Anda di halaman 1dari 12

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gastritis adalah proses inflamsi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. Secara histopastologi
dapat dibuktikan dengan adanya infiltarsi sel-sel radang pada daerah tersebut. Gastritis merupakan salah
satu penyakit yang banyak dijumpai di klinik / ruangan penyakit dalam pada umumnya. Kejadian penyakit
gastritis meningkat sejak 5 – 6 tahun ini dan menyerang laki-laki lebih banyak dari pada wanita. Laki-laki
lebih banyak mengalami gastritis karena kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan merokok.

Di negara berkembang prevalensi infeksi Helicobacter pylori pada orang dewasa mendekati angka 90%.
Sedangkan pada anak-anak prevalensinya lebih tinggi lagi. Di Indonesia, prevalensi kuman ini
menggunakan urea breath test. Penelitian serologis yang dilakukan secara cross sectionalbertambahnya
prevelansi penyakit ini sesuai dengan pertambahan usia. Penyebab penyakit ini adalah gram negatife,
basil yang berbentuk kurva dan batang.

Namun, banyak faktor lain seperti cedera, traumatis, penggunaan obat penghilang rasa sakit tertentu
atau minum alkohol terlalu banyak, juga dapat berkontribusi untuk terjadinya gastritis.

Gastritis dapat terjadi secara mendadak (gastritis akut) atau bisa terjadi perlahan-lahan dari waktu ke
waktu (gastritis kronis). Dalam beberapa kasus, gastritis dapat menyebabkan bisul (ulkus) pada lambung
dan peningkatan risiko kanker perut. Bagi kebanyakan orang, gastritis tidaklah serius dan dapat dengan
cepat mereda bahkan sembuh dengan pengobatan. Saat ini dalam proses keperawatan gastritis banyak
dijumpai dan menyerang 80 – 90% laki-laki.

Gastritis dapat terjadi secara mendadak (gastritis akut) atau bisa terjadi perlahan-lahan dari waktu ke
waktu (gastritis kronis). Dalam beberapa kasus, gastritis dapat menyebabkan bisul (ulkus) pada lambung
dan peningkatan risiko kanker perut. Bagi kebanyakan orang, gastritis tidaklah serius dan dapat dengan
cepat mereda bahkan sembuh dengan pengobatan.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Gastritis?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Gastritis.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui definisi gastritis


b. Mengetahui klasifikasi gastritis
c. Mengetahui etiologi gastritis
d. Mengetahui patofisiologi gastritis
e. Mengetahui manifestasi klinis gastritis
f. Mengetahui pemeriksaan penunjang gastritis
g. Mengetahui penatalaksanaan gastritis
h. Mengetahui komplikasi gastritis
i. Mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan gastritis
D. Manfaat

1. Teoritis

Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan Gastritis.

2. Praktis

a. Tenaga keperawatan

Dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik dan tepat pada pasien dengan Gastritis.

b. Mahasiswa

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi semua mahasiswa tentang asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan gastritis sehingga menunjang pembelajaran mata kuliah pencernaan.

c. Institusi

Sebagai referensi tambahan dalam proses penbelajaran mata kuliah pencernaan. Akademik
mendapatkan tambahan referensi untuk melengkapi bahan pembelajaran.

4. Masyarakat

Memberikan informasi tentang penyakit gastritis, penyebab, tanda dan gejal, serta cara perawatan dan
pengobatannya.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti
perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis adalah inflamasi dari mukosa
lambung (Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga , 1999). Gastritis adalah segala radang mukosa
lambung. Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat
bersifat akut, kronis, difus atau local (Sylvia A Price, 2006).
Berdasarkan berbagai pendapat tokoh diatas, gastritis dapat juga diartikan sebagai suatu proses
inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan secara hispatologi dapat dibuktikan dengan
adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi
terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung.
Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri
yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori. Peradangan ini mengakibatkan
sel darah putih menuju ke dinding lambung sebagai respon terjadinya kelainan pada bagian tersebut.
2. Klasifikasi

Gastritis menurut jenisnya terbagi menjadi 2, yaitu: (David Ovedorf, 2002)

