Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam program kesehatan lingkungan suatu
pemukiman/perumahan sangat berhubungan dengan kondisi sosial,
ekonomi, pendidikan, tradisi/kebiasaan, suku, letak goegrafis dan kondisi
masyarakat lokal. Selain itu kondisi lingkungan pemukiman/perumahan
dipengaruhi juga oleh beberapa faktor yang dapat meningkatkan kualitas
lingkungan antara lain, fasilitas pelayanan kesehatan, sarana penunjang
pendidikan, perlengkapan dan peralatan laing yang dapat terselenggaranya
kesehata fisik, kesehatan mental dan kesejahteraan sosial bagi individu dan
keluarganya. (Hasyim, 2010)
Selama beberapa dekade terakhir, banyak negara di dunia yang
mengalami pertumbuhan penduduk yang sangat pesat di beberapa kota
besar yang ada di negara tersebut. Hal ini disebabkan olah penyebab utama
berupa hasil dari migrasi penduduk desa ke perkotaan dan meningkatnya
populasi penduduk di kota tersebut.
Menurut laporan State of World Population, pada tahun 2008,
sekitar 3,3 miliar warga dunia menjadi bagian dalam proses urbanisasi,
atau lebih dari separuh penduduk dunia. Angka itu diperkirakan akan
menjadi lima miliar pada tahun 2030 berdasarkan perkiraan Badan PBB
yang mengurusi kependudukan (UNFPA). Laporan tahunan Komisi
Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia dan Pasifik (UNES-CAP) juga
menunjukkan, urbanisasi di kawasan Asia Pasifik mencapai tingkat
tertinggi di dunia. Khususnya Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Di Indonesia, pada tahun 1950 hanya12,4% penduduk tinggal di
kota sedangkan pada tahun 2010 sudah mencapai 53,7%. Berdasarkan
proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS) urbanisasi akan mencapai 68 persen

1
pada tahun 2025. Proyeksi itu mengacu kepada perbedaan laju
pertumbuhan penduduk daerah perkotaan dan daerah perdesaan (urban
rural growth difference/URGD). Dalam data itu terlihat, provinsi di Pulau
Jawa dan Bali, tingkat urbanisasi-nya lebih tinggi dari Indonesia secara
total. Bahkan, tingkat urbanisasi di empat provinsi di Jawa pada 2025
sudah di atas delapan puluh persen, yaitu di DKI Jakarta, Jawa Barat, DI
Yogyakarta, dan Banten.
Dari aspek demografi, urbanisasi merupakan suatu proses adanya
perubahan persebaran penduduk di suatu wilayah. Hal inilah yang
menimbulkan dampak adanya kepadatan penduduk, yang berimplikasi
kepada masalah-masalah kesehatan. Oleh karena itu, di dalam makalah ini
akan di bahas mengenai “Health City (Kota Sehat)”.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari makalah ini adalah tercapainya kondisi kota untuk
hidup dengan aman, nyaman dan sehat bagi warganya melalui upaya
peningkatan kualitas lingkungan fisik, sosial dan budaya secara optimal
sehingga dapat mendukung peningkatan produktifitas dan perekonomian
wilayah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Kota sehat adalah suatu kota yang terus-menerus menciptakan dan
meningkatkan lingkungan-lingkungan fisik dan sosial dan memperluas
sumber daya masyarakat mereka yang memungkinkan orang untuk saling
mendukung satu sama lain dalam melaksanakan semua fungsi kehidupan
dan mengembangkan potensi maksimal mereka. "Sebuah kota yang sehat
adalah salah satu yang terus-menerus menciptakan dan meningkatkan
mereka secara fisik dan sosial lingkungan dan memperluas sumber daya
masyarakat mereka yang memungkinkan orang untuk saling mendukung
satu sama lainnya dalam melaksanakan semua fungsi kehidupan dan
dalam mengembangkan potensi maksimal mereka. (Hancock, 1988).
Sebuah Kota Sehat berkomitmen untuk suatu proses mencoba
untuk mencapai yang lebih baik fisik dan sosial lingkungan. Setiap kota
dapat memulai proses menjadi Kota Sehat jika berkomitmen untuk
pengembangan dan pemeliharaan lingkungan fisik dan sosial yang
mendukung dan mempromosikan baik kesehatan dan kualitas hidup
penduduk. Membangun pertimbangan kesehatan dalam pembangunan
perkotaan dan manajemen sangat penting untuk Kota Sehat.
Kabupaten/Kota Sehat adalah suatu kondisi kabupaten/Kota yang
bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni penduduk, yang dicapai
melalui terselenggaranya penerapan beberapa, tatanan dengan kegiatan
yang terintegrasi yang disepakati masyarakat dan pemerintah daerah. (PB
MenDaGri dan MenKes, 2005)
Pendekatan Kota Sehat pertama kali dikembangkan di Eropa oleh
WHO pada tahun 1980-an sebagai strategi menyongsong Ottawa-Charter.

3
Ditekankan bahwa kesehatan dapat dicapai dan berkelanjutan apabila
sernua aspek, yaitu sosial, ekonomi, lingkungan dan budaya diperhatikan.
Penekanan tidak cukup pada pelayanan kesehatan, tetapi kepada seluruh
aspek yang mempengaruhi kesehatan masyarakat, baik jasmani maupun
rohani.

B. Tujuan Pembangunan Kota Sehat


Pembangunan kota sehat memiliki tujuan untuk ercapainya kondisi
kota untuk hidup dengan bersih, aman, nyaman dan sehat untuk dihuni dan
sebagai tempat bekerja bagi warganya dengan cara terlaksananya berbagai
program kesehatan dan sektor lain, sehingga dapat meningkatkan secara
optimal sarana untuk mendukung peningkatan produktifitas dan
perekonomian masyarakat.
Secara rinci tujuan pembangunan kesehatan diklasifikasikan dalam
tujuan utama dan tujuan khusus seperti diuraikan dibawah ini:
1. Tujuan Utama : Mengembangkan dan meningkatkan kesehatan dan
kualitas kehidupan penduduk perkotaan.
Adanya konsep pembanguanan kota sehat di suatu wilayah
memiliki tujuan utama untuk menciptakan lingkungan yang dapat
mendukung dan dapat meningkatkan peran faktor kesehatan dalam
kehidupan manusia agar mampu melaksanakan tugas dan fungsi
sebagai individu dan anggota masyarakat dengan baik sehingga
tercapai kualitas keidupan yang tinggi yang akan berpengaruh terhadap
peningkatan status kesehatan dan kehidupan sosial yang maksimal.
2. Tujuan Khusus
a. Menciptakan dukungan dari lingkungan sehat
Hal ini berkaitan dengan adanya fakta bahwa lingkungan
yang sehat ikut memiliki pengaruh terhadap status kesehatan
masyarakat. Namun sebaliknya apabila suatu lingkungan di suatu
wilayah tersebut buruk maka juga akan memberikan damapak
buruk terhadap derajat dan status kesehatan penduduk di kawasan
tersebut.
b. Memperoleh kualitas kehidupan yang tinggi
Kualitas kehiduapan yang tinggi juga dipengaruhi oleh
daya dukung lingkungan yang baik, dengan terciptanya lingkungan

4
yang sahat maka dapat memberikan pengaruh positif terhadap
peningkatan kualitas kehidupan masyarakat.
c. Menyediakan sanitasi dasar dan kebutuhan akan kebersihan
Konsep pembangunan kota sehat erat kalitannya dengan
adanya fasilitas sanitasi yang baik bagi seluruh penduduk. Salah
satu faktor penentu kualitas lingkungan yang sehat yaitu adanya
sanitasi lingkungan yang baik yang dapat meningkatkan kualitas
lingkungan dan akhirnya juga dapat meningkatkan status kesehatan
masyarakat di kota tersebut.
d. Menyediakan akses kepada layanan kesehatan
Selain faktor lingkungan, adanya konsep pembangunan
kota sehat juga berpengaruh langsung terhadap ketersediaan akses
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan baik. hal ini disebabkan
juga oleh fakta bahwa suatu wilayah tidak akan dikatakan sehat
apabila tidak mampu menyediakan akses terhadap pelayanan
kesehatan.

