Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Manusia adalah makluk biopsikososial yang unik dan menerapkan sistem terbuka serta saling
berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan
yang dipertahankan oleh setiap individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan
tersebut disebut sehat. Sedangkan orang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan
keseimbangan dirinya dan lingkungan.

Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang bersifat psikologik maupun
sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik. Masalah kejiwaan dan kemasyarakatan yang mempunyai
pengaruh timbal balik. Sebagai akibat terjadinya perubahan sosial dan atau gejolak sosial dalam
masyarakat yang dapat menimbulan gangguan jiwa.

2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pengkajian?

2. Sebutkan komponen pengkajian psikososial?

3. Bagaimana sikap dan pendekatan perawat dalam pengkajian psikososial

4. Bagaimana cara melakukan wawancara untuk pengkajian psikososial?

5. Bagaimana petunjuk melakukan pengkajian psikososial?

3. Tujuan Penulisan

1. Memahami pengertian pengkajian psikososial

2. Mengerti dan memahami komponen pengkajian psikososial

3. Mengerti dan memahami sikap dan pendekatan perawat dalam melakukan pengkajian psikososial

4. Mampu memahami cara melakukan wawancara untuk pengkajian psikososial

5. Mengerti dan memahami petunjuk melakukan pengkajian psikososial


BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama proses keperawatan dan meliputi pengumpulan, organisasi,
dan analisi informai (American Nures Association, 1994). Dalam keperawatan kesehatan jiwa, proses ini
sering diebut sebagai pengkajian psikososial, yang mencakup pemeriksaan status mental. Tujuan
pengkajian pikososial ialah membangun gambaran status emosional klien saat ini, kapaita mental, dan
fungi perilakunya. Pengkajian ini berfungsi sebagai dasar dalam mengembangkan rencana perawatan
untuk memenuhi kebutuhan klien.

2. Komponen Pengkajian Psikososial

1. Riwayat Klien

Pengkajian latar belakang mencakup riwayat klien, usia dan tahap perkembangan, keyakinan budaya
dan spiritual, serta keyakinan tentang sehat dan sakit. Riwayat klien juga riwayat keluarga klien.
Misalnya apakah klien mengalami kesulitan yang sama di masa lalu? Apakah klien pernah masuk di
rumah sakit, dan jika ya bagaimana pengalaman tersebut?

Usia dan tahap perkembangan klien merupakan faktor yang penting dalam pengkajian psikososial.
Misalnya pada usia 17 tahun klien mungkin berjuang mencari identitas diri dan berupaya mandiri dari
orang tuanya.

Kesejahteraan spiritual adalah keberadaan individu yang mengalami penguatan kehidupan dalam
hubungan dengan kekuasaan yang lebih tinggi sesuai nilai individu, komunitas dan lingkungan yang
terpelihara (Carpenito, 1998, hal. 382) yang ditandai dengan karakteristik: rasa kesadaran, sumber-
sumber yang sakral, kedamaian dalam diri individu, komitmen padanilai-nilai tertinggi terhadap cinta,
makna, harapan dan kebenaran (Carson, 1998). Distress spiritual adalah keadaan dimana
individu/kelompok mengalami atau beresiko gangguan sistem keyakinan atau nilai yang memberi
kekuatan, harapan dan arti kehidupanseseorang.(carpenito, 1998, hal. 384) dengan karakteristik adanya
gangguan dalam suatu keyakinan, mempertahankan makna kehidupan, kematian, penderitaan,
keputusasaan, tak melakukan ritual keagamaan, ragu tentang keyakinan dan kekosongan spiritual.

2. Penampilan umum dan perilaku motorik

Perawat mengkaji penampilan klien secara keseluruhan, termasuk pakaian, higiene dan berhias. Apakah
klien berpakaian sesuai dengan usianya? Apakah klien tampak tidak rapi? Apakah klien terlihat sesuai
dengan usia yang dikatakannya? Pengkajian tentang penampilan umum dan perilaku motorik meliputi :

a. Automatism : perilaku berulang dan tanpa yujuan yang sering menunjukkan ansietas, misalnya
mengetukan jari,memutir ikatan rambut, atau mengentakkan kaki
b. Retardasi psikomotor : gerakan yang secara keseluruhan lambat

c. Flexibilitas cerea : mempertahankan postur atau posisi sepanjang waktu walaupun posisi atau postur
tersebut canggung atau tidak nyaman.

