s Mengenalrespon-respon fisiologiterhadap
resusitasicairanuntukdapatmenilairespon
pasiensecara berlanjutdan manghindari
komplikasi-komplikasi
AdaancedTraumaLife Support 61
BAB 3
SYOK
PENDAHULUAN FISIOLQGIDASARJANTUNG
Langkah pertama dalam menangani syok Cardiac Output didefinisikan sebagai volume darah
pada pasien trauma adalah dengan mengenali gejala yang dipompa jantung per menit, ini ditentukan
dengap mengalikan denyut jantung dengan stroke
iyok. fiaat ada tes laboratorium untuk mendiagnosis
syok; diagnosis lebih didasarkan pada penampilan volume. Stroke volume itu sendiri adalah jumlah darah
klinis dari munculnya tanda-tanda perfusi dan yang dipompa pada setiap kontraksi jantung, yang
oksigenisasi jaringan yang tidak adekwat. Definisi secara umum ditentukan oleh :
syok adalah ketidaknormalan dari sistem sirkulasi 1. Preload
yang mengakibatkan tidak adekwatnya perfusi organ 2. Myocardial contractility
dan oksigenisasi jaringan; hal ini menjadi pedoman 3. Afterload
untuk diagnosis dan tindakan.
Preload adalah volume darah balik ke jantung
Langkah kedua dalam peffmgarum awal syok yang ditentukan oleh kapasitas vena, volume darah
adalah mengidentifikasi kemungkinan penyebab dan perbedaan antara tekanan sistemik vena rata-rata
kondisi syok. Pada pasien tlauma, proses ini secara dengan tekanan atrial kanan. (gambar 3.1). Perbedaan
langsung berkaitan dengan mekanisme trauma. tekanan tersebut menentukan aliran vena. Sistem vena
Kebanyakan pasien trauma yang menderita syok dapat dianggap sebagai reservoir atau sistem kapasitas
adalah akibat hipovolemia, namun mereka bisa juga dimana volume darah dibagi ke dalam dua komponen.
disebabkan kardiogenik, neurogik, dan bahkan septic Komponen pertama tidak memiliki kontribusi
syok. Bahkan kondisi tension pneumotoraks dapat terhadap tekanan sistemik vena rata-rata dan
mengurangi venous return dan mengakibatkan syok; menunjukkan volume darah yang tetap tinggal di
diagnosis ini hendaknya dipertimbangkan terhadap sirkuit kapasitas bila tekanan dalam sistem adalah
pasien yang mengalami perlukaan diatas diafragma. nol.
Neurogic syok diakibatkan cidera berat pada sistem
saraf pusat (CNS) atau medulla spinalis yang bisa Komponen kedua, yang lebih penting adalah
diawali tanda-tanda syok sebagai akibat dari komponen yang mewakili volume vena dan berperan
vasodilatasi maupun relative hipovolemi. Septic syok dalam menetukan tekanan sistemik vena rata-rata.
jarang ditemukan, namun perlu dipertimbangkan Hampir 70% total volume darah tubuh diperkirakan
pada pasien-pasien yang terlambat tiba di rumah sakit. berada dalam sirkuit vena. Hubungan antara volume
darah vena dan tekanan vena menunjukkan
Dokter yang menangani pasien hendaknya mekanisme sistem vena. Perbedaan tekanan tersebut
mengawali dengan mengenali adanya syok dan mengakibatkan aliran darah vena sehingga volume
penanganan selanjutnya harus dimulai secara darah vena kembali ke jantung. Kehilangan darah
bersamaan dengan identifikasi kemungkinan mengurangi volume darah vena dan tingkat tekanan
penyebab syok. Respon terhadap penanganan awal vena sebagai konsekuensinya venous retum berkurang.
digabung dengan penemuan-penemuan klinis selama Volume darah vena yang kembali ke jantung
primary survey dan secondary survey, biasanya menentukan panjang serabut otot jantung setelah
memberikan informasi yang cukup untuk menentukan pengisian ventrikel pada akhir diastole. Panjang
penyebab syok. Perdarahan merupakan penyebab serabut otot jantung berkaitan dengan kemampuan
syok yang paling umum pada pasien trauma' kontraktilitas miokard (hukum Starling). Kontraktilitas
miokrad adalah pompa yang menjalankan sistem
sirkulasi.
Afterload adalah tahanan vaskuler sistemik (perifer)
ffi sYoK
PAToFrsroLoct yang merupakan tahanan aliran darah keluar dari
jantung.
62 AdaancedTraumaLifeSupport
BAB 3
SYOK
PATOFISIOLOGI
KEHILANGAN
DARAH pengaturantekananvena sistemik.Namun kompensasi
mekanismeini terbatas.Metode yang paling efektif
Respon dini terhadap kehilangan darah adalah dalam mengembalikan cardiac output dan perfusi
mekanisme kompensasi tubuh yang berupa end-organ adalah dengan menormalkan kembali
vasokonstriksi di kulit, otot dan sirkulasi viseral untuk vernous return dengan menambah volume cairan
menjaga aliran darah yang cukup ke ginjal, jantung, tubuh/darah.
dan otak. Respon terhadap berkurangnya volume
sirkulasi akut yang berkaitan dengan trauma adalah Pada tingkat selular,sel-seldengan perfusi dan
peningkatan detak jantung sebagai usaha untuk oksigenisasi yang tidak memadai mengalami
menjaga cardiac output. Dalam banyak kasus, kekurangan substrat esensialyang diperlukan untuk
takicardia adalah tanda paling awal syok yang dapat proses metabolisme aerobik normal dan produksi
diukur. energi. Pada tahap awal, terjadi kompensari d"r,gurt
prosespergantianmenjadimetabolismanaerobicyang
Pelepasan katekolamin-katekolamin endogen mengakibatkan pembentukan asam laktat dan
akan meningkatkan tahanan vaskular perifer. Hal ini berkembangmenjadi acidosismetabolic. Bila syok
akan meningkatkan tekanan darah diastolic dan berkepanjangandan pengaliran substratesensialuntuk
menurunkan tekanan nadi tetapi hanya sedikit pembentukan adenosine triphosfat (ATP) tidak
meningkatkan perfusi organ. Hormon-hormon lainnya memadai, maka membrane sel akan kehilangan
yang bersifat vasoaktif dilepaskan ke sirkulasi selama kemampuan untuk mempertahankankekuatannya
kondisi syok, termasuk histamine, bradykinin, b- dan normal electrical gradient pun hilang.
endorphins dan sejumlah besar prostanoids dan
sitokin-sitokin lainnya. Substansi-substansi ini Pembengkakanreticulum endoplasmic adalah
mempunyai pengaruh besar terhadap mikrosirkulasi tanda ultra struktural pertama dari hipoksia seluler.