1. Gastritis akut
Disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat menyebabkan mukosa menjadi gangren
atau perforasi. Gastritis akut dibagi menjadi dua garis besar yaitu :

a. Gastritis eksogen akut, biasanya disebabkan oleh faktor-faktor dari luar, seperti bahan kimia. Misalnya
lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid, mekanis iritasi bakterial, obat analgetik, anti inflamasi
terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung).
b. Gastritis endogen akut, adalah gastritis yang disebabkan oleh kelainan badan.
2. Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama, dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung, atau
oleh bakteri Helicobacter pylory. Gastritis kronik dikelompokkan lagi dalam 2 tipe yaitu tipe A dan tipe B.
Dikatakan gastritis kronik tipe A jika mampu menghasilkan imun sendiri. Tipe ini dikaitkan dengan atropi
dari kelenjar lambung dan penurunan mukosa. Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi
antibodi. Anemia pernisiosa berkembang pada proses ini. Gastritis kronik tipe B lebih lazim. Tipe ini
dikaitkan dengan infeksi Helicobacter pylori yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.
3. Etiologi

Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut :

a. Gastritis Akut Penyebabnya adalah stres psikologi, obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin
(aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung), makanan, bahan
kimia misalnya lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis.
b. Gastritis Kronik Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui, biasanya disebabkan
oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung Helicobacter pylori. Gastritis ini merupakan kejadian
biasa pada orang tua, tapi di duga pada peminum alkohol, dan merokok.
4. Patofisiologi

A. Gastritis Akut

Pengaruh efek samping obat-obat NSAIDs atau Non-Steroidal Anti Inflamatory Drug seperti aspirin juga
dapat menimbulkan gastritis. Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuproven
dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin
yang bertugas melindungi dinding lambung.

Jika pemakaian obat-obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan
kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat
mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer. Pemberian aspirin juga dapat menurunkan sekresi bikarbonat
dan mukus oleh lambung, sehingga kemampuan faktor defensif terganggu.

Alkohol berlebih, terlalu sering memakan makanan yang mengandung nitrat (bahan pengawet) atau
terlalu asam (cuka), kafein seperti pada teh dan kopi serta kebiasaan merokok dapat memicu terjadinya
gastritis. Karena bahan-bahan tersebut bila terlalu sering kontak dengan dinding lambung akan memicu
sekresi asam lambung berlebih sehingga dapat mengikis lapisan mukosa lambung.

Kemudian stress psikologis maupun fisiologis yang lama dapat menyebabkan gastritis. Stress seperti
syok, sepsis, dan trauma menyebabkan iskemia mukosa lambung. Iskemia mukosa lambung
mengakibatkan peningkatan permeabilitas mukosa akibatnya terjadi difusi balik H+ ke dalam mukosa.
Mukosa tidak mampu lagi menahan asam berlebih menyebabkan edema lalu rusak
2. Gastritis Kronik

Gastritis kronis dapat diklasifikasikan tipe A atau tipe B. Tipe A (sering disebut sebagai gastritis autoimun)
diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan atropi dan infiltrasi sel. Hal ini dihubungkan
dengan penyakit otoimun, seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung.

Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H. pylory) Ini dihubungkan dengan bakteri H. pylory, faktor diet
seperti minum panas atau pedas, penggunaan obat-obatan dan alkohol, merokok atau refluks isi usus
kedalam lambung. H. Pylori termasuk bakteri yang tidak tahan asam, namun bakteri jenis ini dapat
mengamankan dirinya pada lapisan mukosa lambung. Keberadaan bakteri ini dalam mukosa lambung
menyebabkan lapisan lambung melemah dan rapuh sehingga asam lambung dapat menembus lapisan
tersebut.
Dengan demikian baik asam lambung maupun bakteri menyebabkan luka atau tukak. Sistem kekebalan
tubuh akan merespon infeksi bakteri H. Pylori tersebut dengan mengirimkan butir-butir leukosit, selT-
killer, dan pelawan infeksi lainnya. Namun demikian semuanya tidak mampu melawan infeksi H.
Pylori tersebut sebab tidak bisa menembus lapisan lambung.
Akan tetapi juga tidak bisa dibuang sehingga respons kekebalan terus meningkat dan
tumbuh.Polymorph mati dan mengeluarkan senyawa perusak radikal superoksida pada sel lapisan
lambung. Nutrisi ekstra dikirim untuk menguatkan sel leukosit, namun nutrisi itu juga merupakan sumber
nutrisi bagi H. Pylori. Akhirnya, keadaan epitel lambung semakin rusak sehingga terbentuk ulserasi
superfisial dan bisa menyebabkan hemoragi (perdarahan). Dalam beberapa hari gastritis dan bahkan
tukak lambung akan terbentuk.
5. Manifestasi Klinis
a. Gastritis Akut
 Anoreksia
 Mual
 Muntah
 Nyeri epigastrum
 Perdarahan saluran cerna pada Hematemasis melena, tanda lebih lanjut yaitu anemia.