C. Ciri Khas Kota Sehat


Menurut WHO (1995) dalam Twenty Steps for Developing a
Healthy Cities Project, ciri khas kota sehat, yaitu :
1. Lingkungan fisik yang bersih dan aman (termasuk perumahan yang
bermutu tinggi);
2. Ekosistem yang mantap dan berkelanjutan;
3. Masyarakat kuat yang saling mendukung dan tidak eksploitatif;
4. Keikutsertaan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang
berdampak pada kesehatan mereka;
5. Kebutuhan dasar (makanan, air, perumahan, pendapatan, keamanan,
pekerjaan) terpenuhi untuk seluruh masyarakat;
6. Akses ke bermacam-macam pengalaman dan sumber serta kesempatan
untuk berinteraksi;
7. Ekonomi yang beragam, hidup, dan bisa menerima pemikiran baru;
8. Hubungan dengan masa lalu, dengan sejarah budaya dan biologis
seluruh masyarakat, serta hubungan dengan kelompok dan individu
lain;
9. Pelayanan kesehatan dan kesehatan masyarakat yang dapat digunakan
seluruh masyarakat;

5
10. Status kesehatan yang tinggi (tingkat kesehatan tinggi, tingkat penyakit
rendah).

D. Konsep Kota Sehat


Jika merujuk pada Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan
Menteri Kesehatan tentang Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat,
healthy city didefinisikan sebagai suatu kondisi kabupaten/kota yang
bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni penduduk yang dicapai
melalui terselenggaranya penerapan beberapa tatanan dan kegiatan yang
terintegrasi yang disepakati masyarakat dan pemerintah daerah. WHO
(1997) mendefinisikan terdapat sebelas komponen kota sehat yang
berkualitas yaitu lingkungan fisik yang aman dan bersih; ekosistem yang
stabil; dukungan masyarakat yang kuat dan tidak eksploitatif; partispasi
dan kontrol masyarakat yang kuat; pemenuhan kebutuhan dasar seperti
makanan, air, tempat tinggal dan pekerjaan yang aman; akses untuk
mendapatkan fasilitas dan pengalaman serta interaksi dan komunikasi
dengan masyarakat luas; ekonomi perkotaan yang innovatif; mendorong
interkoneksitas dari berbagai aspek budaya dan keturunan dengan berbagai
individu dan kelompok; rukun terhadap berbagai karakteristik masyarakat;
ketersediaan akses pelayanan kesehatan dengan masalah kesehatan
masyarakat dan terakhir adalah status kesehatan yang tinggi.
WHO (1997), lebih lanjut mengungkapkan bahwa terdapat enam
karakteristik yang dimiliki oleh healthy city project yaitu komitmen
terhadap kesehatan; membutuhkan keputusan politik untuk kesehatan
masyarakat; tindakan dan aksi yang bersifat intersektoral; partisipasi
masyarakat; inovasi dan outcomenya adalah kebijakan publik yang sehat.
Jika merujuk pada dua definisi dan karakteristik healthy city tersebut,
maka dapat dipahami bahwa pertama, healthy city adalah kota yang bersih
secara fisik, aman dan nyaman untuk dihuni oleh masyarakat. Kedua,
healthy city dapat dimulai dari beberapa tatanan (setting) misalnya sekolah
sehat,perkantoran sehat, rumah sakit sehat, pulau sehat sebagai pilot

6
project. Ketiga, konsep healthy city menekankan pada keterlibatan
pemerintah dan masyarakat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
konsep healthy city adalah gerakan yang dilakukan oleh semua komponen
masyarakat, sektor pemerintah dan swasta dan pemerintah lokal yang
bertujuan untuk mewujudkan kebijakan publik yang sehat (healthy public
policy).

E. Model Kota Sehat

Model-model yang dapat dikembangkan sebagai syarat


pembangunan kota sehat dikelompokkan atas beberapa model sebagai
berikut (Sunarsi, 2010):

1. Lingkungan yang sehat


a. Mendorong terciptanya udara yang segar dan bersih sehingga
angka kesakitan dan kematian karena penyakit saluran pernafasan
dapat dikurangi.
b. Meningkatkan kualitas air sungai yang bersih sesuai dengan
peruntukkannya.
c. Meyediakan air bersih termasuk yang layak minum sehingga
kebutuhan air minum yang bersih dan aman dapat dinikmati
penduduk dan penyakit saluran percernaan seperti thypoid dan
diare dapat dicegah.
d. Pengelolaan sampah terpadu sehingga sampai pada pembuangan
dapat didayagunakan, tidak menimbulkan banjir dan menjadi
tempat perkembangbiakkan vektor penyakit.
e. Pengadaan dan penataan lingkungan perumahan dan pemukiman
yang sehat sehingga kejadian stress, penyakit saluran napas, diaree
dan kejadian kecelakaan serta penyakit lainnya dapat dihindari dan
dikurangi.
f. Pembenahan dan peningkatan pengelolaan drainase kota yang
dapat mengurangi bahaya terjadinya banjir dan penggenangan air
serta tempat perkembangbiakkan verkot penyakit akibat
lingkungan yang tidak sehat.
2. Sarana dan Prasarana Kota yang Sehat dan Aman

