Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Laporan Prakerin merupakan salah satu persyaratan untuk mengikuti Ujian Nasional,
laporan ini disusun sebagai gambaran kegiatan penulis selama Praktik Kerja Industri dan
bukti bahwa penulis telah melakukan Praktik Kerja Industri selama tiga bulan di Balai
Pengujian Mutu Barang, Direktorat Pengembangan Mutu Barang.
Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) adalah bentuk penyelenggaraan dari sekolah
yang memadukan sistematik dan sinkron antara program pendidikan di sekolah dan program
pengusahaan yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja untuk
mencapai suatu tingkat keahlian professional. Di mana keahlian profesional itu hanya dapat
dibentuk melalui 3 unsur utama yaitu ilmu pengetahuan, teknik dan kiat. Ilmu pengetahuan
dan teknik dapat dipelajari dan dikuasai kapan dan dimana saja kita berada, sedangkan kiat
tidak dapat diajarkan tetapi dapat dikuasai melalui melalui proses mengajarkan langsung
pekerjaan pada bidang profesi itu sendiri. Melalui Pendidikan Sistem Ganda diharapkan dapat
menciptakan tenaga kerja yang professional. Dimana para siswa yang melaksanakan
pendidikan tersebut diharakan dapat menerapkan ilmu yang didapat sekaligus mempelajari
dunia industri. Tanpa diadakannya Pendidikan Sistem Ganda ini kita tidak dapat langsung
terjun ke dunia industri karena kita belum mengetahui situasi dan kondisi lingkungan kerja.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Praktek Kerja Industri

1. Pemenuhan Kompetensi sesuai tuntutan Kurikulum


2. Mengenal dan memahami Industry Jasa Pengujian.
3. Penumbuhan etos kerja/ pengalaman kerja.
4. Mengurangi kesenjangan dan ketidak sesuaian antara pengetahuan dan keterampilan
yang dibutuhkan dunia kerja.
5. Memupuk dan meningkatkan kedisiplinan, rasa percaya diri serta sikap sebagai bekal
untuk memasuki kehidupan masyarakat dan setelah terjun langsung dalam lapangan
pekerjaan.
6. Mengembangkan pola fikir dan kreatifitas dalam penerapan teori untuk melakukan
analisis.

Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 1


7. Meningkatkan pengetahuan siswa dalam hal penggunaan instrument kimia analisis
yang lebih modern dibandingkan dengan fasilitas yang tersedia disekolah.

1.2.2. Tujuan Pembuatan Laporan

1. Untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan di SMK Negeri 1


Cibadak.
2. Sebagai bukti melaksanakan Praktek Kerja Industri (Prakerin) di Balai Pengawasan
Mutu Barang.
3. Agar penulis dapat menambah wawasannya tentang pembuatan laporan yang baik dan
benar.
4. Agar penulis dapat memahami dan menerapkan ilmu yang sudah didapat saat prakerin
serta pengembangannya.

1.3. Metode

Selama pelaksanaan prakerin, untuk mendapatkan keterangan atau informasi yang berkaitan
dengan proses analisa kimia menggunakan beberapa cara, yaitu :

1. Observasi, metode ini dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap kegiatan yang
dilakukan di laboratorium.
2. Wawancara, metode ini dilakukan dengan cara bertanya langsung kepada pihak
perusahaan, pimpinan dan karyawan.
3. Kerja Praktik, yaitu dengan cara melihat, memahami kemudian mencoba
mempraktekan apa yang didapat dari hasil teori.
4. Diskusi, dilaksanakan bersama pembimbing lapangan untuk menambah informasi
yang didapat dengan menggunakan data-data dari hasil praktek.
5. Pustaka, metode ini dilakukan dengan cara membaca dan memahami buku-buku yang
berkaitan dengan teori yang berhubungan dengan kegiatan yang di praktekan.
6. Browsing, metode ini dilakukan dengan tujuan untuk membandingkan dan
melengkapi materi yang tidak ditemukan saat melakukan metode pustaka.

1.4.Ruang Lingkup
1.4.1. Ruang Lingkup Pelaksanaan Prakerin

Dalam pelaksanaan Praktek Kerja Industri (Prakerin) ini penulis ditempatkan di Balai
Pengujian Mutu Barang. Kegiatan ini berlangsung selama 5 hari dalam satu minggu yaitu

Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 2


Senin sampai Jum’at dari pukul 08.30 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB dengan istirahat
satu kali pukul 12.00 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB.

Di tempat prakerin penulis menemukan banyak pengalaman dan pelajaran. Hal-hal


yang merupakan tugas atau kegiatan penulis selama melaksanakan prakerin di BPMB ini
dengan bimbingan Pembimbing Laboratorium, antara lain adalah :

1. Mengisi format pengecekkan kondisi alat laboratorim yang dipakai,


2. Mengerjakan sample yang datang dari konsumen,
3. Membuat pereaksi yang akan digunakan dalam pengujian,
4. Mencatat dan melakukan perhitungan dari hasil pengujian,
5. Mengisi jurnal harian sesuai kegiatan yang telah dilakukan di laboratorium.
1.4.2. Ruang Lingkup Penyusunan Laporan

Laporan Prakerin ini disusun sistematis berdasarkan buku Panduan Praktik Kerja
Industri. Dalam laporan ini terdiri dari bebepara bab dan subbab, yaitu :

1. BAB I Pendahuluan yang berisikan latar belakang, tujuan, metode dan ruang lingkup
pelaksanaan prakerin dan penyusunan laporan.
2. BAB II Tinjauan Umum Direktorat Pengembangan Mutu Barang yang mencakup
sejarah, visi dan misi, tugas dan fungsi, struktur organisasi dan ruang lingkup BPMB.
3. BAB III Laboratorium Kimia Pakan yang berisikan struktur organisasi, denah, sarana
dan prasarana, alur sampel dan pengujian mutu sampel.
4. BAB IV Tinjauan Pustaka berkaitan dengan judul yang diambil oleh penulis
mencakup pembahasan tentang tepung terigu, susu bubuk, protein dan asam amino.
5. BAB V Hasil dan Pembahasan berisikan hasil yang didapatkan setelah dilakukan
pengujian dan pembahasan dari masalah yang didapatkan selama pengujian
berlangsung.
6. BAB VI Saran dan Kesimpulan terdiri dari kesimpulan atas pengujian terhadap
sampel yang di uji dan saran untuk pembaca laporan.

1.5. Waktu dan Tempat

Praktik Kerja Industri ini dilaksanakan selama 3 bulan terhitung mulai tanggal 01
April 2013 sampai dengan tanggal 01 Juli 2013. Pelaksanaannya di Laboratorium Kimia
Pakan Balai Pengujian Mutu Barang, Direktorat Pengembangan Mutu Barang, Kementrian
Perdagangan yang ber-alamatkan di Jln. Raya Bogor Km.26 Ciracas JakartaTimur 13740.

Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 3


1.6. Manfaat Praktik

Melalui Praktek Kerja Industri ini, pelajar diharapkan memperoleh gambaran


mengenai penerapan ilmu yang telah dipelajari dan memperoleh bekal serta wawasan
mengenai kondisi yang akan dihadapi selepas belajar di bangku sekolah.

BAB II
TINJAUAN UMUM DIREKTORAT PENGEMBANGAN MUTU BARANG

2.1. Sejarah Tentang DPMB

Balai Pengujian Mutu Barang Merupakan unit eselon III di bawah Direktorat
Pengembangan Mutu Barang yang pada awalnya bernama Pusat Pengujian Mutu Barang
(PPMB) dan diresmikan oleh Radius Prawiro yang saat itu menjabat sebagai Menteri

Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 4


Perdagangan dan Koperasi pada tanggal 6 November 1979. Tanggal 24 Oktober 1985
dikeluarkan surat keputusan Menteri Perdagangan Nomor 1017/ KP/x/85 tentang perubahan
nama instalasi menjadi Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB). Menteri
Perindustrian dan Perdagangan pada tanggal 19 Februari 1996 mengeluarkan Surat
Keputusan nomor 29/MPP/SK/2/1996 tentang perubahan nama BPSMB menjadi Pusat
Pengujian Mutu Barang dan Perlindungan Konsumen (PPMBPK).
Direktorat Pengembangan Mutu Barang mempunyai fungsi “ Melakukan pengawasan
mutu barang secara teknis laboratoris dalam rangka peningkatan mutu barang.”

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut DPMB mempunyai Fungsi :

1. Menentukan standard dan sistem uji, peralatan laboratorium dan bahan-bahan kimia
yang dipakai untuk laboratorium pengujian dan pengawasan mutu.
2. Mengawasi dan meneliti kebenaran hasil uji dari laboratorium yang ditunjuk oleh
pemerintah untuk mengeluarkan sertifikat mutu.
3. Menguji dan mengawasi mutu barang serta memberikan sertifikat mutu.
4. Membina dan mengadakan penyuluhan kepada laboratorium pengujian dan
pengawasan mutu serta para produsen.

Berdasarkan keputusan presiden nomor : 136 tahun 1999, maka Pusat Pengendalian
Mutu Barang menjadi Direktorat Pengawasan dan Pengendalian Mutu Barang (DPPMB)
yang berkedudukan dibawah Direktorat Jendral Perdagangan Luar Negeri (Ditjen PLN)
Deperindag, DPMB ini memiliki dua unit pelaksanaan teknis yaitu Balai Pengujian Mutu
Barang dan Balai Kalibrasi.

