Survei Saniter
Survey saniter (sanitary survey) merupakan pengumpulan data dari tempat dan sumber
persediaan air. Data yang dikumpulkan antara lain, sumber pencemaran, cara distribusi air,
dan informasi lain yang ada kaitannya dengan kepentingan sanitasi.
Survei harus dilakukan oleh orang yang terlatih dan memiliki keahlian di bidang sanitasi.
Hasil-hasil pemeriksaan laboratorium harus dikonfirmasikan dengan data-data hasil survei
sebelumnya sehingga dapat diambil suatu kesimpulan bahwa sumber air yang telah diperiksa
memang aman dan tidak berbahaya bagi masyarakat.
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel (sampling) yang baik merupakan kegiatan yang penting. Sampel yang
diambil harus representatif atau mewakili dari sumber air yang akan diperiksa dan bebas dari
kontaminasi. Teknik pengambilan sampel bergantung pada tujuan pemeriksaan, apakah untuk
pemeriksaan bakteriologis atau kimia.
Pemeriksaan Laboratorium
Seperti telah disebutkan, ada beberapa tipe pemeriksaan laboratorium, yaitu pemeriksaan
fisik, kimia, bakteriologis, virologis, biologis, dan pemeriksaan radiologis.
Pemeriksaan Fisik
Karakteristik dari air minum dinyatakan dalam satuan yang absolut dan respons yang
subjektif. Variabel-variabel yang diperiksa dalam pemeriksaan fisik, antara lain:
a. Turbiditas (kekeruhan)
Air minum harus bebas dari kekeruhan. Turbiditas dapat diukur dengan alat
yang disebut turbidimeter. Salah satu turbidimeter standar adalah Jackson
Candle Turbidimeter. Sementara itu batasan turbidibitas yang diperbolehkan
adalah kurang dari 5 unit.
b. Warna
Air yang bersih harus jernih atau tidak boleh berwarna. Pemeriksaan warna
dapat dilakukan dengan kalorimeter. Batasan yang diperbolehkan untuk air
minum adalah kurang dari 15 unit.
c. Bau dan rasa
Air minum harus bebas dari bau dan rasa. Bau (odor) diukur secara subjektif
terhadap air yang telah menjalani pengenceran serial. Pemeriksaan juga
dilakukan pada larutan yang paling encer, yang masih terdeteksi baunya.
Jumlah pengenceran merupakan odor number dari air yang diperiksa.
Rasa adalah subjektifitas yang sulit dispesifikasikan. Respon terhadap rasa dan
bau bersifat subjuktif dan bercampuran sehingga sulit dinyatakan secara
kualitatif dan kuantitatif. Nilai ambang bau (thershold odor number) adalah 3.
Pemeriksaan Kimia
Karakteristik kimia air minum ditentukan berdasarkan kandungan bahan kimia
didalamnya. International Standard of Drinking Water dari WHO membagi
komponen bahan kimia dalam air menjadi 4 kelompok, yaitu:
1. Bahan-bahan toksik
Batas maksimal (NAB) yang diperbolehkan (dalam satuan mg/l):
Arsenik 0,05
Kadmium 0,005
Sianida 0,05
Timbal 0,05
Merkuri 0,001
Selenium 0,01
Adanya substansi yang disebut diats ini dengan konsentrasi melampaui
batasan maksimal yang diperbolehkan dalam air minum tidak diperkenankan
untuk dipergunakan oleh masyarakat. Contoh: Penyakit Minamata akibat
keracunan Mecury di Jepang.
