Anda di halaman 1dari 16

A.

Definisi Penyakit Akibat Kerja

Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang timbul

akibat pengaruh lingkungan kerja atau yang berhubungan

dengan pekerjaan. Timbul karena pekerja terpapar berbagai

bahan berbahaya di tempat kerja atau hasil buangan

industri. Penyakit akibat kerja dapat juga berpengaruh

langsung atau tidak langsung kepada keluarga pekerja di

rumah.

Salah satu penyebab terjadinya penyakit akibat kerja

adalah stress. Stress yang dialami oleh seseorang akan

mengubah cara kerja sistem kekebalan tubuh. Stress akan

menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit

dengan cara menurunkan jumlah fighting desease cells.

Akibatnya, orang tersebut cenderung sering dan mudah

terserang penyakit yang cenderung lama masa

penyembuhannya karena tubuh tidak banyak memproduksi

sel-sel kekebalan tubuh, ataupun sel-sel antibodi banyak yang kalah.

Sebuah organisasi atau perusahaan dapat dianalogikan

sebagai tubuh manusia. Jika salah satu dari anggota tubuh

itu terganggu, maka akan menghambat keseluruhan gerak,

menyebabkan seluruh tubuh merasa sakit dan menyebabkan

individunya tidak dapat berfungsi secara normal. Demikian pula jika banyak di antara karyawan di
dalam organisasi atau

perusahaan mengalami stress kerja, maka produktivitas dan

kesehatan organisasi atau perusahaan itu akan terganggu.


Jika stress yang dialami oleh organisasi atau perusahaan

tidak kunjung selesai, maka sangat berpotensi mengundang

penyakit yang lebih serius.

Faktor lingkungan kerja sangat berpengaruh dan

berperan sebagai penyebab timbulnya Penyakit Akibat Kerja.

Sebagai contoh antara lain debu silika dan silikosis, uap

timah dan keracunan timah. Akan tetapi penyebab

terjadinya penyakit akibat kerja antara lain karena kesalahan

faktor manusia juga. Kondisi kerja yang buruk berpotensi

menjadi penyebab karyawan mudah jatuh sakit, mudah

stress, sulit berkonsentrasi dan menurunnya produktivitas

kerja. Bayangkan saja, jika ruangan kerja tidak nyaman,

panas, sirkulasi udara kurang memadai, ruangan kerja terlalu

padat, lingkungan kerja kurang bersih, berisik, tentu besar

pengaruhnya pada kenyamanan kerja karyawan.

Setiap pekerja berhak atas derajat kesehatan yang

optimal sebagai modal yang asasi untuk dapat menjalankan

aktivitas yang produktif. Di tempat kerja kemungkinan

terdapat tiga sumber utama bahaya potensial kesehatan

kerja yaitu; lingkungan kerja, pekerjaan, serta manajemen

yang belum terlatih tentang kesehatan dan keselamatan

kerja. Apabila kondisi bahaya potensial dari ketiga sumber

utama tersebut dapat diminimalkan, apalagi dieliminasikan,

maka pekerja dapat lebih leluasa mewujudkan tanggung

jawabnya masing-masing untuk melakukan perawatan dirimenuju tingkat kesehatan dan


pemeliharaan kesehatan yang

setinggi-tingginya.
Untuk itu, kesehatan dan keselamatan kerja bertujuan

agar petugas, masyarakat dan lingkungan kerja selalu dalam

keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera.

Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan,

kemampuan dan kerja sama yang baik dari semua pihak.

Penyakit akibat kerja

Penyakit akibat kerja timbul akibat terpajan faktor fisik, kimiawi, biologis, atau

psikososial di tempat kerja (Tabel 1.1). Faktor tersebut di dalam lingkungan

kerja merupakan penyebab yang pokok dan menentukan terjadinya penyakit

akibat kerja, misalnya terpajan timah hitam di tempat kerja merupakan faktor

utama terjadinya keracunan timah hitam, terpajan silika di tempat kerja

merupakan faktor utama terjadinya silikosis. Namun, perlu diketahui bahwa

faktor lain seperti kerentanan individual dapat berperan berbeda-beda ter-

hadap perkembangan penyakit di antara para pekerja yang terpajan.

Penyakit akibat kerja timbul khususnya di antara para pekerja yang ter-

pajan bahaya tertentu (mis., Gbr. 1.2 dan 1.3). Namun, pada beberapa ke-

adaan, penyakit akibat kerja dapat timbul di antara masyarakat umum akibat

kontaminasi lingkungan tempat kerja, mis. debu timah hitam, obat serangga.