Unit Pelaksana Teknis (UPT) pengujian dan kalibrasi dilingkungan Ditjen PLN secara
operasional dikoordinasikan oleh direktur PPMB, sangat penting keberadaanya dalam
menunjang kebijakan Ditjen PLN Direktorat PPMB dalam melkukan pengawasan mutu
barang karena :

1. UPT pengujian dan kalibrasi berfungsi sebagai laboratorium pembinaan bagi


laboratorium uji kalibrasi di daerah.
2. UPT dapat difungsikan untuk melaksanakan pengkajian dan pengembangan standar
mutu barang dalam rangka perdagagan bilateral dan multilateral.
3. UPT dapat berfungsi sebagai koordinat dalam meningkatkan mutu kinerja
laboratorium penguji dan kalibrasi melalui :

Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 5


a) Sinkronisasi metode pengujian mutu barang.
b) Uji kemahiran laboratorium dan uji komparasi alat standar.
c) Validasi kebijakan teknis dibidang mutu
d) Pelatihan bagi tenaga fungsional pengujian mutu barang asesor laboratorium
e) Laboratorium rujukan.
4. UPT ini dapat memberikan dukungan kepada Direktorat PPMB dalam pengambilan
keputusan yang cepat khususnya jika terjadi pernyataan masyarakata terhadap mutu
barang impor, melalui pelayanan pengujian dan sertifikasi yang cepat dan relative
murah
Menteri Perdagangan mengeluarkan peraturan nomor 32/M-DAG/PER/12/2005
sebagai upaya mendukung pelaksanaan teknis pengujian dan sertifikasi mutu barang ekspor
dan impor (BPMBEI). Perubahan nama terjadi pada tanggal 27 juli 2010 sesuai dengan
SKPERMENDAG nomor 31/M-DAG/PER/7/2010 mengenai Organisasi dan Tata Kerja
Kementrian Perdagangan dengan nama menjadi Pusat Pengawasan Mutu Barang (PPMB) dan
pergantian nama kembali terjadi setelah surat keputusan. Pada tahun 2013 bulan Februari
nama PPMB berganti menjadi Direktorat Pengembangan Mutu Barang.

Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan RI no : 44/MDAG/PER/11/2010 tanggal


19 November 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Bidang
Pengawasan Mutu Barang di lingkungan Kementrian Perdagangan menetapkan Unit
Pelaksana Teknis yang selanjutnya disebut UPT dibidang pengawasan mutu barang di
Lingkungan Kementrian perdagangan menetapkan Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya
disebut UPT di bidang pengawasan mutu barang terdiri atas :

a. Balai Kalibrasi
b. Balai Sertifikasi
c. Balai Pengujian Mutu Barang

Dari ketiga Unit Pelayanan Teknis tersebut siswa prakerin ditempatkan di Balai Pengujian
Mutu Barang (BPMB).

2.2. Balai Kalibrasi

Balai Kalibrasi adalah Unit Pelaksanaan Teknis di bidang kalibrasi yang berada di bawah
dan bertanggung jawab penuh kepada Kepala Pusat Pengawasan Mutu Barang, Balai

Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 6


Kalibrasi dipimpin oleh seorang Kepala, mempunyai tugas memberikan pelayanan kalibrasi
alat ukur besaran.

Dalam melaksakan tugasnya, Balai Kalibrasi menyelenggarakan fungsi :

a.Penyusunan rencana dan program di bidang pelayanan kalibrasi.


b. Pemberian pelayanan teknis kalibrasi
c. Pelaksanaan pengembangan jasa kalibrasi
d. Pelaksanaan urutan tata usaha dan rumah tangga

Susunan Organisasi Balai Kalibrasi:

Balai Kalibrasi

B. Tata Usaha Pelayanan Teknis P. Jasa Kalibrasi Jabatan Fungsional

2.3. Balai Sertifikasi

Balai Sertifikasi adalah Unit Pelaksanaan Teknis di bidang sertifikasi produk, personil,
sistem manajemen mutu, inspeksi teknis dan pelatihan teknis di bidang mutu, yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Pusat Pengawasan Mutu Barang. Balai
Sertifikasi dipimpin oleh seorang Kepala, mempunyai tugas melaksanakan sertifikasi,
inspeksi teknis pelatihan teknis di bidang sertifikasi.

Dalam melaksanakan tugasnya, Balai Sertifikasi menyelenggarakan fungsi :

a. Penyusunan rencana dan program di bidang pelayanan sertifikasi.


b. Pemberian pelayanan teknis sertifikasi
c. Pelaksanaan pengembangan jasa sertifikasi
d. Pelaksanaan urutan tata usaha dan rumah tangga

Susunan Organisasi Balai Sertifikasi :

Balai Sertifikasi

B. Tata Usaha Pelayanan Teknis P. Jasa Kalibrasi Jabatan Fungsional


Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 7
2.4. Balai Pengujian Mutu Barang (BPMB)

adalah Unit Pelaksana Teknis dibidang Pengujian Sertifikasi Mutu barang Ekspor dan
Impor yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala Direktorat Pengembangan
Mutu Barang . BPMB dipimpin oleh seorang kepala, BPMB mempunyai tugas memberikan
pelayanan teknis pengujian mutu barang.

Dalam melaksanakan tugasnya BPMB menyelenggarakan fungsi :

a. Penyusunan rencana dan program dibidang Pengujian Mutu Barang


b. Pemberian Pelayanan Teknis Pengujian Mutu Barang
c. Pelaksanaan pengembangan jasa pengujian, dan
d. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Susunan organisasi BPMB, terdiri atas :

a. Subbagian Tata usaha.


b. Seksi Pelayanan Teknis Pengujian.
c. Seksi Pengembangan Jasa Pengujian.

BPMB

Bag. Tata Usaha Pelayanan Teknis Pengembangan Jasa


Pengujian Pengujian/ Manajer Mutu

` a. Subbagian Tata Usaha

Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan program ketatalaksanaan,


pengelolaan uruusan kepegawaian , keuangan , persuratan, kearsipan, perlengkapan dan
rumah tangga, serta penyusunan laporan.

b. Seksi Pelayanan Teknis Pengujian

Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 8


Mempunyai tugas melakukan pemberian pelayanan teknis pengujian mutu barang.

c. Seksi Pengembangan Jasa Pengujian

Mempunyai Tugas melakukan pengembangan, pemantauan, dan evaluasi mutu


pelayanan pengujian mutu barang.

2.4.1. Visi dan Misi

Visi dari BPMB adalah terwujudnya peningkatan daya saing global melalui pengakuan atas
mutu barang ekspor Indonesia di pasar internasional dan terkendali mutu barang impor yang
masuk kepasar dalam negeri .

Misi dari BPMB adalah :

1.Meningkatkan kesadaran para pelaku usaha terhadap mutu barang produk melalui
pembinaan mutu barang/produk.

2.Melakukan pengawasan dan pengendalian mutu barang ekspor dan impor.

3.Mengembangkan kemampuan laboratorium pengujian mutu terakreditasi serta lembaga


sertifikasi sebagai fasilisator dalam peningkatan daya saing mutu barang/produk.

4.Mengembangkan akreditasi dan MRA di bidang akreditasi dan pengujian baik bilateral
maupun multilateral.

5.Melaksanakan harmonisasi SNI dengan Standar Internasional.

6.Meningakatkan pengetahuan dan kemampuan SDM dalam peningkatan daya saing


melalui Sistem pengawasan dan pengendalian mutu barang.

7.Mendorong terciptanya iklim yang kondusif dipasar dalam negeri melalui pengawasan
dan pengendalian mutu barang.

Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 9


2.4.2. Akreditasi BPMB

BPMB telah mendapat kan beberapa pengakuan baik secara nasional maupun internasional,
diantaranya dari :

1.Komite Akreditasi Nasional (KAN) untuk Laboratorium pengujian dan laboratorium


Kalibrasi.

2.Sri Langka Standar Institute (SLSI) untuk Produk Indonesian Yang di ekspor ke Sri
Langka.

3.Internasioanal Safe Transit Association (IST-USA) Reg. Nomer ST-2215 untuk


pengujian kemasan.

4. JC Penny untuk tekstil dan produk tekstil.

2.4.3. Ruang Lingkup Usaha

Balai Pengujian Mutu Barang mempunyai ruang lingkup dalam berbagai pengujian, antara
lain : Minyak Atsiri, hasil pertanian, peternakan, produk makanan dan minuman, pakan
ternak, limbah dan galian, bahan bakar minyak, pupuk dan semen, tekstil dan produk tekstil,
peralatan listrik dan rumah tangga

BPMB Mempunyai laboratorium yang meliputi 7 kelompok laboratorium yaitu :

1. Laboratorium Organoleptik dan Laboratorium Mikrobiologi.

2. Laboratorium Pangan dan Pakan meliputi laboratorium Uji Kimia Pangan dan Pakan
Serta laboratorium Rempah-rempah.

3. Laboratorium Non pangan meliputi Laboratorium Uji Kimia Industri dan


Laboratorium Uji Mineral dan Hasil Tambang.

4. Laboratorium Mekanik meliputi Laboratorium Uji Karet dan Barang jadi Karet,

5. Laboratorium Uji Hasil Hutan dan Furniture dan Laboratorium Uji Otomotif dan
Bahan Bangunan.

Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 10


6. Laboratorium Listrik/Peralatan Listrik dan Eletronik meliputi Laboratorium Uji
Lampu dan Kelengkapannya, Laboratorium Uji Peralatan Listrik Rumah Tangga dan
Elektronik.

7. Laboratorium Tekstil dan Aneka Industri, terdiri atas Laboratorium Uji Tekstil dan
produk tekstil , Laboratorium Uji Kemasan dan Aneka industry.

8. Laboratorium Instrumen meliputi Laboratorium Uji Kontaminan Kimia dan


Laboratorium Uji Residu Pestisida.

Fasilitas yang disediakan untuk menunjang kesejahteraan seluruh pegawai di BPMB,


diantaranya fasilitas kesehatan berupa poli klinik, sarana olahraga, mushola serta kantin.
Keselamatan kerja bagi para petugas yang bekerja dilaboratorium, masker, sarung tangan,
dan adanya alat pemadam kebakaran disetiap laboratorium.

Dari 7 kelompok laboratorium yang dimiliki oleh BPMB, Siswa Prakerin SMK
Negeri 1 Cibadak hanya di tempatkan pada Laboratorium Organoleptik, Laboratorium Uji
Kimia Pangan, Laboratorium Rempah-rempah , dan Laboratorium Kimia Pakan. Dan
pembimbing lapangan menempatkan Saya di Laboratorium Kimia Pakan.