b. Gastritis Kronik

Pada tipe A, biasanya asimtomatik, klien tidak mempunyai keluhan. Namun pada gastritis tipe B, pasien
biasanya mengeluh :
 Nyeri ulu hati
 Anorexia
 Nausea
 Anemia
6. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang gastritis menurut Hudak dan Gallo, 1996, seperti di bawah ini :
a. Nilai haemoglobin dan hematokrit untuk menentukan adanya anemia akibat perdarahan.
b. Kadar serum gastrin rendah atau normal, atau meninggi pada gastritis kronik yang berat.
c. Pemeriksaan rontgen dengan sinar X barium untuk melihat kelainan mukosa lambung.
d. Endoskopi dengan menggunakan gastrocopy untuk melihat kelainan mukosa lambung.
e. Pemeriksaan asam lambung untuk mengetahui ada atau tidak peningkatan asam lambung
f. Pemeriksaan darah untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah. Hasil tes yang positif
menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya tapi itu
tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk
memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan lambung karena gastritis.
g. Pemeriksaan feses tes ini untuk memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau tidak.
Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap
adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.
h. Analisa lambung tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting untuk
menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung
dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO( basal acid
output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom Zolinger-
Elison (suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan
menyebabkan asiditas nyata).
7. Penatalaksanaan
Pengobatan gastritis meliputi :
a. Mengatasi kedaruratan medis yang terjadi.
b. Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dapat dijumpai.
c. Pemberian obat-obat antasid atau obat-obat ulkus lambung yang lain (Soeparman,1999)

Pada gastritis, penatalaksanaanya dapat dilakukan dengan (medis dan non medis), yaitu sebagai berikut:

a.Gastritis Akut
 Intruksikan pasien untuk menghindari alkohol.
 Bila pasien mampu makan melalui mulut, anjurkan diet mengandung gizi.
 Bila gejala menetap, cairan perlu diberi secara parenteral.
 Bila perdarahan terjadi, lakukan penatalaksanaan untuk hemoragi saluran gastrofestinal.
 Untuk menetralisir asam gunakan antasida umum.
 Untuk menetralisir alkhali gunakan jus lemon encer atau cuka encer.
 Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren atau perforasi.
 Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang encer atau cuka yang di
encerkan.
 Reaksi lambung diperlukan untuk mengatasi obstruksi polirus.

