplikasi Teori Hierarki Kebutuhan Maslow dalam Meningkatkan
Motivasi Belajar Mahasiswa, Januari 2010, No. 01 Tahun XXXIV. ISSN 0854-1981. hlm. 87.

3
hierarki kebutuhan Maslow yang dapat meningkatkan motivasi belajar
mahasiswa di kampus dalam memenuhi kebutuhan mahasiswa :6
a. Physiological Needs (Kebutuhan Fisik)
Dalam memenuhi kebutuhan fisik mahasiswa dapat dengan cara
menyediakan fasilitas, seperti: kantin yang bersih dan sehat, ruangan kelas
yang rapi dan nyaman, toilet yang bersih dengan jumlah yang memadai, dan
lingkungan belajar yang kondusif.

b. Safety Needs (Kebutuhan Keamanan/Rasa Aman)


Kebutuhan rasa aman dapat dipenuhi, melalui: mempersiapkan
pembelajaran dengan baik (materi kuliah, media pembelajaran); sikap dosen
yang dapat mengendalikan perilaku mahasiswa di kelas, menegakkan
disiplin dengan adil, lebih banyak memberikan penguatan perilaku melalui
pujian atau imbalan atas segala perilaku yang positif mahasiswa daripada
pemberian hukuman atas perilaku yang negatif.

c. Belongingness and Love Needs (Kebutuhan Dimiliki dan Cinta)


Kebutuhan ini dapat dipenuhi melalui:
1) Hubungan antara dosen dan mahasiswa
Dalam hubungan antara dosen dan mahasiswa, dosen hendaknya
bersikap empatik, perhatian, sabar, adil, mau berbagi, positif, dan
menjadi pendengar yang baik, memahami mahasiswa, memberikan
komentar dan umpan balik yang positif daripada yang negatif,
menghargai dan menghormati setiap pemikiran, pendapat, dan keputusan
mahasiswa serta menjadi penolong yang bisa diandalkan dan
memberikan kepercayaan terhadap mahasiswanya.
2) Hubungan antara mahasiswa dengan mahasiswa
Dalam hubunagn antara mahasiswa dan mahasiswa seharusnya dapat
dilakukan dengan cara mengembangkan situasi yang memungkinkan

6
Ibid., hlm. 88-89.

4
terciptanya kerjasama mutulistik dan saling percaya di antar satu sama
lain, mengembangkan diskusi kelas, mengembangkan unit mahasiswa
(UKM), himpunan mahasiswa jurusan, dan kegiatan lainnya.

d. Esteem Needs (Kebutuhan Menghargai)


Kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan cara:
1) Self-Estem (membangun rasa percaya diri mahasiswa), seperti:
mengembangkan pengetahuan baru berdasarkan latar belakang
pengetahuan unutk membantu memastikan keberhasilan;
mengembangkan sistem pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
mahasiswa, mengembangkan metode pembelajaran yang beragam,
memberikan bantuan kepada mahasiswa yang mengalami kesulitan, serta
melibatkan mahasiswa untuk berpartisipasi dan bertanggung jawab di
kelas.
2) Penghargaan dari pihak lain dengan cara: mengembangkan iklim kleas
dan pembelajaran kooperatif di mana setiap mahasiswa dapat saling
menghormati dan mempercayai, tidak saling menjatuhkan,
mengembangkan program penghargaan atas pekerjaan, dan berusaha
melibatkan mahasiswa dalam setiap pengambilan keputusan yang terkait
dengan kepentingan para mahasiswa itu sendiri.
3) Pengetahuan dan pemahaman, seperti: memberikan kesempatan kepada
para mahasiswa untuk mengeksplorasi bidang-bidang yang ingin
diketahuinya, menyediakan topik-topik yang pembelajaran dengan sudut
pandang yang beragam, serta memberikan kesempatan untuk berpikir
filosofis dan berdiskusi.
4) Estetik ini berupa: menata ruangan kelas secara rapi dan menarik,
memelihara sarana dan prasarana yang ada di sekeliling kampus, ruangan
yang bersih dan wangi.