dan permeabilitas vaskular. Menyusul segerakerusakanmitochondria, robeknya
lisosom,dan melepaskanerzim-enzimyang mencerna
Pada syok pendarahan yang dini, mekanisme elemen-elemenstruktur intraselulerlairurya.Natrium
pengembalian darah vena dilakukan dengan dan air masuk ke dalam sel dan terjadilah
mekanisme kompensasi dari kontraksi volume darah pembengkakkansel.Penumpukankalsium intraselule.r
dalam sistem vena yang tidak berperan dalam juga terjadi.Bila prosestidak membaik,maka akan
Heartrate CardiacOutput
(beaVsmin)) ( L/ m m )
Systemicarteries
t Gambar3 - 1 CardiacOutput
- i..ik
dF PENILAIANAWAL PASIEN
64 AdrsancedTraumaLife Support
BAB 3
SYOK
Detak jantung normal berbeda dengan tanda-tanda perfusi organ yang tidak adekuat
bertambahnya usia. Takikardia bermakna bila karenakinerja jantung yang tidak baik, dimana
detak jantung lebih dari 160 padabayi,l.4}pada trauma tumpul miokard, temponade jantung,
anak usia sebelum sekolah, 120 pada anak usia atau tension pneumotoraksakan mengakibatkan
sekolah hingga pubertas, dan lebih dari 100 pada pengembaliandarah yang tidak cukup (pre-load).
orang dewasa. Pasien-pasien usia lanjut Kewaspadaantinggi dan observasiyang teliti
mungkin tidak mengalami tachycardia karena terhadap respon pasienpada penangananawal
keterbatasan respon jantung terhadap stimuiasi akan dapat memudahkan dokter untuk mengenali
katecholamin atau penggunaan obat-obatan dan menangani semua bentuk syok.
seperti beta-blocker adrenergic. Kemampuan
tubuh untuk meningkatkan detak jantung Penentuan awal penyebab syok tergantung
mungkin terbatas karena adanya pacemaker (alat anamnesis yang tepat dan melakukan
pacu jantung). Tekanan nadi yang kecil pemeriksaanfisik yang seksama.Beberapates
menandakan kehilangan darah yang signifikan tambahan seperti memonitor tekananvena sentral
dan termasuk dalam mekanisme kompensasi. (CVP) dan pemasangan kateter di arteri
pulmonalis,pemeriksaanx-ray toraks,pelvis, dan
Nilai hematokrit atau kadar hemoglobin ultrasonogr afi dapat memberikan konfirmasi
tidak dapat diandalkan untuk memperkirakan terhadap penyebabkondisi syok, namun tidak
jumlah kehilangan darah akut dan tidak tepat boleh menunda tindakan penggantian volume
untuk diagnosis yok. Kehilangan banyak darah cairan/darah.
secara akut mungkin hanya mengakibatkan
penurunan minimal pada hematokrit atau kadar
hemoglobin. Dengan demikian, nilai hematokrit
yang sangat rendah yang didapat segera setelah
SyokHemoragik
trauma, menunjukkan adanya kehilangan darah
Perdarahan merupakan penyebab syok paling
yang cukup banyak atau anemia yang sudah ada
sebelumnya. Nilai hematokrit yang normal tidak umum pada trauma dan hampir semua pasien-
dapat menyingkirkan adanya kehilangan darah pasien dengan trauma multipel terjadi
yang cukup signifikan. Defisit basa dan atau hipovolemia. Sebagai tambahan, kebanyakan
kadar asam laktat darah mungkin berguna dalam pasien dengan syok nonhemoragik memberikan
menentukan adanya dan derajat beratnya syok. respon yang singkat terhadap resusitasi cairan.
Pengukuran serial dari parameter-parameter Namun tidak lengkap (parsial). Oleh karena itu
tersebut mungkin dapat digunakan untuk bila terdapat tanda-tanda syok pada pasien
memonitor respon pasien pada saat melakukan trauma, maka penanganannya dilakukan
terapi. sebagaimana pasien hipovolemia. Namun,
demikian ketika penanganan dilakukan,
penting untuk diketahui bahwa ada sejumlah
kecil pasien syok dengan etiologi yang berbeda
Diferensiasi
KlinisdariEtiologiSyok- (contoh: kondisi-kondisi seperti temponade
janfung tension pneumotoraks, cidera saraf tulang
belakang, atau trauma tumpul jantung yang
A Apa penyebabsyok ? memberikan penyulit pada syok
Syok pada pasien trauma diklasifikasikan sebagai hemoragik/hipovolemik). Informasi yang detail
perdarahan (hemoragik) atau bukan akibat tentang penanganan syok hemoragik diberikan
perdarahan (nonhemoragik). Pasien dengan di session berikutnya. Fokus utama pada syok
perlukaan di atas diafragma memperlihatkan hemoragik adalah mengidentifikasi dan
menghentikan perdarahan dengan segera.
Adaanced
TraumaLifeSupport 65
BAB 3
SYOK
perfusi organ menandakanadanya perdarahanyang kurang 5 liter. Pada orang dewasa yang gemuk,
masih berlanjut atau syok neurogenik. Monitoring volume darah diperhitungkan berdasarkan berat
tekananvena sentral (CVP)mungkin bisa membantu badan ideal, karena perhitungan yang didasarkan atas
dalam menangani masalah yang kadang-kadang berat badan sebenarnyabisa menghasilkan estimasi
kompleks ini. (lihat bab 7, Spine and Spinal Cord volume darah yang melampaui batas.Volume darah
Trauma). pada anak-anakdihitung antraS-9% dari beratbadan
(80-90 mllkg) (bab 10: pediatric trauma).
Syok Septik
EFEKLANGSUNGPERDARAHAN
Syok karena infeksi yang terjadi sesaatsetelah
trauma jarang terjadi. Namun bila pasien terlambat Klasifikasi perdarahan (kehilangan darah) menjadi
sampai UGD hingga beberapajam, hal ini dapat empat kelas berdasarkan tanda-tanda klinis,
terjadi. Syok septic dapat terjadi pada pasien-pasien merupakan perangkat yang penting untuk
denganluka tembus abdomen dan kontaminasipada memperkirakan presentasehilangnya darah secara
rongga peritonealoleh isi usus.Pasien-pasiendengan akut. Perubahan-perubahanini dapat menunjukkan
sepsisyang hipotensif dan tidak febris secaraklinis adanya pendarahanyang sedangterjadi dan sebagai
sulit dibedakan dari syok hipovolemik karena pedoman terapi awal. Penggantianvolume darah
keduanya bisa manifest tachycardia, vasokonstriksi hendaknya didasarkan atas respon pasien terhadap
kulit, produsi urin menurun, penurunan tekanan terapi awal dan bukan atas klasifikasi kehilangan
sistolik, dan mengecilnya tekanan nadi. Pasien-pasien darah. Sistemklasifikasi perdarahanini berguna untuk
dengan syok septic tahap awal bisa dengan volume menekankantanda-tanda klinis awal dan patofisiologi
sirkulasi yang normal, tachycardiasedang,kulit hangat kondisi syok.