BAB III
LABORATORIUM KIMIA PANGAN DAN PAKAN

3.1. Organisasi dan Tata Laksana

Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 11


ERNA DWIYANTI A, A.Md LENI FEBRIYANTI,A.Md PANDU ASMORO B,A.Md.AK IRNA SRI IIRYANI,A.Md
NIP. .19830521 201212 2 001 NIP.19830521 201212 2 003 NIP.19830521 201212 1 001 NIP.19830521 201212 1 002
PELAKSANA PENGUJIAN PELAKSANA PENGUJIAN PELAKSANA PENGUJIAN PELAKSANA PENGUJIAN

Gambar 1.
Struktur Organisasi Laboratorium Kimia Pakan dan Pangan

Laboratorium Kimia Pangan dan Pakan adalah salah satu laboratorium yang berada di
Balai pengujian mutu barang , laboratorium ini dikhususkan untuk menguji berbagai macam
contoh yang berhubungan dengan pakan, biji-bijian, dan makanan seperti beras, jagung,
pakan ikan, gaplek, bungkil kopra, susu,tepung terigu,margarin, dll. Laboratorium ini
dipimpin oleh seorang Manager Tekhnis yaitu Nurmalia,S.Si laboratorium ini berhubungan
dengan Lab. Rempah-rempah. Masing-masing laboratorium di pimpin oleh seorang manager
tekhnis yang sama dan penyelia Eni Kusdarwati, ST namun Lab. Rempah-rempah dipimpin
oleh penyelia yang berbeda yaitu Dini Mulyani,S.Si . Laboratorium Kimia Pangan dan Pakan
dan Laboratorium Rempah-rempah mempunyai 8 pelaksana pengujian. Untuk lebih jelasnya
mengenai organisasi laboratorium kimia pangan, pakan dan rempah-rempah lihat gambar 2.

3.2. Sarana dan Prasarana dilaboratorium

3.2.1. Denah Laboratorium Kimia Pakan


1 2 3

wc

wc
4
7 8 9 10
5

6 11
12

Gambar 2. Denah Laboratorium Kimia Pakan

Keterangan :

R.1 & 2 : Ruang Penyimpanan Bahan Kimia

Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 12


R.3 : Ruang Loker

R.4 & 5 : Ruang Gudang

R.6 : Ruang Preparasi Sampel

R.7 : Ruang Timbang

R.8 & 9 : Ruang Staf pegawai

R.10 : Ruang Instument

R.11 : Ruang Asam

R.12 : Ruang Kerja

3.2.2. Alat- alat laboratorium

Peralatan yang berada di Laboratorium Kimia Pakan terdiri dari alat gelas maupun non
gelas, peralatan gelas yang biasa digunakan sama halnya dengan labratorium lain seperti
beaker glass, erlenmeyer, labu takar, cawan pengabuan, cawan petri, gelas ukur, buret, pipet
volumetric, pipetmohr, dll. Selain itu juga ada beberapa peralatan lainnya yang berada di Lab.
Kimia Pakan sebagai berikut :

a. Rotary Evaporator
b. Refrigerated Circulator
c. Shaker
d. Englar Viscometer
e. Micropipet
f. pH meter
g. Semi automatic destilation
h. Polarimeter
i. Micropipet
j. UV Cabinet 2

3.3. Kegiatan Atau Aktivitas di Laboratorium

3.3.1. Alur Sampel

Konsumen Pelayanan Jasa Laboratorium


Tekhnis

Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 13


Sampel yang datang dari seseorang atau perusahaan terlebih dahulu harus
mendaftarkan sampel pada pelayanan jasa tekhnis (PJT) pengujian dan melengkapi beberapa
dokumen terkait parameter apa yang akan di ujikan pada sampel, setelah sampel diterima PJT
maka sampel akan mendapatkan no surat perintah kerja (SPK), selanjutnya sampel akan
diserahkan kepada laboratorium , di laboratorium sampel dibagi 2 yaitu sampel arsip dan
sampel uji , sampel uji ini lah yang akan di uji oleh analis laboratorium sementara sampel
arsip akan disimpan di lemari arsip untuk antisipasi jika terjadi complain ( 3 bulan) jika tidak
terjadi complain maka sampel akan dimusnahkan dengan cara dibakar . Setelah selesai
pengujian di laboratorium maka hasil pengujian akan diserahkan kembali kepada PJT untuk
diserahkan kepada konsumen.

3.3.2. Pengujian Mutu Sampel

Laboratorium Kimia Pakan saling berhubungan dengan Laboratorium Kimia Pangan


dan Laboratorium Rempah-rempah. Bila sampel yang datang di Laboratorium Kimia Pangan
dan Laboratorium Rempah-rempah parameter uji yang fasilitasnya ada di Laboratorium
Kimia Pakan, maka pengujian sampel tersebut akan dilakukan di Laboratorium Kimia Pakan.
Penulis berkesempatan melatih keterampilan serta menambah pengetahuan penulis seputar
pengujian dengan cara memperaktikan beberapa pengujian terhadap sampel yang datang di
Laboratorium Kimia Pakan selama melaksanakan praktik kerja industri. Dibawah ini adalah
daftar sampel, parameter uji dan metode yang pernah penulis kerjakan selama kegiatan
prakerin di Laboratorium Kimia Pakan :

No Nama Sample Karakteristik Pengujian Metode


1 Tepung Ikan  Kadar Protein SNI-01-2715-1992
 Kadar Abu
 Kadar Lemak

2 Mede Kupas Aflatoksin HPLC AOAC of method


Cemaran Logam (Pb, Cd, Hg 2005.990.31
FFA (Free Fatty Acid) SNI-01-2896-98
SNI-01-3550
3 Cassava Crakers  Aflatoxin AOAC.968.22.2005 (cb
method)
4 Vegetable Crakers Aflatoxin AOAC.968.22.2005 (cb
method)
5 Biji Kopi  Aflatoxin HPLC AOAC of method
2005.990.31

Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 14


6 Tepung Ikan  Kadar Protein SNI-01-2715-1992
7 Tepung Tapioka  Aflatoxin AOAC.968.22.2005 (cb
method)
8 Pakan Udang  Kadar Protein SNI-01-2724-2002
 Kadar Air
 Kadar Lemak
 Kadar Serat Kasar
 Kadar Abu
 Nitrogen Bebas
9 Biji Pala  Aflatoxin BF of method AOAC
970.45 (2005)
10 Jagung  Visual SNI 3920 :2013
 Kadar Air
11 Pakan Ikan  Kadar Protein SNI-01-2891-92
 Kadar Abu Butir 7
 Kadar Serat Butir 6.1
 Kadar Lemak
Butir 11
 Kadar Air
Butir 8.1
Butir 5.1
12 Tepung Tapioka  Aflatoxin AOAC.988.22.2005 (cb
method)
13 Poultry meal  Kadar Protein SNI-01-2891-1992
 Kadar Abu Butir 7.1
 Kadar Lemak Butir 6.1
 Kadar Air
Butir 8.1
Butir 5.1
14 Beras  Visual SNI-01-6128-2008
 Kadar Protein

15 Pupuk  Nitrogen Bebas

16 Susu Bubuk  Acidity SLS 731 : 2008


 Kadar Protein
 RM dan PV
17 Tepung Terigu  Kadar Protein SNI 3751: 2009

Tabel 1. Pengujian Sampel

Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 15


BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA

4.1. Susu

4.1.1. Definisi Susu

Susu segar adalah susu murni yang tidak mengalami proses pemanasan. Susu murni
adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat. Susu murni diperoleh dengan cara
pemerahan yang benar, tanpa mengurangi atau menambah sesuatu komponen atau bahan lain
(Aziz, 2007) di dalam http://worldhealth-bokepzz.blogspot.com/2012/05/pengertian-
susu.html.

Menurut SNI 01-2970 – 2006 susu bubuk adalah susu yang diperoleh dengan cara
mengurangi sebagian besar air melaui proses pengeringan susu segar dan atau susu
rekombinasi yang telah dipasteurisasi, dengan atau tanpa penambahan vitamin, mineral, dan
bahan tambahan pangan yang diizinkan. Susu bubuk meliputi ;

a. Susu bubuk berlemak, susu bubuk yang tidak diambil lemaknya


b. susu bubuk kurang lemak, susu bubuk yang telah dikurangi sebagian lemaknya
c. susu bubuk bebas lemak, susu bubuk yang telah diambil lemaknya
d.susu rekombinasi, produk susu yang diperoleh dengan cara melarutkan kembali susu bubuk
dengan air, dan tambahan atau dicampur dengan susu segar, dengan atau tanpa penambahan
vitamin, mineral, dan bahan tambahan pangan yang diizinkan.

Syarat Mutu Susu Bubuk Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 01-2970-2006) dapat
dilihat pada tabel 2.

Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 16


Tabel 2.
Syarat Mutu Susu Bubuk Menurut Standar Nasional
(SN1 01-2970-2006)

No Kriteria Uji Satuan Persyaratan


Susu Bubuk Susu Bubuk Susu Bubuk
Berlemak Kurang Lemak Bebas Lemak
1 Keadaan
1.1 Bau Normal Normal Normal
1.2 Warna dan rasa Normal Normal Normal
2 Air % b/b Maks. 5 Maks. 5 Maks.5
lebih dari 1,5
3 Lemak % b/b Maks. 26 Kurang dari 26 Maks. 1,5
4 Protein (Nx6,38) % b/b Min. 23 Min.23 Min.30
5 Cemaran logam
Timbal (Pb) mg/kg Maks. 0,3 Maks.0,3 Maks.0,3
Tembaga (Cu) mg/kg Maks. 20,0 Maks.20,0 Maks.20,0
Timah (Sn) mg/kg Maks.40,0/250, Maks. Maks.
0 40,0/250,0 40,0/250,0
Raksa (Hg) mg/kg Maks.0,03 Maks.0,03 Maks.0,03
6 Cemaran Arsen mg/kg Maks.0,1 Maks.0,1 Maks.0,1
(As)
7 Cemaran Mikroba
Angka Lempeng Koloni/g Maks. 5 x 104 Maks. 5 x 104 Maks. 5 x 104
Total
Bakteri Caliform AMP/g Maks. 10 Maks. 10
Maks. 10
E.Coli AMP/g <3 <3 <3
Salmonela Jumlah/g Negatif Negatif Negatif
2 2
S. Aureus Kol/25 g Maks.1 x 10 Maks. 1 x 10 Maks.1 x 102

Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 17


Sifat fisik dan kima susu :

1. Kekentalan

Pada suhu 20 susu mempunyai kekentalan 1,005 Cp (centipoise). Kekentalan susu

dipengaruhi oleh komposisi susu, umur hewan dan beberapa perlakuan seperti adanya
pengadukan yang cukup lama akan menurunkan kekentalan susu sebaliknya pengasaman
aktifitas bakteri, pemeraman (aging) akan menaikan kekentalan. (Hadiwiyoto. 1994)

2. Berat Jenis

Berat jenis air susu banyak dipengaruhi oleh zat penyusunnya, penambahan bahan kering
tanpa lemak akan meningkatkan BJ air susu, pengurangan lemak susu akan menurunkan BJ
susu. Perubahan suhu lingkungan juga akan berpengaruh terhadap BJ susu. Pada suhu tinggi
BJ akan susu akan turun, sedangkan jika suhunya rendah BJ susu akan naik. Berat jenis susu
bervariasi antara 1,0260 sampai 1,0320 pada suhu 200C. Keragaman ini disebabkan karena
perbedaan kandungan lemak dan zat-zat padat bukan lemak (Buckle dkk, 1987) di dalam
http://dithanovi-ub.blogspot.com/2012/09/sifat-fisik-kimia-air-susu.html

3. pH

pH susu segar dalam keadaan normal pada temperatur kamar diantara 6,5 6,8. Bila terjadi
pengasaman oleh karena aktifitas bakteri, angka angka ini akan menurun secara nyata. pH
mencapai 7,3 terdapat pada kolostrum maupun pada sapi yang menderita mastitis.
(Anggraini. 2012) di dalam http://dithanovi-ub.blogspot.com/2012/09/sifat-fisik-kimia-air-
susu.html

4. Titik Beku dan Titik Didih Susu

Pada codex air susu dicantumkan bahwa titik beku air susu adalah –0.500 0 C. Akan tetapi
untuk Indonesia telah berubah menjadi –0.5200 C. Titik beku air adalah 00 C. Apabila terdapat
pemalsuan air susu dengan penambahan air, maka dengan mudah dapat dilakukan pengujian
dengan uji penentuan titik beku. Karena campuran air susu dengan air akan memperlihatkan

Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 18


titik beku yang lebih besar dari air dan lebih kecil dari air susu. Titik didih air adalah 100°C
dan air susu 100.16°C. Titik didih juga akan mengalami perubahan pada pemalsuan air susu
dengan air. (Parah. 2011) di dalam http://parahrif.blogspot.com/2011/04/sifat-fisik-dan-
kimia-susu.html

5. Warna

Susu mempunyai warna putih keabuan sampai kuning keemasan. Warna putih pada susu,
serta penampakan adalah akibat penyebaran butiran-butiran lemak yang biasanya mengikat
kalsium dan fosfat. Bahan utama yang memberi warna kekuningan adalah karoten dalam
lemak susu yang berasal dari jenis pakan yang diberikan. Jenis sapi dan makanannya juga
dapat mempengaruhi warna susu. (Array, 2013) di dalam
http://arrayst.wordpress.com/tentang-dunia-susu/

6. Cita Rasa

Cita rasa asli susu agak asin dan agak manis. Rasa manis berasal dari laktosa. Rasa
asin berasal dari klorida dan garam-garam mineral lainnya (Hadiwiyoto. 1994).

4.1.2 Jenis Susu

Menurut pengolahannya, susu dibagi dalam beberapa jenis, yaitu :

4.1.2.1 Susu Homogen

Susu homogen adalah susu yang telah mengalami homogenisasi. Proses homogenisasi
bertujuan untuk menyeragamkan besarnya globula-globula lemak susu. Apabila setelah
proses homogenisasi dilakukan penyimpanan pada suhu 10-15 °C selama 48 jam tidak akant
erjadi pemisahan krim pada susu. Didalam susu yang belum dihomogenisasi, globula-globula
lemak ini besarnya tidak seragam yaitu antara2-10 mikrometer. Alat untuk menyeragamkan
globula-globula lemak tersebut disebut homogenizer. Ketidak homogenan didalam
pembuatan produk-produk olahan susu tertentu, salah satu misalnya es krim, karena hasilnya
tidak akan terasa halus,tetapi kerugian susu homogen adalah mudah mengalami creaming
yaitu memisahnya kepala susu (krim) dibagian atasterpisah dari serum yang terletak dibagian
bawah. Homogenisasi dapat meningkatkan viscositas (viscosity) +10 %.(Gusnayanti ,2010)

Tahapan proses homogenisasi dapat dilakukan dengan (Agung,2012):

Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 19


1. Single stage homogenization, digunakan untuk homogenisasi:
- Produk dengan kandungan lemak rendah
- Produk yang memerlukan homogenisasi berat (heavy)
- Produk yang memerlukan viscositas tinggi

2. Two stage homogenization, digunakan untuk:


- Produk dengan kandungan lemak tinggi
- Produk dengan kandungan bahan kering (konsentrasisusu) tinggi
- Produk dengan viscositas rendah.

4.1.2.2. Krim dan Susu Skim

Krim adalah bagian susu yang banyak mengandung lemak yang timbul ke bagian atas
dari susu pada waktu didiamkan atau dipisahkan dengan alat pemisah. Ada pula yang
menyebutnya ‘kepala susu”. Susu skim adalah bagian susu yang banyak mengandung protein,
sering disebut “serum susu”. Susu skim mengandung semua zat makanan dari susu kecuali
lemak dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak.Krim dan susu skim dapat dipisahkan
dengan alat yang disebut separator. Alatini bekerja berdasarkan gaya sentrifuge. Pemisahan
krim dan susu skim dapat terjadi karena kedua bahan tersebut mempunyai berat jenis yang
berbeda. Krim mempunyai berat jenis yang rendah karena banyak mengandung lemak. Susu
skim mempunyai berat jenis yang tinggi karena banyak mengandung protein, sehingga dalam
sentrifugasi akan berada di bagian dalam.
(Ayu.2007)

Susu skim dapat digunakan oleh orang yang menginginkan nilai kalori rendah didalam
makanannya, karena susu skim hanya mengandung 55% dari seluruh energy susu, dan susu
skim juga digunakan dalam pembuatan keju dengan lemak rendah dan yoghurt.Susu skim
seharusnya tidak digunakan untuk makanan bayi tanpa adanya pengawasan gizi karena tidak
adanya lemak dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak. (Ayu. 2007)

Ada enam macam krim, yaitu(Gusnayanti,2010) :

a. Half and half cream


Yaitu yang hanya mengandung lemak 10,5-16%. Krim ini biasanya diperoleh dari
mencampur krim yang kandungan lemaknya tinggi dengan susu segar sehingga tercapai
kadar lemak tersebut diatas.

Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 20


b. Light cream
Yaitu krim yang mempunyai kadar lemak 18-22%.Biasanya telah mengalami homogenisasi.

c. Light whipping cream


Yaitu krim yang mempunyai kandungan lemak30-34%. Krim ini tidak dihomogenisasi sebab
perlakuan homogeniasi akan menyebabkan krim mempunyai daya mengembang yang kecil

d. Heavy whipping cream


Yaitu krim yang mempunyai kandungan lemak lebih besar dari pada 34%.Krim ini juga tidak
dihomogenisasi.

e. Sour cream (krim asam)


Yaitu krim yang kadar lemaknya tidak kurang daripada 18%. Yang diperan dengan bakteri
asam laktat.Krim dipasteurisasi.

f. Whips
Yaitu krim pasteurisasi yang mengandung gula.Bahan-bahan pemberi cita rasa dan zat
penstabil.

4.1.2.3. Susu Pasteurisasi

Produk olahan ini adalah susu yang telah mengalami proses pasteurisasi. Proses
pasteurisasi termasuk proses pemanasan yang dapat didefenisikan sebagai berikut:

pasteurisasi adalah proses pemanasan setiap komponen (partikel) dalam susu pada suhu 62

selama 30 menit, atau pemanasan pada suhu 72 selama 15 detik, yang segera diikuti dengan

proses pendinginan. (Saleh, E. 2004) di dalam peternakan-deeansosekundip.blogspot.co

Metode Pasteurisasi yang umum digunakan adalah (Agung,STP , 2012):

1. Pasteurisasi dengan suhu tinggi dan waktu singkat (High Temperature Short Time/HTST),

yaitu proses pemanasan susu selama 15 – 16 detik pada suhu 71,7 – 75 dengan alat Plate

Heat Exchanger.
2. Pasteurisasi dengan suhu rendah dan waktu lama (Low Temperature Long

Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 21


Time/LTLT)yakni proses pemanasan susu pada suhu 61 selama 30 menit.