5
e. Self-Actualization Needs (Kebutuhan Aktualisasi Diri)
Pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri dapat dilakukan dengan cara:
memberikan kesempatan kepada para siswa untuk melakukan yang terbaik,
memberikan kebebasan kepada mahasiswa untuk menggali dan menjelajahi
kemampuan dan potensi yang dimilikinya, menciptakan pembelajaran yang
bermakna dikaitkan dengan kehidupan nyata, serta melibatkan mahasiswa
dalam proyek atau kegiatan dan kreatif.
Pentingnya teori hierarki kebutuhan Maslow dalam meningkatkan motivasi
belajar mahasiswa terletak dalam hubungan antara kebutuhan dasar dan
kebutuhan yang tumbuh. Perguruan tinggi hendaknya menyadari bahwa apabila
kebutuhan dasar dan kebutuhan tumbuh mahasiswa tidak dipenuhi, proses
belajar pembelajaran dapat terganggu. Dalam kondisi seperti ini, perguruan
tinggi dapat mengatasinya dengan menyediakan fasilitas kebutuhan fisik.
Namun, kebutuhan dasar yang paling penting adalah kebutuhan akan kasih
sayang dan harga diri. Mahasiswa yang tidak memiliki perasaan bahwa mereka
dicintai dan mereka mampu, kecil kemungkinannya memiliki motivasi belajar
yang kuat untuk mencapai perkembangan ke tingkatan yang lebih tinggi.

2. Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow dalam Meningkatkan Potensi


Individu dalam Organisasi
Secara umum definisi organisasi adalah sekumpulan orang atau beberapa
orang yang didalamnya terdiri dari pemimpin dan anggota-anggotanya yang
sama-sama ingin mencapai tujuan bersama.7
Secara individual upaya motivasi bisa dilakukan melalui upaya-upaya
mengontrol, menilai lalu memotivasi diri sendiri, namun adakalanya kesadaran
untuk memotivasi diri tidak muncul dalam diri seseorang karena itulah

7
Djatmiko, Yayat Hayati, Perilaku Organisasi, (Bandung: Alfabeta, 2018). hlm. 46.

6
diperlukan motivasi eksternal yang bisa berasal dari keluarga, teman, guru, dan
lainnya.8
Determinan yang penting bagi individu dalam meningkatkan kinerjanya
adalah motivasi. Motivasi dapat mempengaruhi perilaku dan prestasi individu
tersebut dalam berorganisasi. Dalam organisasi seorang pemimpin berhak untuk
memberikan motivasi kepada anggota-anggotanya dalam mencapai tujuan
bersama.
Jika salah satu anggota melihat bahwa kerja keras dan kinerja yang unggul
diakui dan diberikan sebuah penghargaan oleh organisasi tersebut, maka mereka
akan mengharapkan hubungan seperti itu akan berlanjut terus di masa yang akan
datang. Oleh karena itu, mereka akan menentukan tingkat kinerja yang lebih
tinggi dan mengharapkan tingkat kompensasi yang lebih baik.
Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow ini diaplikasikan dalam
organisasi, maka diharapkan dapat meningkatkan kinerja yang lebih baik dalam
organisasi tersebut. Suatu Organisasi dapat memenuhi kebutuhan anggota-
anggotanya berdasarkan susunan hierarki kebutuhan Abraham Maslow. Berikut
ini aplikasi berdasarkan teori hierarki kebutuhan Maslow yang dapat
meningkatkan kinerja dalam organisasi:
a. Physiological Needs (Kebutuhan Psikologis)
Dalam memenuhi kebutuhan fisik bagi anggota-anggotanya dapat
dipenuhi dengan cara menyediakan: tempat yang nyaman untuk
berkumpul atau berdiskusi, serta lingkungan dan suasana yang
kondusif.