dan kemerahan, tekanan sistolik hampir normal, dan
tekanan nadi yang cukup. Pendarahan kelas I dicontohkan pada kondisi
seseorang yang telah mendonorkan darahnya
sebanyaksatu unit (bag).KelasII adalah pendarahan
SYOKHEMORAGIK PADA tanpaa komplikasi yang cukup membutuhkan
PASIEN.PASIEN
TRAUMA resusitasicairan kristaloid. KelasIII adalahpendarahan
dengan komplikasi dimana harus diberikan infuse
cairan kristaloid dan mungkin juga darah. Kelas IV
Pendarahanmerupakan penyebab syok yang paling perdarahan dianggap sebagaikejadian preterminal
sering pada pasien trauma. Respon pasien trauma dan bila tidak dilakukan tindakan secepatnya,
terhadap kehilangan darah menjadi lebih kompleks pasien akan meninggal dalam beberapa menit
karena terjadi pergeserancairan antara kompartemen- (lihat table 3.1).
kompartemen cairan di dalam tubuh, khusunya
kompartemen ekstraseluler.Respon klasik terhadap Beberapa factor dapat memengaruhi respon
kehilangan darah harus dipertimbangkan terhadap hemodinamik klasikal terhadap kehilangan volume
adanya pergeserancairan tersebut dalam kaitannya darah sirkulasi akut. Hal ini harus benar-benar
dengan cidera jaringan lunak. Perubahan-perubahan diketahui oleh semua orang yang terlibat dalam
akibat kondisi syok berat dan berkepanjangan,hasil- penilaian awal dan resusitasi terhadap pasien trauma
hasil patofisiologis dari resusitasidan reperfusi jaringan yang berisiko syok perdarahan.
harus juga dipertimbangkan.
Faktor-faktor tersebut meliputi :
o Umur pasien
PERDARAHAN
DEFINISI o Parahnya cidera, difokuskan pada tipe dan lokasi
anatomi cidera
Definisi pendarahan adalah kehilangan volume darah
o Rentangwaktu antara cidera dan penanganannya
sirkulasi secara akut. Walaupun ada variasi, volume
o Pemberiancairan pra-rumah sakit dan pemakaian
darah orang dewasa normal mendekati 7% dariberat
rJSAG
badan. Sebagai contoh, seorang laki-laki dengan berat
o Penggunaan obat-obatan sebelumnya untuk
badan 70 kg memiliki volume darah sirkulasi lebih
kondisi-kondisi kronis
AdpancedTraumaLife Support 67
BAB 3
SYOK
Sangatlah berbahaya untuk menunggu kondisi perubahan kardiovaskuler, produksi urin hanya
pasien-pasien trauma sampai jelas tanda-tanda syok terpengaruh sedikit. Aliran urin biasanya20-30ml
yang cocok dengan klasifikasi di atas, baru kemudian per jam untuk orang dewasa.
melakukan restorasi volume sectlra agresif. Resusitasi Kehilangan cairan yang menyertai karena sebab
cairan harus segera dimulai ketika tanda-tanda dan lainnya dapat memperberatmanifestasiklinis dari
gejala-gejala dini keilangan darah mulai, tampak jumlah kehilangandarah ini (KelasII). Padabeberapa
atau diduga, dan bukan ketika tekanan darah pasien kadang-kadangmemerlukan transfusi darah,
menurun atau sudah tidak terdeteksi. tetapi awalnyamasih dapat distabilkan denganlarutan
kristaloid.
Perdarahan Kelas l- Kehilangan volume darah
hingga 15% PerdarahanKelas lll- Kehilanganvolume darah
30%40Yo
Gejala klinis dari kehilangan volume dengan
pendarahan kelas 1 umumnya tidak terlihat. Dalam Kehilangandarah pada perdarahankelasIII (kira-kira
iituasi tanpa Komplikasi dapat timbul Aokikardia 2000ml pada orang dewasa),sudah cukup parah.
yang minimal. Tidak terjadi perubahan-perubahan Pasien-pasienhampir selalu memiliki tanda-tanda
dalam tekanan darah, tekanan nadi, atau frekuensi klasik perfusi organyang tidak adekuatyang meliputi
pernapasan. Untuk pasien yang sehat, kehilangan tachycardiadan takipneayangnyata,perubahanpada
darah dalam jumlah sebanyak ini tidak memerlukan statusmental dan penurunan tekanan darah sistolik.
penggantian darah. Pengisian transkapiler dan Pada pasien tanpa komplikasi, jumlah kehilangan
mekanisme kompensasi mengembalikan volume darah inilah yang mulai dapat menyebabkan
darah dalam 24 iam. Namun, bila ada kehilangan menurunnya tekanan sistolik. Padatingkat kehilangan
cairan karena sebab lainnya, kehilangan darah ini darah ini, pasien hampir selalu memerlukan
dapat menimbulkan gejala-gejala klinis, dimana transfusi darah.Tetapi prioritas penanganannyaadalah
penggantian cairan primer yang hilang dapat menghentikan perdarahan, bila perlu dengan
memperbaiki keadaan sirkulasi, dan biasanya tidak pembedahandalam upaya untuk menekankebutuhan
memerlukan transfusi darah. transfusi. Keputusan untuk memberikan transfusi
darah didasarkan pada respon pasien terhadap
Perdarahan Kelas ll- Kehilangan volume darah resusitasicairan awal sertaterpenuhinya perfusi dan
15To-30Yo oksigenisasiend-organ,seperti diuraikan lanjut pada
bab ini.
Pada pria dengan berat badan 70 kg, mengalami
perdarahan kelas II berarti kehilangan volume darah
Perdarahan Kelas lV- Kehilangan volume darah
sekitar 750-1500 ml. Tanda-tanda klinis meliputi
lebih dari 4$o/o
tachycardia (denyut jantung diatas 100 pada orang
dewasa), takipnea, dan tekanan nadi yang
Derajatkehilangandarah pada perdarahankelasIV
menurun.
adalah sangatberat (segeramengancamjiwa pasien).