7
a. Penataan ruang kota yang serasi sehingga tersedia ruang terbuka
hijau yang dapat dimanfaatkan untuk sebagai tempat bermain dan
tercapai keserasian antara bangunan, penghuni dan lingkungan
hidup serta tempat kerja yang dapat memberikan rasa nyaman,
aman dan sehat.
b. Terpenuhinya tempat-tempat umum dimana masyarakat dapat
menikmati palayanan umum secara nyaman, aman dan terhindar
dari penularan penyakit bagi para pengunjungnya.
c. Penataan dan pengelolaan pasar serta fasilitas pendukungnya
secara baik dan benar sehingga pasar tidak menjadi tempat
perkembangbiakkan vektor, sumber sampah dan kerawanan sosial
lainnya serta nyaman dikunjungi oleh orang yang membutuhkan.
d. Penataan sektor lingkungan informal (padagang kaki lima,
pedagang asongan, indistri rumah tangga) secara tertib, berdaya
guna dan berhasil guna sehingga memberikan prospek yang baik
sekaligus tidak mencemari lingkungan dan membahayakan
pedagang dan orang yang ada di sekitarnya.
e. Pangadaan dan peningkatan kualitas dan kuantitas transportasi
perkotaan yang memadai sehingga kecalakaan, stress yang terjadi
akibat buruknya transportasi dapat dikurangi dan jarak tempuh
kendaraan dapat ditingkatkan dan teratasinya kemacetan lalu lintas.
3. Perilaku hidup yang sehat
a. Meniadakan perilaku tidak sehat (merokok, minuman keras,
ketergantungan obat) di wilayah tersebut.
b. Peningkatan upaya kesehatan mental sehingga maslaah kesehatan
mental yang cenderung meningkat dapat dikurangi melalui upaya
pencegahan, penanggulangan dan upaya promotif untuk
meningkatkan katahanan mental penduduk.
c. Pengurangan angka kejadian kekerasan serta kriminalitas sehingga
produktivitas kerja dan kehidupan yang nyaman, aman dan tentram
dapat dinikmati oleh penduduk.
d. Meningkatkan kepekaan dan upaya masyarakat didalam penegakan
keadilan dan hak azazi manusia.

8
e. Penyiapan masyarakat dan aparat untuk mencegah dan
mengantisipasi rawan pangan dan terjaminnya kebutuhan gizi
menimal secara berkesinambungan.
4. Kehidupan sosial yang sehat
a. Menanggulangi dan membina anak jalanan agar memiliki masa
depan yang lebih baik.
b. Adanya jaminan pelayanan kesehatan bagi setiap warga negara
sesuai dengan pilihannya dan keikutsertaan dalam pendanaan
dalam bentuk jaminan pelayanan kesehatan masyarakat.
c. Tersedianya sarana perkantoran dan perdagangan yang sehat yang
dapat dinikmati oleh masyarakat.
d. Setiap warga dapat mencari kehidupannya secara aman. Bayi dan
anak-anak dapat tumbuh dan berkembang secara wajar. Disamping
itu orang tua dapat menikmati hari tua dengan fasilitas yang
tersedia dan dapat meningkatkan kualitas kehidupan usia tua yang
berdaya guna.
e. Adanya fasilitas untuk keperluan ibadah dan sosial yang kondusif
untuk semua pemeluk agama dan kepercayaan.
5. Kawasan industri yang sehat
a. Adanya komitmen pengelola industri dan masyarakat untuk
menciptakan lingkungan lingkungan pemukiman tidak saja sehat
bagi pekerja tetapi tidak mencemari lingkungan pemukiman.
b. Peningkatan keadaan kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
melalui antara lain penertiban dan pengadaan serta penggunaan
sarana dan prasarana pendukung K3 sehingga kejadian kecelakaan
dan kematian akibat kecelakaan kerja dapat dikurangi dan tercapai
keamanan tempat kerja bagi para pekerja.
6. Lingkungan atau Kawasan pariwisata yang sehat
a. Tersedianya informasi yang cukup tentang kesehatan dan
pariwisata.
b. Tersedianya akomodasi dan sarana untuk makan dan minum yang
nyaman, aman dan sehat di kawasan wisata.
c. Tersedianya objek wisata yang aman, nyaman dan sehat dan
memberi kesan kenangan khusus.
d. Tersedianya palayanan kesehatan sesuai dengan jenis dan
kebutuhan yang diinginkan oleh wisatawan.

9
e. Adanya dukungan prasarana dasar (air, listrik, telephone, sarana
sanitasi pariwisata, pengolahan air limbah yang cukup dan
memenuhi kualitas).
f. Adanya sarana penunjuang yang bersih, tertib, dan tidak
menimbulkan pencemaran, seperti tempat belanja, souvenir, temoat
ibadah dan lain-lain.
g. Adanya sarana angkutan dari dan menuju kawasan pariwisata yang
aman, nyaman dan sehat.
7. Pengembangan pendidikan yang berwawasan kesehatan
a. Penyediaan, pengelolaan dan penggunaan sarana dan prasarana
pendidikan (mulai dari taman kanan-kanan, sekolah dasar, sekolah
menengah hingga perguruan tinggi) yang memnuhi syarat
kesehatan.
b. Penataan lingkungan sekolah dan pembinaan perilaku murid dan
keluarga yang sehat antara lain melalui kegiatan UKS.

F. Strategi Kota Sehat


Beberapa strategi yang akan ditempuh dalam melaksanakan
kegiatan kota sehat di Indonesia sebagai berikut :
1. Kegiatan dimulai dari beberapa kota terpilih berupa kegiatan yang
spesifik, sederhana, terjangkau, dapat dilaksanakan secara mandiri dan
berkelanjutan dengan menggunakan segenap sumber daya yang
tersedia.
2. Meningkatkan potensi ekonomi stakeholders kegiatan yang menjadi
kesepakatan masyarakat.
3. Perluasan kegiatan ke kota lainnya atas dasar adanya minat dari kota
tersebut untuk ikut dalam pendekatan kota sehat.
4. Meningkatkan keberdayaan masyarakat melalui Forum dan Pokja Kota
Sehat, serta pendampingan dari sektor terkait untuk dapat membantu
memahami permasalah, menyusun perencanaan dan melaksanakan
kegiatan kota sehat.
5. Menggali potensi wilayah dan kemitraan dengan swasta, LSM,
pemerintah, legislates di dalam penyelenggaraan kegiatan kota sehat.

10
6. Memasyarakatkan pembangunan yang berwawasan kesehatan di dalam
mewujudkan kota sehat.
7. Meningkatkan promosi dan penyuluhan agar masyarakat hidup dalam
kondisi yang tertib hokum, peka terhadap lingkungan fisik, social dan
budaya yang sehat.
8. Mengembangkan informasi dan promosi yang tepat, sesuai dengan
kondisi setempat baik berupa media cetak, elektronik termasuk melalui
internet dan media tradisional.
9. Membuat jaringan kerja sama antar kota pengembangan (replikasi)
kota sehat.

G. Program Kota Sehat


Secara umum, pengertian kota sehat adalah suatu pendekatan untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat dengan mendorong terciptanya
kualitas lingkungan fisik, sosial, budaya dan produktivitas serta
perekonomian yang sesuai dengan kebutuhan wilayah perkotaan. Konsep
kota sehat merupakan pola pendekatan untuk mencapai kondisi
kota/kabupaten yang aman, nyaman dan sehat bagi warganya melalui
upaya peningkatan kualitas lingkungan fisik, sosial dan budaya secara
optimal sehingga dapat mendukung peningkatan produktivitas dan
perekonomian wilayah. Kota sehat merupakan gerakan untuk mendorong
inisiatif masyarakat (capacity building) menuju hidup sehat.
Pemerintah berperan menyusun kebijakan, strategi dan pedoman
umum. Sektor-sektor di propinsi berperan didalam mengembangkan
petunjuk teknis dan standar yang sesuai dengan daerah. Pelaksanaan
kegiatan diserahkan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat melalui
Forum dan Kelompok Kerja (Pokja) Kota Sehat, sehingga dapat
memenuhi kebutuhan dan aspirasi masyarakat di kota tersebut.
(Kingkungan, 2009).