b. Safety Needs (Kebutuhan Keamanan/Rasa Aman)


Kebutuhan akan rasa aman dapt dipenuhi, melalui: sikap pemimpin
yang menyenangkan, pemimpin yang mampu mengarahkan anggota-
anggotanya, seorang pemimpin yang menegakkan disiplin tidak hanya
pada dirinya melainkan untuk anggota-anggotanya, lebih banyak

8
Alhamdu, Fara Hamdana, Psikologi Umum, (Palembnag: NoerFikri Offset, 2017), Cet. 1. Hlm.
182.

7
memberikan penguatan perilaku berupa pujian/ganjaran atas segala
perilaku positif yang telah dilakukan anggota-anggotanya untuk
organisasi tersebut.

c. Belongingness and Love Needs (Kebutuhan Dimiliki dan Cinta)


Kebutuhan ini dapat dipenuhi melalui:
1) Hubungan antara pemimpin dan anggotanya
Dalam hubungan ini, hendaknya bersikap empatik, perhatian
terhadap anggotanya, sabar, adil, menghargai dan menghormati
setiap pemikiran, pendapat, dan keputusan yang diambil.
2) Hubungan antara anggota dengan anggota lainnya
Dalam hubungan ini dapat dilakukan dengan cara mengembangkan
dan mengoptimalkan kerja sama yang baik dan saling mempercayai
satu sama lain, mengembangkan diskusi ketika dalam
berorganisasi.

d. Esteem Needs (Kebutuhan Menghargai)


Setiap manusia itu mempunyai harga diri. Oleh karena itu, semua
anggota memerlukam pengakuan atas keberadaannya dalam organisasi
tersebut serta statusnya di mata orang lain. Dan selalu melibatkan para
anggotanya untuk ikut serta berpartisipasi dalam organisasi tersebut dan
bertanggung jawab
.
e. Self-Actualization Needs (Kebutuhan Aktualisasi Diri)
Dalam hal mememnuhi kebutuhan aktualisasi diri dengan cara
memberikan kesempatan kepada para anggotanya untuk melakukan
yang terbaik, memberikan kebebasan kepada anggota untuk menggali
dan menjelajahi bahkan mengembangkan potensi yang dimiliki dari
masing-masing anggotanya, serta menciptakan organisasi yang
bermakna dan bermanfaat bagi anggota.

8
Pentingnya teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow dalam meningkatkan
potensi individu atau anggota terletak dalam hubungan antara kebutuhan dasar
dan kebutuhan yang tumbuh. Organisasi hendaknya menyadari bahwa apabila
kebutuhan dasar dan kebutuhan tumbuh anggota tidak dipenuhi, maka proses
dalam meningkatkan kinerja dan potensi dapat terganggu. Dalam kondisi seperti
ini, organisasi dapat mengatasinya dengan memenuhi kebutuhan dasar individu
atau anggotanya. Namun, kebutuhan yang paling penting adalah pengakuan
untuk menyadari bahwa anggota atau individu tersebut mampu, rasa aman, rasa
akan kasih sayang, harga diri serta suasana kekeluargaan dalam organisasi
tersebut. Dengan mereka merasa dicintai dan dihargai antar sesama, maka
anggota atau individu tersebut akan memiliki motivasi yang kuat dan tinggi
dalam meningkatkan potensi dan kinerjanya dalam berorganisasi.