Akhirnya, penyakit akibat kerja memiliki penyebab spesifik, mis., asbes

menyebabkan asbestosis.

Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan

WHO menggolongkan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan ber-

sifat “multifaktorial”. Penyakit ini adalah penyakit dengan faktor tempat

kerja yang dapat dikaitkan sebagai penyebab timbulnya penyakit namun

tidak merupakan faktor risiko setiap kasus. Penyakit ini sering ditemukan dimasyarakat umum.
Penyakit berhubungan dengan pekerjaan semacam itu,
antara lain: (1) tekanan darah tinggi, (2) penyakit jantung koroner; (3) penyakit

psikosomatik, (4) kelainan muskuloskeletal; (5) penyakit pernapasan kronis

tidak spesifik/bronkitis kronik.

B. Sebab-Sebab Penyakit Akibat Kerja

1. Faktor Fisik

Penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh faktor fisik

meliputi:

2. Faktor Kimia

Bahan-bahan kimia merupakan racun-racun dalam

industri yang dapat menimbulkan penyakit. Sifat dan derajat

racun bahan kimia yang dipergunakan dalam industri

tergantung dari faktor sebagai berikut:

a. Sifat-sifat fisik bahan kimia yaitu: gas, uap , debu,

kabut, fume, awan dan asap.

b. Sifat-sifat kimiawi dari bahan-bahan itu, yang

menyangkut: jenis persenyawaan, besar molekul,

konsentrasi, derajat larut dan jenis pelarut.

Port atau jalan masuk bahan itu ke dalam tubuh

manusia yaitu: pernafasan yang bersumber bahan kimia di

udara, pencernaan untuk bahan di udara yang melekat ditenggorok dan ditelan, kulit yang
bersumber dari bahan-

bahan cair.
Faktor-faktor dari tenaga kerja itu sendiri, yang

meliputi: usia, idiosyncrasy, habituasi, daya menahan, dan

derajat kesehatan tubuh.

3. Faktor Biologi

Faktor biologi penyakit akibat kerja banyak ragamnya,

yaitu: virus, bakteri, protozoa, jamur, cacing, kutu, pinjal,

serta hewan atau tumbuhan besar. Penyakit yang

diakibatkan virus misalnya penyakit kuku dan mulut yang

pindah dari ternak kepada pekerja dalam perusahaan

peternakan. Vaccinia kebanyakan diderita pemerah sapi.

Bakteri seperti antrax sering menghinggapi pekerja di

pejagalan, di perusahaan menyamak kulit, dll. Demikian

pula penyakit kuda, yang disebabkan bakteri pfeiferella

mallei dapat menulari manusia. Atau seorang pekerja

mungkin sekali dihinggapi penyakit Weil akibat tikus

pembawa penyakit Weil. Pemelihara merpati juga dapat

menderita penyakit psitaccosis akibat dari ricketssia. Serta

masih banyak penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh

bakteri atau virus yang hidup dalam lingkungan kerja

lainnya. Berbeda dengan faktor penyebab penyakit akibat

kerja yang lain, faktor biologi dapat menular dari seorang

Dekeria kepada Dekeria vana lain. Pemberian vaksinasi atausuntikan adalah usaha untuk mencegah
penyakit tersebut.

Contoh pemberian vaksin tersebut adalah imunisasi dengan

vaksin cacar terhadap variola, atau suntikan terhadap kolera,

tifus, dan paratifus perut. Dapat juga diadakan imunisasi

terhadap TBC dengan BCG yang diberikan pada pekerja dan


keluarganya.

4. Faktor ergonomi

Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya

menyerasikan alat, cara, proses dan lingkungan kerja

terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia

untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat,

aman, nyaman dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya.

Pendekatan ergonomi bersifat konseptual dan kuratif, secara

populer kedua pendekatan tersebut dikenal sebagai To fit the

ob to the Man and to ft the Man to the ]ob.

Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan

Kesehatan pemerintah, bekerja dalam posisi yang kurang

ergonomis, misalnya tenaga operator peralatan, hal ini

disebabkan peralatan yang digunakan pada umumnya

barang impor yang disainnya tidak sesuai dengan ukuran

pekerja Indonesia. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan

dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi

kurang efisien dan dalam jangka panjang dapat menyebakan

gangguan Gsik dan psikologis (stress) dengan keluhan yanggangguan Gsik dan psikologis (stress)
dengan keluhan yang

paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain)

5. Faktor psikologi

Faktor psikologi adalah faktor yang timbul dari dalam

diri seorang pekerja itu sendiri dan biasanya mengakibatkan

stress, hal itu biasanya disebabkan oleh beberapa faktor


berikut:

a. Lingkungan Kerja. Kondisi kerja yang buruk

berpotensi menjadi penyebab karyawan mudah

jatuh sakit, mudah stress, sulit berkonsentrasi dan

menurunnya produktivitas kerja. Bayangkan saja,

jika ruangan kerja tidak nyaman, panas, sirkulasiudara kurang memadai, ruangan kerja terlalu

padat, lingkungan kerja kurang bersih, berisik,

tentu besar pengaruhnya pada kenyamanan kerja

karyawan.

b. Overload. Sebenarnya overload ini dapat

dibedakan secara kuantitatif dan kualitatif.

Dikatakan overload secara kuantitatif jika

banyaknya pekerjaan yang ditargetkan melebihi

kapasitas karyawan tersebut. Akibatnya karyawan

tersebut mudah lelah dan berada dalam "tegangan

tinggi". Overload secara kualitatif bila pekerjaan

tersebut sangat kompleks dan sulit, sehingga

menyita kemampuan teknis dan kognitif

karyawan.

c. Deprivational stress. George Everly dan Daniel

Girdano (1980), dua orang ahli dari Amerika

memperkenalkan istilah deprivational stress untukmenjelaskan kondisi pekerjaan yang tidak lagi

menantang, atau tidak lagi menarik bagi

karyawan. Biasanya keluhan yang muncul adalah


kebosanan, ketidakpuasan, atau pekerjaan

tersebut kurang mengandung unsur sosial

(kurangnya komunikasi sosial).

(d1. Pekerjaan Berisiko Tinggi. Ada jenis pekerjaan

yang berisiko tinggi, atau berbahaya bagi

keselamatan, seperti pekerjaan di pertambangan

minyak lepas pantai, tentara, pemadam

kebakaran, pekerja tambang, bahkan pekerja

cleaning service yang biasa menggunakan gondolauntuk membersihkan gedung-gedung bertingkat.

Pekerjaan-pekerjaan ini sangat berpotensi

menimbulkan stress kerja karena mereka setiap

saat dihadapkan pada kemungkinan terjadinya

kecelakaan.

C. Macam-Macam Penyakit Akibat Kerja

Penyakit akibat kerja banyak macamnya, namun di sini

kami akan membahas beberapa macam penyakit akibat kerja

yang banyak dialami oleh para pekerja di industri-industri

besar antara lain:

1. Pneumokoniosis disebabkan oleh debu mineral

pembentukan jaringan parut (Silikosis,

antrakosilikosis, asbestosis) Gejala penyakit ini berupa

sakit paru-paru namun berbeda dengan penyakit TBC

paru.

2. Silikosis adalah penyakit yang paling penting dari

golongan penyakit Pneumokonioses. Penyebabnya


adalah silika bebas (SiOz) yang terdapat dalam debu

yang dihirup waktu bernafas dan ditimbun dalam

paru-paru dengan masa inkubasi 2-4 tahun. Pekerja

yang sering terkena penyakit ini umumnya yang

bekerja di perusahaan yang menghasilkan batu-batu

untuk bangunan seperti granit, keramik, tambang

timah putih, tambang besi, tambang batu bara, dan

lain lain. Gejala penyakit ini dapat dibedakan pada

tingkat ringan sedang dan berat. Pada tingkat Ringan

ditandai dengan batuk kering, pengembangan paru-

paru. Pada lansia didapat hyper resonansi karenaemphysema. Pada tingkat sedang terjadi sesak
nafas

tidak jarang bronchial, ronchi terdapat basis paru-

paru. Pada tingkat berat terjadi sesak napas

mengakibatkan cacat total, hypertofi jantung kanan,

kegagalan jantung kanan.

3. Anthrakosilikosis ialah pneumokomiosis yang

disebabkan oleh silika bebas bersama debu arang batu.

Penyakit ini mungkin ditemukan pada tambang batu

bara atau karyawan industri yang menggunakan bahan

batu bara jenis lain. Gejala penyakit ini berupa sesak

nafas, bronchitis chronis batuk dengan dahak hitam

(Melanophtys).

