Anda di halaman 1dari 7

Vol. 15 No.

2 Tahun 2007 Optimasi Pakan dengan Level Protein dan Energi Protein

OPTIMASI PAKAN DENGAN LEVEL PROTEIN DAN ENERGI PROTEIN UNTUK


PERTUMBUHAN CALON INDUK IKAN SENGGARINGAN
(Mystus nigriceps)

FEED OPTIMIZE WITH PROTEIN AND ENERGY PROTEIN LEVEL FOR BROOD
STOCK GROWTH of Mystus nigriceps

Taufik Budhi Pramono, Dyahruri Sanjayasari dan P. Hary Tjahja Soedibya

Program Studi Budidaya Perairan


Jurusan Perikanan dan Kelautan UNSOED
Email: tb1pram@yahoo.com

ABSTRAK
Latar Belakang: Pemanfaatan protein dan pakan akan efisien bila diimbangi oleh energi
dalam jumlah cukup sehingga sebagian besar protein pakan digunakan untuk pertumbuhan.
Kebutuhan protein dan rasio energi protein pada ikan senggaringan perlu dikaji untuk
mendapatkan informasi kebutuhan optimum, karena tingkat efektifitasnya sangat dipengaruhi
oleh jenis ikan, umur, ukuran ikan, kualitas protein pakan, kecernaan pakan dan kondisi
lingkungan. Penelitian untuk mengevaluasi pengaruh level protein dan energi protein terhadap
pertumbuhan calon induk ikan senggaringan (Mystus nigriceps) telah dilakukan.
Metode: Perlakuan terdiri dari A 25% level protein dengan energi protein sebesar 18,0 kcal/g
protein; B (30%;12,0) dan C (35%;13,9). Setiap perlakuan diulang lima kali. Pemberian
pakan dilakukan selama 35 hari. Ikan uji adalah ikan senggaringan yang diperoleh dari Sungai
Klawing dengan bantuan nelayan. Ikan uji diadaptasikan selama 20 hari. Parameter utama
yang diukur meliputi biomasa dan kelulus hidupan ikan. Kualitas air yang diamati adalah
oksigen terlarut, pH dan suhu air.
Hasil: Berdasarkan bobot biomassa ikan, diperoleh hasil bahwa pakan B memberikan
pertumbuhan yang paling baik. Kelangsungan hidup ikan relatif sama antar perlakuan. Untuk
kandungan oksigen terlarut pada semua perlakuan 8-9 ppm, suhu :21-25 0C dan pH 6-7. Hal
ini menunjukkan jumlah maupun jenis pakan yang diberikan cukup untuk mendukung
kebutuhan pokok ikan bahkan dapat memberikan pertumbuhan. Keadaan ini didukung pula
oleh kualitas air media yang cukup menunjang untuk kehidupan ikan.
Kata Kunci : Senggaringan, level protei,energi protein, pertumbuhan

ABSTRACT

Background: Protein and feed usage will efficient if it completed by sufficient energy
supply, so that most protein will be used for growth. Study of protein requirement and protein
energi ratio for Mystus nigriceps should be done to get information of optimum needs, due to
its influenced by species, age, size, feed protein quality, feed digestibility, and environment.
This research was conducted to evaluate the effect of protein level and energy to protein ratio
on the growth performance broodstock of Senggaringan fish (M. nigriceps).
Method: Treatments consist of A 25% level protein with 18,0 kcal/g energy protein; B
(30%;12,0) and C (35%;13,9). Each treatment was replicated 5 times. Treatments was given
for 35 days. Senggaringan fish from Klawing river were used as material and adapted for 20
days. Main measured parameter were fish biomass and survival rate. Dissolved oxygen (DO),
pH, and temperature were water quality parameters.

153
Pramono, Jurnal PROTEIN

Result: Based on body weigth biomass of the fish, it found that diets B produce the highest
growth performance. Fish survival rate relatively the same among treatments. The For all
treatments DO: 8-9 ppm temperature: 21-25OC, and pH 6-7. It means that feed in this
research are sufficient to support fish requirement and also growth. This condition was also
supported by water quality.
Key words: , senggaringan, protein level, protein energy, growth.