Program pendukung Kota Sehat, yaitu :


1. Program Bangun Praja

11
Dalam rangka peningkatan kapasitas pengelolaan
lingkungan hidup di daerah, Kementrian Lingkungan Hidup
berupaya merumuskan dan melaksanakan program yang
bertujuan untuk meningkatkan kinerja dalam pengelolaan
lingkungan hidup yang baik (Good Environmental
Governance-GEG). Sasaran dari program Bangun Praja adalah
terwujudnya pemerintahan yang baik (GG) dan lingkungan
yang baik (good environment).
Strategi yang diterpakan dalam pelaksanaan program
Bangun Praja adalah: (1) menciptakan motivasi bagi Pemda
melalui pemberian insentif, antara lain berupa penghargaan
maupun bantuan lainnya; (2) menciptakan kompetisi antar
daerah/kota; (3) menerapkan pendekatan "Local Specific"
karena setiap daerah memiliki kekhasan masing-masing.
2. Program ADIPURA
Program ADIPURA bertujuan untuk mengukur kinerja
pemerintah daerah (kabupaten dan kota) dalam pengelolaan
lingkungan, khususnya lingkungan perkotaan, guna
mewujudkan kota yang bersih dan teduh (Clean and Green
Cities). Dengan menggunakan pedoman, kriteria, dan indikator
yang disusun, Kementrian Lingkungan Hidup bersama dengan
Pemerintah propinsi melakukan monitoring dan evaluasi
kondisi fisik lingkungan perkotaan sekurang-kurangnya 2 kali
dalam setahun. Sementara, evaluasi non fisik dilakukan 1 kali
dalam setahun.
3. Program Inovasi Manajemen Perkotaan (IMP) Award
Tujuan dari Program IMP Award ini lebih mengarah
kepada peningkatan kapasitas dan manajemen Pemerintah
Daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, yaitu
untuk mendorong adanya perubahan kebijakan publik dan
institusi pemerintah. (Kingkungan, 2009).

12
Dalam membuat suatu penyelenggaraan progam Kota
Sehat, ada beberapa Tahapan yang diperlukan, yaitu ;
a. Komitmen terhadap kesehatan
1) Kesehatan bersifat holistik dengan unsur fisik, kejiwaan,
sosial, dan agama.
2) Kesehatan bisa ditingkatkan lewat kerjasama individu
dan kelompok asal peyuluhan kesehatan serta
pencegahan penyakit menjadi prioritas.
b. Proses pengmabilan keputusan untuk kesehatan masyarakat
1) Lembaga pemerintah yang bertanggung jawab atas
perumahan, lingkungan, pendidikan, dan pelayanan
umum sangat penting dalam menunjang kesehatan.
2) Keputusan yang diambil di tingkat daerah hendaknya
menunjang kesehatan.
c. Kegiatan intersectoral
1) Program yang melibatkan semua unsur yang
mempengaruhi faktor penentu kesehatan (determinants
of health), termasuk sektor usaha, pemerintah daerah,
lembaga lain;
2) Tingkah laku/kegiatan individu dan lembaga di luar
sektor kesehatan diubah supaya menyumbang terhadap
lingkungan kota yang sehat.
d. Masyarakat umum memainkan peranan aktif
1) Masyarakat dapat mempengaruhi keputusan/kegiatan
pemerintah daerah.
2) Penyuluhan kesehatan yang mengubah pandangan,
sikap, dan pilihan masyarakat dalam hal yang
menyangkut kesehatan, cara hidup, dan penggunaan
pelayanan kesehatan.
e. Cara baru dalam pemikiran dan metode
1) Berhasilnya sebuah program Kota Sehat tergantung
pada adanya kesempatan untuk berinovasi.
2) Menyebarkan pengetahuan tentang metode baru,
mendorong pemikiran baru, dan menghargai
keberhasilan kebijakan dan program yang inovatif.

13
H. Indikator Kota Sehat
Untuk mengukur kemajuan kegiatan pada setiap tatanan yang
dipilih dalam masyarakat dibutuhkan indikator. Indikator tersebut
merupakan alat bagi semua pihak yang ikut terlibat dapat menilai sendiri
kemajuan yang sudah dilakukan dan menjadi tolak ukur untuk
merencanakan kegiatan selanjutnya.
Setiap daerah dapat memilih, menetapkan dan melaksanakan
kegiatan sesuai indikator terkait. Besar idengan kondisi dan kemampuan
mereka untuk memenuhi indikator tersebut. Dengan demikian indikator
yang dimuat dalam pedoman ini merupakan daftar yang dapat dipilih oleh
forum bersama-sama dengan Pemerintah Daerah dan sektor terkait. Besar
indikator yang hendak dicapai oleh masing-masing Kabupaten/Kota di
provinsi yang bersangkutan.
Penilaian terhadap indikator adalah untuk mengetahui tingkat
keberhasilan atau pencapaian kegiatan dari segi jangkauan dan output.
Sumber data untuk menilai keberhasilan ini adalah daftar masalah yang
dapat diatasi dari daftar yang disusun dalam lokakarya perncanaan. Untuk
penetapan pemilihan indikator agar memperhatikan hal sebagai berikut :
1. Setiap daerah dapat memilih, menetapkan indikator sesuai dengan
kegiatan, kondisi dan kemampuannya, dan kesepakatan bersama
dengan pemerintah daerah. Setiap tahun sasaran indikator dan sasaran
berkembang sesuai kondisi yang ada.
2. Forum bersama Pemerintah Daerah dapat memilih besaran indikator
yang sesuai dengan kapasitasnya.
3. Pencapaian pendekatan Pemerintah/Kota Sehat tergantung dari
kemampuan dari masing-masing daerah.
4. Indikator proses adalah cara mengukur seberapa jauh langkah-langkah
Kabupaten/Kota Sehat sudah dilaksanakan di masing-masing daerah :
a. Dukungan pemerintah daerah dalam membentuk kebijakan, perda,
penerapan dan pelibatan masyarakat.
b. Aktifitas kelembagaan yang ada, yaitu Forum Kabupaten/Kota
Sehat, ForumKomunikasi Desa/Kelurahan Sehat, Pokja dan Tim
Pembina.

14
5. Indikator output adalah pencapaian sasaran kegiatan yang telah
disepakati masyarakat.
6. Indikator gerakan masyarakat antara lain ditunjukan dengan adanya
program percontohan ; dana berputar, keterlibatan forum dan
masyarakat rehadap program yang dilaksanakan sektor ; adanya
kegiatan penyuluahn rutin/penyebarluasan informasi melalui media
massa/pembuatan media/workshop, dan lain-lain. Forum juga dapat
menyampaikan konsep pemecahan masalah kepada Pemerintah
Daerah/sektor tentang program yang disepakati.

