Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

RISIKO BUNUH DIRI

A. Konsep Dasar Teori Risiko Bunuh Diri


1. Definisi
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami risiko
untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat
mengancam jiwa (Fitria, 2009). Bunuh diri merupakan tindakan yang
secara sadar dilakukan oleh seseorang untuk mengakhiri kehidupannya.

2. Tanda dan Gejala


Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien masuk kerumah
sakit adalah perilaku kekerasan dirumah. Dapat dilakukan pengkajian
dengan cara :
a. Observasi
Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara yang tinggi,
berdebat. Sering pula tampak klien meemaksakan kehendak :
merampas makanan, memukul jika tidak senang.
b. Wawancara
Diarahkan pada penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah
yang dirasakan klien.
1) Mempunyai ide untuk bunuh diri.
2) Mengungkapkan keinginan untuk mati.
3) Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusan.
4) Impulsif.
5) Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi
sangat patuh).
6) Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
7) Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan
tentang obat dosis mematikan).
8) Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panik,
marah dan mengasingkan diri).
9) Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang
depresi, psikosis, dan menyalahgunakan alkohol).
10) Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau
terminal).
11) Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan atau
mengalami kegagalan dalam karier).
12) Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).
13) Konflik interpersonal.
14) Latarbelakang keluarga.
15) Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.

3. Rentang Respon

Rentang respon protektif diri

Respons adatif Respons maladatif

Peningkatan Beresiko Destruktif diri Pencederaan


bunuh diri destruktif tidak langsung diri

4. Faktor Predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor
predisposisi, artinya mungkin terjadi / mungkin tidak terjadi perilaku
kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu :
a. Pskologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian
dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak
menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau saksi
penganiayaan.
b. Perilaku
Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
c. Sosial Budaya
Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan
kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilakukekerasan akan
menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima (permisive).
d. Bioneurolgis
Banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbik, lobul frontal, lobus
temporal dan ketidakseimbangan neurotransmiter turut berperan
dalam terjadinya perilaku kekerasan.

5. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau
interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik
(penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang
kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula
dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah
pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/ pekerjaan dan
kekerasan merupakan faktor penyebab orang yang lain. Interaksi sosial
yang provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.

6. Jenis Bunuh Diri


Menurut Durkheim, bunuh diri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
a. Bunuh diri egoistik (faktor dalam diri sendiri)
Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini
disebabkan oleh kondisi kebudayaan atau karena masyarakat yang
menjadikan individu itu seolah-olah tidak berkepribadian.
Kegagalan integrasi dalam keluarga dapat menerangkan mengapa
mereka tidak menikah lebih rentan untuk melakukan percobaan
bunuh diri dibandingkan mereka yang menikah.
b. Bunuh diri altruistik (terkait kehormatan seseorang)
Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung
untuk bunuh diri karena identifikasi terlalu kuat dengan suatu
kelompok, ia merasa kelompok tersebut sangat mengharapkannya.
c. Bunuh diri anomik (faktor lingkungan dan tekanan)
Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi
antara individu dan masyarakat, sehingga individu tersebut
meninggalkan norma-norma kelakuan yang biasa. Individu
kehilangan pegangan dan tujuan. Masyarakat atau kelompoknya
tidak memberikan kepuasan padanya karena tidak ada pengaturan
atau pengawasan terhadap kebutuhan-kebutuhannya.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien Resiko Bunuh


Diri
1. Pengkajian
Data yang perlu dikaji :
a. Data subyektif :
1) Mengungkapkan keinginan bunuh diri
2) Mengungkapkan keinginan untuk mati
3) Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
4) Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari
keluarga
5) Berbicara tentang kematian
6) Menanyakan tentang dosis obat yang mematikan
7) Mengungkapkan adanya konflik interpersonal
8) Mengungkapkan telah menjadi korban perilaku kekerasan saat
kecil
b. Data obyektif
1) Impulsif
2) menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi
sangat patuh)
3) Status perkawinan yang tidak harmonis
4) Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan atau
mengalami kegagalan dalam karier).
5) Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikosis, dan
penyalahgunaan alkohol)
6) Ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau penyakit
terminal)

2. Diagnosa Keperawatan
Risiko bunuh diri

Pohon masalah :

Bunuh diri Effect

Risiko bunuh diri Core Problem

Isolasi sosial Causa

Harga diri rendah


kronis
DAFTAR PUSTAKA

Herman Ade. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta. Nuha
Medika

Anda mungkin juga menyukai