Anda di halaman 1dari 10

Pemeriksaan air yang lengkap untuk memenuhi standar air minum yang sehat terdiri atas:

1. Survey saniter (sanitary survey)


2. Pengambilan sampel (sampling)
3. Pemeriksaan laboratorium:
a. Fisik
b. Kimiawi
c. Bakteriologis
d. Virologis
e. Biologis
f. Radiologis

Survei Saniter

Survey saniter (sanitary survey) merupakan pengumpulan data dari tempat dan sumber
persediaan air. Data yang dikumpulkan antara lain, sumber pencemaran, cara distribusi air,
dan informasi lain yang ada kaitannya dengan kepentingan sanitasi.

Survei harus dilakukan oleh orang yang terlatih dan memiliki keahlian di bidang sanitasi.
Hasil-hasil pemeriksaan laboratorium harus dikonfirmasikan dengan data-data hasil survei
sebelumnya sehingga dapat diambil suatu kesimpulan bahwa sumber air yang telah diperiksa
memang aman dan tidak berbahaya bagi masyarakat.

Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel (sampling) yang baik merupakan kegiatan yang penting. Sampel yang
diambil harus representatif atau mewakili dari sumber air yang akan diperiksa dan bebas dari
kontaminasi. Teknik pengambilan sampel bergantung pada tujuan pemeriksaan, apakah untuk
pemeriksaan bakteriologis atau kimia.

Pemeriksaan Laboratorium

Seperti telah disebutkan, ada beberapa tipe pemeriksaan laboratorium, yaitu pemeriksaan
fisik, kimia, bakteriologis, virologis, biologis, dan pemeriksaan radiologis.

 Pemeriksaan Fisik

Karakteristik dari air minum dinyatakan dalam satuan yang absolut dan respons yang
subjektif. Variabel-variabel yang diperiksa dalam pemeriksaan fisik, antara lain:
a. Turbiditas (kekeruhan)
Air minum harus bebas dari kekeruhan. Turbiditas dapat diukur dengan alat
yang disebut turbidimeter. Salah satu turbidimeter standar adalah Jackson
Candle Turbidimeter. Sementara itu batasan turbidibitas yang diperbolehkan
adalah kurang dari 5 unit.
b. Warna
Air yang bersih harus jernih atau tidak boleh berwarna. Pemeriksaan warna
dapat dilakukan dengan kalorimeter. Batasan yang diperbolehkan untuk air
minum adalah kurang dari 15 unit.
c. Bau dan rasa
Air minum harus bebas dari bau dan rasa. Bau (odor) diukur secara subjektif
terhadap air yang telah menjalani pengenceran serial. Pemeriksaan juga
dilakukan pada larutan yang paling encer, yang masih terdeteksi baunya.
Jumlah pengenceran merupakan odor number dari air yang diperiksa.
Rasa adalah subjektifitas yang sulit dispesifikasikan. Respon terhadap rasa dan
bau bersifat subjuktif dan bercampuran sehingga sulit dinyatakan secara
kualitatif dan kuantitatif. Nilai ambang bau (thershold odor number) adalah 3.