Menu kegiatan menurut tatanan dan jenis indikator adalah sebagai berikut :

(PB MenDaGri dan MenKes No.34 Tahun 2005) -

I. Indikator Pokok 1. Belajar 9 tahun


2. Angka melek huruf
3. Pendapatan perkapita domestik
4. Angka Kematian Bayi per
1.000/Kh
5. Angka Kematian Balita Per
1.000/Kh
6. Angka Kematian Ibu melahirkan

15
Per 1.000/Kh
7. Adanya RUTRK (rencana Detail
Tata Ruangan Kota)
8. program dana sehat dan jaminan
sosial nasional bagi masyarakat
miskin.

1. Adanya dukungan pemda.


2. Adanya program pendukung di
sektor.
3. Berfungsinya tim Pembina
Kab/Kota dan Kecamatan.
4. Berfungsinya Forum Kab/Kota.
5. Adanya Sekretariat Forum
6. Berungsinya Forum Komunikasi
Desa/Kelurahan.
7. Berfungsinya Pokja

II. Indikator Umum Kelurahan/Desa.


8. Adanya kesepakatan masyarakat
dan pemda tentang pilihan
tatanan dan kegiatan.
9. Adanya perencanaan forum yang
disepakati masyarakat dan
pemda
10. Adanya kegiatan yang
dilaksanakan oleh masyarakat
melalui forum/forum komunikasi
pokja.
III. Indikator Khusus

A. Kawasan Pemukiman Indikator Kab/Kota Sehat Sarana dan Prasarana


Sehat.

1. Udara Bersih a. Memenuhi standar ISPU


b. Kendaraan bermotor memenuhi
syarat emisi
c. Peningkatan penggunaan bahan

16
bakar yang memenuhi syarat.
d. Penurunan Kasus gangguan
pernapasan (ISPA/pneumonia).
e. Penurunan kasus TB Paru.
a. Terlarang membuang sampah ke
sungai
b. Terlarang membuang kotoran

2. Air Sungai Bersih manusia ke sungai


c. Terlarang membuang sampah
limbah industri ke sungai
d. Adanya penataan fisik bantaran
sungai.
a. Meningkatnya cakupan
penggunaan air bersih.
b. Meningkatnya cakupan Kualitas

3. Penyediaan Air Bersih air minum memenuhi syarat


Individu dan umum. kesehatan.
c. Meningkatnya % Masyarakat
yang memeriksakan airnya ke
laboratorium
d. Penurunan kasus Diare.
a. Sistem pengolahan limbah kota
memenuhi syarat.
b. Adanya gerakan masyarakat
dalam pembangunan
4. Pembuangan Air Limbah SPAL/jamban.
Domestik (Rumah c. Cakupan penggunaan Sarana air

Tangga) limbah dan jamban keluarga


yang memenuhi syarat.
d. Selokan bebas jentik nyamuk.
e. Penurunan Kasus Filariasis (kaki
gajah).

5. Pengolahan Sampah a. Sampah tidak menumpuk di


TPS/ permukiman.
b. Terlaksananya pemisahan

17
sampah basah dengan sampah
lainnya.
c. TPA tidak mencemari
lingkungan.
d. Angka kepadatan lalat.
e. Angka jentik aedes.
f. Terlaksananya program PSN 3
M, di sekolah, tempat-tempat
umum.
a. Adanya sarana fasilitas umum.
b. Bebas jentik aedes.
c. Bebas banjir.
d. Meningkatnya Rumah Sehat
yang memenuhi syarat.
e. Menurunnya keluhan kesehatan
akibat pencemaran
6. Perumahan dan
industri/pertambangan.
permukiman f. Tidak terjadi KLB penyakit
Diare & DBD, atau malaria.
g. Meningkatnya pemanfaatan
Puskesma
h. Rumah Sakit menyelenggarakan
pelayanan 4 (empat) spesialis
dasar
a. Tersedianya taman dan
7. Pertamanan dan Hutan
pertanaman
Kota b. Adanya pengaturan
Pemeliharaan Hutan
a. Adanya kegiatan UKS dan
Organisasi BP3
b. Meningkatnya kesehatan murid
8. Sekolah c. Terlaksananya program olahraga
yang terencana
d. Menurunnya jumlah peserta
didik putus sekola
9. Pengelolaan Pasar a. Keamanan dan kenyamanan
terjamin

18
b. Pemeliharaan kebersihan oleh
pedagang
c. Tersedia sarana mencegah
kebakaran
d. Toilet umum terjaga
kebersihannya
e. Pasar yang memenuhi
persyaratan
f. Terlaksananya program jaminan
kesehatan pada pedagang.
a. Tersedianya sarana prasarana
untuk berolah raga
b. Tersedianya tempat bermain
Anak-anak anak-anak dan
rekreasi
10. Sarana Olah Raga dan c. Tersedianya pelayanan kesehatan

Rekreasi dan Tempat olah raga


d. Meningkatnya derajat
Bermain Anak-anak
kesegaran/kebugaran jasmani
masyarakat
e. Meningkatnya partisipasi
kelompokkelompok masyarakat
berolah raga secara teratur dan
terukur.

a. Adanya penataan sektor informal


b. Tidak menimbulkan pencemaran
11. Penataansektor informal c. Adanya program untuk
(Pedagang Kaki Asongan meningkatkan perekonomian
atau Industri Rumah pedagang
d. Terselenggaranya jaminan
Tangga)
pelayanan kesehatan bagi
pekerja.

A. Kawasan Tertib Lalu Lintas & Pelayanan Trasportasi

19
a. Terpenuhinya pesyaratan kendaraan
umum yang bersih dan hygienis,
serta bebas rokok
b. Terpenuhinya persyaratan emisi
kendaraan bermotor
1. Pelayanan Angkutan umu c. Bebas dari kebisingan
(bus, angko, taxi) d. Jaminan keamanan angkutan
barang dan pangan
e. Adanya pemerikasaan kendaraan
secara rutin

a. Terpenuhinya persyaratan udara


ambient diterminal
b. Terpenuhinya pengaturan jalur
kendaraan yang aman bagi
penumpang
2. Pelayanan terminal dan halte
c. Tersedianya pelayanan gawat
darurat di puskesmas daerah rawan
kecelakaan
d. Menurunnya tingkat kecelakaan
lalu lintas

a. Tingkat kepadatan
kendaraan/kemacetan
3. Penataan b. Pengaturan jalur kendaraan umum,
pribadi, sepeda motor, dan pejalan
kaki

4. Rawan kecelakaan a. Pertolongan yang cepat dari


kecelakaan
b. Tresedianya peringatan perambuan
di daerah rawan kecelakaan
c. Tersedianya pelayanan Gawat
darurat didaerah puskesmas rawan
kecelakaan

20
d. Menurunnya tingkat kecelakaan
lalu lintas

a. Terlaksananya gerakan disiplin


5. Tertib lalu lintas dan berlalu lintas
keselamatan b. Menurunnya kasus pelanggaran
lalu lintas

a. Terlaksananya persyaratan
pemberian SIM baru dan
perpanjangan
6. Kemasyarakatan b. Terlaksananya penggunaan bahan
bakar ramah lingkungan
c. Tersedianya bengkel yang
berakreditasi

B. Kawasan Pariwisata Sehat

a. Adanya informasi objek


1. Informasi Wisata &
b. Adanya informasi tentang
Kesehatan
kesehatan

a. Sertifikat layak hotel meningkat


b. Sertifikat layak restoran meningkat
2. Sarana Pariwisata
c. Tidak mencemari lingkungan
d. Terjaminnya bersihan lingkungan

