BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
perlindungan terhadap anak di Indonesia masih terbilang lemah. Hal itu terlihat
dalam kebijakan Pemerintah soal anak, yang lebih bersifat kuratif. "Dana yang
ada lebih kuratif untuk preventif seperti penguatan keluarga, tidak dibangun," kata
daya manusia bagi pembangunan suatu bangsa, penentu masa depan dan penerus
generasi. Namun demikian kita sadari bahwa kondisi anak masih banyak yang
memprihatinkan. Hal ini dapat dilihat bahwa belum semua anak mempunyai akta
kelahiran; belum semua anak diasuh oleh orang tua kandungnya, keluarga
maupun orang tua asuh atau wali dengan baik; masih belum semua anak
kesehatan optimal; masih belum semua anak dalam pengungsian, daerah konflik,
1
UNICEF, Perlindungan Anak di Indonesia Lemah, diakses pada tanggal 2 April 2011 dari
laman web: http://www.tempointeraktif.com/hg/kesra/2010/12/15/brk,20101215-299140,id.html
1
Universitas Sumatera Utara
2
perlindungan khusus. Kondisi ini lebih diperparah lagi dengan adanya berbagai
krisis ekonomi di Indonesia dan juga terjadinya berbagai bencana alam termasuk
Sebagai salah satu unsur yang harus ada di dalam negara hukum dan
perlindungan terhadap hak-hak anak yang kita harapkan sebagai penentu masa
pengaturan yang jelas. Hal ini perlu dilakukan, mengingat manusia sebagai
makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dianugerahi hak asasi untuk menjamin
keberadaan harkat dan martabat kemuliaan dirinya sehingga HAM merupakan hak
dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan
langgeng. Oleh karena itu HAM harus dilindungi, dihormati, dipertahankan, dan
persen anak balita Indonesia tidak memiliki akte kelahiran. Lebih dari 3 juta anak
terlibat dalam pekerjaan yang berbahaya. Bahkan, sekitar sepertiga pekerja seks
telah menjadi korban eksploitasi seksual. Ditambah lagi sekitar 100.000 wanita
dan anak-anak diperdagangkan setiap tahunnya. Belum lagi 5.000 anak yang
dewasa.2 Kondisi ini sangatlah perlu mendapatkan perhatian dari kita semua tanpa
kecuali. Hal semacam inilah yang melatar belakangi penulis untuk membahas dan
Entah disadari atau tidak, apakah ia telah memenuhi kewajibannya sebagai orang
tua, namun pada kenyataannya seringkali hak asasi yang melekat pada anak
diluputkan. Penyebabnya tidak lain karena orang dewasa menganggap diri mereka
lebih dari anak-anak; lebih tahu, lebih hebat, lebih penting. Sehingga kepentingan
anak-anak. Manusia yang belum dewasa, tidak tahu apa-apa, bertubuh kecil, dan
sekian setelah orang dewasa. Rasa lebih tersebut membuat orang dewasa ingin
penting menurut orang dewasa dengan segera diputuskan penting bagi anak-anak,
wilayah yang terjadi konflik peperangan, orang dewasa merekrut anak-anak dan
belikan anak-anak, memaksa mereka bekerja dengan upah lebih rendah tentunya,
dan menyiksa si anak bila gagal memenuhi permintaan orang dewasa. Semua itu
2
UNICEF, Sekilas-Perlindungan Anak, diakses pada tanggal 2 April 2011 dari laman web:
http://www.unicef.org/indonesia/id/protection.html
sama sekali tidak memperdulikan hak-hak anak untuk mendapatkan udara bersih
tuanya diacuhkan dengan alasan sibuk. Padahal bermain adalah media belajar
untuk tumbuh kembang anak. Seorang anak yang bertanya tentang suatu hal,
seringkali dianggap cerewet dan berisik oleh orang tuanya dengan mengatakan,
‘kamu tidak perlu tau itu,’ atau ‘kamu belum cukup umur, nantilah.’ Dan banyak
asasi yang sama pentingnya dengan orang dewasa. Semakin muda usia anak,
semakin penting hak tersebut untuk segera dipenuhi. Tidak hanya mengingatkan,
tetapi juga mengajak orang dewasa untuk bergerak bersama-sama memenuhi Hak-
hak anak. Anak-anak adalah generasi penerus di masa mendatang, tetapi mereka
tidak hanya hidup di masa depan. Mereka hidup hari ini, saat ini, dan di masa
yang akan datang. Untuk itu, Hak-hak anak harus dipenuhi hari ini juga, saat ini
merupakan amanah Allah serta anak adalah 40% penduduk Indonesia yang harus
kita tingkatkan mutunya menjadi anak Indonesia yang sehat, cerdas ceria,
berakhlak mulia, dan terlindungi. Hal ini merupakan komitmen bangsa bahwa
negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua. Dengan fokus pada anak
tahun 2015 sebagai tujuan bersama Millenium Development Goals (MDGs) dan
mengerti akan tanggung jaawab yang harus diembannya dan mengingat semua
orang pasti pernah menjadi anak-anak maka penulis bermaksud menyusun suatu
B. Perumusan Masalah
anak dan apa sajakah yang menjadi tanggung jawab mereka tersebut ?
hak-hak-hak anak.