B. Aplikasi Teori Penguatan dalam Kampus dan Organisasi


Teori penguatan ini sangat menentukan perilaku seseorang. Penguatan itu
sendiri bisa berbentuk berupa penguatan postif dan penguatan negatif. Dalam kedua
bentuk itu, konsekuensi dapat meningkatkan perilaku. Dan dengan hukuman,
perilakunya berkurang. Jadi, dalam penguatan positif itu ada sesuatu yang
ditambahkan atau diperoleh, dalam penguatan negatif ada sesuatu yang dikurangi
atau dihilangkan, serta dapat mengacaukan penguatan negatif melalui hukuman.
Maka, suatu tingkah laku yang mendapatkan ganjaran/imbalan yang menyenangkan
akan mengalami penguatan dan cenderung untuk diulangi dan sebaliknya jika suatu
tingkah laku tidak mendapatkan ganjaran/imbalan tidak akan mendapatkan
penguatan dan tidak akan diulangi bahkan dihindari. Berikut ini contoh dari konsep
teori penguatan positif, negatif dan hukuman dalam kampus:9
Penguatan Positif
Perilaku Konsekuensi Perilaku Kedepannya
Seorang mahasiswa yang Seorang dosen yang Mahasiswa tersebut

9
John W. Satrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Kencana Media Group, 2017), Edisi
Kedua. hlm. 274.

9
mengajukan pertanyaan menguji mahasiswanya. mengajukan lebih
yang bagus. banyak pertanyaan.
Penguatan Negatif
Perilaku Konsekuensi Perilaku Kedepannya
Seorang mahasiswa yang Dosen berhenti menegur Maka mahasiswa sering
menyerahkan atau mahasiswanya. menyerahkan tugas tepat
mengumpulkan tugas waktu.
tepat waktu.
Hukuman
Perilaku Konsekuensi Perilaku kedepannya
Seorang mahasiswa yang Seorang dosen mengajar Mahasiswa tersebut
menyela dosennya. mahasiswanya secara berhenti menyela
langsung. dosennya.

1. Teori Penguatan dalam Kampus


Dalam peningkatan motivasi belajar mahasiswa dalam kampus, ada salah
satu cara yang telah diterapkan oleh dosen yaitu dengan memberikan penguatan
(reinforcement) yang tepat kepada mahasiswa atau individu. Dengan
memberikan penguatan, mahasiswa merasa dihargai akan segala usaha dan juga
prestasinya atas keaktifannya di kelas. Saat ini sebagian besar seorang dosen
kurang memperhatikan dalam mengambil suatu tindakan, karena sekecil apapun
tindakan dosen akan membawa dampak positif dan negatif kepada
mahasiswanya.
Oleh karena itu, seorang pendidik atau dosen haruslah bijak dan
memikirkan terlebih dahulu dalam mengambil suatu tindakan. Semakin cepat
tindakan yang diberikan akan menjadikan mahasiswa termotivasi untuk belajar
dan meningkatkan keaktifannya. Karena dengan belajar akan membawa suatu
perubahan pada individu yang melakukannya. Perubahan itu tidak hanya
berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berupa, kecakapan,

10
keterampilan, sikap, harga diri, minat dan penyesuain diri. Bentuk penguatan
yang sering diberikan dosen dalam meningkatkan motivasi belajar dan keaktifan
dalah bentuk penguatan verbal berupa pujian, penghargaan dan persetujuan.
Dalam pengaplikasian di kampus, secara sederhana dari teori penguatan ini
adalah terletak pada pandangan yang mengatakan bahwa jika tindakan seorang
dosen oleh mahasiswa dipandang mendorong perilaku positif tertentu, maka
mahasiswa yang bersangkutan akan cenderung mengulangi tindakan yang
serupa.
Contohnya: seorang mahasiswa yang mendapat pujian karena melakukan
tindakan tertentu akan cenderung mengulangi tindakan tersebut. Sebaliknya jika
seorang dosen menegur mahasiswanya karena melakukan suatu kesalahan maka
mahasiswa tersebut akan cenderung untuk tidak mengulangi tindakan yang salah
tersebut dan semua itu bergantung dari peristiwa-peristiwa kognitif yang
bersumber dari dalam diri orang yang bersangkutan. Jadi, motivasi seorang
mahasiswa untuk melakukan atau tidak melakuan sesuatu sangat dipengaruhi
oleh faktor-faktor diluar dirinya seperti sikap dosen, pengaruh teman sebaya,
materi perkuliahannya.