Perawat mengkaji cara bicara klien untuk mengetahui kualitas, kuantitas, dan setiap abnormalitas yang
ada.

3. Mood dan Afek

Mood (alam perasaan) mengacu pada status emosional klien yang meresap dan meneta. Afek ialah
ekspresi status emosional klien yang terlihat.

Istilah umum yang digunakan dalam mengkaji mood dan afek meliputi:

1. Afek tumpul: memperlihatkan sedikit ekspresi; ekspresi wajah lambat dalam berespon.

2. Afek datar : tidak ada ekspresi wajah

3. Mood yang labil : perubahan mood yang cepat dan tidak dapat diperkirakan dari depresi dan
menangis.

4. Isi dan Proses Pikir

Proses mikir mengacu pada cara klien berpikir. Proses pikir disimpulkan dari cara bicara dan pola bicara
klien. Isi pikir adalah ucapan klien yang sebenarnya. Perawat mengkaji apkah kata-kata klien masuk akal,
apakah ide-ide yang disampaikan saling terkait dan mengalir secara logis dari satu ide ke ide berikutnya.

5. Sensorium dan Proses Intelektual

Orientasi mengacu pada pengenalan klien terhadap orang, tempat, dan waktu. Mengetahui siapa dan
dimana dirinya serta hari, tanggal, dan tahun yang benar. Tidak adanya informasi yang benar tentang
orang, tempat, dan waktu disebut diorientasi atau terorientasi satu kali (hanya orang) atau terorientasi
dua kali (orang dan tempat).

Memori baik saat ini maupun masa lalu dikaji secara langsung dengan mengajukan pertanyaan yang
jawabannya dapat dipastikan perawat. Misalnya, siapa nama presiden saat ini? Siapa nama presiden
sebelumnya? Di wilayah mana anda tinggal?Apa ibukota negara ini?

6. Penilaian dan Daya Tilik

Penilaian mengacu pada kemampuan untuk menginterprestasikan lingkungan dan situasi diri dengan
benar dan mengadaptasi perilaku dan keputusan diri secara tepat (Chow dan Cummings, 2000). Masalah
penilaian dapat terlihat ketika klien menjelaskan perilaku dan aktivitasnya saat ini yang menggambarkan
tidak ada perhatian yang cukup terhadap diri sendiri dan orang lain.
Daya tilik merupakan kemampuan untuk memahmi sifatnsituasi diri yang sebenarnya dan menerima
beberapa tanggung jawab pribadiuntuk situasi tersebut. Daya tilik seringkali dapat dilihat dari
kemampuanklien menjelaskan kekuatan dan kelemahan perilakumereka secara realistis. Contoh daya
tilik yang buruk adalah klien yang menyalahkan orang lain untuk perilakunya sendiri.

7. Konsep Diri

Konsep diri adalah semua jenis pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang membuat seseorang
mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungan dengan orang lain. Konsep diri ada melalui
pembelajaran (dipelajari) setelah lahir sebagai hasil pengalaman unik dalam dirinya, bersama orang
terdekat dengan dunia nyata (realitas). Konsep diri terdiri atas :

1) Citra tubuh yaitu kumpulan sikap individu yang di sadari terhadap tubuhnya termasuk persepsi
masa lalu/sekarang, perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi dirinya.

2) Ideal diri yaitu persepsi individu tentang bagaimana seharunya ia berlakukan berdasarkan standar,
aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu.

3) Harga diri yaitu penilaian tentang nilai personal yang di peroleh dengan menganalisa seberapa baik
prilaku seseorang sesuai dengan ideal dirinya. Harga diri tinggi merupakan perasaan yang berakar dalam
menerima dirinya tanpa syarat, meskipun telah melakukan kesalahan, kekalahan dan kegagalan, ia tetap
merasa sebagai orang yang penting dan berharga.

4) Penampilan peran yaitu serangkaian perilaku yang di harapakan oleh lingkungan sosial
berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial.

5) Identitas diri yaitu pegorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung jawab tehadap
kesatuan, kesinambungan, konsistensi dan keunikan individu.