Penulisan skripsi ini pun diharapkan dapat memberi manfaat baik secara
pengembangan wawasan dan kajian lebih lanjut bagi yang ingin mengetahui
D. Keaslian Penulisan
literatur yang diperoleh dari perpustakaan maupun media cetak dan elektronik.
Dan sehubungan dengan keaslian judul skripsi ini penulis melakukan pemeriksaan
Bila di kemudian hari ternyata terdapat judul yang sama atau telah ditulis
oleh orang lain dalam bentuk skripsi sebelum skripsi ini dibuat, maka hal itu
E. Tinjauan Pustaka
santai di warung kopi atau di teras rumah, orang dewasa dapat dengan mudah
bersifat rohaniah. Anak dimaknai sebagai anugerah atau karunia Tuhan, titipan
ilahi, amanah Tuhan yang harus dijaga, dilindungi, diperhatikan, dan dibesarkan
orang tua sebagai penerus keturunan. Anak adalah penerus keluarga, melanjutkan
garis keturunan dari orang tua. Hingga kapan pun dan dimanapun, status sebagai
anak dari orang tua tidak bisa dihilangkan. Meskipun sudah menjadi nenek dan
kakek, status sebagai anak dari ayah dan ibu, tidak akan bisa dilepaskan.
perhatian. Yaitu anak sebagai manusia yang mempunyai hak yang sama dengan
Sama dengan manusia lainnya, anak dikarunia akal budi dan hati nurani. Anak
adalah individu unik yang memiliki kekhasannya sendiri. Hanya kematangan fisik
Namun, perbedaan ini tidak membuat anak-anak menjadi “bukan manusia” atau
“setengah manusia”.
manusia yang memiliki hak. Bahkan para ahli pun punya pendapat yang berbeda-
beda. Seorang psikolog akan berbeda pendapat dengan seorang ahli hukum.
Seorang sosiolog akan memiliki pendapat yang berbeda dengan seorang ahli
tidaklah berhenti.
1. Keturunan
4. Pohon kecil yang tumbuh pada umbi atau rumpun tumbuhan besar
bawah usia 18 tahun, kecuali apabila menurut hukum yang berlaku bagi anak
Pembatasan usia hingga 18 tahun tidak mengikat semua negara. Hal ini
dapat kita lihat perbedaan dalam hukum di beberapa negara penetapan batasan
umur seorang anak tidak sama. Konvensi Hak-hak anak memberi ruang bagi tiap
negara untuk membuat aturan khusus tentang pembatasan usia. Itulah sebabnya
3
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia:Edisi Ketiga (Jakarta:
Penerbit Balai Pustaka, 2007), hlm. 41
4
Konvensi Hak Anak, Pasal 1.
Srilanka dan beberapa negara lain batasan usia anak ditetapkan 16 tahun.
Amerika Serikat, Belanda, Malaysia, Filipina, Taiwan, Iran, Kamboja, dan lain-
lain.5
adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak
Hak berarti :7
1. Benar
2. Milik, kepunyaan
3. Kewenangan
Hak-hak anak adalah hak asasi yang dimiliki oleh setiap anak di dunia.
Hak ini melekat dalam diri anak dan tidak ada seorang pun yang boleh
merampasnya. Hak-hak anak merupakan bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM)
5
Disadur dari Buku Sri Widoyati Wiratmo Soekito dalam Marlina, Peradilan Pidana Anak
di Indonesia:Pengembangan Konsep Diversi dan Restorative Justice (Bandung: Refika Aditama,
2009), hlm. 73-74
6
Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2002 , Pasal 1 ayat 1, batasan usia ini diadopsi dari KHA.
7
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia:Edisi Ketiga (Jakarta: Penerbit
Balai Pustaka, 2007), hlm.381-382.
Child. Indonesia adalah salah satu negara yang menyepakati dan ikut
anak ini ke dalam hukum nasional melalui Keppres No. 36 Tahun 1990 dan
Perlindungan Anak.
yang hidup dalam keadaan sulit di berbagai belahan dunia. Misalnya; anak yang
hidup dalam situasi perang dan konflik, anak yang hidup dalam situasi miskin
makanan, gizi dan sanitasi yang buruk, dan lain-lain. Pengakuan atas Hak-hak
melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
ini tersirat bahwa anak terlindungi dari segala bentuk kekerasan, perlakuan salah,
8
KHA.Op. cit, Pasal 1 Angka 12.
9
Ibid, Pasal 1 Angka 2.
permasalahan yang serius. Untuk itu dituntut kesadaran semua pihak akan
Jika di dalam penulisan beberapa skripsi dan karya tulis ilmiah lainnya
kita mengenal 2 cara sebagai metode penelitian dan pengumpulan data yang selalu
dipergunakan, yakni :
tulisan mengenai hak-hak anak dari berbagai buku dan sumber media cetak dan
media elektronik.
G. Sistematika Penulisan
beberapa literatur tentang hak-hak anak dan disesuaikan dengan metode penulisan
skripsi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Secara implisit skripsi ini
berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Sistematika Penulisan.
anak Di Indonesia.
BAB V : PENUTUP