PENDAHULUAN protein pakan sebagian besar digunakan untuk


pertumbuhan. Kebutuhan protein dan rasio
Ikan Senggaringan (Mystus nigriceps) energi protein pada ikan senggaringan perlu
merupakan sumberdaya perikanan penting dan dikaji untuk mendapatkan informasi kebutuhan
potensial untuk dikembangkan di kabupaten optimum, karena tingkat efektifitasnya sangat
Purbalingga. Hal ini ditandai dengan dipengaruhi oleh jenis ikan, umur, ukuran ikan,
pemanfaatan untuk konsumsi oleh masyarakat kualitas protein pakan, kecernaan pakan dan
karena memiliki cita rasa yang lezat. kondisi lingkungan. Pengetahuan tentang
Pemenuhan kebutuhan akan ikan senggaringan kebutuhan protein optimum merupakan salah
cenderung meningkat, namun hingga saat ini satu langkah yang dapat dilakukan untuk
masih bergantung dari tangkapan alam. Oleh menjamin keberhasilan usaha domestikasi ikan
karena itu, teknologi domestikasi perlu segera senggaringan itu sendiri.
diupayakan untuk mendukung pelestariannya
dan sekaligus mendukung produksinya yaitu METODOLOGI
melalui usaha budidaya intensif.
Tempat dan Waktu Penelitian
Keberhasilan domestikasi sangat Penelitian dilaksanakan selama 35 hari
ditentukan beberapa aspek, salah satunya bertempat di Laboratorium Umum Jurusan
adalah nutrisi (Slamet et.al., 1999; Laining dan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Sains dan
Rachmansyah, 2002; Suwirya et.al., 2002). Teknik, Universitas Jenderal Soedirman.
Hingga saat ini informasi kebutuhan nutrisi Sedangkan analisis kimia proksimat akan
untuk ikan senggaringan pada semua tingkatan dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Pakan
masih belum banyak dilakukan. Salah satu Ternak, Fakultas Peternakan UNSOED.
pendekatan aspek nutrisi yang dapat dilakukan
adalah dengan mengestimasi kebutuhan protein Pakan Uji
dan rasio energi protein. Ikan dapat tumbuh Pakan uji selama pengamatan
apabila ikan mengkonsumsi pakan. pertumbuhan adalah pakan buatan yang
Pertumbuhan hanya dapat terjadi jika memiliki kandungan protein dan nisbah energi
kebutuhan energi untuk pemeliharaan proses- yang berbeda. Kandungan protein pakan terdiri
proses hidup dan fungsi-fungsi lain sudah dari tiga kadar protein yaitu A (25%;18), B
terpenuhi. (30%;13.9) dan C (35%;12). Pakan dibuat
dalam bentuk pellet. Komposisi pakan
Protein merupakan nutrien terbesar bagi percobaan yang akan dibuat disajikan pada
tubuh ikan, oleh karena itu protein pakan harus Tabel 1. Pellet yang telah dibuat akan diukur
dimanfaatkan seefisien mungkin untuk gross energinya di Laboratorium Fisiologi
pertumbuhan ikan. Agar pemanfaatan protein Hewan Fakultas Biologi UNSOED dan analisis
dan pakan efisien protein harus diimbangi oleh kimia proksimat di Laboratorium Nutrisi dan
energi non protein dalam jumlah cukup, agar Pakan Ternak Fakultas Peternakan UNSOED
.
Tabel 1. Komposisi bahan pakan percobaan dengan kadar protein dan energi berbeda
(g/100g pakan)
No Bahan Pakan Pakan, Protein (%); C/P (kkal/g protein)
A (25;18) B (30;13.9) G (35;12)