2. Substansi yang dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan
a. Flourida
Dari zat-zat kimia yang mungkin terkandung di dalam air minum, flourida
(F) merupakan zat kimia yang sifatnya unik karena memiliki dua
konsentrasi batas (konsentrasi atas dan konsentrasi bawah) yang dapat
menimbulkan efek yang merugikan dan meguntungkan terhadap gigi dan
tulang. Konsentrasi flourida yang berlebihan dalam air minum untuk masa
waktu yang lama dapat menimbulkan flourosis kumulatif endemik, berupa
kerusakan tulang rangka pada anak dan orang dewasa. Bila konsentrasi
dalam air minum kurang dari 0,5 mg/l, dapat meningkatkan insidensi
penyakit karies gigi pada masyarakat. Flourida merupakan bahan esensial
untuk mencegah karies gigi pada anak-anak. Batasan yang aman untuk
flourida adalah 0,5-0,8 mg/l.
b. Nitrat
Nitrat dalam konsentrasi >45 mg/l dapat membahayakan anak-anak dan
menimbulkan metahemoglobinemia infantil.
c. Polynuclear aromatic hydrocarbon
Zat ini dapat bersifat karsinogenik. Konsentrasinya dalam air minum <0,2
µg/l.
3. Bahan-bahan yang mempengaruhi potabilitas air
WHO membuat suatu kriteria bahan-bahan yang dapat mempengaruhi
potabilitas air yaitu, batasan maksimal yang diperbolehkan:
Perubahan warna 5 unit.
Perubahan bau (unobjectionable)
Perubahan rasa (unobjectionable)
pH 7,0-8,5
Total solid 500 mg/l
Total hardness 2 mEq/l
Besi 0,1 mg/l
Mangaan 0,05 mg/l
Tembaga 0,05 mg/l
Zink 5,0 mg/l
Kalsium 75 mg/l
Magnesium 30 mg/l
Sulfat (SO4) 200 mg/l
Substansi phenolic 0,001 mg/l
4. Bahan kimia sebagai indikator pencemaran
a. Klorida
Semua sumber air yang ada, termasuk air hujan, mengandung zat klorida.
Kadar klorida bervariasi antar-tempat. Sementara di daerah laut kadar klorida
cenderung tinggi. Zat klorida dapat digunakan sebagai indikator adanya
pencemaran, yaitu dengan mengukur terlebih dahulu kadar klorida pada
sumber air yang diperkirakan tidak mengalami pencemaran disekitar lokasi
sumber air yang akan diperiksa. Jika hasil pemeriksaan menunjukan kadar
klorida yang lebih tinggi dibandingkan kadar klorida pada sumber air yang
terdapat disekitarnya, dapat dipastikan bahwa sumber air tersebut telah
mengalami pencemaran.
b. Amonia bebas (free and salinne ammonia)
Amonia bebas merupakan hasil proses dekomposisi benda-benda organik.
Keberadaan amonia bebas dalam sumber air menunjukan adanya pencemaran
oleh kotoran binatang atau manusia. Batas amonia bebas yang diperbolehkan
<0,05 mg/l di dalam air minum.
c. Amonia albuminoid
Amonia albuminoid merupakan bagian dari proses dekomposisi benda-benda
organik yang belum mengalami oksidasi. Sumber air tanah tidak boleh
mengandung amonia albuminoid. Jika terjadi hasil pemeriksaan menunjukan
adanya perembesan dari limbah kotoran manusia, batas yang diperbolehkan
0,1 mg/l.
d. Nitrit
Dalam keadaan normal, nitrit tidak ditemukan dalam air minum, kecuali dalam
air yang berasal dari air tanah akibat adanya proses reduksi nitrat oleh garam
besi. Apabila hasil pemeriksaan menunjukan adanya nitrit
(walau konsentrasinya rendah), perlu dicurigai adanya pencemaran.
e. Nitrat
Adanya nitrat dalam sumber air minum menunjukan adanya bekas
pencemaran yang lama. Batasan yang diperbolehkan tidak lebih dari 1 mg/l.
f. Oxigen adsorbed
Kadar oksigen yang diabsorbsi oleh air dapat digunakan sebagai approximate
test terhadap kadar oksigen yang diabsorbsi oleh bahan-bahan organik dalam
air. Kadar oksigen yang diabsorbsi oleh air pada temperatur 37o C dalam
waktu 3 jam tidak boleh >1 mg/l.
g. Dissolved oxygen
Kadar oksigen yang dilepaskan oleh air tidak boleh <5 mg/l. Pemeriksaan
kimia lengkap hanya dapat dilakukan pada pemeriksaan air baru, sedangkan
dalam pemeriksaan rutin selanjutnya dapat dilakukan uji-uji semacam
pemeriksaan pH oxidizability, amonia, nitrit, nitrat, klorida, amonia
albuminoid, dan zat besi.