Dalam mengkaji konsep diri klien dapat di lakukan langkah sebgai berikut :

a. Citra tubuh (gambaran diri, bofy image), bagaimana persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian
tubuhnya yang paling di sukai dan bagian ynag paling tidak di sukai.

b. Identitas diri (self identitiy), bagaimana pesepsi tentang status dan posisi klien sebelum di rawat,
kepuasan klien terhadap status/posisi tersebut(sekolah, pekerjaan, kelompok, keluarga, lingkungan
masyarakat sekitarnya), kepuasan klien sebagai laki laki atau perempuan(gender).

c. Peran (self role), bagaimana harapan klien terhadap tubuhnya, posisi, status, tugas/peran yang
diembannya dalam keluarga, kelompok, masyrakat, dan bagiaman kemampuan klien dalam
melaksanakan tugas/peran tersebut.

d. ideal diri (self ideal), bagaimana harapan klien terhadap tubuhya, posisi, status, tugas/peran dan
harapan klien terhadap lingkungan (keluarga, sekolah, tempat, kerja, lingkungan masyrakat).
e. harga diri (self esteem), bagaimana persepsi klien terhadap dirinya dalam hubungannya dengan
orang lain sesuai dengan kondisi tersebut di atas (nomor 2a, b, c, dan d) dan bagaimana
penilaian/penghargaan orang lain terhadap diri dan lingkungan klien.

Respon konsep diri sepanjang rentang sehat-sakit berkisar dari status aktualisasi diri (paling adaptif)
sampai pada kerancuan identitas/depersonalisasi (maladaptif) yang digambarkan sebagai berikut

Respon adaptif Respon maladaptif

Aktualisasi diri

Konsep diri positif

Harga diri rendah

Kerancuan identitas

Despersonalisasi

Kerancuan identitasadalah suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai identifikasi masa
kanak-kanak kedalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis. Sedangkan despersonalisasi
adalah suatu perasaan yang tidak realistis dan keasingan dirinya dari lingkungan.

Karakteristik Konsep Diri Rendah

1. Menghindari sentuhan atau melihat bagian tubuh tertentu

2. Tidak mau berkaca

3. Menghindari diskusi tentang topik dirinya

4. Menonlak rehabilitasi

5. Melakukan usaha sendiri dengan tidak tepat

6. Mengingkari perubahan pada dirinya

7. Peningkatan ketergantungan pada orang lain

8. Tanda dari keresahan seperti marah, keputusaan dan menangis

9. Menolak berpartisipasi dalam perawatan dirinya

10. Tingkah laku yang merusak seperti penggunaan obat-obatan dan alkohol
11. Menghindari kontak sosial

12. Kurang bertanggung jawab

Faktor Resiko Gangguan Konsep Diri

1. Gangguan Identitas Diri

a. Perubahan perkembangan

b. Trauma

c. Jenis kelamin yang tidak sesuai

d. Budaya yang tidak sesuai

2. Gangguan Citra tubuh

a. Hilangnya bagian tubuh

b. Perubahan perkembangn

c. Kecacatan

3. Gangguan Harga Diri

a. Hubungan interpersonal yang tidak harmonis

b. Kegagalan perkembangan

c. Kegagalan mencapai tujuan hidup

d. Kegagalan dalam mengikuti aturan moral

4. Gangguan Peran

a. Kehilangan peran

b. Peran ganda

c. Konflik peran

d. Ketidakmampuan menampilkan peran

8. Peran dan Hubungan

Kemampuan untuk memenuhi peran atau tidak adanya peran yang diinginkan sering kali menjadi pusat
perhatian dalam fungsi psikososial klien. Perubahan peran juga dapat menjadi bagian kesulitan klien.
Dalam setiap interaksi dengan klien, perawat harus menyadari luasnya dunia kehidupan klien,
memahami pentingnya kekuatan social dan budaya bagi klien, mengenal keunikan aspek dan
menghargai perbedaan klien. Berbagai faktor social budaya klien meliputi usia,suku bangsa,
gender,pendidikan, penghasilan dan system keyakinan.