b. Gastritis Kronik

 Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien, diet makan lunak diberikan sedikit tapi lebih sering.
 Mengurangi stress
 H.pylori diatasi dengan antibiotik (seperti tetraciklin ¼, amoxillin) dan gram bismuth (pepto-bismol).
8. Komplikasi
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas berupa hematimesis dan melena yang dapat berakhir sebagai
syok hemoragie.
b. Ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan absorbsi vitamin B12 (Mansjoer, Arief 1999)
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GASTRITIS
1. Pengkajian
a. Anamnese meliputi :
1. Nama : Tn. X
2. Usia : lebih banyak pada anak-anak
3. Jenis kelamin : lebih banyak laki-laki
4. Jenis pekerjaan : tidak dipengaruhi jenis pekerjaan
5. Alamat :-
6. Suku/bangsa : indonesia
7. Agama : islam
b. Tingkat pendidikan:
 bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/minim mendapatkan pengetahuan tentang gastritis, maka
akan menganggap remeh penyakit ini, bahkan hanya menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa
dan akan memakan makanan yang dapat menimbulkan serta memperparah penyakit ini.
c. Riwayat sakit dan kesehatan
1. Keluhan utama : Nyeri di ulu hati dan perut sebelah kanan bawah.
2. Riwayat penyakit saat ini : Meliputi perjalan penyakitnya, awal dari gejala yang dirasakan klien,
keluhan timbul dirasakan secara mendadak atau bertahap, faktor pencetus, upaya untuk mengatasi
masalah tersebut.
3. Riwayat penyakit dahulu : Meliputi penyakit yang berhubungan dengan penyakit sekarang, riwayat
dirumah sakit, dan riwayat pemakaian obat.
d. Pemeriksaan fisik, yaitu Review of system (ROS)
Keadaan umum: tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri tekan di kwadran epigastrik.
1. B1(breath) : takhipnea
2. B2 (blood) : takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian perifer lambat, warna
kulit pucat.
3. B3 (brain) : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu, disorientasi, nyeri
epigastrum.
4. B4 (bladder) : oliguria, gangguan keseimbangan cairan.
5. B5 (bowel) : anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak toleran terhadap makanan
pedas.
6. B6 (bone) : kelelahan, kelemahan
2. Fokus Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat
a. Gejala : kelemahan, kelelahan
b. Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)
2. Sirkulasi
a. Gejala : kelemahan, berkeringat
b. Tanda :
 Hipotensi (termasuk postural)
 Takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia)
 Nadi perifer lemah
 pengisian kapiler lambat / perlahan (vasokonstriksi)
 warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)
 kelemahan kulit / membran mukosa, berkeringat (menunjukkan status syok, nyeri akut, respons
psikologik)
3. Integritas ego
a. Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja), perasaan tak berdaya.
b. Tanda : tanda ansietas, misalnya gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit, gemetar, suara
gemetar.
4. Eliminasi
a. Gejala: riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan gastroenteritis (GE) atau
masalah yang berhubungan dengan GE, misalnya luka peptik atau gaster, gastritis, bedah gaster,
iradiasi area gaster. Perubahan pola defekasi / karakteristik feses.
b. Tanda :
 nyeri tekan abdomen, distensi
 bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan.
 karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau kadang-kadang merah cerah, berbusa,
bau busuk (steatorea), konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida).
 haluaran urine : menurun, pekat.
5. Makanan / Cairan
a. Gejala:
 anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi pilorik bagian luar sehubungan
dengan luka duodenal).
 masalah menelan : cegukan
 nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual atau muntah

b. Tanda: muntah dengan warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan darah,
membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan kronis).