4. Asbestosis adalah jenis pneumokoniosis yang

disebabkan oleh debu asbes dengan masa latennya 10-

20 tahun. Asbes adalah campuran berbagai silikat yang


terpenting adalah campuran magnesium silikat pekerja

yang umumnya terkenal penyakit ini adalah pengelola

asbes, penenunan, pemintalan asbes dan reparasitekstil yang terbuat dari asbes. Gejala yang timbul

berupa sesak nafas, batuk berdahak/riak dengan

brhonchi di basis paru, cyanosis terlihat bibir biru.

Gambar radiologi menunjukan adanya titik-titik halus

yang disebut ground glass appearanc, batas jantung

dengan diafragma tidak jelas seperti ada duri duri

landak sekitar jantung (Percupine hearth), jika sudah

lama terlihat penumpukan kapur pada jaringan ikat.

5. Berryliosis, penyebabnya adalah debu yang

mengandung Berrylium, terdapat pada pekerja

pembuat aliasi berrylium tembaga, pada pembuatantabung radio, pembuatan tabung Fluoreseen
pengguna

sebagai tenaga atom.

6. Byssinosis disebabkan oleh debu kapas atau sejenisnya

dikenal dengan: Monday Morning Syndroma atau

Monday Fightnes Sebagai gejala timbul setelah hari

kerja sesudah libur, terasa demam, lemah badan, sesak

nafas, batuk-batuk, Vital Capacity jelas menurun

setelah 5-10 tahun bekerja dengan debu.

7. Stannosis penyebab debu bijih timah putih (SnO).

8. Siderosis disebabkan oleh debu yang mengandung

(Fezoz).
9. Penyakit paru dan saluran pernafasan

(bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh debu kapas,

vlas, henep dan sisal (bissinosis).

10. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab

sensitisasi dan zat perangsang yang dikenal yang

berada dalam proses pekerjaan.

11. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari

luar sebagai akibat penghirupan debu organik.

12. Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenya-

waannya yang beracun.

13. Penyakit yang disebabkan kadmium atau persenya-

waannya yang beracun.

14. Penyakit yang disebabkan fosfor atau persenya-

waannya yang beracun.

15. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenya-

waannya yang beracun.

16. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenya-

waannya yang beracun.

17. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawa-

annya yang beracun.


18. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenya-

waannya yang beracun.

19. Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenya-

waannya yang beracun.

20. Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau persenya-

waan nya yang beracun.

21. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.

22. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari

persenyawaan hidrokarbon alifatik atau aromatik yang

beracun.

23. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau

homolognya yang beracun.

24. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina

dari benzena atau homolognya yang beracun.

25. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester

asam nitrat lainnya.

26. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau

keton.
27. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab

asfiksia atau keracunan seperti karbon monoksida,

hidrogensianida, hidrogen sulfida, atau derivatnya

yang beracun, amoniak seng, braso dan nikel.

28. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh

kebisingan.

29. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik

(kelainan-kelainan otot, urat, tulang persendian,

pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).

30. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara

yang bertekanan lebih.

31. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektro

magnetik dan radiasi mengion.

32. Penyakit kulit (dermatoses) yang disebabkan oleh

penyebab fisik, kimiawi atau biologik.

33. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh

ter, bitumen, minyak mineral, antrasena atau

persenyawaan, produk atau residu dari zat tersebut.

34. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh

asbes.
35. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri

atau parasit yang didapat dalam suatu pekerjaan yang

memiliki risiko kontaminasi khusus.

36. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau

rendah atau panas radiasi atau kelembaban udara

tinggi.

37. Peny-rakit yang disebabkan bahan kimia lainnya

termasuk bahan obat.

E. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Akibat

Kerja

Untuk meminimalisasikan terjadinya penyakit akibat

kerja dalam dunia industri dapat dilakukan dengan cara-cara

sebagai berikut:

1. Substitusi, yaitu mengganti bahan yang lebih bahaya

dengan bahan yang kurang bahaya atau tidak

berbahaya sama sekali, misalnya karbon tetraklorida

diganti dengan trichlor etilen. Atau ironshot

dipergunakan sebagai pengganti pasir pada pekerjaan

sandblasting.

2. Ventilasi Umum, yaitu mengalirkan udara sebanyak

menurut perhitungan ke dalam ruang kerja, agar dari

kadar dari bahan-bahan yang berbahaya oleh

pemasukan udara ini lebih rendah daripada kadar yang

membahayakan yaitu kadar NAB. NAB adalah kadar


yang padanya atau dibawah daripadanya.

3. Ventilasi Keluar Setempat (Local Exhausters), ialah alat

yang biasanya menghisap udara di suatu tempat kerja

tertentu agar bahan-bahan yang berbahaya di tempat

tertentu itu dihisap dan dialirkan keluar.