Penurunan ini berkaitan debngan meningkatnya
Gejala-gejalanyameliputi takikardi yang jelas,
komponen diastolic akibat bertambahnya
penurunan tekanan darah sistolik yang signifikan
katekholamin yang beredar. Zat inotropik ini
dan tekanan nadi yang sangatkecil ( atau tekanan
menghasilkan peningkatan tonus dan resistensi
diastolic yang tidak teraba).Produksi urin hampir
pembuluh darah perifer. Tekanan sistolik hanya
tidak ada dan kesadaranjelas menurun. Kulitnya
berubah minimal pada awal syok hemoragik, karena
dingin dan pucat. Pasien-pasien seringkali
itu sangat penting untuk lebih mengandalkan
memerlukan transfusi dan intervensi pembedahan
evaluasi tekanan nadi daripada tekanan sistolik.
segera.Hal tersebut didasarkanatasrespon pasien
Tanda-tanda klinis lainnya yang dapat ditemukan
terhadapresusitasicairanyang diberikan.Kehilangan
pada kehilangan darah sebanyak ini meliputi
lebih dari 50%volume.darah pasien,mengakibatkan
perubahan pada SSP yang tidak bgitu jelas seperti
pasien tidak sadar, penurunan denyut nadi, dan
cemas, takut, dan rasa permusuhan. Walaupun terjadi
tekanan darah.
kehilangan darah yang nyata dan perubahan-
Kegunaanklinis dari skemaklasifikasi ini digambarkan
dengancontoh berikut. Padakasusperdarahankelas
68 AdaancedTraumaLifeSupport
BAB 3
SYOK
III, jumlah darah yang hilang merupakan jumlah aturan 3-untuk-1,pasientersebutmemerlukan 4,4liter
terkecil yang secara nyata berkaitan dengan turunnya cairankristaloid untuk resusitasi(1470mLx3 = 4410
tekanan darah sistolik. Seorang pasien dengan berat ml). Tidak adanyaresponpasienterhadappemberian
badan 70 kg mengalami trauma dengan hipotensi saat cairantersebutmenunjukkanadanyaperdarahanyang
tiba di UGD, maka estimasi kehilangan darah x1470 masih berlangsung, kehilangan cairan yang tidak
ml (70 kg x 7% x 30% = L,47 ltr / 1470 ml). Dengan diketahui atau kemungkinan syok nonhemoragik.
/
Bloodloss(ml) Upto 750 750- 1500 1500 - 2000 >2000
Respiratory
rate u-20 20-30 30-40 >35
CNS/mental
status Slightlyanxrous Mildlyanxious Anxious,confused Confused,lethargic
" F o r a7 0 - k gm a l e .
b T h e g u i d e l i n e si n t h i s t a b l e a r e b a s e d o n t h e 3 - f o r - 1( 3 : 1 ) r u l e , w h i c h d e r i v e sf r o n r t h e e m p i r i co b s e r v a t i o nt h a t m o s t
p a t i e n t s r n h e m - o r r h a g i c s h o c k r e q u i r e a s m u c h a s 3 0 0omf el l e c t r o l y t e s o l u t i o n f o r e a c1h0 0 m l o f b l o o d l o s s . A p p l i e d
b l i n d l y ,t h e s e g u i d e l i n e sm a y r e s u l ti n e x c e s s i v eo r i n a d e q u a t ef l u i d a d m i n i s t r a t i o nF. o r e x a m p l e ,a p a t i e n tw i t h a c r u s h
i n j u r yt o a n e x t r e m i t ym a y h a v e h y p o t e n s i o nt h a t i i o u t o f p r o p o r t i o nt o h i s o r h e r b l o o d l o s s a n d m a y r e q u i r ef l u i d s i n
e x c e s s o f t h e 3 : 1 g u i d e l i n e s .l n c o n t r a s t ,a p a t i e n tw h o s e o n g o i n g b l o o d l o s s i s b e i n g r e p l a c e db y b l o o d t r a n s f u s i o n
r e q u i r e sl e s s t h a n 3 : 1 . T h e u s e o f b o l u s t h e r a p yw i t h c a r e f u lm o n i t o r i n go f t h e p a t i e n t ' sr e s p o n s em a y m o d e r a t et h e s e
exrremes.
AdaancedTraumaLifeSupport 69
BAB 3
SYOK
PASG (Pneumatic Anti Syok Garment) dapat
digunakan untuk mengontrol perdarahanpada patah
tulang pelvis atau ekstremitas bawah, tetapi
]angan membuang-buang waktu terfokus-pada penggunaannya seharusnya tidak mengganggu
penggantian cairan untuk kehillangan darah' pemulihan volume intravaskuler dengan pemberian
Temukan segera sumber pendarahannya. cairan intravenous. Kecukupan perfusi jaringan
menentukan jumlah cairan resusitasiyang diperlukan.
Mungkin diperlukan tindakan operasi untuk
mengontrol perdarahan dalam (internal).
PENATALAKSANAANAWAL Disability-Pemeriksaan
Neurologi
SYOKHEMORAGIK.
Pemeriksaannerologik singkat dapat menentukan
Apa yang dapatsaya lakukanPada tingkat kesadaran,pergerakan mata dan respon puprl,
keadaansyok ? serta fungsi motorik dan sensorik. Informasi ini
sangat berguna dalam menilai perfusi otak untuk
Upaya diagnostik dan penanganan syok harus mengikuti perkembangankelainan neurologis dan
dilaksanakan secarasimultan. Penanganansegera meramalkan pemulihan selanjutnya.Perubahanfungsi
dimulai sebagaimanasyok hipovolemik sampai sistem syaraf sentral pada pasien-pasiendengan
tampak jelas bahwa kausa berbeda. Prinsip hipotensi akibat syok hipovolemik tidak selalu
penanganandasar syok adalah stop pendarahandan disebabkan cedera intrakranial tetapi mungkin
penggantian volume darah/cairan yang hilang. mencerminkan perfusi otak yang kurang adekuat.
Pemulihan perfusi dan oksigenisasiotak harus dicapai
FISIK sebelum menganggapbahwa penemuan-penemuan
PEMERIKSAAN tersebut berasal dari cedera intracranial.
Pemeriksaanfisik ditujukan langsungpada diagnosis
segera atas cedera yang mengancam jiwa dan Exposure-PemeriksaanLengkaP
meliputi penilaian ABCDE's' Pencatatandata-data
awal penting untuk memonitor respon pasien-pasien Setelahtindakan prioritas penyelamatannyawa telah
terhadap terapi. Tanda-tandavital, produksi urin, dan dilaksanakarl pasien harus ditelanjangi dan diperiksa
tingkat kesadaranmerupakan faktor penting. Bila dengan seksamadari ujung kepala hingga ujumg kaki
kondisi memungkinkan, pemeriksaanyang lebih detil untuk mencari cedera-cederayang menyertai' Ketika
perlu dilaksanakan lihat bab I; initial assessment menelanjangi pasien, penting untuk mencegah
and anagement) timbulnya hipotermia. Penggunaan penghangat-
penghangat cairan, seperti halnya pada teknik
penghangatan eksternal aktif dan pasif, penting
AirwayandBreathing untuk dapat mencegahhiPotermia.
Menjamin airway yang paten dengan ventilasi dan
oksigenisasi yang adekuat merupakan prioritas DilatasiLambung- dekomPresi
pertama.Pemberianoxygen tambahandiberikan untuk
mempertahankan saturasi lebih dari 95%. Sering terjadi pada pasien-pasientrauma, terutama
anak-anak, dapat menyebabkan hipotensi atau
distrimia jantung, biasanya bradikardia akibat
$irkulasi- KontrolPerdarahan stimulasi vagal yang berlebihan. Padapasien-pasien
yang tidak sadar, dilatasi lambung meningkatkan
Prioritas dalam sirkulasi meliputi kontrol perdarahan
risiko terjadinya aspirasiisi lambung. IrLimerupakan
yang jetas terlihat, memperoleh aksesintravena yang
komplikasi yang bisa fatal. Dekompresi lambung
cukup dan menilai perfusi jaringan. Perdarahandari
dilakukan dengan memasangselang/ pipa lambung
luka-luka luar umumnya dapat dikontrol dengan
lewat hidung atau mulut dan menghubungkannya
bebat tekan langsung pada tempat perdarahan.