3. Pasteurisasi dengan suhu sangat tinggi (Ultra High Temperature) yaitu memnaskan susu

pada suhu 131 selama 0,5 detik. Pemanasan dilakukan dengan tekanan tinggi untuk

menghasilkan perputarandan mencegah terjadinya pembakaran susu pada alat pemanas

Tujuan Pasteurisasi:
a. Untuk membunuh bakteri pathogen, yaitu bakteri-bakteri yang berbahaya karena dapat
menimbulkan penyakit pada manusia (mycobacterium tubercolosis)
b. Untuk membunuh bacteri tertentu yaitu dengan mengatur tingginya suhu dan lamanya
waktu pasteurisasi.
c. Untuk mengurangi populasi bakteri dalam bahan susu.
d. Untuk mempertinggi atau memperpanjang daya simpan bahan.
e. Dapat memberikan atau menimbulkan cita rasa yang lebih menarik konsumen.
f. Pada pasteurisasi susu, proses ini dapat menginaktifkan fosfatase dan katalase, yaitu
enzim-enzim yang membuat susu cepat rusak. (Anonim. 2013) di dalam
http://solosumba.com/2013/05/08/gandum/

4.1.2.4. Susu Steril

Menurut Darmakusuma, 2010, di dalam http://rizaldarmakusuma.blogspot.com/2010 susu


steril yang banyak dijual orang adalah susu ultra. Proses sterilisasi juga termasuk pemanasan.
Apabila pasteurisasi hanya bertujuan membunuh bakteri-bakteri pathogen maka sterilisasi
bertujuan untuk membunuh semua bakteri baik pathogen maupun non pathogen.Suhu yang

digunakan lebih tinggi dari suhu pasteurisasi yaitu sekitar 104-140 dengan yang sangat

pendek kurang lebih 1-4 detik saja. Alat yang digunakan untuk sterilisasi misalnya autoclave
(kapasitas kecil) dan retrot (kapasitas besar).

Metode yang digunakan dalam proses sterilisasi ada 3 yaitu:

1. One stage (autoclave) dengan suhu 110-120 selama 10-40 menit

2. Two stage (UHT) dengan suhu 135-155 selama 2-5 detik

3. Continuous sterilisasi,yaitu dengan melakukan kedua metoda diatas.

Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 22


4.1.2.5. Susu Bubuk

Susu merupakan susu yang diuapkan sebanyak mungkin airnya sehingga kering dan
dibuat bubuk. Kadar air bubuk susu sekitar 5%. Proses pembuatannya melalui tahap
pemanasan pendahuluan dan pengeringan. Pemanasan pendahuluan bertujuan untuk
menguapkan air sehingga tinggal sekitar 45 – 50%.

Pemanasan pendahuluan menggunakan temperatur antara 65 – 170oC, tergantung jenis


susu bubuk yang akan dibuat. Susu bubuk penuh menggunakan suhu yang rendah dibanding
susu bubuk skim. Setelah pemanasan dengan hasil susu kental, maka kemudian dikeringan.
Tipe pengeringan ada dua macam, yaitu pengeringan tipe silindris (drum dryer) dan tipe
semprotan (spray dryer) (Afrila , SPt.,MP. 2012) di dalam http://milkscience.blogspot.com/

4.1.2.6.Susu Kental

Prinsip pembuatan susu kental adalah dengan menguapkan susu hingga kadar airnya
tinggal 40%. Proses pembuatannya adalah dengan pemanasan. Langkah pemanasannya
adalah:
1. Pertama pemanasannya dengan suhu 87,7 – 99Oc
2. Kedua, suhu pemanasan dinaikkan menjadi 120 – 140oC selama 25 detik. Pada tahap ini
kemungkinan terjadi perubahan warna susu sehingga perlu ditambahkan asam askorbat
0,01% atau sodium heksametafosfat 0,15% untuk mencegah terjadinya perubahan warna
3. Ketiga, suhu pemanasan diturunkan menjadi 43 – 57oC dalam keadaan hampa udara
(vakum). Lamanya pemanasan tergantung dengan kekentalan yang dikehendaki.

Dari proses pemanasan ini telah jadi susu kental, tetapi biasanya dilanjutkan dengan
proses homogenasi untuk menyeragamkan globula-globula lemak dengan tekanan 2500 –
4000 psi. Setelah homogen, susu distandarkan terutama berkaitan dengan kadar nutrisi
(lemak) yang dikehendaki di akhir proses termasukpenambahan zat penstabil (0,1%). Setelah
distandarkan, susu dimasukkan ke dalam kaleng untuk kemudiandisterilkan dan kemudian
didinginkan.(Afrila , SPt.,MP. 2012) di dalam http://milkscience.blogspot.com/

Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 23


4.2. Tepung Terigu

4.2.1. Definisi Tepung Terigu

Menurut SNI 3751:2009 tepung terigu sebagai bahan makanan adalah tepung yang
dibuat dari endosperma biji gandum Triticum aestivum L (club wheat)dan atau Triticum
compactum Host atau campuran keduanya dengan penambahan Fe, Zn, vitamin B1, vitamin
B2, dan asam folat sebagai fortifikan.

4.2.2. Sejarah Gandum

Menurut Indrayanto, (2012) di dalam http://ilmubakery.blogspot.com / tidak ada yang


pernah tahu asal-usul tanaman gandum.Yang hanya diketahui adalah gandum ditanam di
tempat mana manusia diperkirakan pertama kali muncul, yaitu di daerah Asia Tenggara.
Bahkan manusia diperkirakan sudah menggunakan gandum sebagai bahan makanan
sekurang-kurangnya sepuluh sampai lima belas ribu tahun sebelum masehi. Pada tahun 1948,
seorang arkeolog dari Universitas Chicago menemukan sebuah desa kuno di Irak, dibangun
6,700 tahun yang lalu. Di puing-puing desa tersebut, mereka menemukan dua jenis gandum
mirip dengan tanaman gandum yang tumbuh sekarang. Manusia pertama kemungkinan besar
selalu berpindah-pindah tempat, membawa keluarganya menjelajahi hutan dan padang
rumput, mencari makanan yang dibutuhkan untuk tetap hidup. Sampai pada suatu hari
mereka menemukan jenis rumput, yaitu gandum, yang ternyata dapat mereka makan. Pada
hari itu juga, mereka menandai tempat di mana jenis rumput tersebut ditanam, untuk kembali
setiap tahunnya pada tempat yang sama.

Setelah melewati beberapa abad, mereka mulai menyadari bahwa gandum dapat
disimpan untuk memenuhi kebutuhan makanan mereka selama musim dingin, dan bibit
gandum adalah sumber panen baru ketika musim semi tiba. Karena penanaman gandum
hanya cocok di tempat-tempat yang tanahnya subur dan sering hujan, akhirnya, manusia dan
keluarganya memutuskan tinggal di sekitar lokasi penanaman (Indrayanto,2012) di dalam
http://ilmu-bakery.blogspot.com/
Untuk menjalani hidup di sekitar lokasi tanaman gandumnya dan menikmati hasil
panennya, manusia purba mendirikan semacam tempat berteduh. Bila tanahnya memang luas
dan subur, keluarga lain akan datang dan bergabung, membentuk dusun-dusun kecil demi
keamanan bersama. Ketika manusia tidak lagi terpaksa berpindah tempat, tersedia waktu
baginya untuk berpikir dan berencana, seperti memperbaiki hash panenannya, tempat

Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 24


tinggalnya dan pola hidupnya.Ia mulai mengamati pergantian musim, semakin lama semakin
mengerti arti waktu. Secara perlahan-lahan masyarakat nomaden berubah menjadi
masyarakat petani.Didorong kebutuhan untuk bertukar pikiran dan keinginan untuk saling
mengerti, bahasa lisan mulai berkembang.Tak lama kemudian, dibuatlah seperangkat simbol
untuk melengkapi kebutuhan komunikasi, cikal bakal bahasa tulis di kemudian hari.Bibit-
bibit gandum menjadi bibit pengawal perkembangan peradaban manusia.(Indrayanto, 2012)
di dalam http://ilmubakery.blogspot.com/

4.2.3. Proses Gandum Menjadi Terigu


4.2.3.1. Proses pembersihan / cleaning

Pada proses cleaning, gandum dibersihkan dari seperti debu, biji-biji lain selain
gandum , kulit gandum, batang gandum, batu-batuan, kerikil, dan lain-lain.Setelah gandum
dibersihkan, proses berikutnya adalah proses penambahan air (dampening) agar gandum
memiliki kadar air yang diinginkan. Proses dampening tergantung pada beberapa faktor.
Antara lain kandungan air di awal biji gandum, jenis gandum, dan jenis serta mutu tepung
yang diharapkan. Selanjutnya gandum yang telah diberi air didiamkan selama waktu tertentu
agar air meresap ke dalam biji gandum. Tahap ini bertujuan untuk membuat kulit gandum
menjadi liat sehingga tidak mudah hancur saat digiling dan memudahkan bagian dalam biji
gandum (endosperma) terpisah dari kulit serta melunakkan endosperm yang mengandung
tepung (Anonim. 2013)) di dalam .http://solosumba.com/2013/05/08/gandum/

4.2.3.2. Penggilingan / milling

Proses kedua adalah penggilingan/milling yang meliputi proses breaking, reduction,


sizing, dan tailing. Prinsip proses penggilingan adalah memisahkan bagian dalam biji gandum
(endosperm) dari lapisan kulit. Diawali dengan proses breaking yaitu pemisahan biji gandum
untuk memisahkan kulit gandum dengan endosperm. Tahap berikutnya adalah reduction,
yaitu endosperma yang sudah dipisahkan diperkecil lagi menjadi tepung terigu.Kulit gandum
yang terpisah diproses kembali menjadi bran dan pollard.