 Pemeriksaan Kimia
Karakteristik kimia air minum ditentukan berdasarkan kandungan bahan kimia
didalamnya. International Standard of Drinking Water dari WHO membagi
komponen bahan kimia dalam air menjadi 4 kelompok, yaitu:
1. Bahan-bahan toksik
Batas maksimal (NAB) yang diperbolehkan (dalam satuan mg/l):
 Arsenik 0,05
 Kadmium 0,005
 Sianida 0,05
 Timbal 0,05
 Merkuri 0,001
 Selenium 0,01
Adanya substansi yang disebut diats ini dengan konsentrasi melampaui
batasan maksimal yang diperbolehkan dalam air minum tidak diperkenankan
untuk dipergunakan oleh masyarakat. Contoh: Penyakit Minamata akibat
keracunan Mecury di Jepang.
2. Substansi yang dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan
a. Flourida
Dari zat-zat kimia yang mungkin terkandung di dalam air minum, flourida
(F) merupakan zat kimia yang sifatnya unik karena memiliki dua
konsentrasi batas (konsentrasi atas dan konsentrasi bawah) yang dapat
menimbulkan efek yang merugikan dan meguntungkan terhadap gigi dan
tulang. Konsentrasi flourida yang berlebihan dalam air minum untuk masa
waktu yang lama dapat menimbulkan flourosis kumulatif endemik, berupa
kerusakan tulang rangka pada anak dan orang dewasa. Bila konsentrasi
dalam air minum kurang dari 0,5 mg/l, dapat meningkatkan insidensi
penyakit karies gigi pada masyarakat. Flourida merupakan bahan esensial
untuk mencegah karies gigi pada anak-anak. Batasan yang aman untuk
flourida adalah 0,5-0,8 mg/l.
b. Nitrat
Nitrat dalam konsentrasi >45 mg/l dapat membahayakan anak-anak dan
menimbulkan metahemoglobinemia infantil.
c. Polynuclear aromatic hydrocarbon
Zat ini dapat bersifat karsinogenik. Konsentrasinya dalam air minum <0,2
µg/l.
3. Bahan-bahan yang mempengaruhi potabilitas air
WHO membuat suatu kriteria bahan-bahan yang dapat mempengaruhi
potabilitas air yaitu, batasan maksimal yang diperbolehkan:
 Perubahan warna 5 unit.
 Perubahan bau (unobjectionable)
 Perubahan rasa (unobjectionable)
 pH 7,0-8,5
 Total solid 500 mg/l
 Total hardness 2 mEq/l
 Besi 0,1 mg/l
 Mangaan 0,05 mg/l
 Tembaga 0,05 mg/l
 Zink 5,0 mg/l
 Kalsium 75 mg/l
 Magnesium 30 mg/l
 Sulfat (SO4) 200 mg/l
 Substansi phenolic 0,001 mg/l
4. Bahan kimia sebagai indikator pencemaran
a. Klorida
Semua sumber air yang ada, termasuk air hujan, mengandung zat klorida.
Kadar klorida bervariasi antar-tempat. Sementara di daerah laut kadar klorida
cenderung tinggi. Zat klorida dapat digunakan sebagai indikator adanya
pencemaran, yaitu dengan mengukur terlebih dahulu kadar klorida pada
sumber air yang diperkirakan tidak mengalami pencemaran disekitar lokasi
sumber air yang akan diperiksa. Jika hasil pemeriksaan menunjukan kadar
klorida yang lebih tinggi dibandingkan kadar klorida pada sumber air yang
terdapat disekitarnya, dapat dipastikan bahwa sumber air tersebut telah
mengalami pencemaran.
b. Amonia bebas (free and salinne ammonia)
Amonia bebas merupakan hasil proses dekomposisi benda-benda organik.
Keberadaan amonia bebas dalam sumber air menunjukan adanya pencemaran
oleh kotoran binatang atau manusia. Batas amonia bebas yang diperbolehkan
<0,05 mg/l di dalam air minum.
c. Amonia albuminoid
Amonia albuminoid merupakan bagian dari proses dekomposisi benda-benda
organik yang belum mengalami oksidasi. Sumber air tanah tidak boleh
mengandung amonia albuminoid. Jika terjadi hasil pemeriksaan menunjukan
adanya perembesan dari limbah kotoran manusia, batas yang diperbolehkan
0,1 mg/l.
d. Nitrit
Dalam keadaan normal, nitrit tidak ditemukan dalam air minum, kecuali dalam