Hubungan sosial dapat dikaji sebagai berikut :

a. Siapa orang yang berarti dalam kehidupan klien, tempat mengadu, bicara, minta bantuan atau
dukungan baik secara material maupun non material.

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat, kelompok sosial apa saja yang diikuti di
lingkungannya dan sejauh mana ia terlibat. Hambatan apa saja dalam berhubungan dengan orang
lain/kelompok tersebut.

Guna mencapai kepuasan dalam kehidupan individu membina hu bungan interpersonal (hubungan
sosial) yang positif. Hubungan sosial yang sehat terjadi jika individu saling merasakan kedekatan
sementara identitas pribadi masih di pertahankan. Kapasitas hubungan sosial berkembang sepanjang
siklus kehidupan yang dapatdi gambarkan dalam Rentang Hubungan Sosial sebagai berikut :

Respon adaptif

· Solitut

· Otonomi

· Kebersamaan

· Saling ketergantungan

· Kesepian

· Menarik diri

· Ketergantungan

Respon mladaptif

· Manipulasi

· Impulsive

· Narsisme

Manipulasi adalah orang lain diperlakukan sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah
pengendalian, individu, berorientasi pada diri sendiri/tujuan bukan pada orang lain. Impulsive adalah
tidak mampu merencakan/belajar dari penglaman, penilaian yang buruk dan tidak dapat diandalkan.
Narsisme adalah harga diri rapuh, terus menerus, berusaha mendapatkan penghargaan/pujian, bersikap
egosentris, pencemburu dan marah bila orang lain tidak mendukungnya.

9. Pertimbangan Fisiologis dan Perawatan Diri.

Ketika melakukan pengkajian psikososial, perawat harus menyertakan fungsi fisiologis. Walaupun
pengkajian kesehatan fisik yang lengkap mungkin tidak diindikasikan, beberapa area fungsi seringkali
diperburuk oleh masalah emosional. Pola makan dan tidur dapat sangat dipengaruhi oleh masalah
emosional: dibawah pengaruh stress, individu mungkin makan secara berlebihan atau tidak makan sama
sekali dan tidur sampai 20 jam dalam sehari atau tidak bisa tidur lebih dari dua atau tiga jam pada
malam hari. Oleh karena itu, perawat harus mengkaji pola kebiasaan makan dan tidur klien kemudian
menentukan bagaimana pola tersebut berubah (Chow dan Cummings, 2000).

Beberapa faktor penting dapat mempengaruhi pengkajian psikososial yaitu kemampuan klien untuk
berpatisipai dan memberi umpan balik, status kesehatan fisik, kesejahteraan emosional dan perepi
tentang situasi dan kemampuan beerkomunikai, serta sikap dan pendekatan perawat.

Pengkajian psikososial dapat sangat dipengaruhi oleh sikap dan pendekatan perawat. Perawat harus
melakukan pengkajian secara profesional, tidak menghakimi, dan berorientasi pada fakta, tidak
membiarkan peraaan priadinya mempengaruhi wawancara.

3. Sikap dan Pendekatan Perawat

Pengkajian psikososial dapatdipengaruhi oleh ikap dan pendekatan perawat. Apabila klien meraa
pertanyaan perawat singkat dan kasar, atau klien merasa dideak atau ditekan untuk menyeleaikan
pengkajian, ia mungkin hanya memberi informasi yang superfisial atau tidak membahas beberapa area
masalah secara keeluruhan. Klien mungkin juga tidak memberi informasi.

4. Cara Melakukan Wawancara

Pengkajian psikososial harus dilakukan di lingkungan yang nyaman, tersendiri, dan aman baik bagi klien
maupun perawat. Lingkungan yang cukup tenang dan tidak banyak distraksi memungkinkan klien
membrei perhatiannya secara penuh dalam wawancara. Dengan melakukan wawancara ditempat
seperti ruang konferensi, meyakinkan klien bahwa tidak seorang pun akan menguping apa yang di
diskusikan. Akan tetapi, perawat tidak boleh memilih loksai yang terisolisasi untuk wawancara, terutama
jika perawat tidak mengenal klien atau jika ada perilaku yang mengancam. Keamanan klien dan perawat
harus dipastikan walaupun hal itu berart ada orang lain selama pengkajian.