Selama proses penggilingan dihasilkan produk-produk samping seperti pollard, bran,


dan tepung industri. Tujuan dari tahap penggilingan ini untuk memperoleh hasil ekstraksi
yang tinggi dengan kualitas tepung yang baik.(Anonim. 2013) di dalam
http://solosumba.com/2013/05/08/gandum/

Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 25


4.2.4. Jenis Tepung Terigu

Menurut Wijayanti (2012) di dalam http://ummiala.wordpress.com/2012/03/31/tepung-terigu-


jenis-dan-penggunaannya terdapat 3 jenis tepung terigu yang dibedakan berdasarkan jenis
tingkat kandungan proteinnya, yaitu :

1. Tepung berprotein tinggi (bread flour): Tepung terigu ini mempunyai kadar protein
yang paling tinggi di antara 3 macam tepung terigu lainnya. Kandungan proteinnya
mencapai 11-13%. Jenis tepung ini paling cocok digunakan dalam pembuatan roti.
Tepung ini mempunyai kadar gluten yang tinggi. Fungsi gluten ini sendiri dalam
pembuatan roti adalah untuk menahan gas yang dihasilkan dari yeast/gist.
2. Tepung berprotein sedang/serbaguna (all purpose flour): Tepung terigu ini
mempunyai kadar protein 9-10%, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan tepung
terigu jenis hard wheat. Tepung ini cocok dalam pembuatan aneka cake, bolu dan kue
basah lainnya. Dalam pembuatan roti tepung ini kadang kala digunakan sebagai bahan
campuran saja.
3. Tepung berprotein rendah (pastry flour): mengandung protein sekitar 6%-8%,
umumnya digunakan untuk membuat kue yang renyah, seperti biskuit atau kulit
gorengan ataupun keripik.

4.2.5. Kandungan Dalam Tepung Terigu

Umumnya penggolongan tepung terigu berdasarkan kandungan proteinnya.Biasanya


jenis yang tersedia di pasar memiliki kandungan protein berkisar antara 8% - 9%, 10.5% -
11.5 % dan 12 % - 14 %.Di dalam tepung terigu terdapat Gluten , yang secara khas
membedakan tepung terigu dengan tepung tepung lainnya. Gluten adalah suatu senyawa pada
tepung terigu yang bersifat kenyal dan elastis, yang diperlukan dalam pembuatan roti agar
dapat mengembang dengan baik, yang dapat menentukan kekenyalan mie serta berperan
dalam pembuatan kulit martabak telur supaya tidak mudah robek.(Anonim 2013) di dalam
http://www.bogasari.com

Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 26


Umumnya kandungan gluten menentukan kadar protein tepung terigu, semakin tinggi
kadar gluten, semakin tinggi kadar protein tepung terigu tersebut. Kadar gluten pada tepung
terigu, yang menentukan kualitas pembuatan suatu makanan, sangat tergantung dari jenis
gandumnya. Dalam pembuatan makanan, hal yang harus diperhatikan ialah ketepatan
penggunaan jenis tepung terigu.Tepung terigu berprotein 12 %-14 % ideal untuk pembuatan
roti dan mie, 10.5 %-11.5 % untuk biskuit, pastry/pie dan donat.Sedangkan untuk gorengan,
cake dan wafer gunakan yang berprotein 8%-9%.Jadi suatu tepung terigu belum tentu sesuai
dengan semua makanan.(Anonim. 2013) di dalam http://www.bogasari.com

Kualitas tepung terigu dipengaruhi juga oleh moisture (kadar air), ash (kadar abu), dan
beberapa parameter fisik lainnya, seperti water absorption, development time, stability, dan
lain-lain.

1. Moisture adalah jumlah kadar air pada tepung terigu yang mempengaruhi kualitas
tepung. Bila jumlah moisture melebihi standar maksimum maka memungkinkan
terjadinya penurunan daya simpan tepung terigu karena akan semakin cepat rusak,
berjamur dan bau apek.( Intan. 2011) didalam http://henasuriintan.blogspot.com/2011
2. Ash adalah kadar abu yang ada pada tepung terigu yang mempengaruhi proses dan
hasil akhir produk antara lain warna produk (warna crumb pada roti, warna mie) dan
tingkat kestabilan adonan. Semakin tinggi kadarash semakin buruk kualitas tepung.
Sebaliknya semakin rendah kadarash semakin baik kualitas tepung. Hal ini tidak
berhubungan dengan jumlah dan kualitas protein (Anonim.2012) di dalam
http://www.indofood.com:8080/segitigabiru/page.aspx?id=57
3. Kemampuan tepung terigu menyerap air disebut Water Absorption. Kemampuan daya
serap air pada tepung terigu berkurang bila kadar air dalam tepung (moisture) terlalu
tinggi atau tempat penyimpanan yang lembab. Water Absorption sangat bergantung
dari produk yang akan dihasilkan. Dalam pembuatan roti umumnya diperlukan water
absorption yang lebih tinggi dari pada pembuatan mie dan biskuit. ( Intan. 2011) di
dalam http://henasuriintan.blogspot.com/2011

4. Kecepatan tepung terigu dalam pencapaian keadaan develop (kalis) disebut


developing time. Bila waktu pengadukan kurang disebut under mixing yang berakibat

Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 27


volume tidak maksimal, serat/remah roti kasar, roti terlalu kenyal, aroma roti asam,
roti cepat keras, permukaan kulit roti pecah dan tebal. Sedangkan bila kelebihan
pengadukan disebut over mixing yang berakibat volume roti melebar/datar, roti
kurang mengembang, serat/remah roti kasar, warna kulit roti pucat, permukaan roti
mengecil, permukaan kulit roti banyak gelembung dan roti tidak kenyal. (Laren.
2012) di dalam http://silverlances.wordpress.com/2012/08/02/fortifikasi-tepung-
terigu/
5. Proses terakhir adalah stability yaitu kemampuan tepung terigu untuk menahan
stabilitas adonan agar tetap sempurna meskipun telah melewati waktu develop (kalis).
Stabilitas tepung pada adonan dipengaruhi beberapa hal antara lain jumlah protein,
kualitas protein dan zat additive/tambahan. (Anonim. 2013) di dalam
http://cinnamonteatime.blogspot.com/2013/06/seputar-tepung-terigu_5.html

Syarat Mutu Tepung Terigu Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI01-3751-2006)


dapat dilihat pada tabel 3

Tabel 3.
Syarat Mutu Tepung Terigu Menurut Standar Nasional
(SNI 3751:2009)

No Jenis Uji Satuan Persyaratan


Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 28
1. Keadaan
1.1 Bentuk - Serbuk
1.2 Bau - Normal (bebas dari bau
asing)
1.3 Warna - putih, khas terigu
2 Benda asing - tidak ada
3 Serangga dalam semua - tidak ada
bentuk stadia dan potongan-
potongannya yang tampak

4 Kehalusan, lolos ayakan % min. 95


212 um No. 70 (b/b)
5 Kadar air (b/b) % maks. 14,5
6 Kadar abu (b/b) % maks. 0,70
7 Kadar protein (b/b) % min.7,0
8 Keasaman mg KOH/100g maks.50
9 Falling number (atas dasar Detik min.300
kadar air 14%)
10 Besi (Fe) mg/kg min.50
11 Seng (Zn) mg/kg min.30
12 Vitamin B1 (thiamin) mg/kg min.2,5
13 Vitamin B2 (riboflavin) mg/kg min.4
14 Asam folat mg/kg min.2
15 Cemaran logam
15.1 Timbal (Pb) mg/kg maks. 1,00
15. 2 Raksa (Hg) mg/kg maks. 0,05
15.3 Kadmium(Cd) mg/kg maks. 0,1
16 Cemaran Arsen mg/kg maks. 0,50
17 Cemaran mikroba
17.1 Angka lempeng total koloni/g maks. 1 x 106
17.2 E.coli APM/g maks. 10
17. 3 Kapang koloni/g maks. 1 x 104
17.4 Bacillus cereus koloni/g maks. 1 x 104

4.3. Protein
4.3.3. Pengertian Protein dan Asam Amino
Protein berasal dari kata Yunani protebos, yang artinya “yang pertama” atau “yang
penting”.Protein merupakan molekul polipeptida berukuran besar yang disusun oleh lebih
dari 100 buah asam amino yang berikatan satu sama lain secara kovalen dan dalam urutan
yang khas yang disebut ikatan peptide. Umumnya protein dengan protein lainnya adalah
urutan dan jumlah asam amino yang menyusun protein tersebut (Andarwulan dkk. 2011).

Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 29


Asam amino adalah sembarang senyawa organik yang memiliki gugus fungsional
karboksil (-COOH) dan amina (biasanya -NH2). Dalam biokimia seringkali pengertiannya
dipersempit: keduanya terikat pada satu atom karbon (C) yang sama (disebut atom C "alfa"
atau α). Gugus karboksil memberikan sifat asam dan gugus amina memberikan sifat basa.
Dalam bentuk larutan, asam amino bersifat amfoterik: cenderung menjadi asam pada larutan
basa dan menjadi basa pada larutan asam. Perilaku ini terjadi karena asam amino mampu
menjadi zwitter-ion. Asam amino termasuk golongan senyawa yang paling banyak dipelajari
karena salah satu fungsinya sangat penting dalam organisme, yaitu sebagai penyusun protein.
(Mardani.2012) di dalam ririnmardani.blogspot.com/2012/02/asam-amino.html

4.3.2 Jenis-jenis Asam Amino

Menurut (Dina. 2012) di dalam http://mizuc.blogspot.com/2012 Perbedaan asam


amino yang satu dengan yang lainnya adalah gugus R yang bervariasi dalam struktur, ukuran,
muatan listrik dan kelarutan dalam air. Asam amino ini dibagi menjadi 4 golongan
berdasarkan gugus R-nya, antara lain sebagai berikut:
1. Golongan dengan gugus R non polardan hidrofobik
2. Golongan dengan gugus R polar tidak bermuatan
3. Golongan dengan gugus R polar bermuatan negatif (asam)
4. Golongan dengan gugus R polar ermuatan positif (basa)

Penggolongan asam amino berdasarkan polaritas kandungan gugus R (pada pH 7)


Gugus R Asam Amino
Non polar Alanin, isoleusin, leusin, metionin, valin,
glisin
Polar tapi tidak bermuatan Asparagin, sistein, glutamin, serin,
treonin, prolin
Bermuatan negative Asam aspartat, asam glutamate
Bermuatan positif Arginin, histidin, lisin
(Dina.2012) di dalam http://mizuc.blogspot.com/2012
4.3.4. Penetapan Kadar Protein

Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 30


Metode yang biasa digunakan untuk penetapan kadar protein adalah Metode Kjeldahl,
Metode Kjeldahl dikembangkan pada tahun 1883 oleh pembuat bir bernama Johann Kjeldahl.
Makanan didigesti dengan asam kuat sehingga melepaskan nitrogen yang dapat ditentukan
kadarnya dengan teknik titrasi yang sesuai. Jumlah protein yang ada kemudian dihitung dari
kadar nitrogen dalam sampel. (Elfian Permana. 2013) di dalam.
http://elfianpermana010.wordpress.com/2013

Prinsip dasar yang sama masih digunakan hingga sekarang, walaupun dengan modifikasi
untuk mempercepat proses dan mencapai pengukuran yang lebih akurat. Metode ini masih
merupakan metode standart untuk penentuan kadar protein. Karena metode Kjeldahl tidak
menghitung kadar protein secara langsung, diperlukan faktor konversi (F) untuk menghitung
kadar protein total dan kadar nitrogen. (Subagdja. 2012) di dalam
http://jalankemenangankoe.blogspot.com/2012_06_01_archive.html

Penetapan kadar protein dengan metode Kjeldahl dibagi tiga tahap, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Tahap Penghancuran (destruksi)
Menurut Andarwulan , dkk. (2012 tahap penghancuran (destruksi) dilakukan dengan
menambahkan asam kuat (asam sulfat) dan dilakukan proses pemanasan pada suhu sekitar
370oC. Tahap ini sangat penting, karena akan membebaskan nitrogen dari contoh. Agar proses
penghancuran ini berjalan sempurna dan berjalan lebih cepat, maka sering ditambahkan
merkuri oksida (HgO).

Untuk mempercepat proses destruksi ini, juga ditambahkan potassium sulfat yang berperan
untuk meningkatkan titik didih asam sulfat. Selama proses destruksi ini nitrogen akan
bereaksi dengan asam sulfat meghasilkan amonium sulfat.

Reaksi yang terjadi selama proses destilasi adalah sebagai berikut:

N(contoh) + H2SO4 (NH4)4 SO4

2. Tahap Netralisasi dan Destilasi

Menurut Andarwulan , dkk. (2012) setelah Proses destruksi selesai, larutan yang
mengandung amonium sulfat diperlakukan dengan penambahan alkali (NaOH) pekat untuk
menetralkan asam sulfat. Dengan adanya larutan NaOH pekat maka amonium sulfat akan

Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 31


pecah menjadi gas amoniak. Dengan melalui proses destilasi, gas amoniak ini kemudian akan
menguap dan ditangkap oleh asam borat (H3BO3) membentuk NH4H2BO3.

Reaksi yang terjadi selama proses netralisasi dan destilasi adalah sebagai berikut :

( NH4)2 SO4 + 2 NaOH Na2SO4 + 2 H2O + 2 NH3


2 NH3 + 2 H3BO3 2 NH4H2BO3

3. Tahap Titrasi

Menurut Andarwulan, dkk. (2012) dalam tahap titrasi, senyawa NH4H2BO3 dititrasi dengan
menggunakan asam klorida encer (0,02 N) , sehingga asam borat terlepas kembali dan
terbentuk ammonium klorida. Jumlah asam klorida yang digunakan untuk titrasi setara
dengan jumlah gas NH3 yang dibebaskan dari proses destilasi. Denga prinsip stokiometri,
maka akan diperoleh kesetaraan 1 mol HCl = 1 mol N = 14 gram N.

Reaksi yang terjadi selama proses titrasi adalah sebagai berikut:

N4H2BO3 + HCl NH4CL + H3BO3

Dengan menggabungkan tahap reaksi selam proses destilasi dan titrasi, persamaan tersebut
dapat disederhanakan menjadi :
NH3 + HCL NH4CL

BAB V
PENETAPAN KADAR PROTEIN
PADA SUSU BUBUK DAN TEPUNG TERIGU
(SNI 10-2970-2006 DAN 3751:2009)

5.1. Prinsip

Senyawa protein didistruksi dengan asam sulfat dan katalis selen menjadi ammonium sulfat
yang diuraikan menjadi amoniak pada saat deslitasi menggunakan NaOH. Amoniak yang
dibebaskan diikat dengan asam borat menghasilkan ammonium borat secara kuantitatif
dititrasi dengan larutan baku asam.(Anonim. 2006)

5.2. Pereaksi
a. Campuran katalis selen p.a
b. Indikator campuran bromocresol green (BCG) + merah metil (MM)
c. Larutan asam borat H3BO3 2%.

Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 32


Larutkan 60 g H3BO3 dalam 3000 mL air suling, pindahkan ke dalam botol bertutup
gelas.
d. Larutan HCL 0,05 N.
Encerkan 4,20 ml HCL pekat dengan air suling menjadi 1000 mL
e. Larutan NaOH 30%
Larutkan 600 g hablur NaOH ke dalam 2000 mL air suling, simpan ke dalam botol
bertutup karet.
f. H2 SO4 pekat.
g. Larutan indikator fenolftalein (PP) 1%
Larutkan 1 g serbuk indikator PP dengan alcohol 95% dan encerkan menjadi 100 mL.

5.3 .Alat
a. Labu Kjeldahl 100 mL
b. Distilator dan kelengkapannya
c. Pemanas listrik/ alat destruksi dilengkapi dengan penghisap asap
d. Neraca analitik terkalibrasi dengan ketelitian 0,1 mg
e. Buret 10 mL terkalibrasi
f. Batu didih

5.4. Cara Kerja (SNI 3751:2009)

a. Timbang 0,5-1 g contoh, masukkan ke dalam labu Kjeldahl


b. Tambahkan 1g campuran katalis selen dan 10 mL H2SO4 pekat.
c. Panaskan campuran dalam pemanas listrik sampai mendidih dan larutan menjadi
jernih kehijau-hijauan. Lakukan dalam lemari asam atau dilengkapi dengan unit
penghisap asap.
d. Biarkan dingin ,kemudian encerkan dengan air suling secukupnya.
e. Tambahkan 15 mL atau lebih larutan NaOH 30% sampai berlebih ( periksa dengan
indicator PP dimana campuran menjadi basa).
f. Sulingkan selama 5-10 menit atau saat larutan distilat telah mencapai kira-kira 150
mL, dengan penampung distilat adalah 50 mL larutan H3BO3 2% yang telah diberikan
beberapa tetes campuran indicator BCG+MM.
g. Bilas ujung pendingin dengan air suling.
h. Titar larutan campuran distilat dengan larutan HCL 0,05 N.
i. Kerjakan penetapan blanko.

5.5. Perhitungan

Keterangan :
V1 = volume titrasi contoh (mL)

Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 33


V2 = volume titrasi blanko (mL)
N = normalitas larutan
Fk = factor protein
W = berat contoh (mg)
14,008 = bobot atom nitrogen

BAB VI

HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Hasil
Data pengujian penetapan kadar protein terhadap satu sampel susu bubuk dengan
kode 2207 dan delapan sampel tepung terigu secara lengkap disajikan dalam tabel-
tabel berikut :
a. Hasil penetapan kadar protein susu

Konsentrasi Volume Volume


Bobot Kadar Protein
Kode Contoh Larutan Titrasi Titrasi
Contoh (%)
titran (N) contoh (ml) blanko (ml)
1.0012 13.40 23.70
1.0092 13.50 23.66
1.0030 13.30 23.45
2207 1.0023 0.1994 13.20 0.10 23.46
1.0018 13.20 23.30
1.0028 13.40 23.62
1.0054 13.20 23.40
Tabel 3.
Hasil penetetapan kadar protein susu

b. Hasil penetapan kadar protein tepung terigu

Konsentrasi Volume Volume


Kode Bobot Contoh Kadar Protein
Larutan Titrasi Titrasi
Contoh (g) (%)
titran (N) contoh (ml) blanko (ml)
7 1.0052 0.1994 6.7 0.1 10.50

Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 34


8 1.0128 6.7 10.37
10 1.0066 6.6 10.28
11 1.0018 6.6 10.37
13 1.0008 6.6 10.33
17 1.0135 6.6 10.21
21 1.0272 6.8 10.38
27 1.0004 6.6 10.34
Tabel 4.
Hasil penetapan kadar protein tepung terigu

6.2. Pembahasan

Prinsip penentuan protein dalam metode Kjeldahl didasarkan pada penentuan total
nitrogen dalam contoh. Analisis terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahap penghancuran
(destruksi), tahap netralisasi dan destilasi, tahap titrasi.

Pada tahap penghancuran, nitrogen dalam senyawa protein atau asam amino dioksidasi

dan diubah menjadi amonium sulfat oleh asam sulfat yang direaksikan pada suhu 370

dan penambahan katalis (HgO atau Kjeldahl digestion tablet).


Pada tahap netralisai dan destilasi amonium sulfat dipecah menjadi gas amoniak yang
kemudian ditangkap oleh asam borat membentuk NH 4H2BO3.
Pada tahap titrasi, dititrasi dengan asam klorida. Jumlah asam klorida yang digunakan
untuk titrasi setara dengan jumlah gas NH3 yang dibebaskan dari proses destilasi.

Hasil uji penetapan kadar protein susu dan tepung terigu dapat dilihat pada tabel 3 dan
tabel 4. Besar kecilnya kandungan protein pada susu dipengaruhi oleh banyaknya kasein
di dalam protein susu. Kasein merupakan protein kompleks pada susu yang mempunyai
sifat khas, yaitu dapat menggumpal dan membentuk massa yang kompak. Sedangkan
besar kecilnya protein pada tepung terigu dipengaruhi oleh banyaknya gluten dalam
protein tepung terigu. Gluten merupakan protein yang bersifat khas yang terdapat pada
tepung terigu dan dalam jumlah yang kecil pada tepung serealia lainnya.
(Andarwulan, dkk. 2011)

Ada beberapa factor lainnya yang mempengaruhi besar kecinya kandungan protein pada
susu dan tepung terigu pada saat pengujian antara lain adalah :

Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 35


- Destruksi (penghacuran) contoh yang kurang sempurna. Hal ini bisa disebabkan
karena pemanasan yang kurang sehingga nitrogen pada contoh tidak terurai sempurna.
Agar proses destruksi ini berjalan dengan sempurna dan lebih cepat, biasanya sering
ditambahkan kjeldahl digestion tablet, yaitu katalisator campuran beberapa senyawa
(selene, cuprisulfat, natriumsulfat, HgO).
- Penambahan NaOH yang tidak berlebih pada tahap destilasi. Larutan contoh pada
tahap ini harus bersifat basa untuk menetralkan asam sulfat, untuk mengetahuinya
biasanya menggunakan indicator PP.