3. Objek & daya tarik wisata a. Peningkatan jumlah wisatawan

a. Terselenggarakannya asuransi
kesehatan bagi wisatawan
b. Kesehatan petugas penjamah
makanan di restoran memenuhi
4. Pelayanan Kesehatan.
syarat
c. Tidak terjadi keracunan makanan
d. Penurunan kasus kecelakaan obyek
wisata

5. Sarana penunjang a. Adanya sarana telekomunikasi


b. Tersedianya sarana dasar (air
bersihm jalanm limbah, dan

21
sampah)
c. Tersedianya sarana transportasi
wisatawan yang memadai
d. Tersedianya sarana tanggap
darurat

a. penurunan kasus gangguan


keamanan
b. peningkatan pendapatan
masyarakat
6. kemasyarakatan c. terselenggaranya
pendidikan/latihan/kursus bagi
masyarakat pemandu
pariwisata/pramu wisata

C. Kawasan Industri &


Perkantoran Sehat

a. Industri/perkantoran sesuai
dengan industri
RUTRK/RDTRK.
b. Permukiman di sekitar kawasan
1. Lingkungan Fisik industri, tidak kumuh.
c. Emisi/effluent memenuhi
persyaratan.
d. Tersedianya ruangan khusus
untuk merokok.

a. Bangunan memenuhi persyaratan


2. Lingkungan fisik kantor dan fisik kantor dan dan hygiene
perdagangan perdagangan
b. Tidak mencemari lingkungan.

3. Penataan sectoran informal a. Adanya penataan sector informal


informal (industri)
b. Meningkatnya pendataan sector
kecil/rumah tangga) informal
c. Penataan hygiene & sanitasi

22
sarana sector informal
d. Terselenggaranya jaminan
pelayanan kesehatan bagi pekerja

a. Terselanggaranya jaminan
pelayanan kesehatan kerja
kesehatan bagi karyawan dan
pencegahan
4. Keselamatan dana, kesehatan b. penurunan kasus penyakit akibat

kerja dan pencegahan kecelakaan dan kerja Rudapaksa


c. Menurunnya angka kematian dan
kecelakaan
kecacatan karena keselamatan
kerja
d. Misi/eggluent memenuhi syarat
e. Tempat kerja bebas dari bising
a. Meningkatnya kesempatan kerja
atau budaya dan kesehatan
berusaha bagi masyarakat sekitar
masyarakat.
5. Sosial ekonomi dan budaya b. Tersedianya pelayanan kesehatan
kesmas dasar bagi masyarakat.
c. Terpelihara keamanan dan
ketertiban
d. Tersedianya pendidikan/latihan
kursus bagi tenaga kerja.

D. Kawasan Pertambangan Sehat

1. Lingkungan pertambangan a. Bebas dari pertambangan tanpa


izinPertambangan b.
Pertambangan melakukan kelola
dan pantau lingkungan sesuai
dengan dokumen lingkungan
b. Adanya pengawasan dari
masyarakat (forum)
c. Tersedianya sarana umum di
kawasan tersebut (sekolah, pasar,

23
sarana pelayanan kesehatan,
tempat ibadah).

a. Adanya perencanaan teknis


reklamasi
bekas tambang
2. Reklamasi daerah bekas b. Terlaksananya reklamasi dan
tambang Revegetasi
c. Adanya pengawasan dan
masyarakat (forum)
a. Penurunan kasus kecelakaan
kerja kesehatan kerja
b. Penurunan kasus penyakit
3. Keselamatan dana dan
akibat kerja
kesehatan kerja c. Terselanggaranya jaminan
pelayanan kesehatan bagi
karyawan.

a. Adanya prioritas lapangan kerja


dan kemasyarakatn bagi
penduduk setempat
4. Sosial ekonomi dan b. Adanya bantuan sarana
kemsyarakatan pendidikan yang memadai
disekitar pertambangan
c. Adanya sarana pelayanan
kesehatan bagi masyarakat

a. Peningkatan kualitas sanitasi


dasar
b. Peningkatan hygiene dan sanitasi
5. Permukiman perumahan
c. Gerakan masyarakat
meningkatkan perilaku hidup
Bersih dan Sehat
E. Kawasan Hutan Sehat

1. Kemantapan Kawasan a. Pengakuan masyarakat terhadap

24
status kawasa
b. Keikutsertaan masyarakat dalam
tata batas Kawasan
c. Terwujudnya tata batas kawasan

a. Menurunnya kasus perambahan


hutan dan kebakaran hutan
b. Menurunnya kasus penebangan
liar/illegalloging
2. Keamanan Hutan
c. Udara ambient memenuhi
persyaratan ISPU
d. Menurunnya kasus
ISPA/pneumonia

a. Meningkatnya pelaksanaan
reboisasi dan konservasi
b. Meningkatnya gerakan
masyarakat tanah dalam
3. Rehabilitasi lahan dan penghijauan
konservasi tanah c. Terpeliharanya daerah resapan
air
d. Berfungsinya bangunan
penanggulangan erosi dan atau
sumber daya air

a. Menurunnya kegiatan perburuan


hayati secara liar terhadap satwa
yang dilindungi
b. Menurunnya kegiatan
pemungutan secara liar
4. Keanekaragaman hayati tumbuhan yang dilindungi
c. Menurunnya perdagangan satwa
yang dilindungi secara liar
d. Menurunnya perdagangan
tumbuhan yang dilindungi secara
liar

5. Sosial ekonomi dan a. Tersedianya akses pemanfaatan hasil

25
kemasyarakatan hutan tertentu oleh
masyarakat

b. Adanya pelayanan kesehatan yang


kemasyarakatan
memadai di kawasan sekitar hutan

c. Adanya sarana pendidikan yang


memadai di kawasan sekitar hutan

F. Ketahanan Pangan dan Gizi

a. Terlaksananya intensifikasi pertanian


dan pola tanah

1. Ketersediaan b. Masyarakat menyediakan lumbung


pangan

c Pemerintah menyediakan buffer stock

a. Berfungsinya lembaga distribusi


2. Ketahanan pangan yang ada di masyarakat
(koperasi, dll)

a. Terjangkaunya daya beli masyarakat

b. Meningkatnya KEP total

c. Masyarakat mengkonsumsi makanan


secara B3 (bergizi, beragam dan
3. Konsumsi berimbang)

d. menurunnya proporsi Balita dengan


gizi buruk

e. Berfungsi lembaga untuk konsultasi


gizi

3. Kewaspadaan a. Penurunan kasus gizi berlebih

26
b. Bebas keracunan pestisida pada petani

c. Kecamatan bebas rawan Pangan

d. Menurunnya penderita kretin baru

e. Kecamatan bebas rawan gizi

a. Adanya kegiatan kelompok


masyarakat dalam upaya
penanggulangan masalah gizi

4. Kemasyarakatan b. Meningkatnya pendapatan petani

c. Petani mendapatkan pelatihan


Pengendalian hama terpadu dan
penggunaan pestisida

G. Kehidupan Masyarakat yang Sehat Mandiri

a. Meningkatnya kegiatan kelompok


Bersih dan Sehat masyarakat berolah
raga secara teratur

b. Meningkatnya kegiatan kelompok


masyarakat penanggulangan NAPZA
1. Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat c. Meningkatnya kegiatan kelompok
masyarakat penanggulangan HIV/AIDS

d. Meningkatnya rumah tangga


berperilaku hidup bersih dan sehat (tidak
merokok, aktifitas fisik setiap hari dan
gizi seimbang)