154
Vol. 15 No. 2 Tahun 2007 Optimasi Pakan dengan Level Protein dan Energi Protein

1 Tepung Ikan 18,37 22,04 25,72


2 Tepung Kedelai 13,08 20,28 31,35
3 Tepung Pollard 43,80 38,93 28,04
4 Tepung Terigu 7,00 9,00 5,00
5 Tepung Tapioka 3,00 3,00 3,00
6 Minyak. Ikan 7,37 1,23 1,37
7 Minyak. Kedelai 1,86 0,00 0,00
8 BHT 0,01 0,01 0,01
9 Mineral Mix 3,00 3,00 3,00
10 Vit. Mix 1,50 1,50 1,50
11 Vit. C 0,01 0,01 0,01
12 C. Clorida 0,50 0,50 0,50
13 Atraktan 0,50 0,50 0,50
Keterangan : Kandungan protein (berat kering) tepung ikan 68,05%, tepung bungkil kedelai 41,01%,
tepung polar 14,23%, tepung terigu 12,45% dan tepung tapioka 0,91%.

Pemeliharaan Ikan dan Pengumpulan Data ikan dan pakan uji. Analisis proksimat bahan
Ikan uji adalah ikan senggaringan yang pakan dan pakan uji dilakukan pada awal
diperoleh dari Sungai Klawing dengan bantuan penelitian sedangkan analisis tubuh ikan
nelayan. Sebelum diberikan pakan uji, Ikan uji dilakukan pada awal dan akhir penelitian yang
diadaptasikan selama 20 hari dalam wadah bertujuan untuk menghitung tingkat retensi
pemeliharaan. Setelah itu, ikan uji diseleksi protein dan retensi lemak.
ukuran bobotnya yang seragam untuk dipelihara
dalam wadah pemeliharaan akuarium plastik Sampel pakan uji dan otot ikan uji
berukuran 60x40x40 cm. Penelitian ini dianalisis secara kimia sesuai dengan prosedur
dilakukan dengan 3 perlakuan dan 5 kali yang sudah baku (Takeuchi, 1988). Untuk
ulangan. Tiap perlakuan terdiri dari 5 ekor ikan protein kasar dengan metode Kjedahl, lemak
dan setiap ekor disebut satu ulangan. Selama kasar dengan metode ekstraksi dengan alat
masa pemeliharaan berlangsung penggantian air soxhlet, kadar abu melaui pemanasan sampel
dilakukan sebanyak 50% dari volume total dalam tanur pada suhu 400-6000C, kadar serat
setiap pagi sebelum ikan diberi pakan. Ikan uji kasar dengan metode pelarutan sampel dalam
dipelihara selama 35 hari. asam dan basa kuat serta pemanasan dan kadar
air dengan metode pemanasan dalam oven pada
Parameter kualitas air yang diamati suhu 105-1100 C.
adalah oksigen terlarut (metode titimetri), pH
dan suhu air. Pengamatan terhadap oksigen Analisis proksimat pakan uji dilakukan
dilakukan pada awal dan akhir penelitian, di awal penelitian sedangkan analisis proksimat
sedangkan pengamatan pH dan suhu air tubuh ikan dilakukan pada awal percobaan
dilakukan setiap minggu saat sampling bobot diambil 5 ekor ikan yang dipilih secara acak
biomass. Penimbangan bobot bimassa dari stok dan pada akhir percobaan diambil 3
dilakukan setiap 1 minggu selama pemeliharaan ekor ikan pada tiap perlakuan. Parameter yang
untuk melihat pertambahan bobot dan panjang diukur adalah pertambahan bobot biomassa
ikan. Pemberian pakan dilakukan sampai ikan yang dihitung pada awal dan akhir penelitian
kenyang dengan frekuensi pemberian 2 kali serta dibahas secara deskriptif.
sehari (adlibitum) yaitu pukul 8.00 dan 15.00
WIB. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Kimia Pakan Uji