air yang berasal dari air tanah akibat adanya proses reduksi nitrat oleh garam
besi. Apabila hasil pemeriksaan menunjukan adanya nitrit
(walau konsentrasinya rendah), perlu dicurigai adanya pencemaran.
e. Nitrat
Adanya nitrat dalam sumber air minum menunjukan adanya bekas
pencemaran yang lama. Batasan yang diperbolehkan tidak lebih dari 1 mg/l.
f. Oxigen adsorbed
Kadar oksigen yang diabsorbsi oleh air dapat digunakan sebagai approximate
test terhadap kadar oksigen yang diabsorbsi oleh bahan-bahan organik dalam
air. Kadar oksigen yang diabsorbsi oleh air pada temperatur 37o C dalam
waktu 3 jam tidak boleh >1 mg/l.
g. Dissolved oxygen
Kadar oksigen yang dilepaskan oleh air tidak boleh <5 mg/l. Pemeriksaan
kimia lengkap hanya dapat dilakukan pada pemeriksaan air baru, sedangkan
dalam pemeriksaan rutin selanjutnya dapat dilakukan uji-uji semacam
pemeriksaan pH oxidizability, amonia, nitrit, nitrat, klorida, amonia
albuminoid, dan zat besi.
 Pemeriksaan Bakteriologis
Pemeriksaan bakteriologis merupakan pemeriksaan yang paling baik dan sensitif
untuk mendeteksi kontaminasi air oleh kotoran manusia. Mikroorganisme yang sering
diperiksa sebagai indikator pencemaran oleh feses, antara lain:
1. Organisme koliform
Organisme koliform merupakan organisme nonspora yang motil atau nonmotil,
berbentuk tulang, berbentuk batang, dan mampu memfermentasi laktosa untuk
menghasilkan asam dan gas pada temperatur 37oC dalam waktu 48 jam. Contoh
tipikal koliform tinja adalah E. coli dan koliform nontinja adalah Klebsiella
aerogeus. keberadaan E. coli dalam sumber air merupakan indikasi pasti
tejadinya kontaminasi tinja manusia. Ada beberapa alasan mengapa organisme
koliform dipilih sebagai indikator terjadinya kontaminasi tinja dibandingkan
kuman patogen lain yang terdapat di saluran pencernaan manusia, antara lain:
a. Jumlah organisme koliform cukup banyak dalam usus manusia. Sekitar 200-
400 miliar organisme ini dikeluarkan melalui tinja setiap harinya. Karena
jarang sekali ditemukan dalam air, keberadaan kuman ini dalam air memberi
bukti kuat adanya kontaminasi tinja manusia.
b. Organisme ini lebih mudah dideteksi melalui metode kultur (walau hanya
terdapat 1 kuman dalam 100 cc air) dibanding kuman patogen lainnya.
c. Organisme ini lebih tahan hidup dibandingkan dengan kuman usus patogen
lainnya.
d. Organisme ini lebih resisten terhadap proses purifikasi air secara alamiah. Bila
coliform organisme ini ditemukan di dalam sampel air maka dapat diambil
suatu kesimpulan bahwa kuman usus patogen yang lain dapat juga ditemukan
dalam sampel air tersebut diatas walaupun dalam jumlah yang kecil.
2. Streptokokus tinja
Organisme ini biasanya ditemukan di dalam tinja bersama dengan E. coli.
Pada kasus-kasus yang tidak jelas streptokokus tinja ini dapat digunakan
sebagai indikator untuk uji pembuktian (confirmatory test) adanya
kontaminasi tinja manusia.
3. Clostridium perfringens atau Clostridium welchii
Organisme ini biasanya ditemukan dalam feses manusia dalam jumlah kecil.
Sporanya dapat bertahan lama dalam air dan biasanya resisten terhadap dosis
klorinasi normal. Keberadaan CI. perfringens bersama E. coli dalam air
menunjukkan terjadinya kontaminasi baru. Sebaliknya, jika ditemukan hanya
CI. perfringens, kontaminasi terjadi setelah waktu berselang.
Pengujian yang biasa dilakukan pada pemeriksaan bakteriologis air, antara lain:
1. Presumptive Coliform Test
a. Multiple Tube Method
b. Membrane Filtration Method
c. Primary Health Care Technique
2. Colony Count
3. Pemeriksaan streptokokus tinja dan CI. perfringens.