70 AdaancedTraumaLife Support
BAB 3
SYOK
dengan penghisap untuk mengeluarkan isi lambung. Pada anak-anak dibawah 6 tahun, pemasangan
Tetapr, pemasangan pipa lambungyang sudah benar, jarum intraosseus sebaiknya diusahakan sebelum
tidak menjamin terbebas dari risiko terjadinya aspirasi. menggunakan jalur vena sentral. Faktor penentu
penting dalam memilih prosedur atau memilih jalur
PemasanganKateterUrin untuk penetapan akses vaskuler adalah pengalaman
dan keterampilan dokter. Akses intraosseus juga bisa
Kateterisasi kandung kencing digunakan untuk digunakan pada orang dewasa namun membutuhkan
penilaian urin akan adanya hematuria dan evaluasi peralatan khusus.
terhadap perfusi ginjal dengan memonitor produksi
Bila kateter intravena sudah terpasang, contoh darah
urin. Darah pada meatus uretra atau prostat letak
diambil untuk pemeriksaan golongan darah dan
tinggi, mobile atau tidak tersentuh pada pria
crossmatch, pemeriksaan laboratorium yang sesuai,
merupakan kontraindikasi mutlak untuk pemasangan
pemeriksaan toksikologi, dan tes kehamilan pada
kateter uretra sebelum ada konfirmasi radiografis
semua wanita usia subur. Analisis gas darah arteri juga
tentang uretra yang utuh. (Lihat Bab 5: Abdominal
dapat dilakukan pada saat ini. Foto toraks harus diambil
and Pelvis Trauma)
setelah pemasangan CVP pada vena subklavia atau
vena jugularis intema untuk mengetahui posisi kateter
AKSESVASKULER dan mengevaluasi kemungkinan terjadinya
pneumotoraks atau hemotoraks.
Akses pada sistem pembuluh darah harus didapat
dengan benar. Hal paling baik dilakukan adalah
dengan memasang 2 kateter intravena ukuran besar TERAPICAIRANAWAL
(minimum nomor 16) pada vena perifer sebelum
dipertimbangkan jalur vena sentral. Kecepatan aliran Larutan elektrolit isotonik hangat, misalnya Ringer
berbanding lurus dengan 4 kali radius kanul dan laktat atau normal saline, digunakan untuk resusitasi
berbanding terbalik dengan panjangnya (Hukum awal. Cairan jenis ini mengisi volume intravaskuler
Pouseuille). Dengan demikian kateter intravena yang dalam waktu yang singkat dan juga menstabikan
pendek dan kaliber besar merupakan pilihan tepat volume vaskuler dengan cara menggantikan
untuk dapat memasukkan cairan dalam jumlah besar kehilangan cairan penyerta yang hilang ke dalam
dengan cepat. Penghangat cairan dan pompa infus ruang interstitial dan intraseluler. Alternatif cairan
dapat digunakan pada pendarahan massif dan awal adalah dengan larutan garam hipertonik,
hipotensi yang berat. walaupun menurut kepustakaanterbaru belum tentu
menguntungkan.
Tempat terbaik untuk intravena perifer pada orang
dewasa adalah vena di lengan bawah atau kubiti. Bila Tahap awal, bolus cairanhangat diberikan secepafirya.
keadaan tidak memungkinkan penggunaan Dosis umumnya t hingga 2liter untuk dewasadan 20
pembuluh darah perifer, maka digunakan pembuluh ml/kg untuk anak-anak. Mungkin ini memerlukan
darah sentral (vena-vena femoralis, jugularis, atau vena penggunaan alat pompa (mekanis atau manual)
subglavia) dengan menggunakan teknik Seldinger pada awalnya. Responpasien diobservasiselama
atau melakukan vena seksi pada vena safena di kaki, pemberian cairan awal ini dan keputusan terapi dan
tergantung tingkat keterampilan dan pengalaman diagnosis selanjutnya didasarkan pada respon ini.
dokternya.
Jumlah darah dan cairan yang diperlukan untuk
Seringkali dalam keadaan emergensi, akses vena resusitasi,sulit diprediksi dalam evaluasiawal pasien.
sentral tidak dapat dilaksanakan dengan sempurna Tabel 3.1 memberikan panduan untuk menentukan
atau dalam kondisi steril. Oleh sebab itu, bila kondisi jumlah cairan dan darah yang dibutuhkan. Perhitungan
pasien sudah memungkinkan, jalur vena sentral harus kasar untuk menentukan jumlah cairan kristaloid yang
diubah atau diperbaiki. ]uga harus diperhatikan adanya dibutuhkan secaracepat adalah dengan mengganti 1
potensi komplikasi serius terkait dengan pemasangan ml darah yang hilang dengan 3 ml cairan kristaloid,
kateter vena sentral seperti pneumotoraks atau sehinggamemungkinkan resusitasivolume plasma
hemotoraks pada pasien-pasien yang mungkin sudah yang hilang dalam ruang interstitial dan intraseluler.
tidak stabil.
AdaancedTraumaLife Support 71
BAB 3
SYOK
komplikasi-komplikasi yang berkaitan dengan trauma
resusitasitidak disukai, adanya perdarahan berat
sampai eks-sanguinasilebih tidak disukai lagi.
Kehati-hatian dan penangananseimbangdengan re-
evaluasi yang berulang kali sangat dibutuhkan.
Keseimbangantercapainyaperfusi organ denganrisiko
perdarahan ulang pada kondisi tekanan darah yang
sedikit rendah (dibawah normal) memiliki beberapa
istilah yaitu resusitasiterkontrol, resusitasiseimbang,
resusitasihipotensif dan hipotensi yang permisif.
72 AdaancedTraumaLife Support
BAB 3
SYOK
PRODUKSI
URIN resusitasiawal. Denganmengobservasiresponpasien
tersebut dapat diketahui pasien-pasiendengan
Dalam batasantertentu, produksi urin digunakan kehilangan darah lebih besardari yang diperkirakan
untuk memonitor aliran darah ginjal. Penggantian dan juga pasien-pasiendengan perdarahanberlanjut
volume resusitasi yang adekuat seharusnya yang memerlukantindakan operasipada pendarahan
menghasilkanproduksi urin sekitar 0,5 ml/kg/ jarr:. internal. Resusitasidi ruang operasi dapat dilakukan
pada orang dewasa,l rnl/kg/ jam untuk anak-anak kontrol pendarahanlangsung oleh dokter bedah dan
dan pada bayi (kurang 1 tahun) 2 ml/kg/ jam. sekaligusdilakukan pemulihan volume intravaskuler
Ketidakmampuanuntuk menghasilkanproduksi urin secarasimultan. Tindakan ini juga dapat membatasi
pada level ini atau menurunnya jumlah urin yang kemungkinan transfusi darah yang berlebihan atau
disertai peningkatan Berat ]enis menunjukkan yang tidak diperlukan, pada pasien-pasienyang
resusitasi yang tidak adekuat. Keadaan ini kondisi awalnya tidak sesuai dengan jumlah
menunjukkan perlunya penambahanvolume cairan kehilangandarahnya.
