Anda di halaman 1dari 3

Distress Pernafasan (Respiratory Distress Syndrom)

1. Definisi
Respiratory distress syndrom adalah penyakit yang disebabkan oleh ketidakmaturan
dari sel tipe II dan ketidakmampuan sel tersebut untuk menghasilkan surfaktan yang
memadai. Distress pernafasan adalah istilah yang digunakan untuk disfungsi pernafasan
pada neonatus. Penyakit ini berhubungan dengan keterlambatan perkembangan
maturitas paru atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru (Marmi dan Kukuh,
2012)
2. Etiologi
Distres pernafasan sering terjadi pada bayi prematur atau kurang bulan, karena
kurangnya produksi surfaktan. Produksi surfaktan ini dimulai sejak kehamilan minggu
ke-22, makin muda usia kehamilan maka semakin besar pula kemungkinan terjadi
distres pernafasan (Marmi dan Kukuh, 2012).
Ada 4 faktor penyebab defisiensi surfaktan pada distres pernafasan yaitu prematur,
asfiksia perinatal, maternal diabetes, seksual sesaria.
Fungsi surfaktan adalah untuk menjaga agar kantong alveoli tetap berkembang dan
berisi udara, sehingga pada bayi prematur dimana surfaktan masih belum berkembang
menyebabkan daya berkembang paru kurang dan bayi akan mengalami sesak nafas.
Gejala tersebut muncul segera setelah bayi lahir dan akan bertambah berat.
a. Faktor ibu
Meliputi hipoksia pada ibu, usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,
gravida 4 atau lebih, penyakit pembuluh darah ibu yang mengganggu seperti
hipertensi, jantung, diabetes melitus.
b. Faktor plasenta
Meliputi solusio plasenta, perdarahan plasenta, plasenta kecil, plasenta tidak
menempel pada tempatnya
c. Faktor janin
Meliputi tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara janin kongenital
d. Faktor persalinan
Lama partus dan tindakan sc
3. Manifestasi klinis
Semakin rendah berat badan dan usia kehamilan maka semakin berat gejala klinis yang
ditunjukan.
- Atelaktasis alveoli
- Edema
- Kerusakan sel yang menyebabkan kebocoran serum protein ke dalam alveoli
sehingga menghambat fungsi surfaktan.
- Sesak nafas pada bayi prematur segera setelah lahir ditandai dengan takipnea
(>60x/menit)
- Pernafasan cuping hidung
- Grunting
- Retraksi dinding dada
- Sianosis
4. Penatalaksanaan secara umum
Penatalaksanaan secara umum menurut Sudarti dan Endang (2010)
- Pasang jalur infus intravena, sesuai dengan kondisi bayi yang paling sering dan bila
bayi tidak dalam keadaan dehidrasi berikan infus dextrosa 5%
- Pantau selalu tanda tanda vital
- Jaga kepatenan jalan nafas
- Berikan oksigen (2-3 liter/menit dengan kateter nasal)
- Jika bayi mengalami apneu lakukan tindakan resuitasi sesuai dengan tahap yang
diperlukan
5. Pemeriksaan Diagnostik
- Foto rontgen untuk menunjukkan adanya atelektasis
- Analisa gas darah untuk mengetahui PaO2 kurang dari 50mmHg dan PCO2 diatas
60mmHg
- Pemeriksaan darah lengkap
6. Komplikasi
- Bronchopulmonary Dysplasia (BPD)
Merupakan penyakit paru kronik yang disebabkan pemakaian oksigen pada bayi
dengan masa gestasi 36 minggu. BPD berhubungan dengan tingginya volume dan
tekanan yang digunakan pada waktu menggunakan ventilasi mekanik, adanya
infeksi, inflamasi, dan defisiensi vitamin A. Iniden BPD meningkat dengan
menurunnya masa gestasi
- Retinopathy prematur
Kegagalan fungsi neurologi, terjadi sekitar 10-70% bayi yang berhubungan dengan
masa gestasi, adanya hipoksia, komplikasi intrakranial, dan adanya infeksi.

Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
-Data pasien (Nama, umur, jenis kelamin, alamat, nama orangtua, pekerjaan orang tua)
-Riwayat kesehatan (riwayat kesehatan sekrang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat
kesehatan keluarga)
-Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan takipnea (>60x/menit), pernafasan mendengkur,
retraksi dinding dada, pernafasan cuping hidung, sianosis, pucat, hipotonus, apneu, sulit
bernafas dan sentakan dagu. Nafas menjadi parau dan pernfasan dalam.
Kepala (bentuk mesosepal, tidak terdapat benjolan, tidak terdapat luka, rambut tampak
bersih dan berwarna hitam)
Mata Pupil ( reaksi cahaya +, isokor kiri dan kanan, konjungtiva anemis, seklera tidak
ikterik
Telinga ( simetris kiri dan kanan tidak ada lesi, tidak ada cairan keluar dari telinga)
Hidung (pernafasan cuping hidung, tidak ada gangguan penciuman dan tidak ada
edema)
Mulut ( mukosa bibir lembab, bersih)
Leher (tidak ada bnjolan)
Kulit (warna kulit sawo matang)
Dada (penggunaan otot dada, palpasi premitus kiri dan kanan, perkusi sonor, auskultasi
vesikuler kiri dan kanan)
Abdomen (tidak membuncit tidak ada bekas luka, warna kulit merata, asukultasi bising
usus normal 5-35x/i, palpasi tidaka ada nyeri, perkusi normal)
Genetalia (bersih)
Anus dan rectum (bersih)
Muskuluskeletal ( akral hangat, nadi teraba, tidak ada nyeri, tidak terdapat pitting
edema)

Anda mungkin juga menyukai