1. Persumptive Coliform Test


Pemeriksaan ini terbagi menjadi 3 tipe, antara lain:
a. Multiple Tube Method
Dasar dari pemeriksaan ini adalah estimasi jumlah paling
memungkinkan (most portable number, MPN) organisme koliform di
dalam 100 cc air.
Prosedur : Sediakan satu seri tabung yang mengandung media Mc
Conkey’s Lactose Bile Salt Broth dan Bromcresal Purple sebagai
indikator. Untuk setiap 5 tabung, masukkan air yang akan diperiksa
masing-masing sebanyak 0,1 cc; 1cc; dan 10 cc. Simpan tabung dalam
inkibator selama 48 jam pada temperatur 37o C. Jika dalam sampel air
terdapat kontaminasi tinja maka organisme koliform akan
memfermentasi laktosa yang kemudian menghasilkan asam dan gas
dalam tabung. Dari jumlah tabung positif dapat ditentukan MPN
organisme koliform dalam 100 cc sampel air.
Konfirmasi hasil tes : Tabung yang menunjukkan hasil positif diambil
sampelnya dan di-inokulasikan pada 2 tabung yang berisi Brilliant
Green Bile Lactose Broth. Tabung pertama dimasukkan dalam
inkubator selama 48 jam pada temperatur 37o C dan tabung kedua
dimasukkan dalam inkubator selama 48 jam pada temperatur 44o C. E.
coli merupakan satu-satunya organisme koliform yang dapat
membentuk gas dari laktose pada temperatur 44o C.
b. Membrane Filter Technique
Teknik filter membaran ini ditemukan oleh Goetz dari German pada
tahun 1947. Teknik ini telah dipakai oleh beberapa negara sebagai
standar di dalam melakukan pemeriksaan terhadap organisme
koliform.
Prosedur : Sampel air kurang lebih 500 cc disaring dengan membrane
khusus yang terbuat dari bahan cellulose ester. Semua bakteri akan
melekat dan tinggal di atas permukaan membran. Bakteri yang melekat
itu kemudian dipindahkan ke atas lapisan kapas atau tissue yang
mengandung cairan endomedia/Eosin Methylene Blue Medium dan
disimpan dalam inkubator selama 20 jam pada temperatur 37o C. Bila
terdapat organisme koliform dalam sampel air maka akan terbentuk
koloni-koloni bakteri berwarna merah dan hitam mengkilap.
c. Primary Health Care Technique
Prinsipnya hampir sama dengan Membrane Filter Technique dan
digunakan di lapangan saat terjadi wabah penyakit muntaber dan hanya
dipakai sebagai indikator untuk uji pembuktian adanya kontaminasi
tinja manusia.
2. Colony Count
Penghitungan koloni hanya memberikan gambaran perkiraan secara umum
terhadap derajat pencemaran yang terjadi. Bila perhitungan koloni dilakukan
hanya satu kali tidak akan memberikan banyak arti, tetapi bila dilakukan
beberapa kali dari sumber daya yang sama dalam beberapa interval waktu,
hasilnya dapat dijadikan indikasi dini terjadinya suatu pencemaran.
Contoh:
Penghitungan I → 0 koloni
Penghitungan II → 2 koloni
Penghitungan III → 3 koloni
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa telah terjadi suatu pencemaran
oleh organisme koliform pada sumber air yang ada.
3. Pemeriksaan Streptokokus Tinja dan Cl. perfringens
Apabila hasil pemeriksaan sampel air tidak jelas, tetapi ditemukan keberadaan
streptokokus tinja dan Cl. perfringens dalam sampel itu, hasil tersebut dapat
dipakai sebagai indikasi yang kuat adanya kontaminasi sumber air oleh tinja
manusia.
Berikut standar bakteriologis air minum yang tercantum dalam International
Standard for Drinking Water (1971) dari WHO.
a. Kapan saja sepanjang tahun, 95% dari sampel air yang diperiksa tidak
boleh mengandung organisme koliform per 100 ml.
b. Tidak satupun sampel air yang boleh mengandung E. coli per 100 ml.
c. Tidak ada dari sampel air yang boleh mengandung lebih 10 organisme
koliform per 100 ml.
d. Dalam setiap 2 sampel air yang diambil berturut-turut, tidak boleh
ditemukan organisme koliform per 100 ml.
 Pemeriksaan Virologis
Secara umum dapat dikatakan bahwa air mengandung klorine bebas dapat dinyatakan
bebas dari virus apabila di dalam sampel air tersebut tidak terdapat sama sekali
organisme koliform. Sebaliknya, pada sumber air yang kaya bahan organik sementara
klorine bebasnya tidak dapat membebaskan diri, walau organisme koliform tidak
ditemukan sama sekali, air yang ada tidak dapat dianggap bebas dari virus dan perlu
diuji melalui pemeriksaan virologis. Virus yang resisten terhadap dosis klorinasi
adalah virus polio dan virus hepatitis.
 Pemeriksaan Biologis
Jasad renik termasuk alga, fungi, protozoa, udang, cacing halus, dan lain-lain yang
disebut sebagai plankton dapat menimbulkan rasa dan bau tidak enak pada air minum
dan dapat juga dipergunakan sebagai indeks pencemaran pada air.
Cara pemeriksaan: ambil sampel air sebanyak 500-1000 ml. Tanpa bahan pengawet,
periksa langsung sampel tersebut di bawah mikroskop. Jika dari pembesaran
mikroskop tampak organisme uniseluler dalam sampel air, organisme itu selanjutnya
akan dibedakan menjadi dua kelompok, kelompok A (Pembawa Klorofil) dan
kelompok B (Nonpembawa Klorofil).
Berikut rumus yang dapat digunakan dalam perhitungan indeks biologis pencemaran
(Biological Index of Pollution, BIP)
𝐀
𝐁𝐈𝐏 = 𝐗 𝟏𝟎𝟎
𝐀+𝐁
Keterangan hasil penghitungan BIP:
0-8 : jernih
0-20 : agak tercemar (slightly polluted)
20-60 : tercemar (polluted water)
60-100 : sangat tercemar (groslly polluted)
BIP dipergunakan sebagai bahan pembanding dari pemeriksaan bakteriologis dan
kimia dalam menentukan derajat pencemaran air.