6. Neurosensi
a. Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.
b. Tanda : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur, disorientasi /
bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada volume sirkulasi / oksigenasi).
7. Nyeri / Kenyamanan
a. Gejala:
 nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai
perforasi. Rasa ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah makan banyak
 dan hilang dengan makan (gastritis akut).
 nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan
hilang dengan antasida (ulkus gaster).
 nyeri epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan
bila lambung kosong dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus duodenal).
 tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis).
 faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu (salisilat, reserpin,
antibiotik, ibuprofen), stresor psikologis.
B. Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat, perhatian menyempit.
8. Keamanan
a. Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA
b. Tanda : peningkatan suhu, spider angioma, eritema palmar (menunjukkan sirosis / hipertensi portal)
9. Penyuluhan / Pembelajaran
a. Gejala: adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang mengandung ASA, alkohol, steroid.
NSAID menyebabkan perdarahan GI. Keluhan saat ini dapat diterima karena (misal : anemia) atau
diagnosa yang tak berhubungan (misal : trauma kepala), flu usus, atau episode muntah berat.
Masalah kesehatan yang lama misal : sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan makan (Doengoes,
1999, hal: 455).
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah, Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah. Hasil
tes yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam
hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga
dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan lambung karena gastritis.
b. Uji napas urea, Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh urease H.
Pylori dalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida (CO 2). CO2 cepat diabsorbsi melalui
dinding lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.
c. Pemeriksaan feces, Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil
yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya
darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.
d. Endoskopi saluran cerna bagian atas, Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada
saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini dilakukan dengan cara
memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel(endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam
esofagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum
endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan
dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel(biopsy) dari
jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini
memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang
ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang kurang lebih satu
atau dua jam. Hampir tidak ada resioko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak
nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
e. Rontgen saluran cerna bagian atas, Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit
pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum
dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
f. Analisis Lambung, Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting untuk
menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung
dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO( basal acid
output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom Zolinger-
Elison(suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan
menyebabkan asiditas nyata).
g. Analisis stimulasi, Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO, maximum
acid output) setelah pemberian obat yang merangsang sekresi asam seperti histamin atau
pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui teradinya aklorhidria atau tidak.
4. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan output cair yang
berlebih (mual dan muntah).
b. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung sekunder karena stress psikologi.
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake asupan gizi.
d. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman kematian, nyeri.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
5. Intervensi keperawatan
DIAGNOSA
No KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONAL
1. Intake cairan yang
adekuat akan
mengurangi resiko
Kekurangan volume cairan dehidrasi pasien.
kurang dari kebutuhan 1. Penuhi kebutuhan 2. Mengganti kehilangan
tubuh berhubungan dengan individual. Anjurkan cairan dan
intake yang tidak adekuat klien untuk minum memperbaiki
dan output cair yang (dewasa : 40-60 keseimbangan cairan
berlebih (mual dan muntah) cc/kg/jam). dalam fase segera.
Tujuan: 2. Berikan cairan 3. Menunjukkan status
Setelah dilakukan tindakan tambahan IV sesuai dehidrasi atau
keperawatan selama 1×24 indikasi. kemungkinan
jam intake cairan adekuat. 3. Awasi tanda-tanda kebutuhan untuk
Kriteria Hasil: vital, evaluasi turgor peningkatan
 Mukosa bibir lembab kulit, pengisian kapiler penggantian cairan.
 Turgor kulit baik dan membran mukosa. 4. Cimetidine dan
 Pengisian kapiler baik 4. Kolaborasi pemberian ranitidine berfungsi
 Input dan output cimetidine dan untuk menghambat
1. seimbang ranitidine sekresi asam lambung
Nyeri berhubungan dengan 1. Selidiki keluhan nyeri, 1. Untuk mengetahui