- Terjadinya kebocoran pada saat destilasi dan netralisasi. Hal ini bisa menyebabkan
gas NH3 terbuang dan tidak terkangkap oleh asam borat sehingga mempengaruhi
hasil pada penentuan titik akhir pada tahap titrasi. Untuk mencegah terjadinya
kebocoran sebaiknya alat destilasi diperiksa menggunakan amonium sulfat dengan
membandingkan kadar N amonium sulfat setelah destilasi dengan kadar N yang
tertera pada label.
- Penentuan titik akhir pada tahap titrasi, titik akhir seharusnya tepat sama dengan titik
ekivalen kesalahan pada tahap ini dapat mempengaruhi hasil pada penetapan kadar
protein.Pada umumnya, titik akhir tidak tepat sama dengan titik ekivalen, sehingga
terjadi yang disebut kesalahan titrasi.Dengan kerja yang lebih berhati-hati kesalahan
masih dapat dikurangi.

Sampel yang di uji juga berpengaruh kepada hasil analisis. Ada beberapa factor sampel uji
yang mempengaruhi hasil analisis diantaranya :

- Sampel tidak homogen. Ketidakhomogenan sampel dapat mempengaruhi hasil


analisis. Untuk mencegah ketidakhomogenan sampel sebaiknya sampel yang di uji di
homogenkan terlebih dahulu terlebih dahulu.
- Sampel yang terlalu lama disimpan dapat mempengaruhi kadar air pada sampel, itu
juga dapat mempengaruhi pada kadar protein sampel. Sehingga hasil penetapan kadar
protein menjadi besar atau lebih kecil .

Hasil penetapan kadar protein susu bubuk pada tujuh sampel adalah 23.70 %; 23.66 %; 23.45
%; 23.46 %; 23.30 %; 23.62 % dan 23.405. Semua sampel memenuhi syarat mutu SNI,
karena kadar protein susu minimum 23 %. Hasil penetapan kadar porotein pada delapan (8)
sampel tepung terigu adalah 10.50 %; 10.37 %; 10.28 %; 10.37 %; 10.33 %; 10.21 %; 10.38
% dan 10.34 %. Keseluruhan sampel tepung terigu memenuhi syarat SNI kadar proteinnya
karena syarat minimum kadar protein tepung terigu adalah 7 %.

Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 36


BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Pengawasan mutu merupakan factor penting untuk menjaga keseragaman kualitas produk
agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Adanya pengawasan mutu yang ketat pada
bahan baku dan proses produksi akan meningkatkan daya saing produk dalam segi kualitas
dan terjaganya kepercayaan konsumen.

Setelah melakukan pengujian kadar protein pada susu bubuk dan tepung terigu,penulis dapat
menyimpulkan bahwa semua contoh memenuhi syarat mutu berdasarkan SNI 10-2970-2006
pada susu bubuk dan SNI 3751:2009 pada tepung terigu.

7.2. Saran

Dalam penetapan kadar protein harus memperhatikan beberapa factor yang dapat
mempengaruhi hasil akhir, sebaiknya dilakukan pengecekan alat secara rutin dan bekerja
dengan hati-hati agar tidak terjadi kesalahan pada hasil pengujian.

Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 37


DAFTAR PUSTAKA

Agung Setya Wardana, STP. 2012. Teknologi Pengolahan Susu. Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Slamet Riyadi. Surakarta
Akhadiyah Afrila, SPt.,MP. 2012. Berbagai Jenis Pengolahan Susu .Fakultas Peternakan
Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang
Anggy Anggreni. 2013. Klasifikasi Asam Amino dan Fungsinya
.http://organiksmakma3b04.blogspot.com/2013/04/klasifikasi-asam-amino-dan-
fungsinya_5.html
Anonim, 2006. SNI 10-2970-2006 Susu Bubuk.Badan Standarisasi Nasional. Jakarta
Anonim, 2009. SNI 3751:2009 Tepung Terigu Sebagai Bahan Makanan.Badan Standarisasi
Nasional. Jakarta
Anonim. 2012. http://www.indofood.com:8080/segitigabiru/page.aspx?id=57
Anonim.2012. http://suka-jaya.blogspot.com/2011
Anonim. 2013. http://www.bogasari.com
Anonim. 2013. http://cinnamonteatime.blogspot.com/2013/06/seputar-tepung-terigu_5.html
Anonim . 2013. http://solosumba.com/2013/05/08/gandum/
Ayu Rahayu. 2007. Analisis Kimia Pada Susu Bubuk Full Cream berdasarkan SNI 01-2891-
1992. Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Cibadak. Sukabumi
Aziz. 2007. http://worldhealth-bokepzz.blogspot.com/2012/05/pengertian-susu.html
Ditha Novi Anggraini. 2012. http://dithanovi-ub.blogspot.com/2012/09/sifat-fisik-kimia-air-
susu.html
Elfian Permana. 2013. http://elfianpermana010.wordpress.com/2013
.http://milkscience.blogspot.com/
Erna Nur Wijayanti. 2012. Tepung Terigu, Jenis dan Penggunaannya.
http://ummiala.wordpress.com/2012/03/31/tepung-terigu-jenis-dan-penggunaannya
Erry Gusnayanti. 2010. Analisis Mutu Susu Bubuk Berdasarkan SNI 01-2970-1999.
Akademi Kimia Analis. Bogor
Hadiwiyoto. 1994. Pengujian Mutu Susu Bubuk dan Hasil Olahannya. Liberti Press.
Yogyakarta
Hena Suri Intan. 2011. http://henasuriintan.blogspot.com/2011
Laren. 2012. http://silverlances.wordpress.com/2012/08/02/fortifikasi-tepung-terigu/
Nurry Andarwulan,dkk. 2010. Analisis Pangan. Dian Rakyat
Parah. 2011. http://parahrif.blogspot.com/2011/04/sifat-fisik-dan-kimia-susu.html
Ricki Subagja. 2012. http://jalankemenangankoe.blogspot.com/2012_06_01_archive.html
Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 38
Ririn Mardani. 2012. ririnmardani.blogspot.com/2012/02/asam-amino.html
Risang Indrayanto .2012. http://ilmubakery.blogspot.com/
Rizal Darma Kusuma. 2010 .http://rizaldarmakusuma.blogspot.com/2010
Saleh ,E. 2004. peternakan-deeansosekundip.blogspot.co

Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 39


Lampiran 1.Struktur Organisasi Balai Pengujian Mutu Barang-Direktorat Pengembangan Mutu Barang

KEPALA BALAI

SUB BAGIAN
TATA USAHA

SEKSI PENGEMBANGAN JASA SEKSI PELAYANAN


PENGUJIAN /MANAGER MUTU TEKNIS PENGUJIAN

MANAJER TEKNIS MANAJER TEKNIS MANAJER TEKNIS MANAJER TEKNIS MANAJER TEKNIS MANAJER TEKNIS MANAJER TEKNIS
LABORATORIUM KIMIA LABORATORIUM LABORATORIUM LABORATORIUM LABORATORIUM LABORATORIUM LABORATORIUM
PANGAN DAN PAKAN NON PANGAN ORGANOLEPTIK DAN MEKANIK LISTRIK TEKSTIL DAN INSTRUMENT
MIKROBIOLOGI ANEKA INDUSTRI

PENYELIA LAB. PENYELIA LAB. PENYELIA LAB. PENYELIA LAB. PENYELIA LAB. UJI PENYELIA LAB. PENYELIA LAB.
UJI KIMIA UJI KIMIA UJI UJI KARET DAN LAMPU DAN UJI TEKSTIL UJI
PANGAN DAN INDUSTRI ORGANOLEPTIK BARANG JADI KELENGKAPANNYA DAN PRODUK KONTAMINAN
PAKAN KARET TEKSTIL KIMIA

PENYELIA PENYELIA LAB. PENYELIA LAB. PENYELIA LAB. UJI PENYELIA LAB. PENYELIA LAB. PENYELIA LAB.
LAB. UJI UJI MINERAL UJI OTOMOTIF, BAHAN UJI PERALATAN UJI KEMASAN UJI RESIDU
REMPAH- DAN HASIL MIKROBIOLOGI BANGUNAN DAN LISTRIK RUMAH DAN ANEKA PESTISIDA
REMPAH TAMBANG HASIL HUTAN TANGGA DAN INDUSTRI
ELEKRONIK

Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 40


Lampiran 2. Perhitungan Penetapan Kadar Protein Pada Susu Bubuk dan Tepung Terigu

1. Perhitungan Kadar Protein Susu Bubuk

a. 23.70 %

b.

c. %

d. %

e. %

f. %

g. %

2. Perhitungan Kadar Protein Tepung Terigu

a.

b.

c.

d.

e. 10.33 %

f. 10.21 %

g. %

h.

Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 41


Lampiran 3. Pembakuan larutan H2SO4 0.2 N

Bobot Natrium Tetraborat : S = 0.5010 gram

D = 0.5022 gram

Ml Titran : S = 13.20

D = 13.20

Bobot Setara Asam Sulfat : 190.6

Perhitungan :

a.

b.

0.1996

= =0.1994

Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 42


Laporan Praktik Kerja Industri 2013 Page 43

Anda mungkin juga menyukai