BAB II
IBNU sINA DAN SBdARAHNYA
Riveyat Hidup Ibnu Sina
Ibnu Sina dilahirkan dalam masa kekacauan ,
@imana Ehalifah Abbasiyah mengalami kemunduran dan
eri-negeri yang mula-mule berada di bawuh keku:
sean Khilafat tersebut mulai melepaskan diri satu
persatu untuk berdiri sendiri. kota Bagdad sendiri
sebecei pusat pemerintehan Khilafat Abbasiyah, “di
kuasai oleh golongan Banu Buwaih pada tahun 334 H
dan kekuasann mereka berlangsung terus sampai ta-
hun 447 H. Di antare daerah-daerah yang berdiri
sendiri ialah vaulah Samani di bukhara, dan. dianta
ra khalifahnya ialah Nuh bin Mansur. Pada masa ke
khalifahannya itulah Ibnu Sina Dilahirkan.
Ibnu Sina, nama lenckapnya Abu Ali AlHusein
ibnu Abdillah ibnu Hasen ibnu Ali Ibnu Sina lahir
Is
@
a
pada bulan Safar tahun 370 4 atau 980M. di suatu
dese bernama Afsyanah dari daerah Bukhara dari Ibu
yang berkebangsaan Turki dan banalmya peranaken
Arab-Persi.
Ayahnya adalah seorang pendu duk balkh yang
pergi merontau ke Asyanah di masa pemerintahan Nuh
1314
bin Mansur. vi Afsyanah ia menikah dengan Ibu Ibnu
Sina, hingga dari ibu itu lahirlah ibnu Sina dan
sauda:
anya
Di kala Ibnu Sina berusia sepuluh tahun ie
@ibawa oleh orang tuanya ke kota Bukhara, di sana
ia dapat belajar al-Qur'an sampai hafal dan bela -
jar kesusastersan Arab. Kemudia ia belajar fikih
pada Ismail AgeJahid. Yatkala Abu abdullah An-Nati
1i bermuxim di Bukhara ia pun belajar dengannya da
lam bidang filsafat, manthiq, matematika, geonetri
dan kedokteran.
Setelah An-natili pindah ke Karkanj Ibnu Si
na menyibukken diri menulis buku-buku fisika dan
buku-buku mengenai ketuhanan, sehingga dengan kur-
nia ‘hihen terbukalah pintu ilm: baginya. kemudian
ia memperdalam lagi ilmu kedokteran yang dianggap-
nya sangat mudah menganalisanya, sehingga dalam -
usia yang masih amat muda ia telah mampu menjadi -
seorang dokter yang telah memecahkan masalah pengo
batan melalui metode eksperimen. Pada usia 16 ta:
hun, ia sudah mahir dalam ilmu kedokteran, sampai-
sampai banyak orang yang berdatangan untuk berguru
kepadanya. Ia tidak cukup dengan teori-teori kedok
teran, tetapi juga melakukan praktek dan mengobati
orang-orang sakit. Kemudia ia kembangkan teori yg15
diperolehnya dengan pelbagai percobaab empiris me-
lalui pengobatan orang sakit.!
Selanjutnya selama satu setengah tahun ia
terus memperdalam ilmu khususnya ilmu mantiq dan
filsafat. Dalam usia 18 tahun, ia telah menguasai
berbagai cabang ilmu pengetahuan, seperti filsafat
matematika, logikam astronomi, musik, mistik, baha
sa dan ilmu hukum islam. Namanya semakin menanjak
dalam ilmu kedokteran, terutama setelah ia - mampu
menyembyhkan penyakit yang diderita oleh penguasa
Bukhara, Nuh ibn Manstr (587 4./997 N.). Sebagai
imbalannya, Sultan ini mengigi nkan Ibnu Suna me-
manfaatkun perpustakaannya yeng penuh berisi buku-
buku yang sukar diperoleh dalam perpustakaan lain.
Namun, nasib’buruk menimpanya karena perpustakaan
itu terbakar, sehingga ia dipenjarakan karena di-
tuduh sebagai pelakunya.
Kegemarannya dalam ilmu filsafat telah mem
buatnye penuh kesungguhan untuk mempelajarinya.Tam
paknya ia banyak mengalami kesulitan memahami ilmu
ini, sehingga kelihatan ia sering masuk ke masjid
untuk beribadat dan berdo'a kepada Allah pada saat
‘kyu Ahmadi, silsafat Islam, Thoha rutra,
Semarang, 1982, hal. 137