Perawat selama pengkajian dapat menggunakan pertanyaan terbuka. Hal ini memungkinkan klien mulai
menjawab saat ia merasa nyaman. Contoh pertanyaan terbuka :

1. Apa yang membuat anda datang kesini hari ini?

2. Jelaskan kepada saya apa yang telah terjadi kepada anda?


Apabila klien tidak dapat mengorganisasi pikirannya atau mengalami kesulitan saat menjawab. Perawat
perlu menggunakan lebih banyak pertanyaan langsung untuk memperoleh informasi. Pertanyaan harus
jelas, sederhana, dan terfokus pada satu perilaku atau gejala tertentu. Pertanyaan tersebut tidak boleh
membuat klien mengingat dalam satu waktu. Berikut contoh pertanyaan terfokus :

1. Berapa lama anda tidur semalam?

2. Pernahkah anda berpikir untuk bunuh diri?

3. Seberapa nyenyak tidur anda?

Perawat harus menggunakan nada suara dan bahasa yang tidak menghakimi, terutama ketika
menanyakan informasi yang sensitif, misalnya penggunaan obat atau alkohol, perilaku seksual,
penganiayaan atau kekerasan, dan praktik mengasuh anak. Penggunaan bahasa yang tidak menghakimi
dan nada suara tanpa emosi mencegah klien menerima isyarat verbal untuk bersikap bertahan atau
tidak mengatakan kebenaran.

5. Petunjuk yang Bermanfaat Ketika Melakukan Pengkajian Psikososial

1. Pengkajian berupaya memperoleh semua informasi yang dibutuhkan untuk membantu


klien.penilaian bukan merupakan bagian dari proses pengkajian

2. Bersikap terbuka, jelas, dan langsung ketika bertanya tentang topik pribadi atau topik yang tidak
nyaman akan membantu mengurangi ansietas atau keraguan klien dalam mendiskusikan topik tersebut.

3. Mengkaji keyakinan diri dan memperoleh kesadaran diri merupakan pengalaman yang
menghasilkan perkembangan bagi perawat.

4. Apabila keyakinan perawat sangat berbeda dari keyakinan klien, perawatharus mengungkapkan
perasaannya kepada rekan sejawat atau mendiskusikan perbedaan tersebut dengan mereka. Keyakina
perawat sendiri sedapat mungkin tidak mengganggu hubungan perawat-klien dan proses pengkajian.

BAB III

PENUTUP
1. Kesimpulan

Manusia adalah makluk biopsikososial yang unik dan menerapkan sistem terbuka serta saling
berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan
yang dipertahankan oleh setiap individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan
tersebut disebut sehat. Sedangkan orang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan
keseimbangan dirinya dan lingkungan. Pengkajian psikososial ini berfungsi sebagai dasar dalam
mengembangkan rencana perawatan untuk memenuhi kebutuhan klien dalam mempertahankan
keseimbangannya.

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Ma’rifatul.. 2011. Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik.Yogyakarta: Graha Ilmu

Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawan Jiwa. Jakarta: EGC

http://dedeol.blogspot.com/2013/10/makalah-konsep-dasar-psikososial.html

http://fayldestu.blogspot.com/2010/11/konsep-dasar-pengkajian-psikososial.html

Anda mungkin juga menyukai

  • Askep Ifo
    Askep Ifo
    Dokumen21 halaman
    Askep Ifo
    Eka Laili
    Belum ada peringkat
  • BAB I Pendahuluan Jadi
    BAB I Pendahuluan Jadi
    Dokumen3 halaman
    BAB I Pendahuluan Jadi
    Wulan Rahmaniati
    Belum ada peringkat
  • Chapter II
    Chapter II
    Dokumen37 halaman
    Chapter II
    PUSKESMAS CIPATAT
    Belum ada peringkat
  • Halusinasi
    Halusinasi
    Dokumen12 halaman
    Halusinasi
    Wulan Rahmaniati
    Belum ada peringkat
  • Manaj Ekokes
    Manaj Ekokes
    Dokumen16 halaman
    Manaj Ekokes
    Wulan Rahmaniati
    Belum ada peringkat
  • Askep Ifo
    Askep Ifo
    Dokumen21 halaman
    Askep Ifo
    Eka Laili
    Belum ada peringkat
  • BAB III Penutup
    BAB III Penutup
    Dokumen1 halaman
    BAB III Penutup
    Wulan Rahmaniati
    Belum ada peringkat
  • BAB I Pendahuluan Jadi
    BAB I Pendahuluan Jadi
    Dokumen3 halaman
    BAB I Pendahuluan Jadi
    Wulan Rahmaniati
    Belum ada peringkat
  • Pengkajian Fisik Dan Psikologis PPT Pak Ana
    Pengkajian Fisik Dan Psikologis PPT Pak Ana
    Dokumen12 halaman
    Pengkajian Fisik Dan Psikologis PPT Pak Ana
    Wulan Rahmaniati
    100% (1)
  • Kota Sehat
    Kota Sehat
    Dokumen39 halaman
    Kota Sehat
    Wulan Rahmaniati
    Belum ada peringkat
  • Chapter II
    Chapter II
    Dokumen37 halaman
    Chapter II
    PUSKESMAS CIPATAT
    Belum ada peringkat
  • Format Pengkajian
    Format Pengkajian
    Dokumen3 halaman
    Format Pengkajian
    Wulan Rahmaniati
    Belum ada peringkat
  • Format Pengkajian
    Format Pengkajian
    Dokumen3 halaman
    Format Pengkajian
    Wulan Rahmaniati
    Belum ada peringkat
  • Perencanaan Kesehatan Bu Eneng
    Perencanaan Kesehatan Bu Eneng
    Dokumen17 halaman
    Perencanaan Kesehatan Bu Eneng
    Wulan Rahmaniati
    Belum ada peringkat
  • SAP Otitis
    SAP Otitis
    Dokumen8 halaman
    SAP Otitis
    Wulan Rahmaniati
    Belum ada peringkat
  • SAP Otitis
    SAP Otitis
    Dokumen8 halaman
    SAP Otitis
    Wulan Rahmaniati
    Belum ada peringkat
  • GLAUKOMA
    GLAUKOMA
    Dokumen40 halaman
    GLAUKOMA
    fajar ayu
    100% (2)
  • Pathway Save
    Pathway Save
    Dokumen1 halaman
    Pathway Save
    Wulan Rahmaniati
    Belum ada peringkat
  • Anemia
    Anemia
    Dokumen21 halaman
    Anemia
    Wulan Rahmaniati
    Belum ada peringkat
  • Pengkajian Fisik Dan Psikologis PPT Pak Ana
    Pengkajian Fisik Dan Psikologis PPT Pak Ana
    Dokumen12 halaman
    Pengkajian Fisik Dan Psikologis PPT Pak Ana
    Wulan Rahmaniati
    100% (1)
  • Asuhan Keperawatan Vrtgo
    Asuhan Keperawatan Vrtgo
    Dokumen9 halaman
    Asuhan Keperawatan Vrtgo
    Wulan Rahmaniati
    Belum ada peringkat
  • Pathway Save
    Pathway Save
    Dokumen1 halaman
    Pathway Save
    Wulan Rahmaniati
    Belum ada peringkat
  • VSD Pak Asmul Kedua
    VSD Pak Asmul Kedua
    Dokumen14 halaman
    VSD Pak Asmul Kedua
    Wulan Rahmaniati
    Belum ada peringkat
  • CKD & BPH
    CKD & BPH
    Dokumen18 halaman
    CKD & BPH
    Wulan Rahmaniati
    Belum ada peringkat
  • Teori HIV
    Teori HIV
    Dokumen6 halaman
    Teori HIV
    Wulan Rahmaniati
    Belum ada peringkat
  • Anemia
    Anemia
    Dokumen21 halaman
    Anemia
    Wulan Rahmaniati
    Belum ada peringkat
  • SAP Implant
    SAP Implant
    Dokumen9 halaman
    SAP Implant
    Wulan Rahmaniati
    Belum ada peringkat
  • ANATOMI FISIOLOGI Pak Askus
    ANATOMI FISIOLOGI Pak Askus
    Dokumen20 halaman
    ANATOMI FISIOLOGI Pak Askus
    Wulan Rahmaniati
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen3 halaman
    Bab 2
    Wulan Rahmaniati
    Belum ada peringkat