Analisis Proksimat Pakan uji yang dibuat memiliki
Analisis proksimat terdiri atas protein kandungan protein tertentu dan nisbah energi
kasar, lemak kasar, serat kasar abu, bahan yang berbeda, hasil analisis komposisi
ekstrak tanpa nitrogen (BETN) dan kadar air kimianya dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil
dari masing-masing bahan antara lain; daging analisis proksimat menunjukkan bahwa bahan

155
Pramono, Jurnal PROTEIN

pakan yang digunakan untuk pembuatan pakan nutriennya. Kandungan nutrien masing-masing
uji memenuhi syarat, sehingga diperoleh hasil bahan makan tersebut diketahui dari
yang sesuai dengan Tabel 1. Hal ini pemeriksaan laboratorium sehingga pakan
dikarenakan dalam penyusunan pakan uji, buatan yang diramu mengandung nutrient
setiap bahan baku yang dipilih diketahui nilai seperti yang diharapkan.

Tabel 2. Hasil analisis proksimat pakan uji (% bobot kering)


No Nutrient Hasil Analisis Proksimat Pakan
A (25;18) B (30;13.9) G (35;12)
1 Protein 24.98 30.25 35.46
2 Lemak 10.3 2.08 2.12
3 Kadar Abu 8.52 9.2 10.68
4 Serat kasar 8.77 6.7 5.4
5 BETN 47.38 51.6 46.29
6 Total Energi 430.97 400.512 417.69
Keterangan :
1. BETN = Bahan ekstrak tanpa nitrogen
2. Perhitungan energi berdasarkan Furuichi (1988) (Protein : 5,6 kkal/g, Lipid 9,4 kkal/g, Karbohidrat
4,1 kkal/g).

Dalam penyusunan ransum ikan perlu biaya produksi (pakan) dan mengurangi
diperhatikan keseimbangan antara protein dan pengeluaran limbah nitrogen ke lingkungan
energi. Pakan yang kandungan energinya (Shiau dan Huang, 1990; Peres dan Teles,
rendah dapat menyebabkan ikan menggunakan 1999).
sebagian protein sebagai sumber energi untuk
metabolisme, sehingga bagian protein untuk Hasil percobaan pemberian pakan
pertumbuhan menjadi berkurang. Sebaliknya dengan kandungan protein dan energi berbeda
jika kandungan energi pakan terlalu tinggi dalam pakan dapat mempengaruhi pertumbuhan
dapat membatasi jumlah pakan yang dimakan. ikan senggaringan. Perubahan biomassa ikan
Keadaan ini dapat membatasi jumlah protein disajikan pada Gambar 1.
pakan yang dimakan ikan, akibatnya
pertumbuhan ikan menjadi relatif rendah,
(Lovell, 1988). Manfaat adanya karbohidrat
dalam pakan adalah bahwa pakan yang
mengandung karbohidrat dan lemak yang tepat
dapat mengurangi penggunaan protein sebaai
sumber energi yang dikenal sebagai protein
sparing effect. Terjadinya protein sparing effect
oleh karbohidrat dan lemak dapat menurunkan

156
Vol. 15 No. 2 Tahun 2007 Optimasi Pakan dengan Level Protein dan Energi Protein

Pertambahan Bobot Biomass Ikan Uji

60
46.36 47.4 47.7
50
Bobot Biomass (gr)

43.06 44.25 43.31


40
Awal
30
Akhir
20

10

0
A B C
Perlakuan

Gambar 1. Bobot biomassa ikan senggaringan pada awal dan akhir percobaan.