iritasi mukosa lambung perhatikan lokasi, letak nyeri dan
sekunder karena stress itensitas nyeri, dan memudahkan intervensi
psikologi skala nyeri yang akan dilakukan
Tujuan: 2. Anjurkan pasien untuk 2. Intervensi dini pada
Setelah dilakukan tindakan melaporkan nyeri kontrol nyeri
keperawatan selama 2 x 24 segera saat mulai memudahkan
jam nyeri dapat berkurang, 3. Pantau tanda-tanda pemulihan otot dengan
pasien dapat tenang dan vital menurunkan tegangan
keadaan umum cukup baik 4. Jelaskan sebab dan otot
Kriteria Hasil: akibat nyeri pada 3. Respon autonomik
 Klien mengungkapakan klien serta meliputi, perubahan
nyeri yang dirasakan keluarganya pada TD, nadi, RR,
berkurang atau hilang 5. Anjurkan istirahat yang berhubungan
 Klien tidak menyeringai selama fase akut dengan penghilangan
kesakitan 6. Anjurkan teknik nyeri
2.  TTV dalam batasan distruksi dan relaksasi 4. Dengan sebab dan
normal 7. Berikan situasi akibat nyeri diharapkan
 Intensitas nyeri lingkungan yang klien berpartisipasi
berkurang (skala nyeri kondusif dalam perawatan untuk
berkurang 1-10) 8. Kolaborasi dengan tim mengurangi nyeri
 Menunjukkan rileks, medis dalam 5. Mengurangi nyeri yang
istirahat tidur, pemberian tindakan diperberat oleh gerakan
peningkatan aktivitas 6. Menurunkan tegangan
dengan cepat otot, meningkatkan
relaksasi, dan
meningkatkan rasa
kontrol dan
kemampuan koping
7. Memberikan dukungan
(fisik, emosional,
meningkatkan rasa
kontrol, dan
kemampuan koping)
8. Menghilangkan atau
mengurangi keluhan
nyeri klien
1. Menjaga nutrisi pasien
tetap stabil dan
Nutrisi kurang dari mencegah rasa mual
kebutuhan tubuh muntah
berhubungan dengan 1. Anjurkan pasien untuk 2. Untuk mempermudah
kurangnya intake makanan makan dengan porsi pasien menelan
Tujuan: yang sedikit tapi 3. Kebersihan mulut dapat
Setelah dilakukan tindakan sering merangsang nafsu
keperawatan selama 3×24 2. Berikan makanan yang makan pasien
jam kebutuhan nutrisi lunak 4. Mengetahui
pasien terpenuhi 3. Lakukan oral hygiene perkembangan status
Kriteria hasil: 4. Timbang BB dengan nutrisi pasien
 Keadaan umum cukup teratur 5. Mengetahui status
 Turgor kulit baik 5. Observasi tekstur, nutrisi pasien
 BB meningkat turgor kulit pasien 6. Mengetahui
 Kesulitan menelan 6. Observasi intake dan keseimbangan nutrisi
3. berkurang output nutrisi pasien
Ansietas berhubungan 1. Awasi respon fisiologi 1. Dapat menjadi
dengan perubahan status misalnya: takipnea, indikator derajat takut
kesehatan, ancaman palpitasi, pusing, sakit yang dialami pasien,
kematian, nyeri. kepala, sensasi tetapi dapat juga
Tujuan: kesemutan. berhubungan dengan
Setelah dilakukan tindakan 2. Dorong pernyataan kondisi fisik atau status
keperawatan pasien dapat takut dan ansietas, syok.
4. menunjukkan kecemasan berikan umpan balik. 2. Membuat hubungan
berkurang atau hilang. 3. Berikan informasi terapeutik
Kriteria hasil: yang akurat. 3. Melibatkan pasien
 Mengungkapkan 4. Berikan lingkungan dalam rencana asuhan
perasaan dan pikirannya yang tenang untuk dan menurunkan
secara terbuka istirahat. ansietas yang tak perlu
 Melaporkan 5. Dorong orang terdekat tentang ketidaktahuan.
berkurangnya cemas dan untuk tinggal dengan 4. Memindahkan pasien
takut pasien. dari stresor luar,
 Mengungkapkan 6. Tunjukan teknik meningkatkan
mengerti tentang peoses relaksasi. relaksasi, dapat
penyakit meningkatkan
 Mengemukakan keterampilan koping.
menyadari terhadap apa 5. Membantu menurunkan
yang diinginkannya yaitu takut melalui
menyesuaikan diri pengalaman
terhadap perubahan menakutkan menjadi
fisiknya seorang diri.
6. Belajar cara untuk
rileks dapat membantu
menurunkan takutdan
ansietas
1. Memberikan
pengetahuan dasar
Kurang pengetahuan dimana klien dapat
berhubungan dengan membuat pilihan
kurangnya informasi. 1. Beri pendidikan informasi tentang
Tujuan: kesehatan kontrol masalah
Klien mendapatkan (penyuluhan) tentang kesehatan.
informasi yang tepat dan penyakit, beri 2. Pengkajian/ evaluasi
efektif. kesempatan klien atau secara periodik
Kriteria hasil: keluarga untuk meningkatkan
 Klien dapat bertanya, beritahu pengenalan/
menyebutkan pengertian tentang pentingnya pencegahan dini
 Penyebab obat-obatan untuk terhadap komplikasi
 Tanda dan gejala kesembuhan klien. seperti ulkus peptik dan
 Perawatan dan 2. Evaluasi tingkat pendarahan pada
5. pengobatan. pengetahuan klien lambung.
BAB 4
PENUTUP
1. Kesimpulan

Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan secara
hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut.

Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu
mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi
oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter
pylori. Tetapi faktor-faktor lain seperti trauma fisik dan pemakaian secara terus menerus beberapa obat
penghilang sakit dapat juga menyebabkan gastritis. Walaupun banyak kondisi yang dapat menyebabkan
gastritis, gejala dan tanda – tanda penyakit ini sama antara satu dengan yang lainnya.
2. Saran
a. Tenaga Keperawatan, Diharapkan mampu memahami tentang penatalaksanaan pada pasien dengan
gastritis.
b. Mahasiswa, Diharapkan mampu menambah wawasan dan pengetahuan bagi semua mahasiswa
tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan gastritis.
DAFTAR PUSTAKA
 Bruner & Sudart, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8, EGC, Jakarta
 Doengoes,Marilyn.E.dkk.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKU
 Mansjoer. Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Ed3 .Jilid 2. Jakarta : FKUI.
 Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan d

Anda mungkin juga menyukai