2. Tempat tempat umum a. Tempat-tempat Umum laik sehat


(hotel, Taman, Rekreasi dan Tempat
Hiburan, dll)

27
b. Tidak terjadi kasus keracunan di
fasilitas penyediaan makanan.

c. Adanya kemudahan untuk orang cacat


tubuh

d. Jasa boga, restoran/rumah makan dan


tempat pengolahan makanan lain laik
sehat

e. Menurunya kasus legionellosis di


tempat umum

f. Adanya kawasan bebas rokok di


tempat umum

a. peningkatan Rumah Sehat yang


memenuhi syarat
3. Permukiman, perumahan b. Bebas dari pencemaran industric.
danbanguan sehat Penurunan kasus penyakit terkait dengan
lingkungand. Adanya program perbaikan
sehat oleh masyarakat
a. Kualitas air minum memenuhi syarat
kesehatan

4. Penyediaan AirBersih b. Tercapainya kualitas bakteriologisc.


Peningkatan cakupan air bersihd.
Penurunan kasus Diare. Masyarakat
memeriksakan laboratorium
5. Kesehatan dan Keselamatan a.Berfungsinya institusi pembina
Kerja,pencegahan keehatan dan keselamatan kerja;
Kecelakaan danRudapaksa b.Limbah industri diolah secara aman
dan sehat;
c. Tempat kerja memenuhi kesehatan;
d. Pekerja mendapat kesehatan dan

28
keselamatan paripurna;
e. Penurunan kasus kecelakaan kerja;
f. Penurunan Kasus penyakit kerja;
g. Adanya Pemantauan perilaku dalam
K3;
h. Menurunnya angka kematian
kecacatan karena keelakaan rudapaksa di
rumah, jalan sekolah, tempat umum.
a. Berkembangnya kelompok
masyarakat peduli dalam pelayanan
kesehatanb. Tersedianya fasilitas
konseling remaja
6. Kesehatan Keluarga, Reproduksi
c. Terlaksananya pemeriksaan pada
KB
siswa SD oleh tenaga terlatih/guru UKS
d. Terlaksananya program dokter kecil di
Sekolah Dasar
e. Pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan
a. Tersedianya akses/keterjangkauan
pelayanan kesehatan jiwa di Puskesmas
7. Pembinaan Kesehatan Jiwa b. Penurunan kasus gangguan mental
Masyarakat dan Pola asuh anak c. Tersedianya Pelayanan Konseling
Klinik swasta
d. Peningkatan kelompok yang mampu
menfasilitasi life skills bagi remaja
a. Meningkatnya partisipasi masyarakat
berolahraga yang teratur dan terukur
8. Kesehatan Olah Raga dan
b. Meningkatnya derajat kesegaran/
Kebugaran Jasmani
kebugaran jasmani masyarakat
c. Tersedianya pelayanan kesehatan
olah raga pada masyarakat

29
a. Adanya gerakan anti merokok alcohol
dan narkotika di masyarakat
b. Meningkatnya lingkungan bebas
rokok di lingkungan sekolah, tempat
kerja, dan tempat umum
9. Program Anti tembakau c. Terciptanya kebijakan untuk
mengatasi penyalahgunaan
obat/narkotika
d. Tersedianya klinik pelayanan
penanggulangan obat/narkotika
e. Menurunnya prevaelensi perokok dan
penyalahgunaan obat/narkotika
a. Meningkatnya cakupan UCI
b. Menurunnya Acute Flaccid Paralysis
(AFP)
c. Meningkatnya masyarakat yang
melakukan imunisasi secara mandiri
10. Imunisasi
d. Tersedianya informasi tentang bahaya
penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi
e. Meningkatnya akses penduduk pada
fasilitas kesehatan yang memberikan
pelayanan imunisasi
a. Meningkatnya penggunaan posyandu
purnama & mandiri
b. Meningkatnya penggunaan rumah
11. Pelayanan pengobatan dan
sakit
perawatan
c. Tersedianya pelayanan rumah sakit
bagi GAKINd. Meningkatnya
pemanfaatan oleh masyarakat

30
a. Menurunnya angka kesakitan malaria
b. Masyarakat berperan serta dalam
sistim kewaspadaan dini dan upaya
penanggulangan fokus serta KLB
12. Pembertantasan Malaria c. Adanya intervensi lingkungan pada
tempat perindukan nyamuk
d. meningkatnya keikutsertaan
masyarakat dalam penanggulangan
malaria di daerah pariwisata dan PETI
(Pertambangan Tanpa Ijin)
a. Menurunnya angka kesakitan Demam
Berdarah Dengue (DBD) di kecamatan
endemis
b. Masyarkat berperan serta sistim
13. Pemberantasan Penyakit DBD kewaspadaan dini dan penanggulangan
focus serta KLB
c. Terlaksananya upaya PSN/3M
sekolah, tempat tempat umum
d. Bebas jentik aedes

a. Adanya program masyarakat terkait


dengan rumah sehat penderita Paru
14. Pemberantasan TB Paru
b. Meningkatnya Angka Kesembuhan
Penderita TB Paru BTA (*)

a. Adanya program masyarakat terkait


dengan pemberantasan diare (PHBS, Air
15. PemberantasDiare
bersih dan jamban)
b. Diare KLB dapat ditangani < 24 jam

31
a. Meningkatnya kelompok jantung
sehat serta kencing manis di masyarakat
termasuk orang sehat. Tersedianya
informasi risiko dan upaya pencegahan
16. Pencegahan penyakit sehat
b. Penyakit jantung dan tekanan darah
Degeneratif
tinggi, kencing manis dan kanker
c. Meningkatnya upaya pengawasan
berkala jantung sehat melalui kelompok
jantung sehat
a. Adanya kegiatan kelompok
masyarakat dalam upaya
penanngulangan masalah gizi
b. Meningkatkan KEP pada ibu hamil
c. Menurunnya penderita kretin baru
d. Menurunnya ibu hamil yang anemia
dan kekurangan yodium
e. Menurunnya masyarakat kekurangan
17. Gizi
vitamin A
f. Penurunan kasus gizi berlebih
g. Kecamatan bebas rawan gizi
h. Menurunnya Berat Bayi Lahir Rendah
(BBLR)
i. Persentase bayi mendapat ASI
ekslusif
j. Meningkatnya persentase keluarga
sadar gizi

32
a. meningkatnya proporsi penduduk
yang terlindung dengan pelbagai bentuk
JKP prabayar (30% pada tahun 2005,
80% pada tahun 2010)
18. JPKM b. Terlindunginya penduduk miskin
dengan Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan/Kartu sehat (80% atau
lebih pada tahun 2005, 100% pada tahun
2010)

I Kehidupan Sosial Yang Sehat

a. Meningkatnya Penyuluhan Sosialb.