2. Aplikasi Teori Penguatan dalam Organisasi


Aplikasi teori penguatan dalam organisasi ini sama halnya dengan
pengaplikasian dalam kampus, sebab penguatan baik itu berupa positif maupun
negatif akan menentukan perilaku seseorang. Maka seorang pemimpin haruslah
memberikan penguatan yang tepat untuk anggotanya, anggota tersebut akan
merasa dihargai atas segala usaha yang dilakukannya. Dan seorang pemimpin
haruslah bijaksana dan memikirkan tindakan apa yang akan dilakukan untuk
memberikan penguatan tersebut sehingga anggotanya akan merasa termotivasi.
Contohnya: seorang anggota yang dapat menyelesaikan tanggungjawab atau
pekerjaannya dengan baik dan tepat waktu akan mendapatkan sebuah
penguatan positif berupa pujian atau penghargaan atas perilaku yang
dilakukannya. Di saat itulah seorang anggota akan merasa dihargai oleh
seorang pemimpinnya dan anggota lainnya. Maka, penguatan tersebut akan

11
cenderung di ulangi dan dengan adanya penguatan tersebut ada sesuatu yang ia
peroleh atau dapatkan.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam uraian materi diatas yang berjudul aplikasi teori motivasi di kampus dan
organisasi dapat disimpulkan bahwa aplikasi teori motivasi di kampus dan
organisasi berdasarkan teori hierarki kebutuhan Maslow dalam meningkatkan
motivasi belajar mahasiswa serta meningkatkan potensi dan kinerja dalam
berorganisasi dapat dilakukan dengan memenuhi kebutuhan manusia yang berdasar:
physiological needs, safety needs, belongingness and love needs , esteem needs, dan
self-actualization needs. Pentingnya aplikasi teori hierarki kebutuhan Abraham
Maslow dalam kampus dan organisasi terletak dalam hubungan antara kebutuhan
dasar dan kebutuhan yang tumbuh. Oleh karena itu, ketika kedua kebutuhan tersebut
tidak dipenuhi maka proses motivasi akan terganggu. Sedangkan aplikasi teori
penguatan baik itu berupa penguatan positif maupun negatif dalam kampus dan
organisasi sangat menentukan perilaku seseorang atau individu tersebut. Pemberian
penguatan yang positif cenderung akan diulangi, sementara penguatan negatif
cenderung tidak akan diulangi bahkan akan dihindarinya.

B. Saran
Dengan dibuatnya karya ilmiah berupa makalah ini semoga dapat bermanfaat
bagi para pembaca dan kami selaku penulis. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan di mana-mana baik dalam segi penulisan, isi, serta dalam
penyajian materi tersebut. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca dan dosen pengampu mata kuliah ini sangatlah kami harapkan untuk
perbaikan di kemudian hari.

13
DAFTAR PUSTAKA

Alhamdu, Fara Hamdana. 2017. Psikologi Umum. Palembnag: NoerFikri Offset. Cet. 1.
Chaniago, Nasrul Syakur. 2011. Manajemen Organisasi. Bandung: Cita Pustaka Media
Perintis.
Djatmiko, Yayat Hayati. 2008. Perilaku Organisasi. Bandung: Alfabeta.
Fahmi, Irham. 2014. Perilaku Organisasi, Teori, Aplikasi dan Kasus. Bandung:
Alfabeta.
Siagian, Sondang P.. 2012. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Cet. IV.
Warta, Widya. Januari 2010. Jurnal Aplikasi Teori Hierarki Kebutuhan Maslow dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar Mahasiswa. No. 01 Tahun XXXIV. ISSN 0854-
1981.

14

Anda mungkin juga menyukai