Berdasarkan gambar di atas terlihat maintenance harus dipenuhi terlebih dahulu,


bahwa pada setiap perlakuan terjadi dan apabila berlebih maka kelebihannya akan
peningkatan biomassa ikan. Biomassa rata-rata digunakan untuk pertumbuhan. Hal ini
ikan meningkat diakhir pemeliharaan, yakni : membuktikan bahwa pemanfaatan jumlah
A = 44.25g, B = 46.36g, C= 47.7g. protein pakan oleh ikan diantara perlakuan
tidak sama. Karena adanya perbedaan
Pertumbuhan adalah perubahan ukuran kandungan protein dalam pakan dan kandungan
panjang, bobot dan volume selama periode energi non potein pakan pada setiap perlakuan.
tertentu. Pertumbuhan ikan erat kaitannya
dengan ketersediaan protein dalam pakan. Hal Dari data pertumbuhan biomassa ikan
ini dapat dimengerti mengingat hampir 65-75% menunjukkan bahwa pakan B memperoleh
daging bobot kering ikan terdiri dari protein pertumbuhan paling tinggi dibandingkan pakan
(Watanabe 1988). Protein merupakan nutrien A dan C. Pakan B terdiri dari protein 30 %,
yang sangat dibutuhkan ikan untuk sedangkan pakan A 25% dan C 35 %.
pertumbuhan. Jumlah dan kualitas protein akan Sementara kandungan lemak relatif sama dan
mempengaruhi pertumbuhan ikan (Halver kadar karbohidrat pakan B lebih tinggi dari
1988). Jadi dengan adanya pemanfatan protein pakan C, berarti rasio energi protein pakan B
pakan akan diharapkan protein tubuh lebih besar dari pakan C (Tabel 2).
bertambah atau terjadi pertumbuhan.
Secara umum dari hasil penelitian ini
Pertumbuhan biomassa tubuh dibatasi dapat dikatakan bahwa ikan senggaringan juga
oleh tinggi rendahnya kadar protein dan rasio membutuhkan energi non protein, baik dari
energi protein (atau energi total) pakan. Setelah lemak dan karbohidrat pakan. Ternyata ikan
35 hari percobaan terlihat ada perubahan senggaringan mampu memanfaatkan energi
biomassa pada setiap perlakuan (Gambar 1). karbohidrat dari pakan B dengan baik,
Hal ini disebabkan karena kandungan energi walaupun kadar protein pakan B lebih rendah
dalam pakan yang dikonsumsi oleh ikan dari C. Namun pakan B dapat menyimpan
melebihi kebutuhan energi maintenance seperti protein pakan menjadi protein tubuh sama
untuk respirasi, transportasi metabolit dan dengan seperti pakan C. hal ini berarti energi
pengaturan suhu tubuh serta aktivitas fisik untuk seluruh aktivitas ikan diharapkan
lainnya dan aktivitas tubuh lainnya, sebagian besar berasal dari nutrien non protein
sebagaimana yang dinyatakan oleh Lovell (lemak dan karbohidrat). Apabila sumbangan
(1988). Artinya bahwa kebutuhan energi untuk energi dari bahan non protein tersebut rendah,