1. Penanganan kemiskinan dan Terselenggaranya
ketunaan sosial pendidikan/ketrampilan informasi
a. fakir miskin c. Peningkatan penyaluran untuk bekerja
b. Korban Napza d. Terselenggaranya pemantauan
c. Anak Jalanan kesehatan secara kontinyu Tersedianya
d. Pengemis dan gelandangan pengembangan
e. Tuna susila kreativitas anak dan produktifitas lanjut
usia.
2. Penanganan Kecacatan a. cacat a. Meningkatnya Penyuluhan Sosial
fisik b. Terselenggaranya pendidikan/
b. cacat mental ketrampilan sesuai dengan kecacatan
c. cacat fisik dan mental c. Meningkatnya kesempatan
mendapatkan pekerjaan
d. Adanya dukungan masyarakat untuk
menyediakan sarana dan prasaran sesuai
denga kecacatan

33
e. Adanya akses terhadap pelayan

a. Adanya interaksi sosial antar


masyarakat adat terpecil dengan
masyarakat umum
b. Meningkatnya kesempatan
3. Penanganan komunitas adat memperoleh pendidikan
terpencil c. Adanya akses transportasi
d. Adanya program untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
e. Meningkatnya pemanfaatan sarana
kesehatan

a. Terpenuhinya Penitipan bayi, anak


dan lanjut usia/jompo yang saniter dan
hygienes
b. Terselenggaranya pemantauan
4. Penanganan keterlantaran a.
kesehatan secara kontinyu
Anak b. lanjut usia/ jompo
c. Tersedianya pengembangan
kreativitas anak dan usila
d. Adanya kegiatan meningkatkan
produktivitas usila
5. Penanggulangan korban bencana a. Meningkatnya jumlah posko
kekerasan (anak, wanita dan usia penanggulangan korban bencana
lanjut) dan kerusuhan b. Meningkatnya kelancaran komunikasi
antara posko dan pemerintah
c. Masyarakat beperan aktif dalam
penanggulangan bencana

34
d. Menurunnya jumlah tindak kekerasan
dan kerusuhan
e. Persentase kab/kota mempunyai
contingency plan masalah kesehatan

Keberhasilan suatu kabupaten/kota mendapat peredikat kota yang sehat


adalah merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dengan
dukungan pemerintah, serta pembinaan yang terus menerus oleh semua pihak dari
Kabupaten/kota sampai Pusat.

35
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konsep Kota Sehat merupakan pola pendekatan untuk mencapai
kondisi kota/kabupaten yang aman, nyaman dan sehat bagi warganya
melalui upaya peningkatan kualitas lingkungan fisik, sosial dan budaya
secara optimal sehingga dapat mendukung peningkatan produktivitas dan
perekonomian wilayah (atau lebih bertujuan kepada ‘good governance’).
Kota Sehat merupakan gerakan untuk mendorong inisiatif
masyarakat (capacity building) menuju hidup sehat. Memperhatikan
konsepsi gerakan kota sehat tersebut, tampak bahwa gerakan kota sehat
merupakan pendekatan ‘multi stakeholders’, dimana sektor kehutanan
(pemerintah dan swasta) yang merupakan bagian dari stakeholders dapat
ikut aktif/ berpartisipasi sesuai dengan bidang tugasnya. Partisipasi
tersebut dalam tahap awal dapat berupa upaya untuk mempromosikan/
menginformasikan kegiatan-kegiatan yang telah dan akan dilakukan, yang
dapat menunjang gerakan kota sehat, serta menselaraskan kegiatan dengan
sektor lain yang secara bersama-sama dapat mewujudkan kota sehat.

B. Saran
Untuk mengukur kemajuan kegiatan kota sehat, dibutuhkan
indikator yang jelas sehingga semua pihak yang ikut terlibat dapat menilai
sendiri kemajuan yang sudah dilakukan, dan menjadi tolok ukur untuk

36
merencanakan kegiatan selanjutnya. Setiap daerah dapat memilih,
menetapkan dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan kondisi dan
kemampuan masing-masing untuk memenuhi indikator tersebut.
Karenanya, modal dasar pengembangan kota menuju healthy city adalah
kemauan dan komitmen pemerintah kota untuk mewujudkan tatanan hidup
yang lebih berkeadilan, aspiratif dan menempatkan masyarakat sebagai
mitra pembangunan. Pelibatan semua elemen masyarakat kota
merefleksikan makna kepemilikan mereka akan kota yang, secara tidak
langsung akan melahirkan kekuatan dan keikhlasan untuk secara bersama-
sama merekayasa perubahan kota.

DAFTAR PUSTAKA

37
Bahtiar, Hakiman. 2011. Urbanisasi dan Kemiskinan Kota, (online),
(http://zaenuri04.wordpress.com/2011/11/29/masalah-urbanisasi/, diakses 7
November 2012).
Depatemen Kehutanan. Info Lingkungan : Gerakan Kota Sehat, (online),
(http://www.dephut.go.id/Halaman/STANDARDISASI_&_LINGKUNGAN
_KEHUTANAN/INFO_III01/VI_III01.htm, diakses pada tanggal 7
November 2012).
Fanany, Rebecca. 2010. Kota Sehat Menjelang SEA Games 2011 (PPT). Seminar
Kesehatan Internasional BEM FKM Universitas Sriwijaya.
Hancock, T. and L. Duhl. Promoting Health in the Urban Context. WHO Healthy
Cities Papers No.1, 1988.
(http://www.healthycities.org.cn/upload/file/1276669620.pdf, diakses pada
tanggal 6 November 2012).
Hasyim, Hamzah. 2010. Modul Dasar-dasar Kesehatan Lingkungan. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya: Indralaya.
Ismail, Noor Hassim. 2010. Healthy City : Malaysia experiences (PPT). Seminar
Kesehatan Internasional BEM FKM Universitas Sriwijaya.
Kingkungan, 2009. Pengelolaan Lingkungan Perkotaan.
(http://kingkungan.blogspot.com/ diakses pada tanggal 7 November 2012).
Peraturan Beersama Mentri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan, 2005.
(http://danamonpeduli.or.id/wp-content/uploads/2011/05/PBM-
KEMDAGRI-KEMKES-2005.pdf. diakses pada tanggal 6 November 2012.)
Sunarsih, Elvi. 2010. Kesehatan Lingkungan Pemukiman Perkotaan. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya: Indralaya.
World Health Organization (WHO). 1995. Twenty Steps for Developing a Healthy
Cities Project. ( http://www.who.int/whr/1995/media_centre/en/, diakses
pada tanggal 06 November 2012).
World Health Organization (WHO). 1997. Twenty Steps for Developing a Healthy
Cities Project. http://www.who.int/csr/don/archive/year/1997/en/index.html,
diakses pada tanggal 06 November 2012).

38
Peraturan Beersama Mentri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan, 2005.
(http://danamonpeduli.or.id/wp-content/uploads/2011/05/PBM-
KEMDAGRI-KEMKES-2005.pdf. diakses pada tanggal 6 November 2012.)

39

Anda mungkin juga menyukai