 Pemeriksaan Radiologis
Pencemaran pada sumber air oleh bahan-bahan radiologis dapat dipastikan melalui
metode-metode radio chemical-analysis. Batasan pencemaran yang diperbolehkan
WHO (1971) dalam International Standard for Drinking Water, antara lain:
 Gross Alpha Activity 3 pci/l
 Gross Betha Activity 30 pci/l

Disrtibusi Sumber Air


Ada 2 jenis sistem distribusi sumber air yang sering dilakukan, intermittent supply dan
continous supply. Diantara kedua sistem tersebut, sistem intermiten (tidak teratur) perlu
mendapat perhatian lebih besar karena banyaknya kerugian yang ditimbulkan akibat
penerapan sistem ini. Kerugian tersebut, diantaranya:
a. Pipa-pipa dalam keadaan kosong pada saat darurat.
b. Penduduk terpaksa menyediakan tempat penampungan air yang terkadang dapat
tercemar jika penyimpanan kurang baik.
c. Pada keadaan pipa sedang kosong akan terjadi tekanan negatif yang disebut back
siphoning. Akibat tekanan ini, bakteri dan gas beracun dapat terisap ke dalam pipa-
pipa yang bocor yang selanjutnya dapat menimbulkan wabah penyakit pada
masyarakat.
WHO Expert Comitte (1965) memberikan rekomendasi yang sangat kuat bahwa
penerapan sistem intermiten di dalam pendistribusian air dan low pressure service tidak
baik untuk kesehatan dan perlu dihindari.

Pemberian Flourida pada Air Minum


Kekurangan dan kelebihan kadar flourida dalam air minum dapat menimbulkan beberapa
masalah kesehatan. Kekurangan flourida dalam air minum dapat menimbulkan karies pada
gigi, sementara kelebihan kadar flourida dapat menimbulkan flourosis gigi dan tulang.
WHO (1969) merekomendasikan pemberian zat flourida (melalui proses flourisasi) pada
sumber air minum untuk masyarakat dengan nilai asupan flourida berada di bawah batas
optimal untuk mencegah terjadinya karies gigi. Batasan kadar flourida yang diperbolehkan
sekitar 0,5-0,8 ppm.