157
Pramono, Jurnal PROTEIN

maka protein akan didegradasi untuk nutrition p. 79-92. In. Watanabe T,


menghasilkan energi, sehingga fungsi protein editor. Fish nutrition and mariculture
sebagai nutrien pembangun jaringan tubuh akan JICA textbook the, General Aquaculture
berkurang. Course. Tokyo : Kanagawa
International Fisheries Training Center.
Keseimbangan energi dan protein di
Chuapoehuk W.1987. Protein requirements of
dalam pakan sangat berperan dalam menunjang
walking catfish (Clarias Batrachus)
pertumbuhan ikan. Perlakuan A memiliki
(Linneus) fry. Aquaculture, 63:215-
kandungan protein 25% dengan imbangan
219.
energi dalam pakan (430,97 kkal GE/g) diduga
belum mampu memenuhi kebutuhan protein Furuichi M. 1988. Fish nutrition. pp. 1-78. In.
bagi ikan senggaringan. Rendahnya retensi Watanabe T, editor. Fish nutrition and
protein yang terjadi pada kadar protein 25% mariculture, JICA textbook, the
diduga protein yang diberikan masih rendah General Aquaculture Course. Tokyo.
untuk kebutuhan protein tubuh ikan Kanagawa International Fisheries
senggaringan, walaupun diimbangi oleh total Training Center.
energinya yang tinggi. Menurut (NRC, 1993), Halver JE. 1988. Fish Nutrition. Academis
keberadaan tingkat energi yang optimum dalam Press, INC. London, 798 pp.
pakan sangat penting sebab kelebihan atau
kekurangan energi mengakibatkan penurunan Kurnia A. 2002. Pengaruh pakan dengan
laju pertumbuhan. Selain itu, Cho & Watanabe kadar protein dan rasio energi
(1988) juga menyatakan bahwa hewan muda protein berbeda terhadap efisiensi
umumnya memerlukan energi yang lebih tinggi pakan dan pertumbuhan benih ikan
per unit bobot tubuh untuk fungsi pemeliharaan baung (Mystus nemurus C.V). [
dibandingkan hewan dewasa, meskipun proses Tesis]. Program Pasca Sarjana, Institut
reproduksi meningkatkan kebutuhan energi Pertanian Bogor. 54 hal.
bagi hewan dewasa. Laining, A. Dan Rachmansyah. 2002.
Komposisi Nutrisi Beberapa Bahan
Kelangsungan hidup ikan selama Baku Lokal dan Nilai Kecernaan
berlangsungnya penelitian relatif sama antar Proteinnya pada Ikan Kerapu Bebek
perlakuan. Untuk kandungan oksigen terlarut (Cromileptes altivelis). Jurnal
pada semua perlakuan berkisar antara 8-9 ppm, Penelitian Perikanan Indonesia 8 (2) :
suhu berkisar 21-250C dan derajat keasaman 45-52.
berkisar antara 6-7. Hal ini menunjukkan bahwa
jumlah maupun jenis pakan yang diberikan Lovell RT. 1988. Nutrition and feeding of
sudah cukup untuk mendukung kebutuhan fish. New York : Van Nostrand
pokok ikan bahkan dapat memberikan Reinhold, p.11-91.
pertumbuhan. Keadaan ini didukung pula oleh [NRC] National Research Council,
kualitas air media yang cukup menunjang untuk
Subcommite on Warmwater Fish
kehidupan ikan.
Nutrition. 1993. Nutrient
KESIMPULAN requirements of fish. Washington
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat DC : National Academy of science,
disimpulkan bahwa pakan B protein 30% yang 114 pp.Peres H. and Teles AO.
diimbangi dengan rasio energi protein 13,9 kkal 1999. Effect of dietary lipid level
GE/g protein, memberikan tingkat pertumbuhan on growth performance and feed
bobot biomass tertinggi pada calon induk ikan utilization by European sea bass
senggaringan (Mystus nigriceps). juveniles (Dicentrarchus labrax).
Aquculture, 179: 325-334.
DAFTAR PUSTAKA
Pilllay TVR. 1980 Fish feed
Cho, C.Y and Watanabe T.1988. Laboratory technology. United Nation
work chemical evaluation of dietary Development Programmed. Food

158
Vol. 15 No. 2 Tahun 2007 Optimasi Pakan dengan Level Protein dan Energi Protein

and Agriculture Organization of Yuwana Ikan Kerapu Bebek


The United Nation. 395 pp. (Cromileptes altivelis). Jurnal
Penelitian Perikanan Indonesia 8 (2) :
Shiau S and Huang S. 1990. Influence of 9-14.
varying energy levels with two
protein concentration in diets for Takeuchi T. 1988. Laboratory work
hybrid tilapia (Oreochromis niloticus chemical evaluation of dietary
and Oreochromis aureus) reared in nutrition. p.179 – 229. In. Watanabe T,
seawater. Aquaculture, 91 : 143-152. editor. Fish nutrition and mariculture
JICA textbook the general aquaculture
Suwirya, K., N.A. Giri., M. Marzuqi dan course. Tokyo : Kanagawa
Tridjoko. 2002. Kebutuhan International Fisheries Training Center.
Karbohidrat Untuk Pertumbuhan

159

Anda mungkin juga menyukai