4. Isolasi, yaitu mengisolasi atau proses dalam

perusahaan yang membahayakan, misalnya isolasi

mesin yang sangat hiruk, agar kegaduhan yang

disebabkannya turun dan tidak menjadi gangguan lagi.

5. Menggunakan APD, misalnya: masker, kacamata,

sarung tangan, sepatu, topi, pakaian kerja, dan lain-

lain.

6. Penerangan Sebelum Kerja, agar pekerja mengetahui

dan mentaati peraturan-peraturan, dan agar mereka

lebih berhati-hati.

7. Pendidikan Tentang Kesehatan dan Keselamatan

Kepada Pekerja Sesara Kontinu, agar pekerja tetap

waspada dalam menjalankan pekerjaannya.

8. Pengendalian Melalui Perundang-undangan

(Legislative Control) antara lain

a. UU No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan-

ketentuan Pokok
b. Petugas kesehatan dan non kesehatan 1. UU No. 1

tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

e. UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan

d. Peraturan Menteri Kesehatan tentang higene dan

sanitasi lingkungan.

e. Peraturan penggunaan bahan-bahan berbahaya

f. Peraturan/persyaratan pembuangan limbah, dll.

9. Pengendalian Melalui ]alur kesehatan (Medical

Control)

Yaitu upaya untuk menemukan gangguan sedini

mungkin dengan cara mengenal (Recognition)

kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat

tumbuh pada setiap jenis pekerjaan di unit pelayanan

kesehatan dan pencegahan meluasnya gangguan yang

sudah ada baik terhadap pekerja itu sendiri maupun

terhadap orang di sekitarnya. Dengan deteksi dini, maka penatalaksanaan kasus menjadi lebih cepat,

mengurangi penderitaan dan mempercepat pemulihan

kemampuan produktivitas masyarakat pekerja. Di sini

diperlukan sistem rujukan untuk menegakkan

diagnosa penyakit akibat kerja secara cepat dan tepat

(prompt-treatment).

Anda mungkin juga menyukai

  • Yeye
    Yeye
    Dokumen1 halaman
    Yeye
    Ericalie
    Belum ada peringkat
  • Efloresensi Kulit
    Efloresensi Kulit
    Dokumen61 halaman
    Efloresensi Kulit
    Ericalie
    100% (2)
  • Head To Toe: Anamnesis
    Head To Toe: Anamnesis
    Dokumen5 halaman
    Head To Toe: Anamnesis
    Ericalie
    Belum ada peringkat
  • Yeye
    Yeye
    Dokumen1 halaman
    Yeye
    Ericalie
    Belum ada peringkat
  • Blok 15
    Blok 15
    Dokumen11 halaman
    Blok 15
    Ericalie
    Belum ada peringkat
  • Blok 23.Bppv
    Blok 23.Bppv
    Dokumen8 halaman
    Blok 23.Bppv
    Ericalie
    Belum ada peringkat
  • PBL Blok 21
    PBL Blok 21
    Dokumen21 halaman
    PBL Blok 21
    Ericalie
    Belum ada peringkat
  • Blok 13
    Blok 13
    Dokumen17 halaman
    Blok 13
    Ericalie
    Belum ada peringkat
  • Blok 15
    Blok 15
    Dokumen11 halaman
    Blok 15
    Ericalie
    Belum ada peringkat
  • Blok 13
    Blok 13
    Dokumen16 halaman
    Blok 13
    Ericalie
    Belum ada peringkat
  • Blok 11
    Blok 11
    Dokumen11 halaman
    Blok 11
    Ericalie
    Belum ada peringkat
  • Blok 2 Modul 2
    Blok 2 Modul 2
    Dokumen16 halaman
    Blok 2 Modul 2
    Ericalie
    Belum ada peringkat
  • Blok 16 Skenario 3
    Blok 16 Skenario 3
    Dokumen16 halaman
    Blok 16 Skenario 3
    Ericalie
    Belum ada peringkat
  • Blok 13
    Blok 13
    Dokumen16 halaman
    Blok 13
    Ericalie
    Belum ada peringkat
  • Blok 10
    Blok 10
    Dokumen16 halaman
    Blok 10
    Ericalie
    Belum ada peringkat
  • Blok 11
    Blok 11
    Dokumen11 halaman
    Blok 11
    Ericalie
    Belum ada peringkat
  • Blok 10
    Blok 10
    Dokumen16 halaman
    Blok 10
    Ericalie
    Belum ada peringkat