Pemeriksaan Bakteriologis
Pemeriksaan bakteriologis merupakan pemeriksaan yang paling baik dan sensitif
untuk mendeteksi kontaminasi air oleh kotoran manusia. Mikroorganisme yang sering
diperiksa sebagai indikator pencemaran oleh feses, antara lain:
1. Organisme koliform
Organisme koliform merupakan organisme nonspora yang motil atau nonmotil,
berbentuk tulang, berbentuk batang, dan mampu memfermentasi laktosa untuk
menghasilkan asam dan gas pada temperatur 37oC dalam waktu 48 jam. Contoh
tipikal koliform tinja adalah E. coli dan koliform nontinja adalah Klebsiella
aerogeus. keberadaan E. coli dalam sumber air merupakan indikasi pasti
tejadinya kontaminasi tinja manusia. Ada beberapa alasan mengapa organisme
koliform dipilih sebagai indikator terjadinya kontaminasi tinja dibandingkan
kuman patogen lain yang terdapat di saluran pencernaan manusia, antara lain:
a. Jumlah organisme koliform cukup banyak dalam usus manusia. Sekitar 200-
400 miliar organisme ini dikeluarkan melalui tinja setiap harinya. Karena
jarang sekali ditemukan dalam air, keberadaan kuman ini dalam air memberi
bukti kuat adanya kontaminasi tinja manusia.
b. Organisme ini lebih mudah dideteksi melalui metode kultur (walau hanya
terdapat 1 kuman dalam 100 cc air) dibanding kuman patogen lainnya.
c. Organisme ini lebih tahan hidup dibandingkan dengan kuman usus patogen
lainnya.
d. Organisme ini lebih resisten terhadap proses purifikasi air secara alamiah. Bila
coliform organisme ini ditemukan di dalam sampel air maka dapat diambil
suatu kesimpulan bahwa kuman usus patogen yang lain dapat juga ditemukan
dalam sampel air tersebut diatas walaupun dalam jumlah yang kecil.
2. Streptokokus tinja
Organisme ini biasanya ditemukan di dalam tinja bersama dengan E. coli.
Pada kasus-kasus yang tidak jelas streptokokus tinja ini dapat digunakan
sebagai indikator untuk uji pembuktian (confirmatory test) adanya
kontaminasi tinja manusia.
3. Clostridium perfringens atau Clostridium welchii
Organisme ini biasanya ditemukan dalam feses manusia dalam jumlah kecil.
Sporanya dapat bertahan lama dalam air dan biasanya resisten terhadap dosis
klorinasi normal. Keberadaan CI. perfringens bersama E. coli dalam air
menunjukkan terjadinya kontaminasi baru. Sebaliknya, jika ditemukan hanya
CI. perfringens, kontaminasi terjadi setelah waktu berselang.
Pengujian yang biasa dilakukan pada pemeriksaan bakteriologis air, antara lain:
1. Presumptive Coliform Test
a. Multiple Tube Method
b. Membrane Filtration Method
c. Primary Health Care Technique
2. Colony Count
3. Pemeriksaan streptokokus tinja dan CI. perfringens.
Pemeriksaan Radiologis
Pencemaran pada sumber air oleh bahan-bahan radiologis dapat dipastikan melalui
metode-metode radio chemical-analysis. Batasan pencemaran yang diperbolehkan
WHO (1971) dalam International Standard for Drinking Water, antara lain:
Gross Alpha Activity 3 pci/l
Gross Betha Activity 30 pci/l