(pengganti) dan penentuan diagnose lebih lanjut.
Adalah penting untuk membedakanpasien-pasien
BANGANASAM/BASA
KESEIM yang hemodinamis stabil dengan mereka yang
hemodinamis normal. Pasien dengan kondisi
Pasien dalam syok hipovolemik dini akan mengalami hemodinamis stabil bisa sajamasih ada takikardia,
alkalosis respiratorik karena takipnea. Alkalosis takipnea,dan oliguria; ini jelasmasih kurang resusitasi
respiratorik seringkali diikuti dengan asidosis cairannyadan masih syok. Sebaliknya,pasiendengan
metabolic ringan pada fase awal syok dan tidak hemodinamis normal adalah mereka yang tidak
membutuhkan terapi. Asidosis metabolic yang parah menunjukkan adanya tanda-tanda perfusi jaringan
dapat terjadi pada syok yang berkepanjangan atau tidak adekuat.Pola respon pasien-pasienterhadap
syok berat. Asisdosis metabolic ini disebabkan oleh pemberiancairanawal dibedakanatastiga kelompok,
metabolism anaerobic akibat dari perfusi jaringan yaitu kelompok respon cepat,respon sementara,dan
yang tidak adekuat dan menghasilkan asam laktat. respon minimum atau tanpa respon. Tanda-tanda
Acidosis yang persisten umumnya disebabkan oleh vital dan panduan pengelolaanpasien-pasienpada
resusitasi yang tidak memadai atau kehilangan darah masing-masing kategori digambarkan pada
yang berlanjut. Pada pasien normotermik yang table 3 -2
mengalami syok harus segera diberikan cairan atau
darah, serta pertimbangan tindakan bedah untuk
mengendalikan (menghentikan) perdarahan. Defisit
RESPONCEPAT
basa dan atau peningkatan asam laktat dapat berguna
dalam menentukan adanya dan tingkat beratnya syok. Pasien-pasien dalam kelompok ini (rapid responders)
Pengukuran serial pada parameter-parameter ini dapat menunjukkan respon yang cepat terhadap bolus cairan
digunakan untk memonitor respon pasien pada saat awal dan hemodinamis tetap normal setelah bolus
terapi. Natrium bikarbonat jangan digunakan secara cairan awal selesai dan diteruskan dengan pemberian
rutin untuk menangani asidosis metabolic yang timbul cairan maintenance. Pasien-pasien seperti ini biasanya
karena syok hipovolemik. kehilangan volume darahnya minimal (kurang dari
20%).Tidak ada indikasi penambahan bolus cairan
atau pemberian daraln, tetapi pemeriksaan golongan
darah dan crossmatch-nya harus tetap dikerjakan.
KEPUTUSAN
TERAPUITIK
BERDASARKAN Konsultasi dan evaluasi bedah diperlukan selama
RESPON
RESUSITASI
CAIRAN
AWAL penilaian dan terapi awal karena intervensi operatif
mungkin masih diperlukan.
AdaancedTraumaLife Support 73
BAB 3
SYOK
maintenance, maka hemodinamik pasien akan karenagagalrryapompa janhrng akibat trauma tumpul
langsung menurun kembali. Hal ini menunjukkan jantung, cardiac temponade, atau tension
adanya kehilangan darah yang masih berlangsung pneumothorax. Kemungkinan adanya syok
atau resusitasiyang tidak cukup. Kebanyakanpada nonhemoragik hendaknya selalu dipertimbangan
pasien-pasienini kehilanganvolume darah sebanyak pada kelompok pasien-pasienini. Monitor CVP atau
20%-40%.Pemberian bolus cairan tambahan dan USG jantung dapat membantu membedakan
kansfusi darah diperlukan pada kelompok ini. Respon berbagai penyebabsyok khususnya hemoragik dan
sementaraterhadap pemberian darah menunjukkan nonhemoragik.
pasien-pasien mana yang masih mangalami
pendarahan dan memerlukan operasi segera.
PENGHANGATAN
CAIRAN,PLASMA
DAN
KRISTALOID
Keputusan untuk memberikan transfusi darah
Hipotermia harus dicegah dan ditangani bila pasien
didasarkan pada respon pasien, sebagaimana
mengalami hipotermia ketika sampai di rumah sakit.
dijelaskan pada pembahasan sebelumnya.
Penggunaanpenghangatdarah sangatdiperlukan di
bagian gawat darurat RSwalaupun ini merepotkan.
PEMBERIAN DARAH SESUAI Cara paling efisienuntuk mencegahhipotermia pada
C R O S S M A T C HG, O L O N G A ND A R A H pasienyang mendapat infuse cairan kristaloid secara
SAMA, ATAU GOLONGANDA.RAttO massif adalah dengan menghangatkancairan hingga
39" C (1.02,2oF) sebelum menggunakannya.Dapat
Tujuan utama transfusi darah adalah untuk dilakukan dengan menyimpan cairan kristaloid di
mengembalikan kapasitas angkut oksigen di dalam dalam penghangatatau dengan penggunaanoven
volume intravaskuler.Resusitasivolume cairantubuh microwave. Produk-produk darah tidak dapat
dapat dicapai denganpemberiankristaloid dengan dihangatkandi dalam oven microwave,namun dapat
manfaat tambahan volume cairan interstitial dan dihangatkan dengan melewatkannya melalui alat
intraseluler yang ter-koreksi. penghangatcairan intravena.
AdaancedTraumaLife Support 75
BAB 3
SYOK
AdaancedTraumaLife SuPPort
76
BAB 3
SYOK
AdasncedTraumaLife Support 77
BAB 3
SYOK
78 AdaancedTraumaLife SuPPort
BAB 3
RINGKASAN
kateter yang salah (malposisi) dapat menyebabkan Monitoring CVP merefleksikanfungsi jantung kanan
penilaian/pengukuran CVP yar.g keliru. dan mungkin tidak dapat menggambarkanfungsi
jantung kiri pada pasien-pasiendengan disfungsi
Teknik aseptic harus digunakan pada pemasangan miokard primer atau sirkulasi paru yang abnormal.
kateter CVP. Banyak tempat akses vena menuju ke
sirkulasi pusat dan keputusan memilih rute mana yang
akan digunakan ditentukan oleh skill dan pengalaman MENGENALI
MASALAH.MASALAH
LAIN
dokter. Posisi ideal untuk penempatan ujung kateter
adalah di vena cava superior, tepat proksimal dari Bila pasien tidak memberikan respon pada terapi,
atrium kanan. Teknik untuk penempatan kateter dipertimbangkan mungkin adanya cardiac
dibahas secara rinci pada skill station IV: Syok temponade,tensionpneumothorax,problem-problem
Assessment and Management. ventilasi, kehilangan cairan tak diketahui, dilatasi
lambung akut, infark miokard, acidosis diabetikum,
Pemasangan infus pada vena sentral membawa risiko
hipoadrenalism, dan syok neurogenic. Reevaluasi
adanya komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam
jiwa. Infeksi, cedera vaskuler, cedera saraf, emboli,
yang terus menerus, terutama bila kondisi pasien
menyimpang dari pola yang diharapkan adalah kunci
thrombosis, dan pneumothoraks bisa saja terjadi.
untuk mengenali problem-problem tersebut sedini
mungkin.