Anda mungkin juga menyukai

  • Karunia Motivasi CBP
    Karunia Motivasi CBP
    Dokumen6 halaman
    Karunia Motivasi CBP
    WeliNomleni
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen7 halaman
    1
    WeliNomleni
    Belum ada peringkat
  • Motivasi Pek
    Motivasi Pek
    Dokumen4 halaman
    Motivasi Pek
    WeliNomleni
    Belum ada peringkat
  • Terjemahan Baru
    Terjemahan Baru
    Dokumen2 halaman
    Terjemahan Baru
    WeliNomleni
    Belum ada peringkat
  • Japanese Enchepalitis
    Japanese Enchepalitis
    Dokumen19 halaman
    Japanese Enchepalitis
    WeliNomleni
    Belum ada peringkat
  • Akk Edit
    Akk Edit
    Dokumen12 halaman
    Akk Edit
    WeliNomleni
    Belum ada peringkat
  • Perkebunan
    Perkebunan
    Dokumen3 halaman
    Perkebunan
    WeliNomleni
    Belum ada peringkat
  • Alat Reproduksi Wanita Dan Fungsinya
    Alat Reproduksi Wanita Dan Fungsinya
    Dokumen3 halaman
    Alat Reproduksi Wanita Dan Fungsinya
    WeliNomleni
    Belum ada peringkat
  • Perkebunan
    Perkebunan
    Dokumen51 halaman
    Perkebunan
    WeliNomleni
    Belum ada peringkat
  • Ring Kasan
    Ring Kasan
    Dokumen8 halaman
    Ring Kasan
    WeliNomleni
    Belum ada peringkat
  • Alat Reproduksi Wanita Dan Fungsinya
    Alat Reproduksi Wanita Dan Fungsinya
    Dokumen3 halaman
    Alat Reproduksi Wanita Dan Fungsinya
    WeliNomleni
    Belum ada peringkat
  • Bindo 2
    Bindo 2
    Dokumen2 halaman
    Bindo 2
    WeliNomleni
    Belum ada peringkat
  • Perkebunan
    Perkebunan
    Dokumen51 halaman
    Perkebunan
    WeliNomleni
    Belum ada peringkat
  • Bindo
    Bindo
    Dokumen2 halaman
    Bindo
    WeliNomleni
    Belum ada peringkat
  • Alat Reproduksi Wanita Dan Fungsinya
    Alat Reproduksi Wanita Dan Fungsinya
    Dokumen3 halaman
    Alat Reproduksi Wanita Dan Fungsinya
    WeliNomleni
    Belum ada peringkat
  • Tugas 2.1
    Tugas 2.1
    Dokumen1 halaman
    Tugas 2.1
    WeliNomleni
    Belum ada peringkat
  • Proses Terbentuk Nya Urine
    Proses Terbentuk Nya Urine
    Dokumen2 halaman
    Proses Terbentuk Nya Urine
    WeliNomleni
    Belum ada peringkat
  • Bingaa
    Bingaa
    Dokumen4 halaman
    Bingaa
    WeliNomleni
    Belum ada peringkat
  • Air
    Air
    Dokumen4 halaman
    Air
    WeliNomleni
    Belum ada peringkat
  • Bingb
    Bingb
    Dokumen4 halaman
    Bingb
    WeliNomleni
    Belum ada peringkat
  • Materi Promkes
    Materi Promkes
    Dokumen18 halaman
    Materi Promkes
    weli
    Belum ada peringkat
  • NXZDCJVCDK
    NXZDCJVCDK
    Dokumen12 halaman
    NXZDCJVCDK
    WeliNomleni
    Belum ada peringkat
  • Novel
    Novel
    Dokumen1 halaman
    Novel
    WeliNomleni
    Belum ada peringkat
  • GGH
    GGH
    Dokumen1 halaman
    GGH
    WeliNomleni
    Belum ada peringkat
  • Kumpulan Puisi
    Kumpulan Puisi
    Dokumen12 halaman
    Kumpulan Puisi
    WeliNomleni
    Belum ada peringkat
  • Always You
    Always You
    Dokumen2 halaman
    Always You
    WeliNomleni
    Belum ada peringkat
  • Tilisan
    Tilisan
    Dokumen3 halaman
    Tilisan
    WeliNomleni
    Belum ada peringkat
  • Always You2
    Always You2
    Dokumen2 halaman
    Always You2
    WeliNomleni
    Belum ada peringkat
  • Novel
    Novel
    Dokumen1 halaman
    Novel
    WeliNomleni
    Belum ada peringkat