AduancedTraumaLifeSupport 79
BAB 3
DAFTAR PUSTAKA
14. Cooney & Ku J, Cherry & et al. Limitations of splenic
DAFTARPUSTAKA angioembolization in treating blunt splenic injury. J
Trauma 2005; 59(4), 926-932; discussion 932.
L. Abou-Khalil B, Scalea TM, Trooskin SZ, et al. 15. Cooper DJ, Walley KI{" Wiggs RB, et al. Bicarbonate
Hemodynamic responsesto shock in young trauma does not improve hemodynamics in critically ill
patients: need for invasive monitoring. Crit Care patients who have lactic acidosis.Ann Intern Med
N4ed1994;22(a):633-639. 1990;112:492.
2. Alam HB, Rhee P. New developments in fluid 16. Counts RB, Haisch C, Simon TL, et al. Hemostasis in
resuscitation. Surg Clin North Am 2007;87(1):55-72, massively transfused trauma patients. Ann Surg
vi. 1979;190(l):91-99.
3. Alam HB. An update on fluid resuscitation.Scand 17. Davis fW, Kaups KL, Parks SN. Basedeficit is superior
to pH in evaluatinq clearance of acidosis after
I Sarg 2006; 95(3):136-145.
traimatic shock. J Tiauma 7998 Jan;44(1):114-118.
4. Asensio |A, Berne jD, Demetriades D, et al. One
hundred five penetrating cardiac injuries: a 2-yeat 18. Davis JW, Parks SN, Kaups KL et al. J Trauma
prospective evaluation. J Trauma 1998; 44(6):1'073- Admission base eficit predicts transfusion
7082. requirements and risk of complications. 1997
Mar;42(3\:571,-573.
5. Asensio ]A, Murray j, Demetriades D, et al.
Penetrating cardiac injuries: a prospective study of 19. Dent D, Alsabrook G, Erickson BA, et al. Blunt splenic
variables predicting outcomes. j Am Coll Surg1998; injuries: high nonoperative management rate can be
186(1\:24-34. achieved with selectiveembolization. J Trauma 2004;
56(5):1063-1067.
6. Bickell WH, Wall MJ, Pepe PE, et al. Immediate
versus delayed fluid resuscitation for hypotensive 20. Dutton RP, Mackenzie CF, ScaleaTM. Hypotensive
patients with penetrating torso injuries. N Engl j resuscitation during active hemorrhage: impact on
Med 1994; 331(17):1105-1109. in-hospital mortality. J Trauma 2002;52(6):11,41-1146.
11. Chernow B, Rainey TG, Lake CR. Endogenous and 25. Gould SA, Moore EE, Hoyt DB, et al. The first
exogenous catecholamines. Crit Care Med randomized trial of human polymerized hemoglobin
1982;1,0:409. as a blood substitute in acute trauma and emergent
surgery. J Am Coll Surg L998;1.87(2):1'13-122.
12. CogblllTH, Blintz M, johnsonJA, et al. Acute gastric
dilitation aJter trauma. j Trauma 1987;27(10):1113- 26. Granger DN. Role of xanthine oxidase and
1117. granulocytes in ischemia- reperfusion injury. Am ]
Physiol 1988;255:H1269-H1275 .
13. Cook RE, Keating jF, Gillespie I. The role of
angiography in the management of haemorrhage 27. GreavesI, Porter KM, Revell MP. Fluid resuscitation
from major fractures of the pelvis. J Bone joint Surg in prehospital trauma care:a consensusview. j R Coll
Br 2002;84 (2):178-182. Surg Edinb 2002;47(2):451'-457 .
80 AdoancedTraumaLife Support
BAB 3
DAFTAR PUSTAKA
28. Greco L, Francioso G, Pratichizzo A, Testini M, 42. Lucas CE, Ledgerwood AM. Cardiovascular and
Impedovo G, Ettorre GC. Arterial embolization in renal response to hemorrhagic and septic shock. In:
the treatment of severe blunt her:atic trauma. Clowes GHA Jr, ed. Trauma, Sepsisand Shock:The
Hepatogastroenterology 2003; 50FD t746-7 49. PhysiologicalBasis of Therapy.New York: Marcel
Dekker; 1988:87-215.
29. Guvton AC, Lindsev AW, Kaufman BN. Effect of
mean circulatory filling pressure and other peripheral 43. Mandal AK, Sanusi M. Penetrating chest wounds:
circulatory factors on cardiac output. Am j Physiol 24 years experience.World I Surg 2001.;25(9):1.a5-
1955;180:463-468. 1'J.49.
30. Haan j, Scott J, Boyd-Kranis RL, Ho S, Kramer M, 44. Mansour MA" Moore EE,Moore FA" ReadRR.Exigent
ScaleaTM. Admission angiography for blunt splenic postinjury thoracotomy analysis of blunt versus
injury: advantages and pitfalls. ] Trauma 2001; penetrating trauma. Surg Gynecol Obstet
51.(6):1161-1165. 1992;175(2):97-101.
31. Hagiwara A, Yukioka T, Ohta S, Nitatori T, Matsuda 45. Martin Dj, Lucas CE, Ledgerwood AM, et al. Fresh
H, Shimazaki S. Nonswgical management of patients ftozenplasma supplement to massive red blood cell
with blunt splenic injury: efficacy of transcatheter transfusion. Ann Surg 1985;202:505.
arterial embolization. AIR Am ] Roentgenol 1996;
46. Martin, MI, Fitz, Sullivan E, Salim, A, et al.
167(1):159-1.66.
Discordance between lactate and base deficit in the
32. Hak DJ. The role of pelvic angiography in evaluation surgical intensive care unit: which one do you trust?
and management of pelvic trauma. Orthop Clin Am I Surg 2006;L91. (5): 625-630.
North Am 2004;35(4\:439-443, v.
47. lllizushima Y, Tohira H, Mizobata Y, Matsuoka T,
33. Harrigan C, Lucas CE, Ledgerwood AM, et al. Serial Yokota J. Fluid resuscitation of trauma patients: how
changes in primary hemostasis after rrrassive fast is the optimal rate? Am I Emerg Med
transfusion. Surgery 1985;98:836-840. 2005;23(7):833-837.
34. Hoyt DB. Fluid resuscitation: the target from an 48. Novak L, Shackford SR, Bourguignon P, et al.
analysis of trauma systems and patient survival. j Comparison of standard and alternative prehospital
Trauma 2003;54(5 Suppl) :531-35. resuscitation in uncontrolled hemorrhagic shock and
h e a d i n j u r y . I T r a u m a 1 , 9 9 9 ; 4(75 ) : 8 3 4 - 8 4 4 .
35. Jurkovich QJ. Hypothermia in the trauma patient.
In: Maull KI, ed. Advances in Trauma. Chicago: 49" O''92Neil1 PA, Riina |, Sclafani S, Tornetta P.
Yearbook; 1989:11'1,-1,40. Angiographic findings in pelvic fractwes. Clin Orthop
Relat Res 1996; (329\:60-67.
36. Kaplan LJ, Kellqm JA. Initial pH, base deficif lactate,
anion gap, strong ion difference, and strong ion gap 50. Pappas P, Brathwaite CE, RossSE. Emergency central
predict outcome from major vascular injury. Crit venous catheterization during resuscitation of kauma
Care Med 2004;32(5):1\20 -1124. patients. Am Surg 1992;58:108-111.
37. Karmy-]ones R, Nathens A, jurkovich Gj, et al. Urgent 51. Peck KR, Altieri M. Intraosseousin-fusions:an old
and emergent thoracotomy for penetrating chest technique with modern applications. Pediatr Nurs
trauma. J Trauma 2004; 56(3), 664-668;discussion 1988;1.4(4\:296-298.
668-669.
52. Poole GV, Meredith JW, Pennell T, et al. Comparison
38. Knudson MM, Maull KI. Nonoperative management of colloids and crystalloids in resuscitation from
of solid organ injuries. Pasf presenf and future. Surg hemorrhagic shock. Surg GynecolObstet1982154:577 -
Clin North Am 1999;79(6):1357-1371. 586.
39. Krausz MM. Fluid resuscitation strategies in the 53. Revell M, Greaves I, Porter K. Endpoints for fluid
Israeli army. I Trauma 2003; 54(5 Suppl):539-42. resuscitation in hemorrhagic shock.I Trauma2003;54(5
Suppl):563-567.
40. Kruse JA, Vyskocil J], Haupt MT. Intraosseous:a
flexible option for the adult or child with delayed, 54. Rhodes lr4, Brader A" Lucke.|, et al. A direct transport
difficult, or impossible conventional vascular access. to the operating room for resuscitation of trauma
Crit Care Me d 1994;22:728-735. patients. I Trauma1989;29:907 -915.
41. Lowry SF, Fong Y. Cytokines and the cellular 55. Rohrer MJ, Natale AM. Effect of hypothermia on the
response to injury and infection. In: Wilmore DW, coagulation cascade. Crit Care Med 1992;2A:490.
Brennan MF, Harken AH, et al., eds. Care of the
Surgical Patienf. New York Scientific AmerjLcarr;1990.
56. Rotondo MF, Schwab CW, McGonigal MD, et al. 65. Thourani VH, Feliciano DV, Cooper WA, et al.
"Damage control": an approach for improved survival Penetrating cardiac trauma at an urban trauma center:
in exsanguinating penetrating abdominal injury. / a 22-y ear f erspective. Am Surg 1999; 65(9):811,-8L6
;
Tr auma1993;35:375-382. discussion 817-818.
57. SadriH, Nguyen-Tang T, Stern R" Hoffmeyer P, Peter 66. Tyburski JG, Astra L, Wilson RF, Dente C, SteffesC.
R. Control of severehemorrhage using C-clamp and Factors affecting prognosis with penetrating wounds
arterial embolization in hemodynamically unstable of the heart. I Trauma2000;48(4):587-590; discussion
patients with pelvic ring disruption. Arch Orthop 590-591.
Tr auma 5 u rg 2005;725(7\:443-447. 67. Velanovich V. Crystalloid versus colloid fluid
58. Sarnoff Sj. Myocardial contractility as described by resuscitation:a meta-analysisof mortality. Surgery
ventricular function curves: observations on 1990;105:65-71..
Starling''92s law of the heart. PhysiolRea1988;35:107- 68. Velmahos GC, Toutouzas KG, Vassiliu P, et al. A
122. prospective study on the safety and efficacy of
59. Sawyer RW, Bodai BI. The current status of angiographic embolization for pelvic and visceral
intraosseousinfusion. I Am CoIl Surg L994;179:353- discussion 308.
injuries. I Trauma2002;53(2):303-308;
361. 69. Virgilio RW, Rice CL, Smith DE, et al. Crystalloid vs
60. ScaleaTM, Hartnett RW, Duncan AO, et al. Central colloid resuscitation: is one better? A randomized
venous oxygen saturation: a useful clinical tool in clinical study. Surgery 1'979;85(2):1'29-1'39.
tr auma p atients. I Tr auma 1'990;30(1'2):1'539-1'543. 70. von OUO, Bautz P, De GM. Penetrating thoracic
61. ScaleaTM, Simon HM, Duncan AO, et al. Geriatric injuries: what we have learnt. ThoracCardioaascSurg
blunt multiple trauma: improved survival with early 2000;48(1):55-61.
invasive monitoring. 71. Wahl WL, Ahrns KS, Chen S, Hemmila MR, Rowe
-136.
I Tr auma 1990;30:129 SA, Arbabi S. Blunt splenic injury: operation versus
angiographic embolization . Surgery 2004;136(4):891'-
62.SchierhoutG, RobertsI. Fluid resuscitationwith colloid 899.
or crystalloid solutions in critically ill patients: a
systematic review of randomised trials. Br I Med 72. Werwath DL, Schwab CW, Scholter ]R, et al.
1998;31,6:961-964. Microwave oven: a safe new method of warming
crystalloid s. Am I Surg 1'984;'12:656-659.
63. Shapiro M, McDonald AA, Knight D, Johannigman
IA, Cuschieri J. The role of repeat angiography in the 73. Williams JF,Seneff MG, Friedman BC, et al. Use of
management of pelvic fractures. I Trauma femoral venous catheters in critically ill adults:
2005;58(2):227-231, prospective study. Crit CareMed 1991';19:550-553.
64. Smith HE, Bi-fflWL, Majercik SD, Jednaczl, Lambiase 74.YorkJ, Arrilaga A, Graham & et al. Fluid resuscitation
R, Cioffi WG. Splenic artery embolization: Have we of patients with multiple injuries and severe closed
discussion
gone too far? | Trauma2006;61'(3):541-544; head injury: experience with an aggressive fluid
545-546. resuscitation strategy. I Tr auma2000;48(3):376-379.
82 TraumaLife Support
Adrsanced